Anda di halaman 1dari 34

MENYUSUN MATRIKS

PENELITIAN HUKUM

Oleh:
MOHAMMAD JAMIN
Hp. 08122988058
Email : nimajhom@gmail.com ; jamin_mh@yahoo.com
TAHAPAN PENELITIAN
A. Tahap Persiapan :
 Mengenali Konsep Hukum yang ada
 Menyusun Matriks Penelitian
 Menyusun Proposal/Usulan Penelitian

B. Tahap Pelaksanaan :
 Mengumpulkan Data/Bahan hukum
 Mengolah dan Menyajikan Data/Bahan Hukum
 Menganalisis Data/Bahan Hukum

C. Tahap Pelaporan :
 Penulisan Disertasi/Tesis: Sistematika dan Materi Muatan
III. MENYUSUN MATRIKS PENELITIAN

1 2 3 4 5 6 7

Judul Rumusan Obyek Pende Metode Output


Teori
Penelitian Masalah Penelitian katan Penelitian Penelitian
yg diiha--
silkan
MANFAAT MATRIKS
• Penyusunan matriks penelitian merupakan tahap awal penulisan proposal
penelitian, karena memuat langkah-langkah operasional penelitian.
• Matriks penelitian berfungsi sebagai pedoman yang menggariskan apa
yang harus dijabarkan dalam proposal penelitian. Ketujuh matriks tsb
merupakan kerangka proposal penelitian hukum yang akan dilakukan.
• Matriks tsb menggambarkan langkah2 yg hrs dijalankan ketika menulis
proposal penelitian hukum. Ketujuh langkah tsb hendaklah dilaksanakan
secara berurutan. Artinya langkah pertama merupakan persyaratan untuk
masuk ke langkah kedua. Langlah kedua merupakan prasayarat untuk
langkah ketiga dst.
Catatan :
• Mustahil seorang peneliti dapat menentukan metode penelitian sebelum
ia dapat menentukan apa yang akan cari/ukur dalam penelitian. M = f
(K/M).
ARTI MATRIKS
• Tema Penelitian didasarkan pada obyek kajian formal (bidang hukum
tertentu) dan material Ilmu Hukum. Tema harus terkait dengan
masalah / isue hukum  Bukan ISUE SOSIAL !!!
• Isue hukum bisa berupa :
• Kekaburan/ketidakjelasan norma (vague norm)
• Kekosongan norma (recht vacum)
• Konflik norma (conflict of norm)
• Unvaliditas norma (unvalidity norm)
• Ketidakcukupan norma (unsuficient norm)
• dsb
• Rumusan Masalah disusun berdasarkan tema yang sudah ditetapkan.
Dirumuskan dalam bentuk pertanyaan dan dalam sebuah kalimat
tanya yang utuh. Pertanyaan ini yg hrs dijawab peneliti setelah
meneliti. Pekerjaan pokok peneliti adalah menjawab pertanyaan
penelitian yang dirumuskan sendiri.
LANJUTAN ARTI MATRIKS…

• Obyek penelitian adalah sesuatu (benda/orang) yang akan


memberikan data yang dipergunakan untuk menjawab
rumusan masalah penelitian.
• Pendekatan dapat ditetapkan setelah peneliti memandang
obyek penelitian dari sebuah sisi, misal pendekatan normatif-
postivis. Pendekatan normatip-postivis terhadap sebuah
obyek penelitian menyebabkan peneliti mencari dasar2
hukum positip yang bisa memberikan jawaban konseptual
terhadap rumusan masalah.
• Teori diperlukan untuk memberikan kerangka konseptual
terhadap sesuatu (variabel, dimensi, aspek) yang akan diteliti
DAN menjadi PISAU ANALISIS membedah masalah. Utk
penelitian hukum normatif “teori” dpt berupa doktrin, asas,
prinsip2 dan norma.
LANJUTAN ARTI MATRIKS…
• Metode penelitian ditetapkan jikalau peneliti sudah
tahu persis apa yang akan diukur. Jikalau ia ingin
mengukur variabel, dimensi yang berkaitan dengan
manusia sebagai obyek penelitian, tentu ia akan
memilih survey dan wawancara untuk mendapatkan
data. Jikalau ia ingin mengukur sesuatu yang terkait
dengan benda sebagai obyek, misal dokumen hukum,
ia akan memilih studi pustaka/dokumen untuk
mendapatkan bahan hukum tsb.
• Output Penelitian : penting untuk memberikan arah
pada analisis, yaitu untuk menafsirkan data penelitian.
1. MENENTUKAN TEMA PENELITIAN HUKUM
Yang perlu diperhatikan:
Aspek Objektif ( terkait materi / bidang yg akan diteliti ) :
• Harus didasarkan pada obyek kajian formal dan material
Ilmu Hukum yang terkait dg fenomena / masalah hukum.
Misal : Bidang HTN ttg Suksesi/ Pemakzulan/impeachment
Aspek Subjektif ( terkait dg peneliti ):
• Perlu dipertimbangkan aspek kemampuan, dana, data, &
waktu yg tersedia
Tema penelitian biasanya tercermin pada judul penelitian
Contoh : “Pergeseran Politik Hukum Pengakuan Peradilan
Adat Di Provinsi Papua Pasca Berlakunya UU Otonomi
Khusus “
PANDANGAN EKSTRA ILMIAH DALAM MEMILIH TEMA

MINAT DAN KEPENTINGAN PENELITIAN

PEMILIHAN
KEPENTINGAN
MASALAH
UMUM/MASYARAKAT PENELITIAN

RESISTENSI SOSIAL, KULTURAL,


DAN IDIOLOGIS

(Sanapiah Faisal, 2001:39)

09/11/21 JAMIN_MH@YAHOO.COM 9
PANDANGAN ILMIAH DALAM MEMILIH MASALAH

MASALAHNYA DAPAT DITELITI

PEMILIHAN
MASALAH BARU DAN PENTING
MASALAH
PENELITIAN

MASALAH MEMENUHI
PERSYARATAN TEKNIS
METODOLOGIS

(Sanapiah Faisal, 2001:44, lihat pula Saifudin Azwar, 2003:12, , Forcese&Richer,1973:19))

09/11/21 JAMIN_MH@YAHOO.COM 10
2. MERUMUSKAN MASALAH PENELITIAN

Masalah / Problem adalah :


• Sesuatu hal yg blm diketahui jawabnya
• Kesenjangan antara das sollen dan das sein
• Mengandung berbagai pertanyaan dan keraguan
• Mengundang minat / niat peneliti utk mencari (searching/
researching) informasi yg akurat dan keterandalan
(data/bahan hukum) guna menjawab apa yang ingin
dijawab/diketahui

 Masalah Penelitian adalah sesuatu yang dipertanyakan


oleh peneliti dan yang akan dicari pemecahannya atau
jawabannya ;
 Tiadanya masalah maka tidak akan ada pencarian /
penelitian ;
Ciri2 masalah yang baik:
1. Mempunyai nilai / bobot penelitian, yaitu:
• Mempunyai keaslian (bukan plagiat) / blm pernah diteliti
• Merupakan hal yang penting untuk dipecahkan
• Dapat diuji / diteliti
2. Mempunyai fisibilitas / dpt dipecahkan, yaitu:
• Data/bahan hukum dapat dikumpulkan
• Metode untuk memecahkan masalah tersedia
• Biaya, waktu & kemampuan dapat terjangkau
3. Sesuai dg kualifikasi peneliti, yaitu:
• Sesuai dengan disiplin keilmuan peneliti
EXPLICIT

RELEVANT PRECISE

DELINEATED =
FUNCTIONAL RESEARCH describe or portray
QUESTIONS (something)
precisely.

ORIGINAL FEASIBLE

EMBEDDED =
firmly and deeply
SUMBER MENDAPATKAN MASALAH PENELITIAN

Masalah dapat dicari dalam :


• Pengamatan terhadap kegiatan / prilaku manusia / gejala di
masyarakat;
• Bacaan : majalah, koran, jurnal, buku teks, peraturan,
putusan hakim, dsb.
• Analisis bidang pengetahuan; Analisis atas Kebijakan
• Perluasan penelitian yang telah ada;
• Pengalaman / catatan pribadi;
• Praktek dalam masyarakat;
• Mengikuti kuliah / diskusi / seminar, advokasi, dsb.
Pengujian dlm menetapkan kelayakan masalah
yg akan diteliti:

• Apakah masalah itu urgen utk dipecahkan, baik utk


pengembangan ilmu hukum, kebutuhan praktek hukum
atau pengambilan dan pengembangan kebijakan ?
• Apakah masalah yg dipilih didukung oleh metode penelitian
yg akan diterapkan ?
• Apakah diperlukan kemampuan2 khusus utk memecahkan
masalah hukum yg diteliti ?
KENDALA MERUMUSKAN MASALAH PENELITIAN

Dalam Penelitian Hukum Doktriner :


• Kurang menguasai teori2 / dasar2 dlm Hukum Positip.
• Tdk dpt menemukan kekurangan2 teoritis/normatif dlm peraturan perundang-undangan
yg menjadi pusat perhatiannya,
• Tdk tertarik utk mendalami suatu permasalahan dg mengadakan penelitian secara
mendalam
Dalam Penelitian Hukum Non-Doktriner :
• Ada kalanya masalah sangat menarik, akan tetapi data yg diperlukan utk memecahkan
masalah sulit didapatkan,
• Tdk ada pengetahuan ttg sumber2 dari masalah yg diteliti,
• Terlalu banyak masalah yg dihadapi, shg ada kesulitan dlm mengadakan seleksi,
• Peneliti tdk tahu masalah penelitian & kegunaan penelitian yg dilakukan.
• Tidak percaya diri mengembangkan penelitian lintas disipliner.
Merumuskan Masalah Penelitian Hukum
• Masalah penelitian pada umumnya dirumuskan dm bentuk
pertanyaan.
• Rumusan masalah menempati posisi kunci dlm sebuah
penelitian hukum. Jika tidak ada, maka penelitian tidak ada
arahnya.
• Rumusan masalah memberikan arah pada penelitian
hukum dan menentukan nasib penelitian selanjutnya.
• Rumusan masalah menunjuk pada apa yg kelak akan
dihasilkan oleh penelitian.
• Rumusan masalah untuk tesis berkarakter diagnostik
evaluatif, atau preskriptif.
3. MENENTUKAN OBYEK PENELITIAN

• Obyek penelitian adlh sesuatu yg diteliti dpt berupa benda


atau orang, yg dpt memberikan data2 penelitian.
• Berupa benda misal : dokumen, yg berupa bahan2 hukum.
Ada bahan hukum primer, sekunder, dan tersier.
• Yg berupa orang misal : perilaku orang yg dpt berupa
perilaku verbal dan perilaku nyata.
• Obyek penelitian ini akan menegaskan darimana
data/bahan hukum penelitian akan diperoleh.
• Obyek ini akan menjelaskan apa atau siapa yg memberikan
data/ bahan hukum. Karena itu obyek penelitian harus
berujud nyata, spesifik, dan bisa memberikan data/bahan
hukum tsb.
4. MENENTUKAN PENDEKATAN PENELITIAN

• Pendekatan penelitian dipakai untuk menentukan dari sisi


mana sebuah obyek penelitian akan dikaji.
• Penelitian ilmu hukum bisa menggunakan pendekatan
normatif dan sosiologis.
• Kalau dia memilih pendekatan normatif, dapat meliputi
pendekatan konseptual, pendekatan undang-undang,
pendekatan kasus, pendekatan perbandingan, pendekatan
historis, dan pendekatan filosofis.
• Jika memilih pendekatan sosial, maka peneliti memilih
pendekatan makro atau mikro. Yang makro misalnya
pendekatan struktural-fungsional, konflik, sitem; sedangkan
yang mikro misalnya pendekatan simbolik interaksionis,
fenomenologi, hermeneutik, dsb.
5. MENENTUKAN TEORI PENELITIAN
• Teori merupakan pisau analisis (jawaban konseptual) dari
rumusan masalah penelitian.
• Jawaban empiris rumusan masalah penelitian diperoleh
melalui penelitian, persisnya dari data dan analisis data.
• Teori diperlukan dalam penelitian hukum, karena ia
membantu peneliti hukum untuk menentukan apa yang akan
dinilai dan diukur dari obyek penelitian.
• Teori juga penting, karena teori bisa menjelaskan
pemahaman peneliti ttg obyek penelitiannya.
• Semakin paham seorang peneliti ttg obyek penelitiannya,
semakin menyeluruh dia bisa merumuskan/menentukan teori.
• Semakin menyeluruh teori yg bisa ditulis, semakin lengkap
apa yg dihasilkan utk dianalisis.
Terdapat tiga jenis tehnik penamaan utk teori yg dipakai dlm
penelitian hukum :

T e o r i.
Dalam konteks ini, ada teori hukum yang dipakai. Misal : teori Ketaatan Hukum dr
Tyler, HC Kelman, dsb.

Kerangka Teori.
Hal ini muncul kalau tdk ada teori hukum yg khusus dipakai dlm penelitian. Tetapi,
tdk ada teori hukum tdk berarti penelitian hukum boleh berhenti. Peneliti hrs membangun
kerangka teori. Syaratnya adalah, mereka membangun teori dari berbagai teori yg cocok
dari ilmu lain spt psikologi, sosiologi, ekonomi, dsb.

Kerangka Pikir.
Hal ini menyiratkan bahwa kandungannya tdk mencakup teori hukum dan teori ilmu
lain. Yg ada hanyalah proposisi, pengertian, baik dari sudut pandang ilmu hukum
maupun dari ilmu lain. Dari semua inilah peneliti membangun kerangka pikir yg pada
gilirannya melahirkan sesuatu yg bisa diukur/dikualifisir dalam penelitian.
Konstruksi dan Klasifikasi Teori Hukum
LAW AS IT IS LAW AND SOCIAL DIMENSIONS RIGHTS AND JUSTICE
MORALITY OF LAW
British Legal Natural Law Sociological Jurisprudence Fundamental Legal
Positivism and Sociology of Law
-Positivism and Legal
Tradition in -Sociology, Sociology of
Conceptions: the Building
Positivism Jurisprudence Law, and Sociological Blocks of Legal Norms
-Thomas Hobbes and -Law of Nature, Jurisprudence -Bentham and
Leviathan -Society and Class Struggle:
Natural Right and Classification of Legal
-Jeremy Bentham: Law the Sociology of Karl Marx
and the Principle of Natural Law -Max Weber and the Mandates
Utility -Two Great issues Rationalisation of the Law -Hohfeld’s Analysis of
-John Austin’s in Natural Law -Law and Social Solidarity: Jural Relations: the
Command Theory of Emile Durkheim’s Legal
Law
theory Sociology
Exeption of Fundamental
-Herbert Hart’s New -Fusion of Law -Law and Social Solidarity: Legal Conceptions
Beginning: the Burial and Moral in Emile Durkheim’s Legal -Connecting the Two
of the Command Early Societies Sociology Boxes in Hohfelds System
-Concept of Law -The Living Law: the Legal
-British Positivism’s -Natural law Sociology of Eugen Ehrlich -Some Logical Puzzles in
Contribution to Thinking and -Rescou Pond and Law as Hohfelds System
Jurisprudence Greek PhiloSophy Social Engineering -Value of Hohfeld’s
Germanic Legal -The Achievement of
Positivism Sociological Tradition
System
-From Epiricism to Radical Jurisprudence:
Transcendental Challenges to Liberal Legal
Idealism Theory
LAW AS IT IS LAW AND SOCIAL DIMENSIONS RIGHTS AND JUSTICE
MORALITY OF LAW
-From -Reception of Natural -Liberalism and liberal -Connecting the Two
transcendental law in Rome legal theory
idealism to the pure
Boxes in Hohfelds System
-Christian Natural law -Challenges of the legal -Some Logical Puzzles in
theory of law
-Theological critical legal studies (CSL)
-Distingushing legal Hohfelds System
and moral norms Beginnings of a secular movement
natural law -Postmodernist challenge -Value of Hohfeld’s
-Validity and the
basic norm -Rise of secular natural -Feminist jurisprudence System
-Logical unity of the law: Natural Rights -Challenge to liberal Justice
legal order and and Social Contract jurisprudence: conducting -Justice according to Law
determining whether -John Finnis’ thoughts
a norm belongs to
and Justice of the Law
the legal order
restatement Classical Economic Analysis of -Justice as Virtue
-Legitimacy and natural law Law -Legal Justice
revolution -The enduring legacy -Transaction cost and the
-Distributive Justice as
-International law of natural law theory law
-Am evaluation of Separation of Law and -Efficiency of the Social Justice
the pure theory of Morality common law hypothesis -Justice as Fairness: Rawls
law -Lon Fuller on the -Public choice theory: the Theory of Justice
Realism in Legal
Theory
Morality of Law economics of legislation -Entitlement Theory of
-Legal formalism -Ronald Dworkin and -Efficiency, wealth Justice: Noxick’s
and legal positivism the Integrity of Law maximixation and justice Response to Rawls
-American realism -Evolutionary Theory of
-Scandinavian
realism Justice
GRAND THEORY, MIDLE RANGE THEORY DAN
APPLIED THEORY (ILMU SOSIAL)
• Ilmu sosial berkembang begitu kompleks dan begitu rumit,
begitu banyak teori sosial (baru).
• Namun apabila disusun strukturnya, dalam ilmu-ilmu sosial
selain paradigma dikenal pula struktur ilmu, seperti rumpun
teori yang dapat dikelompokkan kedalam : grand theory,
middle theory, dan application/applied theory.
• Dari struktur ini kemudian menghasilkan konseptualisasi
dan metodologi.
GRAND THEORY
• Grand theory adalah setiap teori yang memberi penjelasan keseluruhan dari kehidupan
sosial, sejarah, atau pengalaman manusia.
• Grand theory, istilah yang diciptakan oleh C. Wright Mills dalam ‘The sociological
imagination (1959)’ yang berkenaan dengan bentuk abstrak tertinggi suatu peneorian
yang tersusunan atas konsep-konsep yang diprioritaskan agar dapat mengerti dunia
sosial.
• Grand theory pada umumnya adalah teori-teori makro yang mendasari berbagai teori di
bawahnya. Disebut grand theory karena pada saat ini teori-teori itu menjadi dasar lahirnya
teori-teori lain dalam berbagai level, di sebut makro karena teori-teori ini berada dilevel
makro, bicara tentang struktur dan tidak berbicara fenomena-fenomena mikro.
• Grand theory adalah teori keseluruhan atau yang  secara garis besar berusaha
menjelaskan suatu permasalahan atau kasus.
• Smith (1994) : Fungsi utama grand theories adalah sebagai sumber utama yang
selanjutnya akan dikembangkan oleh middle-range theories.
CONTOH :
• Teori Tingkat Adaptasi (Herons, 1959)
• Teori Kohesivitas dalam kelompok (seashore, 1954)
• Teori Perkembangan Masyarakat (Ferdinand Tonnies)
• Teori Evolusi Budaya (Julian H.Stewart)
• Teori Negara Hukum ????
MIDDLE-RANGE THEORY 
• Middle-range theory dikemukakan oleh sosiolog Robert Merton dalam ‘Social
theory and social Structure’ (1957) untuk menghubungkan pemisah diantara
hipotesis-hipotesis terbatas dari studi empirisme dan teori-teori besar yang abstrak
yang diciptakan Talcott Parson.
• Mid-range theory disepakati sebagai suatu bidang yang relatif luas dari suatu
fenomena, tapi tidak membahas keseluruhan fenomena dan sangat
memperhatikan kedisiplinan (Chinn and Kramer, 1995, p 216).
• Mid range theory ini dipergunakan sebagai hipotesis yang patut diuji, bukan 
sebagai perangkat pengatur studi.
• Middle-range theory itu sendiri adalah pembahasan yang lebih fokus dan mendetail
atas suatu grand theory.
• Middle theory adalah teori tersebut berada pada level mezzo, level menengah,
dimana focus kajiannya makro dan juga mikro.
CONTOH :
• Teori Differential Association (Edwin H. Suterland)
• Teori Konvergensi (Horton & Hunt)
• Teori Stratifikasi Sosial
• Teori Fungsionalisme Struktural
• Teori Perubahan Sosial
APPLIED THEORY
• Sedangkan theory disebut sebagai application theory karena teori
ini berada dilevel mikro dan siap untuk diaplikasikan dalam
konseptualisasi.
• Applied Teori merupakan teori yang berada di level mikro dan siap
diaplikasikan dalam konseptualisasi (Doughert y & Pfaltzgraff
1990, 10-11).
Contoh :
• Teori kesadaran hukum.
• Teori pemidanaan dsb.
6. MEMILIH METODE PENELITIAN YANG TEPAT

• Metode penelitian merupakan kelanjutan dari matriks teori


penelitian. Tatkala seorang penstudi hukum sudah berhasil
menuliskan apa yang harus diungkap dalam akhir matriks teori
penelitian, maka pada saatnya harus mengisi matriks metode
penelitian.
• Metode penelitian hanya bisa ditulis kalau Teori/Kerangka Teori/
Kerangka Pikir penelitian sudah menjelaskan apa yang akan
diungkap. Bila apa yang harus diungkap tersebut menunjuk pada
sesuatu yang sangat lengkap, tentunya metode penelitian yang
harus dipakai juga menjadi semakin jelas.
• Metode penelitian hanya bertugas menjelaskan bagaimana
mengungkapkan sesuatu yang ingin diungkapkan. Apa yang
ingin diungkapkan sendiri sudah harus ada dalam metode
penelitian. Karena itu, cara memakai metode penelitian harus
sebangun dengan teori penelitiannya.
7. MENENTUKAN OUTPUT PENELITIAN (DISERTASI/TESIS)

• Redesigning the legal systems  reconstruction or legal


reform;
• Redesigning the operations  mechanism, cooperation,
interaction of legal structure
• Redesigning the output or product (expected results) 
model, design, prototype, theory of law.
CONTOH ISIAN MATRIKS UNTUK PENELITIAN
Tema/ Rumusan Obyek Pendekatan Teori / Metode Output
Judul Masalah Penelitian Penelitian Kerangka Penelitian
Teori / Pikir
Pergeseran 1. Apa hakikat - UU Otsus 1. Yuridis- • Teori negara • PH normatif Design baru
Politik peradilan adat Papua Positivis kesatuan (content politik hukum
Hukum dalam - UU 2. Sosial
• Teori hierarki identication) pengakuan
Pengakuan masyarakat Kekuasaan Mikro
Peradilan hukum adat di kehakiman dan dilengkapi peradilan adat
Adat di Papua ? - Perdasus harmonisasi konfirmasi data yang responsif
Parovinsi 2. Mengapa Peradilan perundang- empiris MHA.
Papua terjadi Adat undangan (wawancara)
Pasca pergeseran - Perilaku • Teori hukum • Pendekatan :
Berlaknunya politik hukum para aktor
responsif perundang-
UU Otonomi pengakuan peradilan
Khusus Peradilan Adat adat. • Teori keadilan undangan, historis,
pasca (restoratif) konseptual, filsafat,
berlakunya UU • Teori dan perbandingan.
Otonomui pluralisme & • Analisis kualitatif,
Khusus ? multikulturalism interpretasi hukum ,
3. Bgmn
e hermeneutika
konstruksi
politik hukum • Teori otonomi dengan
pengakuan PA masyarakat memperhatikan
dalam sistem hukum adat sinkronisasi teks
kekuasaan maupun konteks
kehakiman hukum secara
yang responsif
vertikal maupun
bagi MHA di
Papua ? horisontal .
LANDASAN
KERANGKA TEORITIK
KONSEPTUAL

Teori Negara Kesatuan (Masalah 2) : Konsep Politik


CF. Strong, R. Kranenburg , Jimmly Asshiddiqie,
1Apa hakikat PA
bagi MHA di Hukum
Bagir Manan, Yusril Ihza Mahendra
Provinsi Papua ?
Teori Hukum Responsif (Masalah 2,3) : Konsep Pengakuan
Philip Nonet Zelznick, Satjipto Rahardjo, (Recognition)
Mengapa terjadi
Bernard L. Tanya
pergeseran
2
politik hk
Teori Keadilan - Restoratif (Masalah 1,3) :
pengakuan PA Konsep MHA
Dignan, Michael Wenzel, Mark S. Umbreit &
bagi MHA di
Marilyn Peterson, Burt Galaway & Joe Hudson
Provinsi Papua
pasca Konsep
Teori Hierarki/Harmonisasi Perundang-
Undangan (Masalah 2, 3) :
berlakunya UU Peradilan
Otsus? Adat
Hans Kelsen, Peter Noll , Maria Farida Indrati,
Jimly Asshiddiqie , LM. Gandhi
Konsep Sistem
Bagaimana
formulasi politik hk Kekuasaan
Teori Pluralisme dan Multikulturalisme 3
pengakuan Kehakiman
Hukum (Masalah 1,3) :
kelembagaan,
John Griffiths, Myrna A Safitri , Caleb Rosado
kewenangan, dan
putusan PA dlm Konsep Otsus
Teori Hak Asasi & Otonomi KMHA sistem kekuasaan Papua
(Masalah 1, 3) : kehakiman yang
UNDRIP, Van Vollenhoven . responsif MHA ?

33
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai