Namun sesungguhnya kata hukum yang digunakan oleh masyarakat itu sendiri berasal dari bahasa
arab yang diserap menjadi bahasa Indonesia yaitu “( “ﺤﮑﻢhukm) jamak dari ahkam yang berarti
“putusan” (judgement, verdict, decision), “ketetapan” (provision), “perintah” (command),
“pemerintahan” (government), “kekuasaan” (authority, power), “hukuman” (sentences) dan lain-lain.
Kata kerjanya hakama yahkumu yang bermakna “memutuskan”, “mengadili”, “menetapkan”,
“memerintahkan”, “menghukum”, “mengendalikan” dan lain sebagainya.
Selain dalam bahasa arab, istilah “hukum” juga dikenal dalam bahasa lain seperti law dalam
bahasa inggris, recht dalam bahasa Jerman dan Belanda atau kata latin Ius. Kata “hukum” kemudian
dipergunakan lebih jauh dalam perbendaharaan kata dalam bahasa Indonesia seperti kata “hukuman”,
“terhukum”, “penegak hukum”, “hakim”, “kehakiman”, “mahkamah” dan banyak lagi.
Kata hukum dalam al-Qur’an dipahami sebagai “putusan” atau “ketetapan” terhadap suatu
masalah. Putusan atau ketetapan yang tidak hanya mengatur hubungan antara khaliq (pencipta) dan
makhluq (yang diciptakan) tapi juga antar manusia yang didalamnya mengatur tentang hukum
amaliyah (fiqh), hukum tauhid (aqidah) maupun yang berhubungan dengan hukum etika (akhlaq).
Oleh karena itu sering kita mendengar bahwa Islam paling tidak terdiri dari iman dan amal, yaitu
keyakinan monotheis manusia yang dilingkupi dengan kompetensi keilmuan yang luas untuk secara
tepat dan benar di amalkan baik untuk hubungannya dengan khaliq (sang pencipta) maupun dengan
makhluq (yang diciptakan).
Kata hukum yang dikenal dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab hukm yang berarti
putusan (judgement) atau ketetapan (Provision). Dalam buku Ensiklopedi Hukum Islam, hukum
berarti menetapkan sesuatu atas sesuatu atau meniadakannya. Sementara dalam A Dictionary of Law
dijelaskan tentang pengertian hukum sebagai berikut:
Law is “the enforceable body of rules that govern any society or one of the rules making up the
body of law, such as Act of Parliament.[i][1] (Hukum adalah suatu kumpulan aturan yang dapat
dilaksanakan untuk mengatur/memerintah masyarakat atau aturan apa pun yang dibuat
sebagai suatu aturan hukum seperti tindakan dari Parlemen).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Ruang Lingkup Hukum islam?
2. Bagaimana ciri-ciri Hukum Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Hukum Islam (syari’ah)
Makna syari’ah adalah jalan ke sumber (mata) air, dahulu (di arab) orang
mempergunakan kata syari;ah untuk sebutan jalan setapak menuju ke sumber (mata) air yang
diperlukan manusia untuk minum dan membersihkan diri.[1]
Kata syari’ah ini juga berarti jalan yang lurus, jalan yang lempang tidak berkelok-
kelok,juga berarti jalan raya. Kemudian penggunaan kata syari’ah ini bermakna peraturan,
adapt kebiasaan, undang-undang dan hukum.
Syariah islam berarti segala peraturan agama yang di tetapkan Allah untuk ummat islam,
baik dari Al-Qur’an maupun dari sunnah Rasulullah saw. yang berupa perkataan,perbuatan
ataupun takrir (penetapan atau pengakuan).
Pengertian tersebut meliputi ushuluddin (pokok-pokok agama), yang menerangkan
tentang keyakinan kepada allah berserta sifat-sifatnya, hari akhirat dan sebagainya, yang
semuanya dalam pembahasan ilmu tauhid atau ilmu kalam. Ia juga mencakup kegiatan-
kegiatan manusia yang mengarah kepada pendidikan jiwa dan keluarga serta masyarakat.
Demikian pula tentang jalan yang akan membawanya kepada kehidupan yang sejahtera dan
bahagia. Ini semuanya termasuk dalam pembahasan ilmu akhlak.
Menurut pengertian-pengertian tersebut, syariah itu meliputi hokum-hukum Allah bagi
seluruh perbuatan manusia, tentang halal,haram makruh,sunnah dan mubah pengertian inilah
yang kita kenal ilmu fiqih, yang sinonim dengan istilah “undang-undang”.
Para pakar hukum islam selalu berusaha memberikan batasan pengertian “Syariah” yang
lebih tegas, untuk memudahkan kita mebedakan dengan fiqih,yang dia antaranya sebagai
berikut:
a. Imam Abu Ishak As-syatibi dalam bukunya Al-Muwafaqat ushulil ahkam mengatakan :
Artinya “ bahwasannya arti syariat itu sesungguhnya menetapkan batas tegas bagi orang-
orang mukallaf dalam segala perbuatan,perkataan dan akidah mereka.
b. Syikh Muhammad Ali ath-thawi dalam bukunya kassyful istilahil funun mengatakan :
Artinya “Syariah yang telah diisyaratkan Allah untuk para hambanya, dari hokum-hukum
yang telah dibawa oleh seseorang nabi dan para nabi Allah as. Baik yang berkaitan dengan
cara pelaksanaanya, dan disebut dengan far’iyah amaliyah, lalu dihimpun oleh ilmu kalam
dan syari’ah ini dapat disebut juga pokok akidah dan dapat disebut juga dengan diin(agama)
dan millah.
Definisi tersebut menegaskan bahwa syariah itu muradif(sinonim) dengan diin dan
milah(agama). Berbeda dengan ilmu fiqih, karena ia hanya membahas tentang amaliyah
hukum(ibadah), sedangkan bidang akidah dan hal-hal yang berhubungan dengan alam ghaib
dibahas oleh ilmu kalam atau ilmu tauhid.
c. Prof.DR. Mahmud Salthut mengatakan bahwa :
“sayariah ialah segala peraturan yang telah diisyaratkan allah,atau ia telah mensyariatkan
dasar-dasarnya, agar manusia melaksanakannya, untuk dirinya sendiri dalam berkomunikasi
dengan tuhannya dengan sesama muslim dengan sesama manusia denga alam semesta dan
berkomunikasi dengan kehidupan.”
b. muamalah dalam arti luas : mauamalah dalam arti khusus dan luas brsifat
terbuka untuk di kembangkan oleh manusia yang memenuhi syarat dari masa
ke masa
c. hasil ijtihad manusia yang memenuhi syarat tentang wahyu dan sunna
[1] Ali, Mohammad Daud: hukum islam. Jakarta: rajawali press, 1998.,hal 235.
[2] Rasjidi, H.M.: Hukum Islam dan Pelaksanaanya dalamSejarah. Jakarta: Bulan Bintang,
1976, hal 25.
[3] T.M Hasbi Ash shieddieqy. Falsafah Hukum Islam. Jakarta: Tintamas 1975, hal 156-212.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tujuan diturunkanya hukum islam adalah untuk kepentingan, kebahagiaan,
kesejahteraan, dan keselamatan umat manusia di dunia dan di akhirat kelak. dapat
disimpulkan, bahwa syariat Islam bukan hanya mengatur urusan dan persoalan yang dibahas
oleh agama, tetapi juga urusan dan persoalan yang dibahas oleh ideologi. Dengan lingkup
syariat Islam yang meliputi dua wilayah ini—agama dan ideologi—maka tepat sekali jika
Islam disebut sebagai agama dan ideologi sekaligus. Artinya, secara mendasar, Islam jelas
berbeda dengan Kristen, Yahudi, Hindu, Budha, dan sebagainya yang bersifat spiritual.
Syariat agama-agama non-Islam di atas pada faktanya hanya membahas urusan dan persoalan
spiritual (keakhiratan) sehingga hanya layak disebut sebagai agama. Sebaliknya, urusan dan
persoalan keduniaan yang dibahas oleh ideologi, tidak dibahas oleh agama-agama non-Islam
tersebut. Islam juga berbeda dengan ideologi-ideologi lain seperti Kapitalisme dan
Sosialisme. Kedua ideologi tersebut pada faktanya juga hanya membahas urusan dan
persoalan keduniaan semata. Sebaliknya, urusan dan persoalan spiritual (keakhiratan) yang
dibahas oleh agama tidak dibahas oleh keduanya. Karena itu, baik Kapitalisme maupun
Sosialisme tidak dapat disebut sebagai agama, tetapi lebih tepat disebut sebagai ideologi.
3.2 Saran
Untuk menyempurnakan makalah ini, kami berharap bagi para pembaca untuk
memberikan saran dan kritikan yang sifatnya membangun dan berguna, agar makalah ini bisa
mencapai kesempurnaan pada penyusunan selanjutnya. Sebelum dan sesudahnya penyusun
mengucapkan terima kasih.
Daftar Pustaka
Ali, Mohammad Daud. Pengantar Ilmu hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada, 1998.
http://zidandemak.blogspot.com/2011/12/definisi-dan-karakteristik-hukum-dalam.html
http://aszufri92.wordpress.com/makalah-3/hukum-taklifi-dan-wadhi/
http://artipengetahuan.blogspot.com/2013/02/hukum-islam-dan-cedaw.html
[1] Martin, Elizabeth A. (editor) A Dictionary of Law. Fourth Edition. (New York: Oxford
University Press 1997).