Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“HAK ASASI MANUSIA (HAM)

DI TENGAH KRISIS PANDEMI COVID-19”

DISUSUN OLEH:

Reztiana

2006124688

Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu: Radini, S.H., M.H

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul “HAK ASASI MANUSIA (HAM) DI TENGAH PANDEMI COVID-

19” sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. .

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Dosen Pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

yang telah membantu, memberikan bimbingan, saran dan motivasi dalam

menyelesaikan makalah ini serta kepada semua pihak yang terkait sehingga

terselesaikannya makalah ini sesuai yang diharapkan.

Penulis menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar

pada makalah ini. Oleh karna itu penulis menerima dengan senang hati kritik dan

saran yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih baik lagi untuk

kemajuan ilmu pengetahuan kedepannya. Akhir kata, penulis berharap semoga

makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Pekanbaru, Januari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.................................................................................. 1

KATA PENGANTAR................................................................................ 2

DAFTAR ISI............................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latarbelakang............................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 5

1.3 Tujuan Penulisan Makalah........................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Hak Asasi Manusia....................................................................... 7

2.2 Pandemi Covid-19........................................................................ 7

2.3 HAM di Tengah Krisis Pandemi Covid-10.................................. 8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................... 19

3.2 Saran............................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 20

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATARBELAKANG

Hak asasi Manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak ia

dalam kandungan. HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri

setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat

diganggu gugat siapa pun. Selama menyangkut persoalan HAM, setiap negara

tanpa kecuali, pada tataran tertentu memiliki tanggung jawab terkait pemenuhan

HAM pribadi-pribadi yang ada di dalam jurisdiksinya, termasuk orang asing

sekalipun. Berdasarkan hal ini maka kepentingan paling mendasar dari setiap

warga negara adalah perlindungan terhadap hak-haknya sebagai manusia.

Indonesia saat ini sedang dilanda oleh wabah penyakit menular Covid-19

(Corona Virus Disease 2019). Penyakit ini telah ditetapkan oleh WHO sebagai

pandemi pada tanggal 12 Maret 2020 karena penularannya yang begitu cepat dan

masif. Indonesia sendiri sudah menetapkan status Kedaruratan Kesehatan

Masyarakat seperti tertuang dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2018 tentang

Kekarantinaan Kesehatan dalam Pasal 1 ayat 2 dijelaskan bahwa “Kedaruratan

Kesehatan Masyarakat adalah kejadian kesehatan masyarakat yang bersifat luar

biasa dengan ditandai penyebaran penyakit menular dan/atau kejadian yang

disebabkan oleh radiasi nuklir, pencemaran biologi, kontaminasi kimia,

bioterorisme, dan pangan yang menimbulkan bahaya kesehatan dan berpotensi

menyebar lintas wilayah atau lintas negara”. Kedaruratan kesehatan masyarakat

4
yang dimaksud dalam pasal tersebut dan sesuai dengan kondisi saat ini yaitu

penyebaran penyakit menular yang disebut dengan Covid-19.

Berkaitan dengan HAM di situasi saat ini dimana Indonesia sedang

melawan virus pandemi Covid-19 yang sangat meresahkan seluruh warga negara

Indonesia di mana beberapa dampak yang ditimbulkan sangat berkaitan dan

bahkan mempengaruhi akan hak-hak asasi manusia sebagai warga negara

Indonesia. Virus yang menyerang kesehatan masyarakat ini memberikan

gambaran bahwa adanya tuntutan dan tanggung jawab pemerintah untuk

memenuhi hak dasar manusia yaitu hak untuk hidup dan mendapatkan pelayanan

kesehatan. Selain itu beberapa kebijakan akan mempengaruhi hak asasi manusia

khususnya dalam mendapatkan pekerjaan yang layak dan bekerja untuk

memenuhi kesejahteraan hidup yang berimbas kepada perekonomian warga.

Disektor lain hak-hak politik serta hak kebebasan dalam bepergian kini juga

adanya pembatasan. Berdasarkan fenomena yang terjadi maka pada makalah ini

akan dijelaskan lebih lanjut mengenai HAM ditengah pandemi Covid-19.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat ditemukan suatu

rumusan masalah yaitu bagaimanakah implementasi HAM di tengah krisis

pandemi Covid-19?

5
1.3 TUJUAN PENULISAN MAKALAH

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk

mendeskripsikan dan mengetahui tentang implementasi Hak Asasi Manusia

(HAM) di tengah krisis pandemi Covid-19.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 HAK ASASI MANUSIA

Pengertian HAM di di atur secara jelas dalam Undang-undang Nomor 39

Tahun 1999 Pasal 1 ayat (1) yang menyebutkan tentang pengertian hak asasi

manusia, yaitu “Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada

hakekat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, dan

merupakan anugerahnya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi

oleh negara, hukum dan pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta

perlindungan harkat dan martabat manusia”.1

2.2 PANDEMI COVID-19

Covid-19 merupakan penyakit yang menyerang sistem pernapasan dimana

World Helath Organization (WHO) mengumumkan nama penyakit ini sebagai

Virus Corona Disease (Covid-19) yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2, yang

sebelumnya disebut 2019-nCoV.2 Covid-19 dideklarasikan sebagai pandemik oleh


3
WHO pada tanggal 12 Maret 2020. Covid-19 menjadi perhatian penting pada

bidang medis, bukan hanya karena penyebarannya yang cepat dan berpotensi

1
Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Pasal 1 ayat 1
2
Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M., Sinto, R., …
Yunihastuti, E, “Coronavirus Disease 2019 : Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal Penyakit Dalam
Indonesia,” 7(1), 2020, hal 45
3
Nur Indah Fitriani, “Tinjauan Pustaka Covid-19: Virologi, Patogenesis, dan Manifestasi Klinis”,
Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 3, Juli 2020, hal. 194

7
menyebabkan kolaps sistem kesehatan, tetapi juga karena beragamnya manifestasi

klinis pada pasien.4

2.3 HAK ASASI MANUSIA DI TENGAH KRISIS PANDEMI COVID-19

Berkaitan dengan permasalahan pandemi Covid-19 yang sedang melanda

Indonesia maka pemerintah bertanggung jawab penuh untuk mengatasi

permasalahan penyakit yang berkaitan dengan kesehatan atau dengan kata lain

menyerang kesehatan manusia selaku warga negara Indonesia. Pemerintah saat ini

menerapkan sejumlah kebijakan sebagai ikhtiar atau usaha dalam memutus rantai

penyebaran Covid-19. Konvenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan

Budaya (Ekosob) dalam Pasal 12 salah satu ketentuannya menyatakan bahwa

negara pihak harus melakukan segala sesuatu yang diperlukan untuk

mengupayakan pencegahan, pengobatan, dan pengendalian segala penyakit

menular, endemik, penyakit lainnya.

Berdasarkan hal tersebut, beberapa kebijakan yang sedang diterapkan yaitu

social distancing dimana warga atau masyarakat dihimbau untuk seminimal

mungkin berada dan berkegiatan diluar rumah dan penerapan untuk bekerja dari

rumah, belajar dari rumah dan beribadah dirumah. Pembatasan Sosial Berskala

Besar (PSBB) dan karantina wilayah juga sudah mulai diterapkan di beberapa

daerah di Indonesia. Kebijakan yang diterapkan secara langsung akan

berhubungan dengan masa depan keberlangsungan hidup orang banyak atau

warga negara Indonesia sebagai insan yang memiliki Hak Asasi Manusia.
4
Vollono, C., Rollo, E., Romozzi, M., Frisullo, G., Servidei, S., Borghetti, A., & Calabresi, P.
“Focal Status Epilepticus as Unique Clinical Feature of Covid-19: A Case Report”, Europian
Journal of Epilepsy, 78(2020), hal 108

8
Berbicara mengenai HAM, permasalahan pandemi Covid-19 ini ternyata

berimbas kepada hak asasi manusia khususnya hak untuk hidup dan hak untuk

mendapatkan kesehatan serta hak-hak dasar lainnya.

Salah satu Hak Asasi Manusia yang sangat penting dalam krisis pandemi

Covid-19 adalah hak atas kesehatan. Manusia akan kehilangan segala

kemungkinan untuk mendapatkan hak-hak lainnya tanpa didasari kesehatan, oleh

karenanya kesehatan menjadi salah satu kebutuhan dasar manusia sekaligus

menjadi hak dasar bagi manusia.5

Kesehatan berhubungan erat dengan hidup seseorang karena menjadi

prasyarat seseorang untuk dapat maksimal mencapai harkat hidupnya. Kesehatan

masyarakat merupakan salah satu hak asasi manusia yang dijamin secara

konstitusional yaitu tertuang dalam pasal 28 H ayat 1 UUD 1945 dinyatakan

bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan.6 Sebagai atribut

ketentuan tersebut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan menyatakan bahwa “Setiap orang berhak atas kesehatan”.7

Kesehatan tidak lagi hanya dikaitkan dengan nasib atau karunia Tuhan

yang menjadi urusan pribadi setiap orang dan sama sekali tidak ada hubungannya

dengan tanggung jawab negara, namun saat ini kesehatan telah menjadi suatu hak

hukum (legal rights) yang dijamin, dilindungi, dihormati dan harus dipenuhi oleh

negara. Hal tersebut sangat jelas tercermin kembali pada pasal 28I ayat (4) UUD

1945 yang menegaskan bahwa Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan

5
Bagir Manan, Dimensi-Dimensi Hukum Hak Asasi Manusia, (Bandung: PSKN FH UNPAD,
2009). hlm. 138
6
UUD 1945 Pasal 28 H Ayat 1
7
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 4 tentang Kesehatan

9
pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama

pemerintah.8 Berdasarkan hal tersebut secara garis besar Undang-Undang tersebut

mengisyaratkan bahwa setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak

memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya khususnya di saat krisis

pandemi Covid-19 dan negara dalam hal ini pemerintah wajib bertanggung jawab

mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi

masyarakat miskin dan tidak mampu.9

Berdasarkan situasi pandemi yang sedang terjadi di Indonesia dimana

diketahui setiap harinya ada penambahan kasus positif Covid-19 yang

mengharuskan penderita atau pasien mendapatkan penanganan kesehatan secara

medis.

Aturan terkait HAM mendapatkan pelayanan kesehatan tersebut

menegaskan bahwa semua orang mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan,

walaupun itu dari kalangan kurang mampu maupun yang mampu atapun faktor

diskriminasi lainnya. Setiap orang yang membutuhkan pertolongan kesehatan

harus sama-sama menjadi prioritas tanpa pilah-pilah dalam menangani kasus yang

terjadi.

Semua potensi yang dapat mengarahkan kepada tindakan pelanggaran

HAM dalam rangka pencegahan dan penanganan Covid-19 harus dihindari

semaksimal mungkin. Para tenaga medis dalam menjalankan tugas sebagai garda

terdepan dalam menangani kasus pandemi Covid-19 ini harus didasarkan atas

8
Rif ’atul Hidayat, “Hak Atas Derajat Pelayanan Kesehatan yang Optimal”, SYARIAH Jurnal
Hukum dan Pemikiran, Volume 16, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 130-131
9
Siti Nurhalimah, “Covid-19 dan Hak Masyarakat atas Kesehatan”, SALAM; Jurnal Sosial &
Budaya Syar-I, Vol. 7 No. 6 (2020), hal. 546-547

10
HAM, harus non-diskriminatif kepada kelompok rentan seperti anak-anak, lansia,

penyandang disabilitas dan penyakit komplikasi. Semua pasien sama-sama

memiliki hak untuk hidup dan sama-sama memiliki hak untuk mendapatkan

kesehatan melalui pelayanan kesehatan, karena mereka memiliki hak yang diatur

dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 3 ayat 3 yang

menyatakan bahwa Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia

dan kebebasan dasar manusia, tanpa diskriminasi10.

Hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan selama pandemi Covid-19

ini berkaitan dengan hak untuk hidup. Kebebasan dasar dan hak asasi manusia

yang paling mendasar adalah hak untuk hidup. Berdasarkan UU No. 39 tahun

1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 9 ayat 1 menyatakan bahwa Setiap orang

berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf

kehidupannya.11

Dengan adanya hak untuk hidup maka akan dilanjutkan dengan hak-hak

asasi manusia lainnya dalam rangka meningkatkan taraf kehidupannya seperti hak

mendapatkan pekerjaan yang layak dan lain sebagainya yang telah diatur oleh

Undang-undang Dasar 1945 serta peraturan-peraturan dan Undang-undang

mengenai HAM.

Berbagai upaya yang ditujukan bagi perlindungan dan pemajuan Hak

Asasi Manusia (HAM) khususnya di bidang kesehatan perlu diterapkan oleh

pemerintah karena pemerintah memiliki tanggung jawab dalam pemberian

pelayanan kesehatan kepada warga yang terdampak Covid-19.

10
UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 3 ayat 3
11
UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 9 ayat 1

11
Selanjutnya, penting juga dipahami bahwa Komentar Umum No. 14

(2000) terkait Pasal 12 ICESCR menyatakan aplikasi presisi penting dilakukan

negara untuk memastikan terpenuhinya HAM atas kesehatan dengan

memerhatikan empat unsur penting kesehatan, yakni:

1. Ketersediaan

2. Aksesibilitas

3. Akseptabilitas

4. Kualitas

Oleh karena itu pemerintah wajib memenuhi tanggung jawabnya dalam rangka

pemenuhan hak kesehatan warga sehingga secara otomatis juga menjamin hak

untuk hidup warganya dengan memastikan keempat akses dasar yang harus

dimiliki dibagian medis baik itu Rumah Sakit, Puskesmas bahkan tenaga medis

dan ini merupakan faktor pendukung utama dalam rangka memerangi kasus

pandemi Covid-19 di tanah Air.

Pemerintah harus mampu memastikan sinerjitas semua penyelenggara

pemerintahan dan swasta dengan berbasis delapan pilar rencana strategis

kedaruratan dan kewaspadaan untuk mencegah dan menangani transmisi COVID-

19, langkah optimal pelaksanaan kebijakan terukur dan berkesinambungan itu

mewajibkan negara melindungi HAM dengan memastikan ketersediaan

kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat seperti makanan, air, fasilitas medis dan

obatan serta ketersediaan fasilitas dan jaminan kesehatan yang dapat mendukung

ketangguhan sumber daya petugas dan tenaga kesehatan serta sarana-sarana

penunjang kesehatan masyarakat.

12
Berdasarkan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Duham) Pasal 25

ayat 1 menyatakan bahwa “Setiap orang berhak atas tingkat hidup yang memadai

untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya, termasuk hak atas

pangan, pakaian, perumahan, dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial

yang diperlukan, dan berhak atas jaminan pada saat menganggur, menderita

sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan lainnya

yang mengakibatkan kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaanya”.12

Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah dalam ikhtiar melawan virus

pandemi yang telah meresahkan seluruh warga Indonesia bahkan seluruh negara

terdampak mengakibatkan perekonomian masyarakat menurun drastis. Tukang

ojek, buruh bangunan atau buruh harian lepas, pedagang kecil, dan sejumlah

tempat untuk orang bekerja sebagai karyawan di sektor pariwisata, perhotelan,

hiburan, pusat perbelanjaan kini harus ditutup dan menyebabkan terjadinya

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara besar-besaran yang mengakibatkan

sebagian besar warga Indonesia kehilangan pekerjaan dan tidak mendapatkan

pekerjaan sebagai imbas dari adanya pembatasan yang diterapkan. Jangankan

untuk mendapatkan pekerjaan, untuk bekerja saja sudah tidak bisa. Lantas

darimana rakyat kecil dengan golongan ekonomi menengah dan kebawah

mendapatkan uang untuk biaya kehidupan sehari-hari ?.

Hak untuk bekerja dan mendapatkan pekerjaan merupakan salah satu hak

asasi manusia yang diatur konstitusi yaitu dalam UUD 1945 Pasal 27 Ayat (2)

yang berbunyi, ‘Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan

12
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Duham) Pasal 25

13
yang layak bagi kemanusiaan’.13 Berdasarkan hal tersebut dapat kita katakan

bahwa hak atas pekerjaan dan bekerja bagi masyarakat dalam rangka penghidupan

yang layak bagi individu warga tersebut belum terpenuhi dan lagi-lagi ini

bukanlah suatu kesengajaan pemerintah akan tetapi diakibatkan karena status

pandemi yang sedang dihadapi.

Pemerintah dalam hal ini tidak semena-mena dan bersikap sengaja untuk

tidak memperhatikan hak asasi manusia warga nya akan tetapi kebijakan yang

diterapkan pemerintah tersebut dilakukan agar permasalahan pandemi Covid-19

dapat terhenti penyebaran virusnya dan tidak ada lagi warga negaranya yang

terinfeksi serta Indonesia dan seluruh warga dapat merasakan lingkungan yang

baik dan sehat tanpa virus sehingga nantinya seluruh warga tanpa terkecuali akan

dapat beraktivitas diluar seperti sedia kala dan mendapatkan hak-hak asasi nya

yang untuk saat sekarang ini harus dikorbankan demi melawan virus Covid-19.

Berkaitan dengan keinginan dan harapan seluruh warga negara yang

sangat menantikan dan mengharapkan lingkungan dapat steril kembali dari virus

dan lingkungan menjadi baik dan sehat untuk beraktivitas ternyata merupakan hak

asasi bagi setiap manusia dan ini diatur dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak

Asasi Manusia Pasal 9 ayat 3 : Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang

baik dan sehat.14

Untuk menjawab adanya pembatasan HAM khususnya dalam hal

pekerjaan dan bekerja sesuai yang diamanatkan dalam pasal Pasal 27 Ayat (2) dan

terlihat jelas dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Duham) Pasal 25

13
UUD 1945 Pasal 27 Ayat 2
14
UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 9 ayat 3

14
ayat 1 yang menyatakan bahwa adanya hak atas jaminan saat menganggur maka

karena adanya pandemi Covid-19 yang berimbas kepada sebagian besar warga

yang tidak dapat bekerja atau dapat dikatakan menjadi status menganggur maka

pemerintah sebisa mungkin memikul tanggung jawab atas hak warga negaranya

tersebut. Pemerintah sejauh ini telah berupaya menyeimbangkan atas pembatasan

HAM yang terjadi dengan mengeluarkan berbagai macam bantuan yang diberikan

kepada warga negaranya dari kelompok ekonomi menengah kebawah yang

khususnya terkena dampak dari pandemi Covid-19.

Beberapa bantuan sosial yang diberikan oleh pemerintah antara lain berupa

bantuan kebutuhan pokok per KK, Program Keluarga Harapan, Penerima Bantuan

Iuran, Kartu Sembako, Kartu Pra-Kerja hingga Dana Desa.

Berdasarkan kebijakan pencegahan dan penanganan COVID-19 yang

diimbangi dengan usaha pemerintah dalam menangani permasalahan

perekonomian masyarakat terdampak maka dapat dikatakan bahwa saat ini

pemerintah telah menjalankan amanat konstruksi kebijakan internasional dan

nasional terkait pencegahan dan penanganan COVID-19 dimana setiap kebijakan

yang diterapkan oleh pemerintah pusat maupuun pemerintah daerah harus tetap

berada dalam rangka menghormati HAM. Hal ini ditegaskan pada ketentuan Pasal

32 IHR yang menyatakan bahwa segala bentuk tindakan pembatasan yang

dilakukan negara semaksimal mungkin mampu meminimalkan setiap tindakan

yang tidak nyaman atau menyusahkan (minimize any discomfort or distress

associated with such measures).

15
Perlu diperjelas bahwa tindakan yang tidak nyaman disini yang

diterapkan oleh pemerintah dalam masa darurat kesehatan demi menjalankan

tugas pencegahan dan penanganan pandemi COVID-19 yang mau tidak mau

sebagai warga negara yang baik harus melaksanakan kewajiban asasi manusia

yaitu dengan mengikuti semaksimal mungkin semua anjuran, imbauan dan

ketetapan pemerintah dan tidak dapat dipungkiri bahwa sebenarnya kebijakan

tersebut oleh sebagian warga dirasa tidak nyaman dan menimbulkan kesusahan

antara lain berimbas kepada hak asasi warga selaku manusia yaitu hak untuk

hidup, hak mendapatkan pelayanan kesehatan, hak mendapatkan lingkungan yang

baik dan sehat, hak mendapatkan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup.

Inkorporasi HAM menjadi bagian integral dan berperan penting serta

memiliki adil untuk memastikan dan memantau setiap langkah-langkah

pencegahan dan penanganan COVID-19 yang diterapkan oleh pemerintah kepada

seluruh warga negaranya dijalankan dan diterapkan atas dasar menjunjung tinggi

kemartabatan, HAM dan kebebasan dasar manusia sebagaimana ditegaskan

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom pada 15 Februari 2020, this is a time

for facts, not fear. This is a time for rationality, not rumours. This a time for

solidarity, not stigma.

Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) serta karantina

wilayah yang diterapkan sebagai upaya dalam memerangi COVID-19 ternyata

memberikan batasan bagi warganya untuk bepergian, baik pergi keluar kota,

keluar negeri, mudik ke kampung halaman bahkan batasan untuk bepergian di

wilayah itu sendiri dalam rangka tujuan yang tidak terlalu penting. Pembatasan

16
tersebut jika dikaitkan dengan HAM maka sudah jelas sangat bertentangan dengan

UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 27 ayat 1 menyatakan

Setiap warga negara Indonesia berhak untuk secara bebas bergerak, berpindah,

dan bertempat tinggal dalam wilayah negara Republik Indonesia. Ayat 2

menegaskan kembali bahwa Setiap warga negara Indonesia berhak

meninggalkan dan masuk kembali ke wilayah negara Republik Indonesia, sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.15

Lagi-lagi ini perlu diperjelas bahwa hal tersebut dapat dikatakan menjadi

pelanggaran HAM apabila dilakukan secara sengaja dan tanpa alasan yang jelas.

Akan tetapi untuk kasus ini sudah sangat jelas bahwa aturan tersebut terpaksa

harus dilakukan dan harus konsisten ditetapkan oleh pemerintah dan warga negara

secara iklas harus patuh dan taat atas kebijakan yang ditetapkan karena adanya

darurat kesehatan masyarakat yang mau tidak mau inilah satu-satunya solusi yang

wajib ditaati bagi seluruh warga negara Indonesia tanpa terkecuali. Hal ini

diperjelas dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan

Kesehatan dalam Pasal 3 menjelaskan bahwa PSBB dan karantina wilayah

dimaksudkan dengan tujuan melindungi masyarakat dari penyakit dan/atau Faktor

Risiko Kesehatan Masyarakat yang berpotensi menimbulkan Kedaruratan

Kesehatan Masyarakat; mencegah dan menangkal penyakit dan/atau Faktor Risiko

Kesehatan Masyarakat yang berpotensi menimbulkan Kedaruratan Kesehatan

Masyarakat; meningkatkan ketahanan nasional di bidang kesehatan masyarakat;

dan memberikan pelindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dan petugas

kesehatan.
15
UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 27 ayat 1 dan ayat 2

17
BAB III

PENUTUP

18
3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah dibahas maka dapat disimpulkan

bahwa ranah Has Asasi Manusia yang tersentuh akibat adanya pandemi Covid-19

di Indonesia antara lain hak untuk hidup, hak untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan, hak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, hak

mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, hak

mendapatkan jaminan saat menganggur serta hak untuk bebas bepergian.

3.2 SARAN

Saran yang bisa penulis sampaikan khususnya bagi mahasiswa serta

Warga Negara Indonesia diharapkan untuk taat terhadap aturan-aturan yang

ditetapkan oleh pemerintah dalam rangka memutus rantai penyebaran Covid-19

dan tetap mengawal pemerintah dimana kebijakan-kebijakan yang diterapkan

pemerintah harus berdasarkan kepada HAM warga negaranya. Apabila didapati

kebijakan-kebijakan pemerintah yang melanggar HAM yang dirasa tidak dapat

ditolerir maka diharapkan untuk dapat mengeluarkan aspirasi serta pendapatnya

kepada pemerintah karena hak mengeluarkan pendapat juga dijamin secara

konstitusional.

DAFTAR PUSTAKA

19
Bagir Manan. 2009. Dimensi-Dimensi Hukum Hak Asasi Manusia. Bandung:

PSKN FH UNPAD.

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Duham) Pasal 25

Nur Indah Fitriani. 2020. Tinjauan Pustaka Covid-19: Virologi, Patogenesis, dan

Manifestasi Klinis. Jurnal Medika Malahayati, 3(4)

Rif ’atul Hidayat. 2016. Hak Atas Derajat Pelayanan Kesehatan yang Optimal”,

SYARIAH Jurnal Hukum dan Pemikiran, 2(16)

Siti Nurhalimah. 2020. Covid-19 dan Hak Masyarakat atas Kesehatan. SALAM;

Jurnal Sosial & Budaya Syar-I, 6(7)

Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M., Sinto,

R., Yunihastuti, E. 2020. Coronavirus Disease 2019 : Tinjauan Literatur

Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1)

UUD 1945 Pasal 28 H Ayat 1

Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Pasal 1 ayat 1

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 4 tentang Kesehatan

UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 3 ayat 3

UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 9 ayat 1

UUD 1945 Pasal 27 Ayat 2

20
UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 9 ayat 3

UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 27 ayat 1 dan ayat 2

Vollono, C., Rollo, E., Romozzi, M., Frisullo, G., Servidei, S., Borghetti, A., &

Calabresi, P. 2020. Focal Status Epilepticus as Unique Clinical Feature of

Covid-19: A Case Report. Europian Journal of Epilepsy, 7(8)

21

Anda mungkin juga menyukai