Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa saya dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul Persamaan , Perbedaan Dan Faktor
Yang Mempengaruhi Hukum Antara Negara Inggris Dan Jerman . Dalam pembuatan makalah
ini , saya mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini saya mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Ibu Dr. Liani Sari S.H,.M,H selaku dosen mata
kuliah Perbandingan Hukum Perdata , serta berbagai pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu yang membantu pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan saya pada
khususnya. Saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna ,
untuk itu saya menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah
sempurna.
Akhir kata saya ucapkan Terima Kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB. I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...
BAB. II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tiap negara mempunyai sistem hukumnya sendiri, karena hukum itu adalah gejala
masyarakat, bagian daripada kebudayaan bangsa dan dipengaruhi oleh iklim, lingkungan dan
cara kehidupan dalam masyarakat hukum yang bersangkutan. Dengan beragamnya sistem hukum
tersebut maka sangat beratlah untuk mengetahui semua sistem-sistem hukum itu. Oleh karena itu
comparatist harus mencari kemudahan dalam memproses perbandingan hukum yakni dengan
mencari lebih dulu titik persamaan dan titik perbedaan. Penemuan persamaan dan perbedaan di
antara sistem -sistem hukum yang diperbandingkan dengan sendirinya mencuatkan pertanyaan
Mengapa ? salah satu tugas hukum yang paling menarik dan paling penting ialah berupaya
menjelaskan persamaan dan perbedaan seperti itu. Saat mencari penjelasan yang dapat
dimengerti itulah akan diketahui faktor-faktor mana yang memp[engaruhi sturuktur,
perkembangan, dan muatan-muatan substansif sistem hukum tersebut.
Persamaan dan perbedaan di antara sistem-sistem hukum adalah dua sisi mata uang yang
sama. Persamaan menujukkan kurangnya perbedaan, sementara perbedaan menujukkan
kurangnya persamaan. Karena itu, baik persamaan maupun perbedaan dipengaruhi oleh faktor-
faktor yang sama, walaupun arahnya berlawanan, misalnya, jika persamaan-persamaan di antara
sistem-sistem ekonomi dianggap menimbulkan persamaan di antara sistem hukum, maka
perbedaan di antara sistem-sistem ekonomi harus dianggap turut menyumbang perbedaan di
bidang hukum. Uraian berikut ini akan membahas beberapa faktor yang sering menjadi acuan
dalam literatur perbandingan hukum sebagai penjelasan persamaan dan perbedaan sistem hukum.
Faktor-faktor ini memang saling mempengaruhi tapi lebih baik dianggap saling terkait.
1. Sistem Ekonomi
Sistem perekonomian adalah sistem yang digunakan oleh suatu negara untuk
mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di
negara tersebut. Perbedaan mendasar antara sebuah sistem ekonomi dengan sistem ekonomi
lainnya adalah bagaimana cara sistem itu mengatur faktor produksinya. Dalam beberapa sistem,
seorang individu boleh memiliki semua faktor produksi. Sementara dalam sistem lainnya, semua
faktor tersebut di pegang oleh pemerintah. Kebanyakan sistem ekonomi di dunia berada di antara
dua sistem ekstrem tersebut. Selain faktor produksi, sistem ekonomi juga dapat dibedakan dari
cara sistem tersebut mengatur produksi dan alokasi. Sebuah perekonomian terencana (planned
economies) memberikan hak kepada pemerintah untuk mengatur faktor-faktor produksi dan
alokasi hasil produksi. Sementara pada perekonomian pasar (market economic), pasar lah yang
mengatur faktor-faktor produksi dan alokasi barang dan jasa melalui penawaran dan permintaan.
Perekonomian pasar campuran atau mixed market economies adalah gabungan antara
sistem perekonomian pasar dan terencana. Menurut Griffin, tidak ada satu negara pun di dunia
ini yang benar-benar melaksanakan perekonomian pasar atau pun terencana, bahkan negara
seperti Amerika Serikat. Meskipun dikenal sangat bebas, pemerintah Amerika Serikat tetap
mengeluarkan beberapa peraturan yang membatasi kegiatan ekonomi. Misalnya larangan untuk
menjual barang-barang tertentu untuk anak di bawah umur, pengontrolan iklan (advertising), dan
lain-lain. Begitu pula dengan negara-negara perekonomian terencana. Saat ini, banyak negara-
negara Blok Timur yang telah melakukan privatisasipengubahan status perusahaaan
pemerintah menjadi perusahaan swasta. Krisis ekonomi yang sering terjadi ditengarai adalah
ulah sistem ekonomi konvensional (terencana dan pasar), yang mengedepankan sistem bunga
sebagai instrumen provitnya. Berbeda dengan apa yang ditawarkan sistem ekonomi syariah,
dengan instrumen provitnya, yaitu sistem bagi hasil.
Sistem ekonomi syariah sangat berbeda dengan ekonomi kapitalis, sosialis maupun
komunis. Ekonomi syariah bukan pula berada di tengah-tengah ketiga sistem ekonomi itu.
Sangat bertolak belakang dengan kapitalis yang lebih bersifat individual, sosialis yang
memberikan hampir semua tanggungjawab kepada warganya serta komunis yang ekstrem[,
ekonomi Islam menetapkan bentuk perdagangan serta perkhidmatan yang boleh dan tidak boleh
di transaksikan. Ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh
masyarakat, memberikan rasa adil, kebersamaan dan kekeluargaan serta mampu memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha
Normalnya sistem hukum berkembang untuk melayani kebutuhan-kebutuhan perekonomian,
bukan sebaliknya. Siapapun takakan percaya bahwa manusia menemukan peluang untuk berjual
beli sebagai konsekuensi dari pengenalan hukum penjualan, yang ada karena kebutuhan untuk
mengatur dan melindungi transaksi yang sering terjadi dan kita namakan sebagai penjualan dan
pembelian.
3. Agama
Sikap dan keyakinan agama populasi dapat berperan penting bagi sistem hukum,
khususnya dalam hukum keluarga, tetapi juga dalam hukum pidana., misalnya aturan-aturan
agama (Misalnya Al-Quran di negara Muslim dan Perjanjian Lama di Israel) sering secara
langsung memperoleh status sebagai hukum atau digabungkan dengan cara lain ke dalam sistem
hukum.
Sebuah negara yang didominasi umat Kristen akan kesulitan menerima poligami, sementara di
negara Muslim, bisa diharapkan sikap sebaliknya. Di beberapa negara Muslim masih ada hukum
yang memerintahkan memanggal tangan seorang pencuri. Bisa dibayangkan larangan agama
untuk mengkonsumi alkohol akan mengakibatkan larangan alkohol oleh negara.
5. Faktor Demografi
Umat manusia bisa dibagi menjadi beberapa ras, yang masing-masing terdiri dari
sejumlah besar kelompok etnis berbeda. Karena perbedaan ini seringkali
menimbulkanketidakcocokan hukum dengan ras tertentu dalam satu wilayah (sistem hukum).
Hal ini terbukti pada masa berlakunya Apartheid di Afrika Selatan, dimana ada pemisahan ras
yang berpengaruh terhadap hak sipil ras kulit hitam di Afrika Selatan.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Statuta Law
Statuta law adalah peraturan yang di buat oleh parlemen inggris, jadi dapat di samakan
dengan peraturan-peraturan yang berbentuk undang-undang dan merupakan sumber hukum
kedua dalam hukum inggris. Statuta law berfungsi sebagai koreksi(penambah) terhadap common
law yang kadang-kadang belum lengkap, jadi tidak di buat untuk mengatur suatu bidang secara
menyeluruh. Statuta law sedikit banyak dianggap sebagai hukum yang bercorak asing dan tidak
mempunnyai corak inggris.
C. Custom
Custom adalah kebiasaan yang sudah berlaku berabad-abad di inggris dan sudah
merupakan sumber nilai-nilai. Dari nilai-nilai inilah hakim menggali serta membentuk norma-
norma hukumnnya. Setelah custom itu di tuangkan dalam peraturan peradilan maka custom itu
menjadi common law. Jadi terbentuknnya hukum di inggris itu adalah karena telah di
tuangkannnya custom oleh hakim dalam suatu putusan pengadilan.
D. Reason (Akal Sehat)
Reason atau akal sehat adalah sumber hukum yang ke empat dalam hukum inggris.
Reason berfungsi sebagai sumber hukum jika sumber hukum yang lain tidak memberi
penyelesaian terhadap perkara yang di tangani oleh hakim, artinya tidak di dapatkan norma
hukum yang mampu memberi penyelesaian mengenai perkara yang sedang di periksa.
2. Hukum Kebiasaan.
Mengenai peranan hukum kebiasaan sebagai sumber hukum maka dalam ilmu hukum
terdapat berbagai-bagai pandangan diantaranya :
Levy Bruhl dalam bukunya sosiologi du droit mengatakan bahwa hukum kebiasaan mempunyai
peranan dalam proses penemuan hukum, dalam arti merupakan pegangan bagi pembentuk
undang-undang, maupun para hakim dalam usaha menemukan hukum yang tepat dan adil.
Menurut aliran ini hukum kebiasaan dalam semua sistem hukum memegang peranan dominan.
Lain halnya dengan pandangan aliran positivisme.
3. Yurisprudensi
Dewasa ini secara umum sudah di akui dalam ilmu pengetahuan hukum bahwa di
samping undang-undang masih terdapat sumber hukum lain, diantaranya yurisprudensi. Hal
tersebut merupakan ciri dari negara-negara hukum romawi Jerman. Dimana-mana terdapat
kumpulan keputusan badan pengadilan yang pengumpulanya di peruntukan bagi para praktisi
hukum dan pada umumnya memuat putusan-putusan pengadilan yang penting bagi
perkembangan hukum. Kumpulan-kumpulan yurisprudensi ini juga di gunakan oleh ilmu
pengetahuan di negara-negara lain seperti yurisprudensi prancis yang berpengaruh besar terhadap
ilmu hukum dan yurisprudensi negara lain.
4. Ilmu Hukum.
Ilmu hukum mempunyai pengaruh terhadap teori-teori hukum, pembentukan hukum
maupun praktik hukum dalam arti merangsang pembentuk undang-undang untuk
mengembangkan hukum dengan membentuk perundang-undangan baru dengan menuangkan
gagasan baru, pengertian serta asas-asas hukum baru dalam bentuk perundang-undangan. Di
samping itu ilmu hukum juga merangsang praktik hukum untuk berbuat demikian melalui
saluran praktiknya. Dalam arti demikian tidak ada keberatan untuk mengangggap ilmu hukum
sebagai sumber hukum yang bersifat tidak langsung.
C. Asas Hukum
Undang-undang mengundang partisipasi ilmu hukum dengan menentukan bahwa hakim
dalam melaksanakan peradilan memperhatikan dan berpedomian pada norma-norman keadilan,
kebiasaan atau norma-norma hukum alam(pasal 7 code civil austria), atau memperkenankan
hakim menyimpang dalam arti tidak menerapkan undang-undang tertentu, jika undang-undang
itu ternyata bertentangan dengan norma-norma kesusilaan atau ketertiban umum. Sebab dengan
di gunakanya norma-norma koretif tersebut maka ilmu hukum ikut berbicara sebagai penemu
dan perumus norma-norma korektif itu.
D. Penafsiran Undang-Undang.
Penerapan undang-undang oleh penguasa ynag berwenang banyak tergantung dari cara
penafsiran undang-undang itu oleh mereka yang menerapkanya. Hal ini telah secara umum
diakui dalam ilmu hukum. Berbagai metode penafsiran telah diketengahkan dalam ilmu
pengetahuan hukum dari cara penafsiran exegese(penafsiran menurut huruf atau kata) sampai ke
penafsiran menurut Freie rechtslehre(aliran yang beranggapan bahwa hakim tidak terikat pada
perundang-undangan). Tidak mudah untuk menentukan pengaruh apa yang di pancarkan oleh
teori penafsiran di berbagai negara dalam keluarga hukum romawi jerman.Lazimnya undang-
undang tidak menentukan suatu cara penafsiran tertentu
Seperti telah diketahui asas daripada hukum Common law adalah stare decisis artinya
bahwa hakim dalam memutuskan perkara harus mendasarkan pada putusan hakim sebelumnya
(yurisprudensi). Dengan demikian pertumbuhan hukum di Inggris menjadi lambat karena
disamping tergantung kepada jumlah serta macam perkara yang diputus oleh pengadilan, hakim
tidak dapat mengembangkan pendapatnya. Di dalam kenyataannya pertumbuhan hukum Inggris
tidak selambat seperti yang diperkirakan orang, karena ada beberapa faktor yang
mempengaruhinya yaitu :
A. Faktor Suasana
Kalau dilihat dari asas stare decisis saja memang pertumbuhan hukum di Inggris akan
terlambat. Hal ini dapat terjadi apabila masalahnya sama dan segala-galanya sama pula
(yurisprudensi). Tetapi dalam kenyataannya tidak ada suatu perkara yang keadaan seluruhnya
sama. Jadi yang dapat diikuti oleh hakim berikutnya terbatas pada pokok perkaranya saja,
sedangkan yang berhubungan dengan suasananya hakim yang belakangan mempunyai penilaian
tersendiri. Dengan perkataan lain meskipun asas stare decisis diikuti, tetapi hakim terdahulu.
Namun demikian menurut Soenarjati, putusan hakim tidak dapat dikatakan subjektif karena :
Seorang hakim telah mempelajari ilmu hukum yang mengandung nilai-nilai objektif.
Seorang hakim dalam memutuskan sesuatu juga memperhatikan pendapat-pendapat dari
sarjana lainnya.
Jika seorang hakim memutuskan perkara secara subjektif maka kemungkinan besar dalam
pengadilan banding putusannya akan ditolak.
B. Faktor Reasonableness
Yang dimaksud dengan faktor reasonableness atau redelijlkheid adalah alasan yang
pantas. Reasonable ini dinilai dalam kerangka system hukum yang bersangkutan, dalam rangka
kemungkinan dan atau keadaan, sehingga putusan hakim lain putusan hakim berikutnya dapat
berbeda dengan yurisprudensi.
C. Faktor Statute Low
Meskipun yurisprudensi juga memberikan kemungkinan terbentuknya hukum yang baru,
namun mengingat banyaknya masalah yang dihadapi, pertumbuhan daripada hukum masih
dianggap lambat. Maka dibuatlah apa yang dinamakan statute law ialah hukum yang dibentuk
oleh parlemen (written law). Kewenangan parlemen dalam rangka pembentukan hukum
memberikan berbagai keuntungan ialah :
Parlemen dapat membentuk hukum secara (lebih) cepat.
Parlemen dapat menyimpang dari hukum yang pernah diputus oleh hakim.
Parlemen dapat mengubah putusan pengadilan dengan suatu undnag-undang (undang-
undang dapat mengubah yurisprudensi).
A. Kesimpulan
1. Sistem hukum di Inggris ada 3 yaitu hukum Common Law, hukum Equity dan Statuta Law.
Hukum Common Law adalah hukum yang terbentuk dan merupakan unifikasi hukum
yang telah diputus hakim (yurisprudensi).
Equity ialah hukum kanonik/gereja yang bersumber pada natural law dan timbul karena
Common Law tidak dapat menampung seluruh masalah-masalah tertentu seperti trust.
Statuta Law adalah hukum tertulis yang dibuat oleh parlemen karena Common Law yang
didasarkan pada yurisprudensi kadang-kadang belum lengkap dan ketinggalan dalam
menyelesaikan masalah-masalah yang baru dan juga untuk mengoreksi serta mengisi
kekurangan-kekurangan Common Law yang tidak dapat mengimbangi kebutuhan
keadilan dari masyarakat yang terus berkembang.
2. Sistem hukum Eropa Kontinental sering disebut dengan system hukum Romawi Jerman atau
Civil Law. Asal mulanya sistem ini adalah dari kodifikasi hukum yang berlaku di Kekaisaran
Romawi pada masa pemerintahan Kaisar Justinianus. Kumpulan peraturan-peraturan tersebut
kemudian disebut Corpus Juris Civilis. Dalam perkembangannya, prinsip-prinsip hukum yang
terdapat pada Corpus Juris Civilis itu dijadikan dasar perumusan dan kodifikasi hukum di
negara-negara Eropa Kontinental seperti Jerman, Belanda, Perancis dan Italia, juga Amerika
Latin dan Asia termasuk Indonesia pada masa penjajahan pemerintahan Belanda.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://wardahcheche.blogspot.co.id/2014/11/perbandingan-hukum-inggris-dan-
jerman.html
2. https://www.google.co.id/search?q=persamaan+huku+inggris+dan+jerman&ie=utf-
8#q=persamaan+hukum+inggris+dan+jerman&start=10
3. http://wardahcheche.blogspot.co.id/2014/11/perbandingan-hukum-inggris-dan-
jerman.html