Anda di halaman 1dari 35

Lembaga Actio Pauliana

dalam Kepailitan di
Indonesia
oleh Kelompok 3
Daftar Anggota

Michael Claudio Andreas Immanuel Kevin Bryan


Chen Marvel Bungaran Setiadi Simon Rompas

Ardiano Lucas Ridzky Alexander Dhika Daniel Muhammad


Simamora Syam A Surbakti Yonatan Farhan
Rumusan Masalah yang hendak dijawab

1. Bagaimana konsep Actio Pauliana


dalam penerapannya di bidang 2. Bagaimanakah cara berjalannya
kepailitan? Actio Pauliana dalam kasus yang
sudah terjadi?
Secara historis, Actio Pauliana

Alasan
merupakan salah satu kaidah
hukum Romawi Kuno yang berasal

Keberadaan dari dari Corpus Iuris Civilis yang


mengatur bahwa Debitur dilarang

Actio Pauliana untuk melakukan tindakan yang


secara nyata dapat merugikan
pihak Kreditur.
Actio Pauliana adalah keadaan di
mana seorang Debitur melakukan
suatu perbuatan hukum yang tidak
Alasan diwajibkan kepadanya, padahal dia
mengetahui (atau sepatutnya
Keberadaan dari mengetahui) bahwa perbuatan itu

Actio Pauliana
akan merugikan hak krediturnya,
maka perbuatan itu dapat
dibatalkan. Sehingga, keberadaan
Actio Pauliana adalah untuk
melindungi hak dari Kreditur.
pada dasarnya terdapat tiga jenis

Actio Pauliana gugatan Actio Pauliana :

dalam
1. Actio Pauliana umum diatur
dalam Pasal 1341 KUHPer

Penerapannya
2. Actio Pauliana waris diatur
dalam Pasal 1061 KUHPer

di bidang 3. Actio Pauliana kepailitan diatur


dalam Pasal 41 sampai 47 UU

Kepaililtan No. 37 Tahun 2004 Tentang


kepailitan dan PKPU
Actio Pauliana dalam KUHPerdata
Pasal 1341 KUHPerdata

Pasal 1341 sejatinya berkaitan dengan asas keperdataan yaitu


paritas creditorium, semua harta kekayaan debitur demi hukum
menjadi jaminan atas utang-utang debitur. Kreditur dalam
menjamin haknya dapat menggunakan gugatan ini untuk melawan
debitur yang mengalihkan kepemilikan harta bendanya.
Actio Pauliana dalam KUHPerdata
Pasal 1061 KUHPerdata

Kreditur dalam menjamin haknya dapat menggunakan Pasal 1061


KUHPerdata ini untuk melawan ahli waris yang menolak
utang-utang dari warisan milik pewaris.
Actio Pauliana dalam UU Kepailitan
Pasal 41→ asas Actio Pauliana ini ditunjukan untuk melindungi hak
kreditur dari perbuatan hukum debitur yang merugikan selama
proses pernyataan pailit namun putusannya belum diucapkan.

Contoh: Karena B tidak memiliki harta yang cukup, ia membalikkan


nama mobilnya kepada adiknya sebelum dirinya diputus pailit.
dalam hal ini dapat diajukan Actio Pauliana karena hal tersebut
akan merugikan A sebagai kreditur dalam bentuk jumlah yang
berkurang dari apa yang seharusnya ia dapatkan.
Actio Pauliana dalam UU Kepailitan
Pasal 42 → menjelaskan mengenai perbuatan hukum Debitur
tersebut, dalam jangka 1 tahun, yang mana patut dicurigai sebagai
cara menghindari seluruh hartanya diambil sebagai harta pailit,
seperti perjanjian yang mana kewajiban Debitur sangat timpang,
lebih besar dari kewajiban pihak lainnya ataupun alasan
mengalihkan harta sebagai pembayaran atas jaminan untuk hutang
yang belum jatuh tempo ataupun belum dapat ditagih.
Actio Pauliana dalam UU Kepailitan
Pasal 43 dan 44→ menjelaskan tentang perbuatan hibah oleh
Debitur yang juga dapat merugikan Kreditur. Diasumsikan bahwa
jika hibah tersebut dilakukan dalam waktu 1 tahun sebelum
pernyataan pailit, secara otomatis dianggap Debitur mengetahui
bahwa perbuatannya merugikan Kreditur, kecuali dapat dibuktikan
sebaliknya.
Actio Pauliana dalam UU Kepailitan
Pasal 45→ menyatakan bahwa pembatalan pembayaran Debitur
ke pihak lain tersebut hanya dapat dilakukan apabila terbukti pihak
tersebut telah mengetahui bahwa Debitur telah didaftarkan dalam
permohonan pernyataan pailit atau terbukti adanya
persekongkolan dengan Debitur.

Pasal 46→ menjelaskan situasi di mana pembayaran tersebut


tidak dapat dikembalikan.
Actio Pauliana dalam UU Kepailitan
Pasal 47→ menjelaskan bahwa tuntutan hak dalam Pasal 41-46
tersebut diajukan oleh Kurator ke Pengadilan, sedangkan Kreditur
berdasarkan alasan dalam pasal-pasal tersebut dapat mengajukan
bantahan atas tuntutan Kurator tersebut.

Pasal 48→ menegaskan bahwa kewenangan ini gugur bila


kepailitan berakhir dengan perdamaian, kecuali perdamaiannya
berisi pelepasan atas harta pailit.
Berdasarkan pada pasal 41-50 UU
Persyaratan Kepailitan dan PKPU, Actio Pauliana

Actio Pauliana
dapat dimintakan pada pengadilan
ketika memenuhi lima (5) hal.
Cont’d

1. Debitor telah melakukan suatu perbuatan hukum.

2. Perbuatan hukum tidak wajib dilakukan debitor.

3. Perbuatan hukum dimaksud telah merugikan kreditor.

4. Pada saat melakukan perbuatan hukum debitor mengetahui bahwa perbuatan hukum tersebut
akan merugikan kreditor

5. Pada saat melakukan perbuatan hukum tersebut, pihak dengan siapa perbuatan hukum itu
dilakukan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan tersebut akan merugikan
kreditor
KASUS POSISI
Putusan No. 07/Pdt.Sus-Actio
Pauliana/2015/Pengadilan Niaga Medan
Marolop Tua Sagala dalam kasus ini selaku kurator mengajukan gugatan
Actio Pauliana terhadap PT. Heat Exchanger Indonesia yang dalam hal ini
dalam keadaan pailit, terhadap PT KPE Industries dalam hal ini adalah
tergugat II, terhadap Chew Fook Sin selaku direktur PT Heat Exchangers
Indonesia (PT HEI) dan direktur PT KPE Industries yang juga dalam keadaan
pailit, Lee Swee Eng selaku Komisaris PT Heat Exchangers Indonesia dan
komisaris PT KPE Industries yang juga dalam keadaan pailit.
Adapula KNY PTY LTD, selaku pemegang saham PT Heat Exchangers Indonesia
dalam kasus ini masuk sebagai turut tergugat I, dan KNM Capital SDN BHD sebagai
turut tergugat II. Duduknya perkara adalah PT HEI dinyatakan pailit melalui putusan
Nomor 07/PDT. SUS-PKPU/2014/PN.NIAGA.MDN. Diketahui pula bahwa baik PT HEI
dan PT KPE Industries adalah anak perusahaan dari turut tergugat II. PT HEI yang
dalam keadaan pailit diketahui dari verifikasi yang dilakukan oleh penggugat bahwa
telah mengalihkan/ menjual seluruh hartanya kepada tergugat II pada November 2014,
pengalihan/penjualan tersebut sebesar USD. 1.405.357,13,-, juga telah menjual aset
berupa lima unit mobil milik tergugat I kepada tergugat II senilai USD. 901,68. Juga
ditemukan aset milik tergugat berdasarkan dari dokumen laporan keuangan per 31
Desember 2014 adalah nol.
Pihak-pihak yang berperkara
Penggugat:
MAROLOP TUA SAGALA, SH, sebagai Kurator dari PT. Heat Exchangers Indonesia
(dalam Pailit)

Tergugat:
1. PT. Heat Exchangers Indonesia (PT. HEI) (Dalam Pailit), sebagai Tergugat I
2. PT. KPE Industries (PT. KPEI), sebagai Tergugat II
3. CHEW FOOK SIN (CFS), Direktur PT Heat Exchangers Indonesia (dalam Pailit) (in
casu) (Tergugat-I), sebagai Tergugat III
Pihak-pihak yang berperkara
Tergugat:
4. LEE SWEE ENG (LSE), Komisaris PT Heat Exchangers Indonesia (dalam Pailit) (in
casu) (Tergugat-I), sebagai Tergugat IV.
5. CHEW FOOK SIN, sebagai Direktur PT KPE Industries, sebagai Tergugat V
6. LEE SWEE ENG, Komisaris PT KPE Industries, sebagai Tergugat VI
7. KNM PTY LTD, selaku Pemegang Saham PT. HEI, sebagai Tergugat VII
Turut Tergugat:
8. KNM PROCESS SDN BHD, selaku Pemegang Saham PT. HEI, (Turut Tergugat I)
9. KNM Capital SDN BHD, selaku Perusahaan Dalam Satu Group Dengan Para
Tergugat sehubungan dengan hasil penjualan asset Tergugat I, (Turut Tergugat II)
Analisis kasus
Pasal 42 Undang-Undang Nomor 37 Tahun
2004 menyatakan bahwa:

“Perbuatan hukum yang merugikan kreditur


Penilaian Pembuktian Unsur dilakukan dalam jangka waktu satu tahun
sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan,
“Mengetahui” atau “Patut
sedangkan perbuatan tersebut tidak wajib
Mengetahui” dilakukan debitur, kecuali dapat dibuktikan
sebaliknya, debitur dan pihak dengan siapa
perbuatan tersebut dilakukan dianggap
mengetahui atau sepatutnya mengetahui
bahwa perbuatan tersebut akan
mengakibatkan kerugian bagi kreditur. “
Dari bunyi pasal tersebut di atas, terdapat unsur
“mengetahui” atau “sepatutnya mengetahui” akibat
perbuatan debitur menjadi hal utama yang harus
Menurut Pasal 41 ayat (2) Undang-Undang
dibuktikan untuk menentukan adanya kerugian.
Nomor 37 Tahun 2004, maka terlebih dahulu
Berdasarkan asas actori incumbit probatio, maka
yang dibuktikan adalah fakta atau peristiwa. dibuktikan hal-hal sebagai berikut ini, ialah :
Sebaliknya, maka sesuatu yang bukan fakta, maka adanya perbuatan yang membawa kerugian
akan sulit untuk dibuktikan. Hal tersebut sejalan pada kreditur; perbuatan itu dilakukan
dengan asas negativa non sunt probanda. Unsur
sebelum putusan pailit; dan perbuatan itu
tersebut berkaitan dengan akibat dari perbuatan
tidak diwajibkan oleh perjanjian atau
yang dilakukan, yaitu kerugian, sehingga dapat
dibuktikan dengan pembuktian adanya kesalahan undang-undang.

dan dapat dipertanggungjawabkan


lebih lanjut, Dasar penilaian hakim untuk
membatalkan perbuatan hukum dianggap
1. adanya perbuatan yang

merugikan kreditur dalam Putusan membawa kerugian pada kreditur

tersebut, tentunya harus didasarkan pada 2. perbuatan tersebut dilakukan

penilaian telah terbuktinya peristiwa/fakta. sebelum putusan pailit


Unsur-unsur yang menjadi syarat 3. perbuatan tersebut tidak
mengajukan tuntutan actio pauliana diwajibkan oleh perjanjian atau
dikaitkan dengan perkara a quo adalah undang-undang
sebagai berikut;
Pertimbangan
Hukum
Dalam Putusan tersebut, salah satu amar putusan menyatakan bahwa perbuatan hukum tergugat I
dalam jual-beli aset dan pengalihan dana terindikasi sebagai perbuatan yang melawan hukum
(PMH). Putusan hakim tersebut tentulah didasari pertimbangan-pertimbangan terhadap alat-alat
bukti yang diajukan oleh para pihak, di mana hal tersebut sesuai dengan asas umum beracara di
pengadilan, yaitu putusan harus disertai alasan sebagai dasar untuk mengadili, mengacu kepada
Pasal 50 ayat (1) Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman jo. Pasal 184 ayat (1) HIR/195 ayat (1)
Rbg.
Dalam Pertimbangan Hukum

1. Menimbang adanya perjanjian penjualan Aset→ Tergugat melanggar


ketentuan Pasal 1457 KUHPerdata, karena dilakukan oleh orang-orang yang
sama.

Ketentuan Pasal 1457 KUHPerdata berbunyi:


“Jual-beli adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan
dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk
membayar harga yang telah dijanjikan”

Dengan kata lain, jual-beli harus dilaksanakan oleh pihak yang berbeda.
Gambarannya Melakukan “jual-beli”
Dilakukan oleh orang
yang sama.
sebesar 1.405.358 USD Melanggar Pasal
1457 KUHPerdata

PT. Heat Exchangers Indonesia (PT. HEI) PT. KPE Industries (PT. KPEI) - Tergugat II
- Tergugat I

1. Direktur PT. HEI: 1. Direktur PT. KPEI:


CHEW FOOK SIN (CFS) CHEW FOOK SIN (CFS)
2. Komisaris PT. KPEI: 2. Komisaris PT. KPEI:
LEE SWEE ENG (LSE) LEE SWEE ENG (LSE)

Berdasarkan fakta yang ada dalam persidangan, hasil “jual-beli” tersebut tidak masuk ke dalam
kas PT. HEI, namun ditransfer ke perusahaan induk: KNM PTY LTD (Tergugat VII)
Dalam Pertimbangan Hukum

2. Menimbang adanya perbuatan set-off→ hakim menilai bahwa adanya


tindakan tergugat I yang mengalihkan aset dengan cara set-off, yaitu
pembayaran tidak dilakukan kepada tergugat II, namun hasil penjualan
tersebut langsung di set-off kepada tergugat VII. Akibatnya, tergugat I tidak
dapat lagi melunasi utang kepada krediturnya.
Gambarannya Set-off diatur dalam Pasal 1425, 1426 dan 1427 KUHPerdata

Melakukan transfer uang sebesar 562.452 USD

PT. Heat Exchangers Indonesia (PT. HEI) KNM PTY LTD - Tergugat VII
- Tergugat I

Debitur Kreditur
Kreditur Debitur

Tergugat I mendalilkan bahwa transfer uang kepada Tergugat VII secara langsung merupakan
perbuatan set-off. Namun, “set-off” harus diajukan oleh pihak yang lain dan tidak secara otomatis.
Jadi, Hakim menilai ini tidak memenuhi persyaratan “set-off” dan merupakan tindakan pengalihan
aset.
Gambarannya Set-off diatur dalam Pasal 1425, 1426 dan 1427 KUHPerdata

Melakukan transfer uang sebesar 562.452 USD

PT. Heat Exchangers Indonesia (PT. HEI) KNM PTY LTD - Tergugat VII
- Tergugat I

Debitur Kreditur
Kreditur Debitur

Berdasarkan Putusan Homologasi Perdamaian (P-5) antara tergugat I dengan para krediturnya,
tanggal 8 Juli 2014, tergugat I dinyatakan pailit karena tidak membayar lunas utang kepada para
krediturnya, yaitu FI Ltd, PT ESS, PT TAF, PT QS, dan PT MKB.
Actio Pauliana = bentuk
perlindungan bagi kreditur atas
perbuatan hukum yang dilakukan
Simpulan oleh debitur dengan pihak ketiga
dimana kreditur merasa dirugikan
atas perbuatan hukum tersebut.
Penilaian Hakim: unsur mengetahui atau
sepatutnya mengetahui terpenuhi melalui
penafsiran a contrario.

Simpulan
Dasar: pengakuan Tergugat bahwa penjualan
aset dan transfer dana dari dari tergugat I kepada
tergugat VII dilakukan agar kegiatan operasional
tergugat I dapat terus berjalan dan agar mampu
melunasi hutangnya kepada para krediturnya.
Perlu adanya peraturan pelaksana yang
menjadi pedoman dalam hal acara
Saran pembuktian khusus actio pauliana.
Sekian dan Terima Kasih

Apakah Anda menikmati presentasi kami?


Tulis ulasan Anda di kolom komentar Zoom.

Mohon berikan bintang 5

Anda mungkin juga menyukai