Anda di halaman 1dari 11

PROSPEK BISNIS PERBENIHAN DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara agraris dengan kondisi wilayah yang sangat baik
untuk bidang pertanian, hutan industri, dan usaha pertanian lainnya. Hal ini dapat
dilihat dari pengembangan teknologi-teknologi pertanian seperti teknologi benih baik
pengelolaan sampai pembudidayaan sehingga mampu menghasilkan hasil produksi
yang baik dan berkualitas. Melihat luasnya peluang usaha tersebut tentu ada peluang
besar dalam memulai usaha pembenihan, untuk menghasilkan benih unggul sebagai
bisnis usaha di sektor pertanian.
Benih merupakan salah satu masukan penting dalam kegiatan budidaya
tanaman. Oleh karena itu, program perbenihan dikembangkan di Indonesia mengingat
perannya yang penting dalam program pengembangan pertanian pada umumnya.
Penggunaan benih yang bermutu merupakan salah satu upaya dalam produksi
tanaman. Penggunaan benih unggul dalam konsep Panca Usahatani dan penggunaan
benih unggul bermutu dalam konsep Sapta Usaha Pertanian menunjukkan peran
benih tidak dapat diabaikan dalam peningkatan produksi pertanian. Bahkan, dalam
program INSUS Paket D dan SUPRA.
Kebutuhan petani akan benih unggul menjadi peluang bagi industri benih.
Benih dengan kualitas baik dan seragam akan menghasilkan produk dengan kualitas
tinggi dan menentukan kualitas mutu komoditas pertanian Indonesia. Berkaitan
dengan hal tersebut Pemerintah diharapkan terbuka pada inovasi teknologi,
membangun kemandirian benih yang ramah investasi, serta memberikan
perlindungan terhadap investasi perbenihan.
Menurut Sari Rukmana Okta Sagita Chan (2021) dalam menghadapi peluang
bisnis industri perbenihan, setidaknya terdapat masalah diantaranya kesulitan industri
benih mendapatkan induk dari luar negeri untuk dikembangkan di Indonesia serta
petani masih berpola pikir tradisional dan sulit menerima gagasan baru. Hal ini
menyebabkan kegagalan dalam proses pengembangan benih lokal.
II. ISI
Menurut Sumpena (2006), Benih merupakan sarana yang sangat penting
dalam produksi tanaman pertanian dan menjadi pembawa perubahan teknologi dalam
pertanian. Peningkatan produksi tanaman sangat di dukung oleh penggunaan benih
varietas unggul. Proses peralihan dari biji yang kemudian digunakan untuk
pengembangbiakan tanaman sehingga menjadi benih, kemudian berkembang menjadi
benih yang siap ditanam (bibit) dan seluruh prosesnya tercakup dalam kegiatan
perbenihan (Sari Rukmana Okta Sagita Chan, 2021).
Perbenihan merupakan subsektor industri hulu yang berperan strategis.
Ketersediaan dan penggunaan benih yang memenuhi aspek kuantitas dan kualitas
sangat berpengaruh terhadap produktivitas, mutu hasil dan sifat ekonomis produk
agribisnis (Balai Benih Induk Sumatera Barat, 2014).
Peluang untuk pembangunan industri perbenihan di Indonesia itu sangatlah
besar. Hal ini ditandai dengan industri perbenihan maupun pembibitan sangat mudah
untuk dilaksanakan karena ditunjang dengan sumber daya alam maupun sumber daya
manusia yang memadai sehingga dapat membantu dalam proses pelaksanaannya.
Sasaran pembangunan industri perbenihan adalah dapat menyediakan benih
yang bermutu dengan varietas unggul serta harganya dapat dijangkau oleh petani.
Manfaat yang dihasilkan, petani dapat menghasilkan produk yang bermutu dan
berkualitas dengan menggunakan benih dari industri dalam negeri dengan harga yang
terjangkau. Sehingga petani juga dapat meningkatkan pendapatan (Sari Rukmana
Okta Sagita Chan, 2021).
Pengunaan benih yang baik dan benar dapat mengurangi kesenjangan antara
produktifitas rill panen dan produktifitas potensi komoditi pertanian. Pentingnya
peranan benih dalam menentukan keberhasilan tanaman membuat bisnis industri
benih memiliki prospek pasar yang baik (Sari Rukmana Okta Sagita Chan, 2021).
Benih bermutu adalah benih yang memiliki keunggulan secara fisik, fisiologis
dan genetik (Sari Rukmana Okta Sagita Chan, 2021):
1. Mutu fisik adalah mutu benih yang berkaitan dengan sifat fisik seperti ukuran
benih, keutuhan, kondisi kulit, kerusakan kulit benih akibat serangan hama
dan penyakit atau proses mekanis.
2. Mutu fisiologis adalah mutu benih yang berkaitan dengan sifat fisiologis
seperti daya kecambah, daya simpan, viabilitas.
3. Mutu genetik adalah mutu benih yang berkaitan dengan sifat yang diturunkan
oleh induk kepada anakannya
Menurut Balai Benih Induk Sumatera Barat (2014), selain industri
perbenihan, juga terdapat Balai Benih yang merupakan institusi perbenihan serta
pembibitan yang menangani fungsi produksi untuk benih sumber sekaligus
mendistribusikannya kepada produsen. Peran Balai Benih sangat penting, karena
menjadi pelopor perkembangan penggunaan benih bermutu varietas unggul Tanaman
Pangan, serta penyebarluasan varietas unggul tersebut kepada masyarakat maupun
penangkar. Sasaran pengembangan industri benih antara lain (Sari Rukmana Okta
Sagita Chan, 2021):
1. Tersedianya benih bermutu varietas unggul dengan harga yang terjangkau
oleh petani.
2. Berkembangnya penggunaan benih bermutu varietas unggul.
3. Tumbuh kembangnya Industri Perbenihan yang Tangguh, mampu
menyediakan benih bermutu.
4. Mengurangi ketergantungan benih dari luar negri.
5. Menyediakan benih kualitas ekspor

Potensi dalam negeri untuk industri perbenihan cukup besar, mengingat


banyak penangkar andalan yang mampu berkembang menjadi industri perbenihan
swasta nasional yang utuh. Industri perbenihan swasta nasional adalah seluruh
kegiatan dalam menghasilkan benih unggul baru berproduktivitas tinggi dan
berkualitas tinggi dengan daya saing tinggi, memperbanyaknya, mengedarkannya dan
memasarkannya, baik dalam satu kelembagaan usaha ataupun bagiannya, seperti:
penangkar benih dan lain-lain, yang memanfaatkan potensi sumber daya hayati
nasional secara bijak dan lestari.
Membangun industri perbenihan dan perbibitan swasta nasional merupakan
upaya mendasar dalam pembangunan sektor pertanian keseluruhan. Sebab benih dan
bibit varietas unggul bermutu merupakan penentu batas atas produktivitas dan
kualitas produk suatu usaha tani, baik itu usaha tani besar maupun usaha tani kecil.
Membangun industri perbenihan swasta nasional merupakan landasan yang
baik bagi proses produksi dan industri pangan dan industri lainnya yang berbasis
produk pertanian. Produk industri perbenihan swasta nasional yang unggul dan
berkualitas tinggi serta murah akan menjamin keuntungan dan memperkecil resiko
bagi petani produsen, baik itu dari usaha tani kecil ataupun besar (komoditi pangan
dan komoditi lainnya). Bagi petani tanaman pangan penggunaan benih unggul yang
spesifik wilayah dari produk industri benih, akan memberikan jaminan keuntungan
bagi usaha taninya. Dengan demikian upaya tersebut meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan para petani di desa-desa, serta membantu mengentaskan kemiskinan di
desa-desa.
Industri benih merupakan syarat penting bagi pertanian tangguh yang
berorentasi pasar. Industri benih merupakan tahap akhir perkembangan perbenihan
dan termasuk dalam kelompok agribisnis. Menurut Sadjad (1997) disebut industri
karena prosesnya berawal dari produk yang belum siap pakai dan berakhir menjadi
produk siap pakai yang berupa benih suatu varietas tanaman. Selanjutnya dinyatakan
sebagai industri hilir, industri benih menghadapi permintaan benih berkualitas yang
bersumber dari permintaan pasar untuk suatu komoditas dengan syarat syarat tertentu.
Pemuliaan tanaman yang aktif dan produktif merupakan dasar untuk industri
benih. Varietas baru yang dilepas harus sampai ke petani dengan sifat sifat yang
unggul (produksi tinggi, resisten terhadap hama dan penyakit utama). Keaslian
kultival atau klon dapat dijamin melalui pengawasan mutu yang ketat yang
merupakan komponen industri benih.
Berdasarkan teknologi yang digunakan industri benih dapat dibagi menjadi
lima tingkat yaitu (Sadjad, 1997):
1. Industri benih tingkat satu.
Teknologi yang digunakan sederhana, pembersihan benih hanya
menggunakan tampah.
2. Industri benih tingkat dua.
Industri menggunakan mesin-mesin pembersih seperti “air screen cliner”.
3. Industri benih tingkat tiga.
Industri ini melaksanakan pemilahan benih yang sudah bersih. Setelah
dibersihkan benih dipilah berdasarkan besar, panjang, lebar, tebal, atau berat
butiran. Industri benih ini benih yang prima.
4. Industri benih tingkat empat.
Industri ini selalu berhubungan dengan kegiatan lembaga penelitian dan
pengembangan disamping proses produksinya seperti industri tingkat tiga.
5. Industri benih tingkat lima.
Industri ini memiliki kemampuan untuk memproduksi benih hasil litbang
sendiri. Kegiatan penelitian dan pengembangan disini, selain memproduksi
hibrida yang selalu diperbaharui juga melakukan penelitian dan
pengembangan bioteknologi. Industri benih tingkat lima menerapkan
teknologi sangat canggih dan memiliki kemampuan dalam mengusahankan
rekayasa genetik sehingga benih yang dihasilkan memiliki keunggulan yang
sangat spesifik. Industri benih tingkat lima tidak memerlukan lembaga
sertifikasi eksternal karena program sertifikasnya diakreditasi sehingga
kebenaran informasi mutunya terpercaya.
Berdasarkan dasar usahanya industri benih dapat dibgi menjadi:
1. Usaha perbenihan kecil (UPK), yaitu usaha benih yang dikelola oleh rakyat
dan relatif kecil serta pemasarannya terbatas pada daerah setempat. Kelompok
ini mungkin dapat disamakan dengan industri benih tingkat satu.
2. Usaha perbenihan besar (UPB), yaitu usaha benih yang dilakukan oleh
perusahaan atau koperasi dengan skala yang relatif besar dan jangkauan
pemasaran yang lebih luas
3. Usaha benih “ortodoks”, kelompok ini bisa digolongkan pada industri benih
kapas, rosella, kenap, yute, linum, wijen, bunga matahari, jarak, ketumbar,
jinten, adas dan juga jambu mete asal teknologinya disesuaikan.
Untuk UPK dan UPB biasanya dilakukan oleh lembaga lembaga penelitian,
sedangkan untuk usaha-usaha ketiga dan keempat bias dilakukan oleh pengusaha baik
pemerintah atau swasta. Bila usaha usaha tersebut sudah terlaksana dengan baik
sesuai persyaratan maka usaha-usaha tersebut sudah dapat dianggap sebagai suatu
industri benih.
Tantangan mendatang, pemerintah diharapkan dapat memberikan alternatif
bantuan kepada industri perbenihan. Salah satunya indikator pajak, untuk memacu
dan memotivasi industri perbenihan nasional, melalui kompensasi bayar pajak untuk
investasi. Dalam merevitalisasi industri perbenihan perlu dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Meningkatkan produksi benih unggul dan bermutu untuk pemenuhan
kebutuhan konsumen domestik dan luar negeri dengan menggunakan
teknologi perbanyakan masal inkonvensional
2. Meningkatkan efektivitas sistem jaminan mutu benih untuk mencapai standar
mutu berdaya saing
3. Memperbaiki sistem regulasi di semua lini yang berhubungan dengan
pembenihan
Strategi pengembangan industri perbenihan diantaranya :
1. Mendorong perakitan varietas dalam negeri.
2. Meningkatkan SDM perbenihan.
3. Meningkatkan kapasitas swasta dalam industri benih dalam negeri.
4. Mengaitkan kegiatan perbenihan dengan kemitraan rantai pasokan.
5. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengendalian mutu benih.
6. Meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan di bidang usaha perbenihan
Dalam melakukan kegiatan bisnis perbenihan, tidak boleh sembarangan. Hal
yang perlu dipahami adalah tetap memperhatikan kaidah-kaidah usaha perbenihan
yang telah ditetapkan pemerintah, agar nantinya benih yang tersedia di masyarakat
dapat dipastikan kebenaran varietasnya, tepat jenis, tepat mutu, tepat harga dan lokasi
(agroklimat).
Kondisi sistim benih indonesia berkaitan dengan kebijakan, legislasi dan
kelembagaan perbenihan sehingga dapat menguatkan prospek bisnis perbenihan di
Indonesia antara lain:
1. Kebijakan peningkatan ketahanan pangan, pengembangan agribisnis yang
berdaya saing, berkelanjutan, berkerakyatan dan lebih terdesentralisasi,
kebijakan multilateral yangmenuntut peningkatan produktivitas, efisiensi
dan mutu produk.
2. Undang-undang system budidaya tanaman (Nomor 12/1992), Peraturan
Pemerintah Nomor 44/ 1995 tentang perbenihan, dan peraturan lain yang
terkait untuk fasilitas penerapan sertifikat benih.
3. Perubahan paradigma penelitian dan pengembangan dari lembaga
pemerintah (Badan Litbang Pertanian) dengan program pemuliaan
tanamannya yang produktif mengarah pada inovasi, komersialisasi dan
komunikasi.
4. Pembentukan Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan, Pusat Standarisasi
& Akreditasi (Pertanian), Direktorat Perbenihan Hortikultura, Balai
Pengawasan dan Sertifikat Benih (lab. benih, analis benih, pengawas
benih) yang tersebar diseluruh negeri
5. Penerapan sertifikat benih berdasarkan OECD Scheme dan ISTA Rules
sebagai mekanisme pengendalian mutu dan daya saing produk.
6. Akreditasi lab uji benih, pembentukan Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu
dalam produksi benih, dan inisiasi sertifikasi system mutu dari
perusahaan-perusahaan benih yang membuka alternatif pengawasan mutu
melalui penerapan manajemen mutu.
7. Perlindungan terhadap hak atas kekayaan intelektual (HaKI), perlindungan
terhadap varietas tanaman (PVT), pembentukan Direktorat Patent (Ditjen
HKI, Deperindag) dan KP-KIAT (Kantor Pengelolaan Kekayaan
Intelektualdan Ahli Teknologi) di UPT-UPT yang memacu komersialisasi
teknologi
8. Pelaksanaan program pembinaan lab dan perlindungan HaKI oleh Kantor
Menteri Negara Riset dan eknologi yang membantu pengembangan lab
terakreditasi (ISO 17025) dan pengusulan patent untuk hasil-hasil
penelitian.
9. Peluang bisnis benih yang sangat feasible. Volume permintaan (market
size) benih sangat menarik, missal volume pasar untuk benih padi
mencapai lebih dari 200.000 ton/tahun dan cukup banyak jenis dan
volume benih hortikultura yang diimpor setiap tahun. kondisi wilayah
yang sangat baik untuk bidang pertanian, hutan industri, dan usaha
pertanian lainnya. Hal ini dapat dilihat dari pengembangan teknologi-
teknologi pertanian seperti teknologi benih baik pengelolaan sampai
pembudidayaan sehingga mampu menghasilkan hasil produksi yang baik
dan berkualitas.

Proses yang harus dilalui untuk berusaha benih yaitu sebagai berikut :
1. Produksi / Perbanyakan Benih
Menjadi seorang produsen benih sebenarnya mudah dan dapat dilakukan oleh
semua orang, yang dibutuhkan adalah memiliki kemauan, kemampuan
pengetahuan dan manajemen serta komitmen terhadap mutu benih yang
dihasilkan. Seseorang yang berminat menjadi produsen benih tidak perlu
memiliki lahan yang luas, karena produksi benih dapat dilakukan dengan cara
kerjasama dengan para petani atau petani penangkar benih yang telah dibina
oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB). Varietas yang ditanam
adalah varietas yang banyak diminati para konsumen benih (petani) atau
varietas-varietas baru yang memiliki keunggulan-keunggulan baik potensi
produksi maupun ketahanan terhadap Organisme Pengganggu Tanaman
(OPT). Teknik budidaya yang dilakukan tanam secara legowo dengan satu
bibit per lubang untuk memudahkan seleksi. Pemupukan berimbang, tepat
waktu dan dosis seuai dengan anjuran, lakukan pengendalian OPT secara
berkala, Panen tepat baik cuaca, umur, waktu,dan alat panen. Jangan lupa
pada saat hendak memproduksi benih daftarkan ke BPSB setempat untuk
mendapatkan sertifikat agar benih yang dihasilkan berkualitas dan bebas
dipasarkan.
2. Processing
Untuk produsen pemula prosesing benih baik penjemuran, pembersihan
maupun sortasi dapat dilakukan secara manual tanpa mekanisasi. Prosesing
dengan manual mutunya biasanya lebih baik, karena akan terhindar dari
kerusakan fisik maupun fisiologis yang disebabkan oleh pengaruh perlakuan
mesin. Mutu harus dijaga tidak boleh tercampur dengan varietas lain (genetik,
fisik dan fisiologis). Ujikan benih yang telah diprosesing ke BPSB untuk
mendapatkan sertifikat dan label.
3. Kemasan
Kemasan diibuat menarik, mudah diingat (brand image), label benih yang
dilegalisir oleh BPSB selalu terpasang dalam kemasan, berikan cara teknik
budidaya, dan potensi produksi dari benih varietas tersebut agar konsumen
tertarik untuk mencoba.
4. Pasar
Untuk produsen pemula distribusi dapat dilakukan dengan 2 cara :
a. Pemasaran mandiri yaitu pemasaran yang dilakukan oleh produsen sendiri,
baik melalui kios atau langsung ke patani konsumen benih. Pasarkan benih
seluas-luasnya kepada petani konsumen benih untuk mengenalkan produk
benih yang dihasilkan, walaupun volumenya sedikit-sedikit. Yakinkan
bahwa produk benih lebih unggul dengan yang lain, lakukan jaminan
purna jual dengan cara kalau tidak tumbuh/jelek benih akan diganti
dengan yang baru.
b. Pemasaran dengan cara kemitraan dengan produsen yang sudah maju atau
BUMN seperti PT. Sang Hyang Seri atau PT. Pertani.
c. Kontinuitas produk, yaitu benih selalu tersedia.
5. Permodalan Modal usaha benih dapat dilakukan secara bertahap, untuk
pemula permodalan dapat dilakukan dengan kemitraan dengan produsen yang
telah maju atau BUMN.

III. KESIMPULAN
Peluang untuk pembangunan industri perbenihan di Indonesia itu sangatlah
besar. Hal ini ditandai dengan industri perbenihan maupun pembibitan sangat mudah
untuk dilaksanakan karena ditunjang dengan sumber daya alam maupun sumber daya
manusia yang memadai sehingga dapat membantu dalam proses pelaksanaannya.
Potensi dalam negeri untuk industri perbenihan cukup besar, mengingat
banyak penangkar andalan yang mampu berkembang menjadi industri perbenihan
swasta nasional yang utuh.

DAFTAR PUSTAKA

Balai Benih Tanaman Induk Padi Palawija dan Hortikultura. 2014. Benih Unggul
Sumatera Barat Meningkatkan Produksi dan Mensejahterakan Petani. Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat.

Sadjad. 1997. Kuantifikasi Metabolisme Benih. Jakarta: Gramedia.


Sari Rukmana Okta Sagita Chan. 2021. Industri Perbenihan dan Pembibitan Tanaman
Hortikultura di Indonesia : Kondisi Terkini dan Peluang Bisnis. Jurnal
Hortuscoler, 1(2): 26-31

Sumpena. 2005. Benih Sayuran. Depok: Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai