DAN KEPAILITAN
SESI VII - VIII
DR. SAHAT MARULITUA SIDABUKKE, SH., LL.M.
TUJUAN PERKULIAHAN – VII - VIII
Pada akhir perkuliahan Hukum Perusahaan dan Kepailitan di minggu ketujuh dan
kedelapan diharapkan setiap mahasiswa dapat memahami mengenai:
1. Apabila tidak ada atau harta pailit sangat kecil, sehingga tidak cukup untuk membayar
biaya-biaya kepailitan
2. Apabila terdapat Perdamaian
3. Apabila Pemberesan Harta Pailit telah selesai
PERDAMAIAN DALAM KEPAILITAN
• Hasil perdamaian harus dihomologasi (disahkan oleh majelis hakim) terlebih dahulu
barulah memiliki kekuatan mengikat secara hukum
• Pengadilan dapat menolak mengesahkan hasil perdamaian sesuai Pasal 159 ayat 2 UU
37/2004:
a. Nilai asset debitur jauh melebihi jumlah yg disetujui dalam perdamaian;
b. Pelaksanaan perdamaian tdk cukup terjamin
c. Perdamaian terjadi krn penipuan, atau upaya lain yang tidak jujur.
HOMOLOGASI - LANJUTAN
• Suatu perdamaian yang telah disetujui melalui voting dapat dibatalkan sebelum
homologasi jika terdapat alasan-alasan yang kuat dari kreditur yang menghendaki
pembatalan.(157 dan 158 UU 37/2004)
• Majelis Hakim wajib menolak pengesahan perdamaian jika terdapat alasan sebagaimana
diatur dalam Pasal 159 ayat 2 UU 37/2004)
UPAYA HUKUM PENGESAHAN PERDAMAIAN
• Terhadap Putusan Pengesahan Perdamaian yang ditolak dan putusan pengesahan perdamaian yang
dikabulkan dapat diajukan upaya hukum Kasasi (Pasal 160 UU 37/2004)
• Dalam hal pengesahan perdamaian ditolak baik Kreditor yang menyetujui rencana perdamaian maupun
Debitor Pailit dapat mengajukan kasasi, dalam waktu 8 hari setelah tanggal putusan diucapkan (Pasal 160
ayat (1) UU 37/2004)
• Dalam hal pengesahan perdamaian dikabulkan, Kreditor yang menolak rencana perdamaian atau yang
tidak hadir pada saat pemungutan suara dan Kreditor yang menyetujui perdamaian setelah mengetahui
bahwa perdamaian tersebut dicapai karena penipuan, persekongkolan dan pemakaian upaya lain yang
tidak jujur, dapat mengajukan kasasi dalam waktu 8 hari setelah tanggal putusan pengesahan tersebut
(Pasal 160 ayat (2) UU 37/2004)
TERIMA KASIH