Anda di halaman 1dari 3

Ruang Lingkup Sosiologi Hukum

Sosiologi hukum berkembang atas suatu anggapan dasar bahwa proses hukum
berlangsung di dalam suatu jaringan atau sistem sosial yang dinamakan masyarakat. O.W.
Holmes, seorang hakim di Amerika Serikat, mengatakan bahwa kehidupan hukum tidak
berdasarkan logika, melainkan pengalaman.

Menurut Soerjono Soekanto, ruang lingkup sosiologi hukum meliputi

(1) pola-pola perilaku (hukum) warga masyarakat,

(2) hukum dan pola-pola perilaku sebagai ciptaan dan wujud dari kelompok-kelompok
sosial, dan

(3) hubungan timbal-balik antara perubahan- perubahan dalam hukum dan perubahan-
perubahan sosial dan budaya.

Dapat dikatakan juga bahwa letak atau ruang lingkup sosiologi hukum ada 2 (dua) hal,
yaitu:

1.      Dasar-dasar Sosial dari hukum atau basis sosial dari hukum. Sebagai contoh dapat
disebut misalnya: hukum nasional di Indonesia, dasar sosialnya adalah Pancasila, dengan ciri-
cirinya adalah gotong royong, musyawarah, dan kekeluargaan;

2.      Efek-efek hukum terhadap gejala-gejala sosial lainnya, sebagai contoh dapat disebut
misalnya:

a. Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan terhadap gejala kehidupan


rumah tangga.
b. Undang-undang No. 22 tahun 1997 dan Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang
narkotika dan narkoba terhadap gejala konsumsi obat-obat terlarang dan semacamnya
Selain itu, sejak abad ke-19 telah diusahakan oleh para sarjana sosiologi dan hukum
untuk memberikan batasan-batasan tertentu pada ruang lingkup sosiologi hukum. Pembatasan
tersebut diadasari oleh ilmu hukum yang erat hubungannya dengan ilmu-ilmu perilaku
lainnya (behavioral sciences) seperti yang telah diungkapkan di atas. Pembatasan dimaksud
memunculkan berbagai pendapat. Secara umum dapat dikelompokkan pada empat
pendekatan, yang biasanya dinamakan pendekatan instrumental, pendekatan hukum alam dan
pendekatan positivistic, dan pendekatan paradigmatik.

A. Pendekatan Instrumental
Adalah menurut pendapat Adam Podgorecki yang dikutip oleh Soerjono
Soekanto yaitu bahwa sosiologi hukum merupakan suatu disiplin Ilmu teoritis yang
umumnya mempelajari ketentraman dari berfungsinya hukum, dengan tujuan disiplin
ilmu adalah untuk mendapatkan prinsip-prinsip hukum dan ketertiban yang didasari
secara rasional dan didasarkan pada dogmatis yang mempunyai dasar yang akurat.
B. Pendekatan Hukum Alam
Adalah menurut Philip Seznik yaitu bahwa pendekatan instrumental
merupakan tahap menengah dari perkembangan atau pertumbuhan sosiologi hukum
dan tahapan selanjutnya akan tercapai, bila ada otonomi dan kemandirian intelektual.
Tahap tersebut akan tercapai apabila para sosiolog tidak lagi berperan sebagai teknisi,
akan tetapi lebih banyak menaruh perhatian pada ruang lingkup yang lebih luas. Pada
tahap ini, seorang sosilog harus siap untuk menelaah pengertian legalitas agar dapat
menentukan wibawa moral dan untuk menjelaskan peran ilmu sosial dalam
menciptakan masyarakat yang didasarkan pada keseimbangan hak dan kewajiban
yang berorientasi pada keadilan.( Rule of Law menurut Philip Seznick)
C. Pendekatan positivistic
Mengandalkan kemampuan pengamatan secara langsung (empiris) penalaran
yang digunakan induktif. Ilmu pengetahuan juga filsafat yang menyelidiki fkta dan
hubungan yang terdapat antara fakta-fakta.
D. Pendekatan paradigmatic
Pendekatan paradigmatic Thomas S.khun yang menyebut sebagai paradigma
dominan mencakup unsur-unsur kepercayaan nilai-nilai, aturan-aturan, cra-cara dan
dugaan-dugaan yang dipunyai keluarga masyarakat tertentu.

Sosiologi hukum memiliki beberapa macam:


A. sosiologi hukum mampu memberi penjelasan tentang satu dasar terbaik untuk lebih
mengerti Undang-undang ahli hukum ketimbang hukum alam, yang kini tak lagi
diberi tempat, tetapi tempat kosong yang ditinggalkannya perlu diisi kembali.
B. Kedua, sosiologi hukum mampu menjawab mengapa manusia patuh pada hukum dan
mengapa dia gagal untuk menaati hukum tersebut serta faktor-faktor sosial lain yang
memengaruhinya.
C. Ketiga, sosiologi hukum memberikan kemampuan-kemampuan bagi pemahaman
terhadap hukum di dalam konteks sosial.
D. sosiologi hukum memberikan kemampuan-kemampuan untuk mengadakan analisis
terhadap efektivitas hukum dalam masyarakat, baik sebagai sarana pengendalian
sosial, sarana untuk mengubah masyarakat, maupun sarana untuk mengatur interaksi
sosial, agar mencapai keadaan-keadaan sosial tertentu.
E. sosiologi hukum memberikan kemungkinan dan kemampuan-kemampuan untuk
mengadakan evaluasi terhadap efektivitas hukum di dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai