Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh:
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh:
i
PELAKSANAAN E-COUR T DAN DAMPAKNYA TERHADAP
PENYELESAIAN PERKARA DI PENGADILAN AGAMA
JAKARTA PUSAT
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh:
Muchammad Razzy Kurnia
NIM. 11160480000060
Pembimbing I Pembimbing II
ii
iii
ABSTRAK
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Waasyukurillah, segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang senantiasa telah memberikan rahmat, nikmat, dan karunia-Nya kepada kita semua.
Peneliti menghaturkan shalawat serta salam yang senantiasa kita curahkan kepada Baginda
Rasul Nabi besar kita Muhammad SAW, kepada segenap keluarga, sahabat serta umatnya
sepanjang zaman, yang Insya Allah kita ada di dalamnya, aamiin Yaa Rabbal’alamin..
Berkat rahmat, nikmat serta anugrah yang telah Allah SWT berikan, peneliti mampu
menyelesaikan penelitian skripsi ini yang berjudul “Pelaksanaan e-Court dan Dampaknya
Terhadap Penyelesaian Perkara di Pengadilan Agama Jakarta Pusat”. Peneliti telah melewati
proses perjalanan yang panjang dan tidak mudah untuk menyelesaikan penelitian skripsi ini,
banyak hambatan, tekanan jiwa dan raga yang telah dilalui, sampai pada akhirnya berkat
kesungguhan, kerja keras, doa serta Ridho Allah SWT, peneliti telah sampai pada titik akhir
proses penyelesaian skripsi ini.
Dalam penelitian ini peneliti banyak mendapatkan bimbingan, arahan dan bantuan dari
berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih yang
terhormat:
1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu Hukum dan Drs.
Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang turut berkontribusi dalam pembuatan skripsi ini.
3. Dr. Syahrul Adam M. Ag. dan Faris Satria Alam, M.H Pembimbing Skripsi yang telah
bersedia meluangkan waktu, pikiran dan tenaga serta kesabaran dan keikhlasan dalam
membimbing, memberikan arahan, saran dan motivasi yang sangat berharga kepada peneliti,
sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini.
4. Kepala Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Ketua Pengadilan Agama
Jakarta Pusat yang telah membantu menyediakan fasilitas yang memadai untuk peneliti, guna
mengadakan studi kepustakaan dalam penyelesaian skripsi.
vi
5. Kepada Kedua orang tuaku yang tercinta, ibu Shobariah dan bapak Machmmud Hasbi.
Terimakasih yang sebesar besarnya atas kesabaran, keikhlasan serta ketulusan dalam
mendidik peneliti dari lahir hingga sampai saat ini, yang telah memberikan semangat dan
dukungan baik dari segi moral dan materil serta doa yang tiada henti agar skripsi ini dapat
diselesaikan oleh peneliti.
6. Semua pihak yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada peneliti sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar.
Peneliti berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Sekian dan
terimakasih
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
vii
DAFTAR ISI
viii
B. Dampak E-Court Dalam Efektifitas Penyelesaian Kasus di Pengadilan
Agama Jakarta Pusat.................................................................................... 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan. ............................................................................................ 64
B. Rekomendasi. ....................................................................................................65
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
Tarmizi, “Sistem E-Court dalam Peradilan”, diakses pada 28 Mei 2020. Pukul 20.00 WIB.
1
2
2
Mahkamah Agung RI, http://www.pn-purwakarta.go.id/files/ecourt/ecourt_manual_full.pdf
diakses pada 28 Mei 2020. Pukul 20.00 WIB.
3
3
Ditjenmiltun Mahkamah Agung RI, E-Court, Era Baru Beracara di Pengadilan
https://www.pt-bengkulu.go.id/berita/e-court-era-baruberacara-di-pengadilan di akses pada tanggal
28 Mei 2020. Pukul 20.00 WIB.
4
Mahkamah Agung RI, E-Court, Era Baru Beracara di Pengadilan,
http://ditjenmiltun.mahkamahagung.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2816
:e-court-era-baru-beracara-dipengadilan&catid=114:umum diunduh pada tanggal 28 Mei 2020.
Pukul 20.00 WIB.
4
5
Ahmad Sanusi dan Sohari, Ushul Fiqh, (Jakarta: Rajawali Pers, 2017), h., 27.
5
6
Rachmat Syafe’I, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: CV.Pustaka Setia, 1999), h., 122.
7
Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah),
h.,205.
8
Buku Panduan E-Court, https://ecourt.mahkamahagung.go.id/, diakses pada tanggal 13
Desember 2018, pukul 19.00 WIB.
6
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini juga menggunakan jenis penelitian normatif empiris.
Dimana penelitian normatif adalah penelitian hukum yang meletakkan
hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. 9 Pada dasarnya penelitian
normatif menggunakan aturan-aturan dalam ketentuan hukum yang berlaku
seperti pasal-pasal yang ada dalam peraturan perundang-undangan dan
pandangan para ahli (doctrine). Penelitian empiris adalah metode penelitian
yang meneliti hukum dari perspektif eksternal dengan objek penelitiannya
adalah sikap dan perilaku sosial terhadap hukum.10 Serta penelitian tersebut
juga didukung dengan data empiris berupa fakta-fakta yang dibutuhkan dari
lapangan demi mencapai hasil yang diinginkan penulis. Sehingga, penulis
akan mengetahui apakah aturan hukum tersebut sesuai dengan apa yang
diharapkan atau hanya menimbulkan konflik yang justru menimbulkan
ketidaktertiban dan kepastian hukum dalam masyarakat.
2. Pendekatan Penelitian
Penulis menggunakan beberapa metode pendekatan penelitian
hukum, yaitu:
a. Pendekatan undang-undang (statute approach)
Pendekatan undang-undang adalah pendekatan yang dilakukan
dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut
paut dengan isu hukum yang ditangani.11 Penulis akan mempelajari
9
Mukti fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empris,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h., 34.
10
I Made Pasek Diantha, Metodologi Penelitian Hukum Normatif Dalam Justifikasi Teori
Hukum, … h. 12.
11
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2008), h., 93.
10
12
Made Indra & Ika Cahyaningrum, “Cara Mudah Memahami Metodologi Penelitian”,
(Yogytakarta: Penerbit Deepublish, 2019), h., 30.
13
Sri Warjiyati, “Memahami Dasar Ilmu Hukum: Konsep Dasar Ilmu Hukum”, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2018), h., 2.
11
14
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung, Citra Aditya Bhakti, Cetakan Ketiga, 2000),
h., 19.
12
15
Mukti fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empris,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h., 183.
14
yang bersifat evaluatif, yaitu suatu cara analisis hasil penelitian yang
menghasilkan data deskriptif analitis, yaitu data yang dinyatakan oleh
responden secara tertulis atau lisan serta juga tingkah laku yang nyata, yang
diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.16 Bersifat evaluatif artinya
peneliti memberikan justifikasi atas hasil penelitian.17
7. Pedoman Penulisan
Teknik penyusunan dan penulisan skripsi ini berpedoman pada buku
Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan pada tahun 2017.
E. Sistematika Pembahasan
Sesuai dengan pedoman, untuk menjelaskan pembahasan skripsi secara
menyeluruh dan sistematis, maka skripsi ini disusun dengan sistematika
penulisan yang terdiri dari lima bab adalah sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini terdiri atas tiga sub bab yang pertama memaparka
mengenai latar belakang masalah, kedua identifikasi, pembatasan,
perumusan masalah, ketiga tujuan dan manfaat penelitian, keempat
metode penelitian, dan kelima sistematika pembahasan.
BAB II: KAJIAN TEORI TENTANG E-COURT
Pada bab ini, akan dibahas jenis kajian pustaka, yakni
kerangka konseptual yang membahas mengenai kata-kata atau istila-
istilah yang muncul pada penelitian ini agar tidak terjadi kekaburan
dan kerancuan pemahaman terhadap istila-istilah, lalu kajian teoritis
yang mana membahas teori-teori yang berkaitan dengan
pembahasan terkait penelitian ini.
Pada sub bab selanjutnya di bab ini juga membahas review studi
terdahulu. Pada sub bab ini juga mendeskripsikan hasil penelususran
penulis terhadap studi atau penelitian terdahulu yang serumpun.
Review studi terdahulu, agar tidak terjadinya persamaan terhadap
16
Mukti fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empris,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h., 159.
17
Mukti fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empris,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h., 183.
15
BAB V: PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian dari
peneliti dan rekomendasi. Kesimpulan merupakan penyederhanaan
dari hasil analisis data dan dapat ditarik dari hasil pembuktian atau
dari uraian yang telah dideskripsikan pada bab sebelumnya yang
saling erat dengan pokok masalah.
Bab V diakhiri dengan rekomendasi. Kata rekomendasi terasa lebih
tepat sebagai ganti kata saran. Rekomendasi dibuat berdasarkan hasil
penelitian.
BAB II
TINJAUAN E-COURT PADA PELAKSANAAN PENYELESAIAN
PERKARA DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA PUSAT
A. Kerangka Konseptual
1. Pengertian E-Court dan E-Litigasi
Berdasarkan ketentuan pasal 2 ayat (4) Undang-Undang Nomor 48
Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman menyebutkan peradilan
dilakukan dengan cara sederhana, cepat dan biaya ringan. Untuk
mewujudkan hal tersebut perlu dilakukan pembaruan guna mengatasi
kendala dan hambatan dalam proses penyelenggaraan peradilan. Maka dari
itu perlu adanya trobosan baru yang dipadukan dengan kecanggihan
teknologi zaman sekarang.
Sistem online inilah menjadi terobosan baru dalam penyelenggaraan
peradilan. Dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi berupa jaringan
internet maka dapat membuat sistem dalam membentuk aplikasi yang
disebut e-Court. Dengan system pengoprasian online maka orang yang
mencari keadilan tidak perlu mendaftar dengan datang langsung ke
pengadilan agama.
E-Court adalah sebuah instrument pengadilan sebagai bentuk
pelayanan terhadap masyarakat dalam hal pendaftaran perkara secara
online, taksiran panjar biaya secara online, pembayaran panjar biaya secara
online, pemanggilan secara online dan persidangan secara online, mengirim
dokumen persidangan (jawaban, replik, duplik, dan kesimpulan). 1 Aplikasi
e-Court diharapkan mampu meningkatkan pelayanan dalam fungsinya
menerima pendaftaran perkara secara online dimana masyarakat akan
menghemat waktu dan biaya saat melakukan pendaftaran perkara.
Lahirnya aplikasi e-Court tidak terlepas dari Peraturan Mahkamah
Agung Nomor 1 Tahun 2019. Aplikasi e-Court merupakan perwujudan dari
implementasi Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019 Tentang
Administrasi Perkara di Pengadilan Secara Elektronik.
1
Mahkamah Agung Republik Indonesia,https://ecourt.mahkamahagung.go.id/, Diakses
Pada Tanggal 28 Mei 2020, Pukul 19.00 WIB.
18
19
2
Pasal 2, PERMA No. 1 Tahun 2019 tentang Administrasi Perkara di Pengadilan Secara
Elektronik, Berita Negara RI, Tahun 2019, No. 894.
.
20
3
PTUN Yogyakarta, https://ptun-yogyakarta.go.id/index.php/artikel/193-e-court-dan-
masa-depan-sistem-peradilan-modern-di-indonesia.html. . Diakses pada tanggal 29 Mei 2020.
Pukul 19.00 WIB.
21
4
PTUN Yogyakarta, https://ptun-yogyakarta.go.id/index.php/artikel/193-e-court-dan-masa-
depan-sistem-peradilan-modern-di-indonesia.html. Diakses pada 29 Mei 2020. Pukul 19.00 WIB.
22
5
PTUN Yogyakarta, https://ptun-yogyakarta.go.id/index.php/artikel/193-e-court-dan-masa-
depan-sistem-peradilan-modern-di-indonesia.html. Diakses pada 29 Mei 2020. Pukul 19.00 WIB.
6
Australian Lawyers Alliance, https://www.lawyersalliance.com.au/opinion/online-
alternative-dispute-resolution, Diakses pada 9 Juli 2020. Pukul 20.00 WIB.
23
7
Michael Legg, ‘The Future of Dispute Resolution: Online ADR and Online Courts’ (2016)
27 Australasian Dispute Resolution Journal, h., 277.
8
Christine Coumarelos et al, above note 1, 39; American Bar Association – Commission on the
Future of Legal Services, Report on the Future of Legal Services in the United States (2016), h., 14.
24
9
Mahkamah Agung Republik indonesia, Pengadilan Agama Jakarta Pusat 2020, https://pa-
jakartapusat.go.id/, Diakses Pada Tanggal 28 April 2020 Pukul 17.00 WIB
26
10
Pengadilan Tinggi Bengkulu, https://www.pt-bengkulu.go.id/berita/e-court-era-baru-
beracara-di-pengadilan di akses pada tanggal 28 Mei 2020. Pukul 20.00 WIB.
11
Pengadilan Tinggi Bengkulu, https://www.pt-bengkulu.go.id/berita/e-court-era-baru-
beracara-di-pengadilan diakses pada tanggal 28 Mei 20.00 WIB.
27
12
Mahkamah Agung Republik indonesia, Pengadilan Agama Jakarta Pusat 2020,
https://pa-jakartapusat.go.id/, Diakses Pada Tanggal 28 April 2020 Pukul 17.00 WIB.
28
13
Surat Edaran Sekretaris Mahkamah Agung Nomor 1280/SEK/HM.02.3/8/2019 tanggal 23
Agustus 2019 tentang Pemberitahuan Implementasi e-Court (e-litigasi) dan Rilis SIPP Tingkat
Pertama Versi 3.3.0
14
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 2002),. h., 284.
29
15
Achmad Ali. Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence)
Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence). (Jakarta. Penerbit Kencana. 20090), h.,
375.
16
Achmad Ali. Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence)
Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence). (Jakarta. Penerbit Kencana. 2009), h., 375
30
profesional dan optimal pelaksanaaan peran, wewenang dan fungsi dari para
penegak hukum, baik di dalam penjelasan tugas yang dibebankan terhadap diri
mereka maupun dalam penegakan perundang-undangan tersebut.17
Teori ini dapat dijelaskan bahwa teori efektivitas ialah bagaimana
dalam hal ini apakah pelaksanaan Undang-Undang tersebut apakah sudah
berjalan dengan baik dan apakah dalam pelaksanaannya sudah sesuai dengan
petunjuk dan teknisnya secara keseluruhan sehingga Undang-Undang e-Court
tersebut dapat dikatakan sudah efektif.
Suatu sistem peradilan modern yang lahir dari produk undang-undang
baru ini dapat berjalan dengan baik dan efisien karena dilihat dari segi hasil
tujuan yang hendak dicapai atau dikehendaki dari perbuatan itu. Dalam hal ini
yaitu sistem e-Court apakah sudah efektif dan berjalan cukup baik atau tidak
dan bagaimana dampaknya terhadap suatu peradilan khususnya di Peradilan
Agama.
2. Teori Keadilan
Titik berangkat prinsip ultilitarianisme adalah cita-cita untuk meraih
yang lebih baik (yang dalam modifikasinya dapat diterjemahkan sebagai
kepuasan, kemanfaatan, dan kesejahteraan). Dalam kerangka besar tersebut,
yang adil adalah yang membawa kepuasan, kemanfaatan, dan kesejahteraan
bagi semakin banyak orang.18 Keadilan sering diartikan sebagai suatu formulasi
yang adil dan dapat membawa kesejahteraan serta kemanfaatan bagi banyak
orang.
17
Achmad Ali. Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence)
Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence). (Jakarta. Penerbit Kencana. 2009), h.,
375.
18
Andi Tarigan, Hidup Bersama Seperti Apa Yang Kita Inginkan? Tumpuan Keadilan Rawls,
(Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2018), h., 7.
31
Keadilan sebagai bagian dari nilai sosial memiliki makna yang amat
luas, bahkan pada suatu titik bisa bertentangan dengan hukum sebagai salah satu
tata nilai sosial. Suatu kejahatan yang dilakukan adalah suatu kesalahan. Namun
apabila hal tersebut bukan merupakan keserakahan tidak bisa disebut
menimbulkan ketidakadilan. Sebaliknya suatu tindakan yang bukan merupakan
kejahatan dapat menimbulkan ketidak adilan.
19
Andi Tarigan, Hidup Bersama Seperti Apa Yang Kita Inginkan? Tumpuan Keadilan Rawls,
(Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2018), h., 10.
32
1
John Rawls, Teori Keadilan Terjemahan, Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2006), h., 3-4.
33
tinjauan kajian studi terdahulu. Berikut ini beberapa penelitian tentang diversi
dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, diantaranya
penelitian-penelitian tersebut yakni:
1. Skripsi ditulis oleh Bangun Seto Dwimurti2
Pada skripsinya yang berjudul Penerapan e-Court Dalam Administrasi
Perkara di Peradilan Agama. Penelitian tersebut meneliti tentang penerapan e-
Court dalam administrasi perkara di Peradilan Agama. Persamaan skripsi ini
dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah sama-sama membahas
mengenai pelaksanaan e-Court di Peradilan Agama. Namun pada skripsi ini
peneliti tidak menjelaskan dampak adanya penerapan e-Court di Peradilan
Agama dan tidak memberikan studi kasus secara spesifik dan hanya
menjabarkan secara umum. Pada penelitian ini peneliti lebih berfokus pada
dampak pelaksanaan e-Court serta tantangan apa saja yang dihadapi dalam
pelaksanaan e-court terhadap perkara di Pengadilan Agama Jakarta Pusat.
2. Skripsi Ditulis Oleh Ika Atikah3
2
Bangun Seto Dwimurti, Penerapan E-Court Dalam Administrasi Perkara di Pengadilan Negeri,
Institut Agama Islam Negeri Surakarta, 2018.
3
Ika Atikah, e- Court dan Dampaknya Terhadap Advokat, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2018
4
Windi Argiatmoko, Sistem E-Court Dalam Peradilan, Universitas Muhamadiyah Malang, 2018.
34
1`
Mahkamah Agung Republik indonesia, Pengadilan Agama Jakarta Pusat 2020, https://pa-
jakartapusat.go.id/, Diakses Pada Tanggal 28 April 2020 Pukul 17.00 WIB.
33
34
6. Pada tahun 1960 sampai dengan tahun 1966 bernama Pengadilan Agama
Istimewa Jakarta berkedudukan di Bidara Cina, no. 64, Kec. Jatinegara, Jakarta
Timur
7. Pada tanggal 17 Januari 1967 dengan Keputusan Menteri Agama No. 4 tahun
1967 tertanggal 17 Januari 1967, bernama Pengadilan Agama Istimewa Daerah
Khusus Ibu Kota Jakarta Raya yang daerah hukumnya meliputi wilayah
kekuasaan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya dan sekaligus sebagai
Pengadilan Agama Jakarta Pusat, berkedudukan di Jl. KH. Mas Mansyur, Gg.
H. Awaludin II/2 Tanah Abang, Jakarta Pusat dengan yurisdiksi khusus untuk
wilayah Jakarta Pusat dan sebagai Pengadilan induk bagi 4 kantor cabang
Pengadilan Agama dengan wilayah yurisdiksi meliputi wilayah administratif
masing, yakni:2
1. Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Utara;
2. Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Timur;
3. Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Selatan; dan
4. Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Barat.
Pada awalnya, dahulu, Pengadilan Agama Jakarta Pusat bernama Majlis
Distrik sebagaimana nama awal pada saat didirikan oleh Kolonial Belanda pada
tahun 1828 yang kemudian bernama Priesterraad atau Penghoeloe gerecht atau
Raad Agama berdasarkan stb 1882 No. 152. Selanjutnya Pengadilan Agama
Jakarta Pusat yang merupakan penerus dan pelanjut bagi Pengadilan Agama
Jakarta sebagaimana tersebut dalam Keputusan Menteri Agama RI No. 4 tahun
1967, maka sejak tanggal 17 Januari 1967 Pengadilan Agama Jakarta Pusat
bernama Pengadilan Agama Istimewa Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Raya
sebagai pengadilan induk yang memiliki empat kantor cabang Pengadilan. Oleh
karena Majlis Distrik didirikan berdasarkan Ketetapan Komisaris Jendral Hindia
2
Mahkamah Agung Republik indonesia, Pengadilan Agama Jakarta Pusat 2020, https://pa-
jakartapusat.go.id/, Diakses Pada Tanggal 28 April 2020 Pukul 17.00 WIB.
35
3
Mahkamah Agung Republik indonesia, Pengadilan Agama Jakarta Pusat 2020, https://pa-
jakartapusat.go.id/, Diakses Pada Tanggal 28 April 2020 Pukul 17.00 WIB.
36
o Kelurahan Kemayoran
o Kelurahan Kebon Kosong
o Kelurahan Harapan Mulya
o Kelurahan Cempaka Baru
o Kelurahan Utan Panjang
o Kelurahan Sumur Batu
o Kelurahan Serdang
8. Kecamatan Sawah Besar
o Kelurahan Pasar Baru
o Kelurahan Gunung Sahari Utara
o Kelurahan Mangga Dua Selatan
o Kelurahan Karang Anyar
o Kelurahan Kartini
4
Mahkamah Agung Republik indonesia, Pengadilan Agama Jakarta Pusat 2020, https://pa-
jakartapusat.go.id/, Diakses Pada Tanggal 28 April 2020 Pukul 17.00 WIB.
38
5
Mahkamah Agung Republik indonesia, Pengadilan Agama Jakarta Pusat 2020, https://pa-
jakartapusat.go.id/, Diakses Pada Tanggal 28 April 2020 Pukul 17.00 WIB
6
Mahkamah Agung Republik indonesia, Pengadilan Agama Jakarta Pusat 2020, https://pa-
jakartapusat.go.id/, Diakses Pada Tanggal 28 April 2020 Pukul 17.00 WIB
39
7
Mahkamah Agung Republik indonesia, Pengadilan Agama Jakarta Pusat 2020, https://pa-
jakartapusat.go.id/, Diakses Pada Tanggal 28 April 2020 Pukul 17.00 WIB.
8
Mahkamah Agung Republik indonesia, Pengadilan Agama Jakarta Pusat 2020, https://pa-
jakartapusat.go.id/, Diakses Pada Tanggal 28 April 2020 Pukul 17.00 WIB.
40
9
Berita Satu, https://www.beritasatu.com/nasional/502133-peradi-sistem-ecourt-untungkan-
advokat, Diakses Pada Tanggal 9 Juli 2020 Pukul 07.00 WIB.
41
Apabila para pihak tidak ingin menggunakan jasa pengacara maka pihak
principal tersebut bisa langsung datang atau hadir ke pengadilan tersebut dengan
membawa berkas-berkas yang diperlukan, lalu melapor ke petugas pengadilan
maka para pihak prinsipal akan diarahkan dan diberi petunjuk langsung oleh
petugas pengadilan dengan tetap menggunakan sistem e-Court pada acara sidang-
sidang selanjutnya.
10
Berita Satu, https://www.beritasatu.com/nasional/502133-peradi-sistem-ecourt-
untungkan-advokat, Diakses Pada Tanggal 9 Juli 2020 Pukul 07.00 WIB.
11
Interviewed dengan H. M. Sirot, Selaku Advokat Pengadilan Agama Jakarta Pusat,
Jakarta, Rabu, 16 Juli 2020.
12
Interviewed dengan Erva, Selaku Pencari Keadilan di Pengadilan Agama Jakarta Pusat,
Jakarta, Rabu, 16 Juli 2020.
42
Dengan adanya sistem e-Court ini tidak serta merta para pencari keadilan
tidak hadir dalam persidangan langsung hanya saja berkas-berkas persidangan yang
berlangsung akan dikirim melalui file yang akan dikirim ke pengadilan, untuk
agenda saksi serta pembuktian para pihak diwajibkan untuk hadir di persidangan
dikarenakan agar adanya objektifitas dari penyelesaian perkara.
Adapun prosedur atau tata cara menggunakan e-Court menurut salah satu
Hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat H. Jarkasih menyatakan aplikasi e-
Litigasi yakni sidang online sudah dijelaskan dalam PERMA Nomor 1 Tahun
2019 pada bab lima (5) tentang persidangan secara elektronik mulai dari pasal
19 sampai pada pasal 28.
Persidangan secara elektronik menghendaki proses persidangan dilakukan
secara lebih sederhana, cepat dan biaya ringan. Seperti halnya transaksi bisnis,
yang tidak memerlukan tatap muka dan dipertemukan dalam dunia maya,
persidangan secara elektronik mendekati proses-proses yang terjadi pada dunia
maya. Namun demikian, meskipun nomenklaturnya dikatakan sebagai
persidangan elektronik, tetapi senyatanya terdapat titik acara tertentu misalnya
dalam bentuk pembuktian yang secara hukum harus dihadiri oleh para pihak
beperkara, “ucap H. Jarkasih selaku Hakim di Pengadilan Agama Jakarta Pusat,
Rabu (10/6).14
Pada nyatanya Pengadilan Agama Jakarta Pusat sebagai salah satu pillot
project menempati peringkat terbaik ke dua dalam pelaksanaan e-Court setelah
13
Interviewed dengan H. Jarkasih, Selaku Hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat, Jakarta,
Rabu, 10 Juni 2020.
14
Interviewed dengan H. M. Sirot, Selaku Advokat Pengadilan Agama Jakarta Pusat,
Jakarta, Rabu, 16 Juli 2020.
43
15
Interviewed dengan H. Jarkasih, Selaku Hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat, Jakarta,
Rabu, 10 Juni 2020.
44
16
Interviewed dengan H. Jarkasih, Selaku Hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat, Jakarta,
Rabu, 10 Juni 2020.
45
diminta persetujuan secara tertulis untuk beracara secara elektronik dan tergugat
akan menandatangani surat persetujuan untuk beperkara secara elektronik
seperti yang telah dilakukan oleh penggugat. Dengan surat persetujuan tersebut,
maka proses persidangan selanjutnya dilakukan secara elektronik.
Apabila tergugat menyatakan tidak akan melakukan persidangan secara
elektronik, maka persidangan secara elektronik tidak dapat dilanjutkan dan
persidangan selanjutnya dilaksanakan secara manual dan untuk hal tersebut
ketua makelis akan membuat penetapan. Dalam hal perkara-perkara yang
menempatkan pihak lawan dengan nama “termohon” seperi pada perkara
permohonan cerai talak atau izin poligami.
Pada saat pelaksanaan sidang tersebut apabila kedua pihak telah hadir maka
hakim wajib terlebih dahulu memberitahu bahwa sidang ini menggunakan sistem
e-Court. Dan hakim akan menjelaskan bagaimana teknisnya tersebut, kemudian
setelah dijelaskan hakim akan melakukan mediasi terlebih dahulu, apabila
mediasi berhasil maka putusan tersebut akan disampaikan secara e- Court. Kalau
putusan dalam bentuk akta maka akan disampaikan melalui akta van dadding,
apabila mediasi tidak berhasil maka hakim akan membuat court calender dan
membuat agenda-agenda sidang secara online.
Termohon akan diminta persetujuannya untuk beracara secara elektronik
seperti yang telah dilaukan oleh pemohon. Jika termohon menyetujuinya,
temohon akan menandatangani surat persetujuan untuk beperkara secara
elektronik. Berikut urutan yang dilalui dalam e-Litigasi yaitu:
1. Court Calender17
Secara bahasa court calender adalah kalender peradilan. Dalam
proses acara manual, court calender sering diposisikan sebagai tatan hakim
terhadap penerimaan perkara. Court calender ditulis sesuai dengan nomor
perkara yang diterima oleh hakim, didalamnya merekam segala proses dan
jadwal persidangan yang akan datang. Dalam SIPP juga terdapat fitur court
17
Aco Nur dan Amam Fakhrur, Hukum Acara Elektronik Di Pengadilan Agama, (Sidoarjo:
Nizamia Learning Center, November 2019), h., 133-135.
46
calender, fasilitas ini dapat digunakan sebagai pengingat ataupun jadwal dan
agenda persidangan perkara tersebut.
Dalam sistem e-Court ini tidak jauh berbeda dengan sistem pada
biasanya, sebelum ditetetapkannya court calender dalam Perma Nomor 1
Tahun 2019 Pasal 15 Ayat 1 dan 2 pemanggilan atau pemberitahuan sidang
secara elektronik disampaikan apabila penggugat secara resmi telah
melakukan pendaftaran secara elektronik dan tergugat atau pihak lain yang
yang telah menyatakan persetujuan untuk dipanggil secara elektronik.
Ketika proses itu sudah dilaksanakan oleh salah satu pihak dan
disetujui oleh kedua belah pihak maka pihak pengadilan akan memanggil
kedua pihak tersebut dan hakim berhak menentukan agenda penjadwalan
sidang dengan dilakukan secara elektronik atau e-Court.
Dalam sistem persidangan elektronik, court calender lebih dimaknai
sebagai jadwal dan agenda persidangan. Ketua majelis akan membuat dan
membacakan court calender di hadapan para pihak beperkara. Para pihak
memperhatikan terhadap court calender tersebut yang kemudian
menyampaikan persetujuannya, persetujuan tersebut dituangkan dalam
bentuk kesepakatan court calender. Memang pembuatan kesepakatan ini
tidaklah diatur di dalam PERMA, namun kesepakatan court calender yang
secara formil telah disetujui pihak-pihak beperkara, akan membantu
kelancaran persidangan.
Ketua majelis mengeluarkan penetapan tentang court calender dan
membacakannya sebagai jadwal dan tahapan persidangan. Persidangan
elektronik senyatanya akan memberikan efektifitas waktu, sehingga pihak
beperkara tidak membuang waktu untuk menunggu jadwal sidang, dan
menunggu kapan sidang akan dibuka kembali. Oleh karenanya dalam
persidangan elektronik, penundaan sidang dapat dilakukan lebih 2 (dua) hari
kerja. Jika hari Senin adalah agenda sidang pembacaan gugatan, maka hari
Rabu sudah dapat dibuka sidang kembali dengan agenda jawaban dari piha
tergugat.
47
18
Aco Nur dan Amam Fakhrur, Hukum Acara Elektronik Di Pengadilan Agama, (Sidoarjo:
Nizamia Learning Center, November 2019), h., 135-138.
19
Interviewed dengan Syamsul, Selaku Pegawai Pengadilan Agama Jakarta Pusat, Jakarta,
Rabu, 10 Juni 2020.
48
20
Interviewed dengan Syamsul, Selaku Pegawai Pengadilan Agama Jakarta Pusat, Jakarta,
Rabu, 10 Juni 2020.
49
21
Interviewed dengan Syamsul, Selaku Pegawai Pengadilan Agama Jakarta Pusat, Jakarta,
Rabu, 10 Juni 2020.
22
Aco Nur dan Amam Fakhrur, Hukum Acara Elektronik Di Pengadilan Agama, (Sidoarjo:
Nizamia Learning Center, November 2019), h., 138-139.
23
Interviewed dengan Syamsul, Selaku Pegawai Pengadilan Agama Jakarta Pusat, Jakarta,
Rabu, 10 Juni 2020
51
24
Aco Nur dan Amam Fakhrur, Hukum Acara Elektronik Di Pengadilan Agama, (Sidoarjo:
Nizamia Learning Center, November 2019), h., 139-140.
52
25
Interviewed dengan Syamsul, Selaku Pegawai Pengadilan Agama Jakarta Pusat, Jakarta,
Rabu, 10 Juni 2020.
26
Interviewed dengan H. Jarkasih, Selaku Hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat, Jakarta,
Rabu, 10 Juni 2020.
53
1
Andi Kurniawan dan Aco Nur. Prospek dan Tantangan Implementasi E-Court. Majalah
Peradilan Agama. Edisi 14 November 2018, h., 20.
54
55
2
Andi Kurniawan dan Aco Nur. Prospek dan Tantangan Implementasi E-Court. Majalah
Peradilan Agama. Edisi 14 November 2018, h., 20.
56
3
Interviewed dengan H. Jarkasih, Selaku Hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat, Jakarta,
Rabu, 10 Juni 2020.
4
Andi Kurniawan dan Aco Nur. Prospek dan Tantangan Implementasi E-Court. Majalah
Peradilan Agama. Edisi 14 November 2018, h., 20.
57
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat sangat merugikan kedua
belah pihak.
Menurut hakim, e-Court sebagai sarana penunjang diharapakan dapat
menjadi solusi disaat kondisi seperti ini dimana jikalau dilihat fakta dilapangan
masih banyak masyarakat yang tidak tahu akan peran dan fungsi lembaga
peradilan dalam menyelesaikan semua masalah hukum. “ ujar Jarkasih selaku
Hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat.”
Adanya e-Court ini maka akan terbuka semua informasi yang dibutuhkan
masyarakat agar dapat peka terhadap peran lembaga peradilan dalam memberi
jalan dalam menyelesaikan suatu masalah hukum, jadi masyarakat tidak perlu
ragu untuk melimpahkan kasus dan masalahnya kepada pengadilan yang ada
dalam hal ini khususnya di Pengadilan Agama Jakarta Pusat.
5
Andi Kurniawan dan Aco Nur. Prospek dan Tantangan Implementasi E-Court. Majalah
Peradilan Agama. Edisi 14 November 2018., h. 21.
6
Interviewed dengan H. Jarkasih, Selaku Hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat, Jakarta,
Rabu, 10 Juni 2020.
58
7
Interviewed dengan H. Jarkasih, Selaku Hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat, Jakarta,
Rabu, 10 Juni 2020.
8
Andi Kurniawan dan Aco Nur. Prospek dan Tantangan Implementasi E-Court. Majalah
Peradilan Agama. Edisi 14 November 2018, h., 21.
59
3. Konektivitas Data
Pemanfaatan data sangat diperlukan dalam sebuah data kependudukan.
Integrasi data menjadi kata kunci untuk mempermudah pemanfaatan data
tersebut. Sejak dimulainya E-KTP di tahap awal pada tahun 2011 sampai 2012,
pihak perbankan merupakan instansi non-pemerintah yang pertama kali
melakukan kerjasama dengan Kementerian Dalam Negeri.
9
Interviewed dengan H. Jarkasih, Selaku Hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat, Jakarta,
Rabu, 10 Juni 2020
60
10
Andi Kurniawan dan Aco Nur. Prospek dan Tantangan Implementasi E-Court. Majalah
Peradilan Agama. Edisi 14 November 2018, h., 21.
11
Andi Kurniawan dan Aco Nur. Prospek dan Tantangan Implementasi E-Court. Majalah
Peradilan Agama. Edisi 14 November 2018, h., 21.
61
Dengan adanya e-Court ini dapat dikaitkan dengan teori keadilan yang
diutarakan John Rawls yaitu:
12
Interviewed dengan H. Jarkasih, Selaku Hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat, Jakarta,
Rabu, 10 Juni 2020
62
3. Persamaan yang adil serta kesempatan yang sama untuk seluruh pencari
keadilan dalam menyelesaikan perkaranya secara sederhana, cepat dan
biaya ringan.
13
John Rawls, Teori Keadilan Terjemahan, Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2006), h., 3-4.
63
14
Interviewed dengan H. Jarkasih, Selaku Hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat, Jakarta,
Rabu, 10 Juni 2020.
64
15
Ni Putu Riyani Kartika Sari, Eksistensi E-Court Mewujudkan Asas Sederhana, Cepat,
dan Biaya Ringan, Jurnal Yustisia, Vol 13 No. 1, 0ktober 2019.
16
Interviewed dengan H. Jarkasih, Selaku Hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat, Jakarta,
Rabu, 10 Juni 2020.
65
Ketiga, penggunaan layanan e-Court untuk saat ini hanya terbatas untuk
kalangan advokat saja. Kondisi ini berbeda dengan singapura yang sudah
menerapkan sistem layanan peradilan berbasis elektronik (e-Court) lebih awal.
Praktik peradilan di Singapura lebih maju dengan mengajukan permohonan dan
mengakses data peradilan, dimana setiap warga negara Singapura yang telah
memiliki Singpass ID bagi individu atau CorpPass ID bagi badan hukum tentu
saja harus menggunakannya apabila akan berperkara di pengadilan.
Eksistensi e-Court baru diterapkan satu tahun lalu tentunya membawa
kemajuan bagi sistem peradilan Indonesia. e-Court sendiri hadir sebagai
pengejawantahan asas penyelenggaraan peradilan di era kemajuan teknologi.
Terlepas dari hal tersebut responsivitas lembaga peradilan masih diperlukan
dalam upaya perbaikan dalam penyempurnaan e-Court. Hal ini semata-mata
bertujuan untuk menciptakan keadilan bagi masyarakat.
E-Court dalam tujuannya merupakan inovasi bagi perbaikan sektor hukum
dan politik di era kemajuan teknologi guna memperjuangkan pemenuhan
keadilan masyarakat. Di dalam persoalan keadilan era kemajuan teknologi saat
ini realitasnya belum bisa dihindari terlebih belum terpenuhinya asas
penyelenggaraan peradilan dan minimnya infrastruktur penunjang pelaksanaan
peradilan. Eksistensi lembaga peradilan sejatinya harus dapat menjawab
problematika tersebut dituntut untuk melakukan perbaikan baik dari registrasi
dan administrasi melalui perbaikan dan penyempurnaan e-Court.17
Mahkamah Agung sendiri dalam cetak biru pembaharuan peradilan 2010 –
2035, telah menuangkan upaya perbaikan untuk mewujudkan Badan Peradilan
Indonesia yang Agung, yang salah satu upayanya adalah berorientasi pada
pelayanan publik yang prima dengan memberikan pelayanan hukum yang
berkeadilan kepada pencari keadilan. Badan Peradilan dituntut untuk selalu
meningkatkan pelayanan publik dan memberikan jaminan proses peradilan yang
adil. Sementara terkait asas kesempatan untuk membela diri (audi et alteram
partem) penerapan e-court memberikan akses yang luas kepada Para Pihak untuk
17
Interviewed dengan H. M. Sirot, Selaku Advokat di Pengadilan Agama Jakarta Pusat,
Jakarta, Rabu, 10 Juni 2020.
66
18
Mahkamah Agung Republik Indonesia, E-Court dan Masa Depan Sistem Peradilan
Modern di Indonesia, www.ptun.yogyakarta.go.id diakses Pada Rabu, 06 Mei 2020 Pukul 20.00
WIB.
19
Mahkamah Agung Republik Indonesia, E-Court dan Masa Depan Sistem Peradilan
Modern di Indonesia, www.ptun.yogyakarta.go.id diakses Pada Rabu, 06 Mei 2020 Pukul 20.00
WIB.
67
Sistem peradilan yang berfungsi dengan baik harus memberikan kepada setiap
orang kesempatan untuk melancarkan keberatan atas pelanggaran hak-hak
mereka. Informasi hukum yang dibuat untuk memberitahu masyarakat umum
tentang hak-hak mereka, membantu mereka menyelesaikan perselisihan atau
memberi tahu tentang bagaimana membawa suatu perkara ke pengadilan,
penyelesaian secara damai di luar Pengadilan, oleh karenanya kemampuan
menyebarluaskan informasi hukum dengan biaya melalui teknologi informasi
khususnya internet, dipandang sebagai sebuah cara penting untuk meningkatkan
akses keadilan.
20
Mahkamah Agung Republik Indonesia, E-Court dan Masa Depan Sistem Peradilan
Modern di Indonesia, www.ptun.yogyakarta.go.id diakses Pada Rabu, 06 Mei 2020 Pukul 20.00
WIB.
68
21
John Rawls, Teori Keadilan Terjemahan, Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2006), h., 3-4.
22
Interviewed dengan H. Jarkasih, Selaku Hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat, Jakarta,
Rabu, 10 Juni 2020.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bagian terdahulu dari hasil penelitian yang
dilakukan, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. E-Court sebagai instrumen penting dalam terobosan modernisasi lembaga
peradilan di Indonesia, dalam pelaksanaannya sudah bejalan dengan baik,
di dalam pelaksanaannya bahwa e-Court sendiri yang tidak
menghilangkan aspek-aspek yang ada pada sistem peradilan sebelumnya.
Hanya saja e-Court dihadirkan untuk memaksimalkan potensi yang ada di
pengadilan. Dengan adanya sistem e-Court maka dapat menjawab hampir
seluruh permasalahan yang ada khususnya di lembaga peradilan di
Indonesia, khususnya di Pengadilan Agama Jakarta Pusat. E-Court sendiri
juga sebagai penyempurna implementasi pengadilan yang sebelumnya
yang menerapkan asas atau prinsip pengadilan yang sederhana, cepat, dan
biaya ringan. E-Court juga sangat dapat dirasakan kemanfaatannya
terhadap masyarakat. Dengan adanya e-Court ini masyarakat akan lebih
peka terhadap permasalahan hukum dan dapat mempelajarinya secara
menyeluruh dikerenaka tujuan adanya e-Court itu sendiri ialah agar
lembaga peradilan menjadi lembaga yang lebih bersifat transparan dan
akuntabel dalam menyelesaikan suatu perkara.
2. Adanya sistem e-Court ini sendiri memiliki dampak yang baik bagi
kemajuan peradilan di Indonesia. Karena pada hakikatnya e-Court hadir
atas dasar kebutuhan masyarakat dalam mencari keadilan, dengan adanya
e-Court akan terjadi kemudahan dalam mencari informasi terkait
masyarakat yang ingin menyelesaikan perkaranya di suatu lembaga
peradilan serta menjawab persoalan keadilan bagi masyarakat di era
kemajuan teknologi secara efektif dan efisien. Dengan adanya sistem e-
Court ini perlu adanya persiapan yang matang selain kelengkapan
infrastruktur juga harus dapat melatih kualitas Sumber Daya Manusia
69
70
(SDM) nya agar lebih siap menghadapi era teknologi tersebut. Respon
masyarakatlah yang sangat dibutuhkan pada saat ini karena masyarakat
mampu mendorong lembaga peradilan untuk dapat memberi penilaian
serta memberikan saran kepada pengadilan yang nantinya akan menjadi
penilaian khusus terhadap lembaga peradilan tersebut. Oleh karena itu
masyarakat tidak perlu khawatir lagi akan sulitnya keterbukaan informasi
ketika ingin mengetahui perihal informasi-informasi terkait penyelesaian
kasus hukum. Bukan hanya masyarakat saja yang dapat merasakan
dampaknya saja melainkan dari lingkungan pendidikan yang ingin
mengetahui lebih jauh perihal apa itu lembaga peradilan serta bagaimana
lembaga peradilan dalam menyelesaikan perkara-perkara yang terjadi di
kehidupan masyarakat. Serta mengurangi adanya tindakan-tindakan
beresiko timbulnya mal praktik seperti adanya pungutan liar dalam proses
berperkara di pengadilan.
3. Tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan e-Court ini sendiri ialah E-
Court adalah sebuah sistem terobosan baru di dunia peradilan Indonesia
dengan adanya e-Court tidak mengubah struktur beracara di Indonesia
hanya saja ada perubahan dalam proses beracara dilakukan dengan
teknologi digital secara online, yang dibutuhkan adalah kelengkapan
infrastruktur yang mendukung pelaksanaan e-Court serta keahlian sumber
daya manusia dengan menggunakan teknologi informasi guna
terhubungnya jaringan atau koneksi yang baik dari lembaga pusat, serta e-
Court memudahkan seluruh petugas peradilan guna terciptanya sistem
administrasi yang baik.
C. Rekomendasi
Berdasarka kesimpulan yang telah dirumuskan diatas, maka peneliti
memberikan saran kepada pihak yang terkait sebagai berikut.
1. Peneliti berharap agar setiap pengadilan yang ingin menggunakan
sistem e-Court harus siap dalam segi sarana infrastruktur yang
dibutuhkan. Serta dalam pelaksanaan e-Court pengadilan harus bisa
menyediakan pelayanan e-Court di tempat pengadilan secara langsung
71
A. BUKU
Andi Tarigan, Hidup Bersama Seperti Apa Yang Kita Inginka? Tumpuan
Keadilan Rawls, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama 2018)
Deliar Noer, 1997, Pemikiran Politik Di Negeri Barat, Cetakan II Edisi Revisi,
Bandung, Pustaka Mizan
Fajar, Mukti dan Achmad, Yulianto. Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Empris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010)
Mukti fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Empris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010)
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2008)
72
73
Suyanto, Hapusnya Hak Atas Tanah Akibat Penitipan Ganti Kerugian Dalam
Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Surabaya, Penerbit, CV
Jakad Publishing, 2020)
Sri Warjiyati, “Memahami Dasar Ilmu Hukum: Konsep Dasar Ilmu Hukum”,
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2018)
Suteki dan Taufani, Galang. Metodologi Penelitian Hukum (Filsafat, Teori dan
Praktik), (Depok: Rajawali Pers, 2018)
Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Ushul Fiqh, (Jakarta:
Amzah)
B. PERUNDANG-UNDANGAN
Aco Nur dan Amam Fakhrur, Hukum Acara Elektronik Di Pengadilan Agama,
Sidoarjo: Nizamia Learning Center, 11 Oktober 2019.
Andi Kurniawan dan Aco Nur. Prospek dan Tantangan Implementasi E-Court.
Majalah Peradilan Agama. Edisi 14 November 2018.
Christine Coumarelos et al, above note 1, 39; American Bar Association –
Commission on the Future of Legal Services, Report on the Future of
Legal Services in the United States (2016)
Michael Legg, ‘The Future of Dispute Resolution: Online ADR and Online
Courts’ (2016) 27 Australasian Dispute Resolution Journal 277.
Muhammad Riduansyah, Mewujudkan Keadilan, Kepastian, dan Kemanfaatan
Hukum Dalam Qanun Bendera dan Lambang Aceh, Jurnal Konstitusi,
Vol. 13 No. 3, Juni 2016.
D. INTERNET
Argiatmoko, Windi. E-Court Dalam Peradilan, (Fakultas Agama Islam
Universitas Muhamadiyah Malang 2018).
Atikah, Ika. Implementasi E-Court dan Dampaknya Terhadap Advokat Dalam
Proses Penyelesaian Perkara di Indonesia, (Di Jurnal Academia Vol. 1
Nomor. 2 2018).
Australian Lawyers Alliance, https://www.lawyersalliance.com.au/opinion/online-
alternative-dispute-resolution,
Buku Panduan E-Court, https://ecourt.mahkamahagung.go.id/.
Ditjenmiltun Mahkamah Agung RI, E-Court, Era Baru Beracara di Pengadilan
https://www.pt-bengkulu.go.id/berita/e-court-era-baruberacara-di-
pengadilan.
Dwimurti, Seto Bangun. Penerapan E-Court dalam Administrasi Perkara di
Pengadilan Agama, (Fakultas Syariah Jurusan Ekonomi Syariah IAIN
Surakarta 2018) .
Mahkamah Agung RI, E-Court, Era Baru Beracara di Pengadilan,
http://ditjenmiltun.mahkamahagung.go.id/index.php?option=com_con
75
tent&view=article&id=2816:e-court-era-
baruberacaradipengadilan&catid=114:umum.
Tarmizi, “Sistem E-Court Dalam Peradilan”,
https://www.academia.edu/37052506.
Mahkamah Agung RI, https://ptun-yogyakarta.go.id/index.php/artikel/193-e-
court-dan-masa-depan-sistem-peradilan-modern-di-indonesia.html.
Mahkamah Agung Republik indonesia, Pengadilan Agama Jakarta Pusat 2020,
https://pa-jakartapusat.go.id/,.
E. INTERVIEW
76
77
Erva : Dengan adanya sisten e-Court ini khususnya bagi saya yang
ingin beracara di Pengadilan Agama jadi lebih mudah dan
waktu pengurusannya bisa dihitung sangat cepat. Untuk
pembiayaan perkara di sini terhitung lebih murah dan sangat
terjangkau, dengan adanya e-Court saya tidak perlu harus
sering ke pengadilan cukup hadir untuk mendaftar dan
selebihnya agenda akan diinfokan oleh petugas pengadilan
sampai dengan adanya putusan hakim yang nantinya akan
diberikan secara online kepada pihak yang terkait.
Razzy : Bagaimana dengan pandangan Ibu, efektifkah dengan
hadirnya sistem e-Court ini bagi masyarakat pencari
keadilan?
Narasumber : Sangat efektif dikarenakan dalam beracara seperti ini tentu
tidak memakan waktu sedikit belum lagi dengan
pemanggilan pihak terkait belum tentu mereka bersedia
datang ke pengadilan, maka dari itu e-Court hadir senantiasa
memudahkan para pencari keadilan untuk tidak perlu
khawatir lagi dalam menyelesaikan perkaranya dan menuntut
hak-haknya sebagai pencari keadilan hukum serta
masyarakat tidak perlu khawatir dengan biaya untuk
mengajukan perkara karena untuk biaya lebih terjangkau bagi
pihak yang ingin beracara di Pengadilan Agama Jakarta
Pusat.
85