Anda di halaman 1dari 5

Analisi Kasus Pelanggaran Kode Etik Jaksa

Alda Nur Risma (2021609025)

Bileiqes Hanna Shofia (2021609012)

Rahmadana (2021609023)

Vina Jumiah (2021609081)

Kasus Pelanggaran Jaksa KPK Karena Berselingkuh

merdeka.com Seorang jaksa KPK berinisial DLS dihukum atas pelanggaran etik, akibat
selingkuh dengan pegawai KPK berinisial SK. Akibat perbuatan tersebut, DSL kini ditarik
kembali ke Kejasksaan Agung.“Jaksa tersebut saat ini sedang dalam proses penarikan oleh
intansi asalnya, Kejaksaan Agung,” kata anggota Dewas KPK Syamsudin Haris saat
dikonfirmasi awak media,.KPK menyerahkan sepenuhnya proses penegakakan kode etik insan
KPK kepada Dewan Pengawas. “KPK mengajak semua pihak untuk menghormati proses dan
putusannya, sekaligus memetik pelajaran untuk perbaikan kita bersama ke depannya.sanksi dan
hukuman yang diberikan kepada pegawai yang melanggar hal tersebut adalah bentuk zero
tolerance. Sebagai informasi, Perselingkuhan antar pegawai dinilai melanggar Pasal 4 ayat (1)
huruf N dalam Peraturan Dewas Nomor 3 Tahun 2021 tentang Penegakan Kode Etik dan Kode
Perilaku KPK. Kedua diberikan sanksi sedang atas perselingkuhannya.

Hukum.online Dewas juga menghukum keduanya dengan sanksi sedang berupa permintaan maaf
secara terbuka tidak langsung. Terakhir, Dewas juga merekomendasikan kepada pejabat pembina
kepegawaian untuk memeriksa lebih lanjut keduanya guna penjatuhan hukuman disiplin.Putusan
itu dijatuhkan pada pada 7 Maret 2022 oleh Ketua Majelis Tumpak Hatorangan Panggabean
serta Indriyanto Seno Adji dan Syamsuddin Haris masing-masing selaku anggota. Sementara,
putusan dibacakan pada 10 Maret 2022 yang dihadiri oleh para terperiksa.Sementara, Jaksa
Agung Muda Bidang Pengawasan (Jamwas) Kejaksaan Agung RI akan meneliti putusan Dewas
KPK tersebut.

"Apabila ada permasalahan mengenai perbuatan tercela, Jaksa tersebut dan kemudian diserahkan
kepada Kejaksaan sebagai instansi induk, maka Kejaksaan RI akan melakukan penelitian terlebih
dahulu atau putusan dewan pengawas/inspektorat yang dijatuhkan," kata Kepala Pusat
Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejaksaan Agung RI Ketut Sumedana dalam keterangan
tertulis yang diterima di Jakarta.

Analisis pasal pelanggaran kode etik

Dalam proses dan kewenangan penegakan kode etik kasus ini diserahkan kepada dewan
pengawas sesuai dengan pasal 37B UU KPK yaitu:

Dewan Pengawas bertugas:

a. mengawasi pelaksanaan tugas dan wewenang Komisi Pemberantasan Korupsi

b. memberikan izin atau tidak memberikan izin Penyadapan, penggeledahan, dan/atau penyitaan

c. menyusun dan menetapkan kode etik Pimpinan dan Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi

d. menerima dan menindaklanjuti laporan dari masyarakat mengenai adanya dugaan pelanggaran
kode etik oleh Pimpinan dan Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi atau pelanggaran
ketentuan dalam Undang-Undang ini

e. menyelenggarakan sidang untuk memeriksa adanya dugaan pelanggaran kode etik oleh
Pimpinan dan Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi

f. melakukan evaluasi kinerja Pimpinan dan Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi secara
berkala 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. (2) Dewan Pengawas membuat laporan pelaksanaan
tugas secara berkala 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. (3) Laporan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) disampaikan kepada Presiden Republik Indonesia dan Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia.
baik D maupun S dinyatakan terbukti bersama-sama salah melakukan perselingkungan dan
melanggar nilai dasar integritas sebagaimana pasal 4 ayat 1 huruf n perdewas Nomor 3 tahun
2021 yaitu:

Pasal 4 (1) Dalam mengimplementasikan Nilai Dasar Integritas, setiap Insan Komisi wajib:

n. menyadari sepenuhnya bahwa seluruh sikap dan tindakannya selalu melekat dalam
kapasitasnya sebagai Insan Komisi

dan pasal 5 ayat 2 a (2) Dalam mengimplementasikan Nilai Dasar Sinergi, setiap Insan Komisi
dilarang: a. melakukan perbuatan yang menimbulkan suasana kerja yang tidak kondusif dan
harmonis,.

Isi Kode Etik Profesi Jaksa :

Dalam kode etik Profesi Jaksa itu atau dalam istilah lainnya Kode Etik Perilaku Jaksa itu dimuat
apa yang menjadi kewajiban dan larangan bagi seorang Jaksa dalam menjalankan fungsinya.

Berdasarkan Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: PER-067/A/JA/07/2007,


Kewajiban dan larangan bagi seorang Jaksa antara lain :

Dalam melaksanakan tugas profesi, Jaksa wajibb :

 Mentaati kaidah hukum,peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang


berlaku ;
 Menghormati prinsip cepat,sederhana,biaya ringan sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan ;
 Mendasarkan pada keyakinan dan alat bukti yang sah untuk mencapai keadailan dan
kebenaran;
 Bersikap mandiri,bebas dari pengaruh tekanan/ancaman opini publik secara langsung
atau tidak langsung;
 Bertindak secara obyektif dan tidak memihak ;
 Memberitahukan dan/atau memberikan hak-hak yang dimiliki oleh tersangka/terdakwa
maupun korban ;
 Membangun dan memelihara hubungan fungsional antara aparat penegak hukum dalam
mewujudkan sistem peradilan pidana terpadu;
 Mengundurkan diri dari penanganan perkara yang mempunyai hubungan pekerjaan partai
atau finansial atau mempunyai nilai ekonomis secara langsung atau tidak langsung;
 Menyimpan dan memegang rahasia sesuatu yang seharusnya dirahasiakan;
 Menghormati kebebasan dan perbedaan pendapat sepanjang tidak melanggar ketentuan
peraturan perundang-undangan ;
 Menghormati dan melindungi Hak Asasi Manusia dan hak-hak kebebasan sebagaimana
yang tertera dalam peraturan perundang-undangan dan instrument Hak Asasi Manusia
yang diterima secara universal;
 Menanggapi kritik dengan arif dan bijaksana;
 Bertangung jawab secara internal dan berjenjang, sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan;
 Bertangung jawab secara eksternal kepada publik sesuai kebijakan pemerintah dan
aspirasi masyarakat tentang keadilan dan kebenaran.

Sementara itu dalam melaksanakan tugas profesi, Jaksa dilarang:

1. Menggunakan jabatan dan/atau kekuasaannya untuk kepentingan pribadi dan/atau pihak


lain;
2. Merekayasa fakta-fakta hukum dalam penanganan perkara;
3. Menggunakan kapasitas dan otoritasnya untuk melakukan penekanan secara fisik
dan/atau psikis;
4. Meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau keuntungan serta melarang keluarganya
meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau keuntungan sehubungan dengan jabatannya;
5. Menangani perkara yang mempunyai kepentingan pribadi atau keluarga, mempunyyai
hubungan pekerjaan, partai atau finansial atau mempunyai atau mempunyai nilai
ekonomis secara langsung atau tidak langsung;
6. Bertindak diskriminatif dalam bentuk apapun;
7. Membentuk opini publik yang dapat merugikan kepentingan penengakan hukum;
8. Memberikan keterangan kepada publik kecuali terbatas pada hal-hal teknis perkara yang
ditangani.
Dalam peraturan Jaksa Agung Nomor PER-067/JA/07/2007itu juga diatur mengenai
penegakan kode perilaku jaksa dan tindakan administatif terhadap jaksa yang tidak
melaksanakan kewajiban dan atau melanggar larangan, demikian juga tata cara yang sudah
diatur dalam Peraturan Jaksa Agung tersebut

Anda mungkin juga menyukai