DI INDONESIA
Kewenangan & Tanggungjawab Kurator
Oleh:
JAMASLIN JAMES PURBA, S.H., M.H.
(Managing Partners Law Firm James Purba & Partners)
PENDAHULUAN
1
harta kekayaan debitur dijual di muka umum guna pembayaran utang-utangnya kepada
semua kreditor dan dibayar menurut perbandingan jumlah piutang masing-masing.
Kepailitan merupakan suatu jalan keluar yang bersifat komersial untuk keluar dari
persoalan utang piutang yang menghimpit seorang debitor, dimana debitor tersebut sudah
tidak mempunyai kemampuan lagi untuk membayar utang-utang tersebut kepada para
kreditornya. Apabila keadaan ketidakmampuan untuk membayar kewajiban yang telah jatuh
tempo tersebut disadari oleh debitor, maka langkah untuk mengajukan permohonan
penetapan status pailit terhadap dirinya (voluntary petition for selfbankruptcy) menjadi suatu
langkah yang memungkinkan. Apabila kemudian ditemukan bukti bahwa debitor memang
telah tidak mampu lagi membayar utangnya yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih
(involuntary petition for bankruptcy), maka pengadilan dapat menetapkan status pailit
terhadap debitor.
PEMBAHASAN
2
Dasar Hukum
Kurator adalah Balai Harta Peninggalan atau orang perseorangan yang diangkat oleh
Pengadilan untuk mengurus dan memberes-kan harta Debitor Pailit di bawah
pengawasan Hakim Pengawas sesuai dengan Undang-Undang ini.
Pasal 70 UUK
(2) Yang dapat menjadi Kurator sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, adalah:
a. orang perseorangan yang berdomisili di Indonesia, yang memiliki keahlian khusus
yang dibutuhkan dalam rangka mengurus dan/atau membereskan harta pailit; dan
b. terdaftar pada kementerian yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang
hukum dan peraturan perundang-undangan.
Tidak semua orang dapat menjadi Kurator. Menurut Undang-Undang Kepailitan yang
lama, kewajiban ini secara khusus dilakukan oleh Balai Harta Peninggalan, yang
disingkat BHP. Balai Harta Peninggalan ini adalah suatu badan khusus dari Departemen
Kehakiman (yang dinamakan demikian karena ia bertanggung jawab untuk masalah
mengenai pengawasan pengampuan). Balai Harta Peninggalan bertindak melalui kantor
perwakilannya yang terletak dalam yurisdiksi pengadilan yang telah menyatakan debitur
paillit. Pada saat ini terdapat Balai Harta Peninggalan di lima lokasi yaitu Jakarta, Medan,
Semarang, Surabaya, dan Makassar.
TUGAS KURATOR
Pasal 69 UUK
3
a. tidak diharuskan memperoleh persetujuan dari atau menyampaikan
pemberitahuan terlebih dahulu kepada Debitor atau salah satu organ Debitor, meskipun
dalam keadaan di luar kepailitan persetujuan atau pemberitahuan demikian
dipersyaratkan;
b. dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga, hanya dalam rangka meningkatkan
nilai harta pailit.
(3) Apabila dalam melakukan pinjaman dari pihak ketiga Kurator perlu membebani
harta pailit dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan
atas kebendaan lainnya maka pinjaman tersebut harus terlebih dahulu memperoleh
persetujuan Hakim Pengawas.
(4) Pembebanan harta pailit dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek,
atau hak agunan atas kebendaan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3), hanya
dapat dilakukan terhadap bagian harta pailit yang belum dijadikan jaminan utang.
Meski ditunjuk oleh pengadilan, Kurator tetap diusulkan oleh pemohon pailit. Namun,
dalam bertugas Kurator tidak bertindak untuk kepentingan pemohon melainkan untuk
kepentingan boedel pailit. Intinya, Kurator tidak melulu lebih mendahulukan kepentingan
kreditur, tapi harus fair juga terhadap debitur. Dalam hal Pemohon Pailit tidak mengajukan
calon Kurator dalam Permohonannya maka Majelis Hakim menunjuk BHP sebagai Kurator
(Pasal 15 ayat 2 UUK.
Menghitung aset perusahaan pailit adalah salah satu tugas Kurator, untuk itu Kurator
harus memahami betul cara membaca laporan keuangan perusahaan agar bisa
mendapatkan informasi tentang harta yang menjadi kewenangannya tersebut. Kurator juga
membutuhkan auditor dalam melaksanakan tugasnya. Menurut Ricardo Simanjuntak, jasa
independen auditor sangat diperlukan jika kurator tidak mampu membaca laporan keuangan
perusahaan. Kurator juga bisa saja mengundang appraisal atau konsultan pajak bila memang
dibutuhkan, namun itu semua akan menambah biaya. Padahal, kurator harus berusaha
semaksimal mungkin untuk tidak menambah beban ke budel pailit agar nilai harta untuk
kreditur tidak berkurang.
4
PERSYARATAN MENJADI KURATOR
Syarat untuk menjadi Kurator sebagaimana diatur dalam Pasal 70 ayat (2) UUK PKPU
ialah sebagai berikut:
1) orang perseorangan yang berdomisili di Indonesia, yang memiliki keahlian
khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus dan/atau membereskan harta
pailit;
2) terdaftar pada pada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, mengenai
tata cara pendaftaran kurator diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2018 tentang Syarat dan
Tata Cara Pendaftaran Serta Penyampaian Laporan Kurator dan Pengurus
(“Permenkumham 37/2018”).
Pada penjelasan pasal 70 ayat (2) huruf (a) UUK PKPU disebutkan, yang dimaksud
dengan keahlian khusus adalah mereka yang mengikuti dan lulus pendidikan Kurator dan
pengurus, sedangkan penjelasan pasal 70 ayat (2) huruf (b) UUK, yang dimaksud dengan
terdaftar adalah telah memenuhi syarat-syarat sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
anggota aktif organisasi profesi Kurator dan pengurus. Oleh karena itu, untuk menjadi
Kurator harus terlebih dahulu mendaftarkan diri kepada Departemen Kehakiman.
Menurut Pasal 4 ayat (1) Permenkumham 37/2018, untuk terdaftar sebagai Kurator dan
Pengurus, orang perseorangan harus mengajukan pendaftaran kepada Direktur Jenderal
melalui laman resmi Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum. Orang perseorangan
yang mengajukan pendaftaran sebagai kurator harus memenuhi syarat, sebagai berikut
(Pasal 3 Permenkumham 37/2018):
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. berkewarganegaraan Indonesia dan berdomisili di wilayah Indonesia;
c. setia pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
d. sehat jasmani dan rohani;
e. tidak merangkap jabatan, kecuali sebagai:
advokat;
akuntan publik;
mediator;
konsultan hak kekayaan intelektual;
konsultan hukum pasar modal; dan
5
arbiter;
f. advokat dan/atau akuntan publik yang pernah terlibat dalam pengurusan dan
pemberesan harta pailit dan pengurusan dan pemberesan harta debitur yang diberikan
penundaan kewajiban pembayaran utang;
g. telah mengikuti pelatihan Kurator dan Pengurus dan dinyatakan lulus dalam ujian yang
penilaiannya dilakukan oleh Komite Bersama;
h. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan hukuman
pidana 5 (lima) tahun atau lebih berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap;
i. tidak pernah dinyatakan pailit oleh pengadilan niaga;
j. bersedia untuk menjalankan tugas pengurusan dan pemberesan harta pailit dan
bertanggungjawab sepenuhnya terhadap kesalahan atau kelalaian yang menyebabakan
kerugian harta pailit; dan
k. bersedia dihapus dari daftar Kurator dan Pengurus, jika terbukti melanggar kode etik
Kurator dan Pengurus dan ketentuan perundang-undangan.
6
j. surat pernyataan bersedia untuk menjalankan tugas pengurusan dan pemberesan
harta pailit dan bertanggungjawab sepenuhnya terhadap kesalahan atau kelalaian
yang menyebabakan kerugian harta pailit;
k. surat pernyataan bersedia dihapus dari daftar Kurator dan Pengurus, jika terbukti
melanggar kode etik Kurator dan Pengurus dan ketentuan perundang-undangan;
l. surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari rumah sakit pemerintah;
m. surat keterangan catatan kepolisian;
n. pas foto terbaru berwarna dengan latar belakang berwarna putih dengan ukuran 4
cm x 6 cm (empat kali enam sentimeter);
o. surat keterangan terdaftar sebagai advokat dari organisasi profesi advokat atau
surat keterangan terdaftar sebagai akuntan publik dari organisasi profesi akuntan
publik;
p. surat keterangan telah bekerja pada kantor advokat atau kantor akuntan publik
paling singkat 3 (tiga) tahun; dan
q. ijazah sarjana hukum atau fotokopi ijazah sarjana ekonomi yang dilegalisir oleh
perguruan tinggi yang bersangkutan.
Dari Pasal 15 ayat (1) UUK-PKPU, dapat diketahui bahwa pengangkatan Kurator
adalah wewenang Hakim Pengadilan Niaga. Pihak debitur, kreditur, atau pihak yang
berwenang mengajukan kepailitan seperti OJK hanya mempunyai hak untuk
mengajukan usul pengangkatan kurator kepada Pengadilan Niaga. Usulan tersebut
apakah diterima atau tidak adalah diskresi Hakim. Balai Harta Peninggalan (BHP) secara
otomatis diangkat sebagai Kurator apabila pihak debitur, kreditur, atau pihak yang
berwenang tersebut tidak mengajukan usulan mengenai pengangkatan Kurator.
Pengangkatan Kurator didasarkan pada putusan pernyataan pailit, dalam arti bahwa
dalam putusan pernyataan pailit harus dinyatakan adanya pengangkatan Kurator (Pasal
15 ayat (1) UUK-PKPU).
7
2. pembayaran kepada kreditur, pengalihan, atau penggunaan kekayaan debitur yang
dalam kepailitan merupakan wewenang kurator.
Permohonan tersebut hanya dapat dikabulkan, apabila hal itu diperlukan guna melindungi
kepentingan kreditor.
Pasal 71 ayat (1) UUK-PKPU mengatakan bahwa pengadilan setiap waktu dapat
mengabulkan usul penggantian kurator, setelah memanggil dan mendengar kurator, dan
mengangkat kurator lain dan/atau mengangkat kurator tambahan atas:
a. permohonan kurator sendiri;
b. permohonan kurator lainnya, jika ada;
c. usul hakim pengawas; atau;
d. permintaan debitur pailit.
8
Kurator dapat diberhentikan, apabila tidak memenuhi kewajiban dan atau melanggar
larangan yang diatur dalam Peraturan Menteri. Kurator yang telah dikeluarkan sebagai
anggota organisasi profesi dilaporkan kepada Menteri dan Pengadilan Niaga oleh organisasi
profesi. Kurator berhenti karena:
a) meninggal dunia;
b) mengundurkan diri sebagai kurator;
c) tidak terdaftar lagi pada Departemen Hukum dan HAM;
d) diberhentikan sebagai Kurator;
e) tidak memenuhi lagi persyaratan sebagai kurator;
f) dipidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan hukuman pidana 5
(lima) tahun atau lebih berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap;
g) Dikeluarkan dari Organisasi Profesi Kurator.
Untuk lebih memudahkan peserta memahami proses pengurusan harta pailit yang
dilakukan oleh Kurator, berikut ini akan saya berikan gambaran umumnya yang akan
saya bagi kedalam 2 (dua) bagian besar, yaitu:
1. Proses Administratif:
9
pembukuan (pembuatan daftar) / dokumentasi, pencocokan (verifikasi),
laporan rutin kepada hakim pengawas.
- Pengumuman :
Sesuai dengan ketentuan Pasal 15 ayat (4) jo. Pasal 86 ayat (3) jo. Pasal 113
dan Pasal 114 UUK-PKPU, paling lambat 5 (lima) hari setelah tanggal
putusan pernyataan pailit diterima Kurator, Kurator harus mengumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia (BNRI) dan paling sedikit 2 (dua)
surat kabar harian yang ditetapkan oleh Hakim Pengawas dan
memberitahukan kepada para kreditur, mengenai:
Perlu kiranya agar dipahami bahwa tidak semua kepailitan terjadi proses
ini (kasuistis), karena proses ini hanya berlaku apabila peristiwa
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 17 atau Pasal 19
UUK-PKPU terjadi.
- Pasal 121 UUK-PKPU : Debitur wajib hadir sendiri pada saat rapat pencocokan
piutang, sedangkan kreditur dapat hadir sendiri atau dikuasakan.
- Pasal 87 ayat 2 UUK-PKPU : Kreditor yang hadir dalam rapat tetapi tidak
memberikan suara, maka hak suaranya dihitung sebagai suara tidak setuju.
- Tagihan yang disertai bunga dilakukan menurut Pasal 134 UUK-PKPU dan
tagihan dalam mata uang asing di konversi menurut Pasal 139 UUK-PKPU.
10
- Pasal 119 UUK-PKPU : Kurator wajib menyediakan daftar piutang di
Kepaniteraan Pengadilan secara cuma cuma.
- Tagihan yang diajukan terlambat dan tagihan yang berasal dari luar negeri
(Pasal 133 UUK-PKPU).
- Menetapkan nilai piutang yang tidak dinyatakan dalam mata uang Republik
Indonesia menjadi dalam mata uang Republik Indonesia sesuai kurs
tengah Bank Indonesia pada tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan
(Pasal 139 UUK-PKPU).
11
Dalam hal pengesahan perdamaian (homologasi) telah memperoleh
kekuatan hukum tetap, maka kepailitan berakhir. Dan Kurator wajib
mengumumkan perdamaian tersebut dan pernyataan kepailitan tersebut
telah berakhir dalam BNRI dan 2 (dua) surat kabar;
Perlu kiranya agar dipahami bahwa tidak semua kepailitan terjadi proses
ini (kasuistis), karena proses ini hanya berlaku apabila peristiwa
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 166 UUK-PKPU terjadi.
2. Proses Teknis:
12
Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 100 UUK-PKPU menyatakan bahwa
kurator harus membuat pencatatan harta pailit paling lambat 2 (dua) hari setelah
menerima surat putusan pengangkatannya sebagai kurator.
Apabila kita melihat sekilas dari ketentuan tersebut, akan muncul pertanyaan
bagaimana melakukan pencatatan dalam jangka waktu paling lambat (dua) hari
setelah menerima surat putusan pengangkatannya sebagai kurator ? Sebenarnya
ketentuan tersebut bukan berarti dalam 2 (dua) hari Kurator harus sudah
menyelesaikan pencatatan harta pailit, akan tetapi maksud sebenarnya adalah
paling lambat 2 (dua) hari sejak pengangkatannya Kurator harus sudah
memulai melakukan pencatatan harta pailit.
Pencatatan harta pailit adalah merupakan suatu bentuk tindak lanjut dari proses
pengamanan, penyegelelan (Pasal 98 dan Pasal 99 UUK-PKPU) dan juga
penangguhan hak eksekusi yang dimiliki Kreditor Separatis (pemegang jaminan
kebendaan) selama 90 hari (Pasal 55 s.d 58 UUK-PKPU), dengan tujuan agar
Kurator dapat menginventarisir seluruh harta pailit, mengidentifikasi hak
jaminan kebendaan yang dimiliki Kreditor Separatis, serta agar dapat
mengklasifikasin tagihan yang diajukan para Kreditor sehingga tujuan
Kepailitan sebagaimana telah dijelaskan diatas dapat benar-benar terlaksana.
Zero Hour Principle diatur dalam ketentuan Pasal 24 ayat (1) dan (2)
UUK-PKPU, sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan Debitor demi hukum
kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang termasuk
dalam harta pailit, dan tanggal putusan tersebut dihitung sejak pukul 00.00 waktu
setempat.
Dalam menjalankan tugasnya Kurator (baik itu sendiri maupun Tim Kurator)
sangat membutuhkan dukungan maupun kerjasama dengan tenaga-tenaga
profesional, karena salah satu tujuan utama dari Pengurusan Harta Pailit adalah
untuk mengoptimalkan nilai dari harta pailit tersebut, namun hal ini tetap merujuk
13
kepada kompleksitas kepailtan tersebut, sehingga kepada Kurator diberikan
kewenangan untuk melakukan kerjasama dengan tanaga-tenaga profesional.
3. Teknisi:
Biasanya kebutuhan teknisi ini menyangkut dengan perawatan dan/atau perbaikan
atas harta pailit, sehingga nilai jual dari harta pailit tersebut tetap terjaga;
6. Jasa Advokat:
Ada kalanya Kurator berhadapan dengan permasahan hukum yang terkait dengan
pelaksanaan tugasnya, misalnya menagih terhadap pihak ketiga, maka atas izin
Hakim Pengawas Kurator dapat menggunakan jasa Advokat untuk melakukan
upaya hukum;
7. Jasa Ahli:
Dalam hal-hal tertentu bilamana Kurator tidak memahami atau mengerti kerumitan
dari pengurusan harta pailit yang dihadapinya, maka Kurator dapat
mempergunakan jasa seorang ahli yang terkait dengan permasalahan tersebut;
8. Konsultan Pajak:
Apabila berbicara terkait dengan pajak (apapun itu jenisnya atau
permasalahannya) pasti Kurator akan segera mempergunakan jasa dari konsultan
pajak; dan sebagainya.
14
Apabila berbicara terkait hubungan Kurator dan Hakim Pengawas maka rujkannya
pada ketentuan Pasal 1 ayat (1) UUK-PKPU Jo. Pasal 74 UUK-PKPU,
sebagaimana dikutipkan berikut ini:
Dari ketentuan pasal 1 ayat (1) dapat dipahami bahwa dalam hal terjadi Kepailitan
maka hubungan antara Kurator dan Hakim Pengawas tidak dapat dipisahkan,
yang kemudian hal tersebut dipertegas melalui Pasal 74 UUK-PKPU yang
mengharuskan Kurator menyampaikan Laporan kepada Hakim Pangawas
mengenai keadaan harta pailit dan pelaksanaan tugasnya setiap 3 (tiga)
bulan.
Namun dalam hal terjadi kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan tugas
pengawasannya yang mengakibatkan kerugian terhadap harta Pailit, didalam
UUK-PKPU tidak terdapat ketentuan yang mengayatakan bahwa Hakim
Pengawas dapat dimintakan pertanggungjawaban.
15
6. Penetapan dalam hal Kurator akan melakukan pinjaman dan perlu membebani
harta pailit dengan jaminan kebendaan (Pasal 69 ayat (3));
7. Penetapan terkait keberatan dari Debitor/Kreditor atas setiap tindakan yang
dilakukan Kurator (Pasal 77 ayat (4));
8. Penetapan persetujuan atas permohonan penyegelan yang akan dilakukan oleh
Kurator (Pasal 99);
9. Penetapan agar pencatatan harta pailit dapat dilakukan dibawah tangan oleh
Kurator (Pasal 100);
10. Penetapan dalam hal kepailitan tidak diangkat Panitia Kreditor, untuk melanjutkan
usaha Debitor (going concern) (Pasal 104);
11. Penetapan untuk mengadakan suatu perdamaian guna mengakhiri suatu perkara
yang sedang berjalan atau mencegah timbulkan suatu perkara (Pasal 109);
12. Penetapan terkait batas akhir pengajuan tagihan, verifikasi pajak, tanggal dan
tempat untuk melakukan Pencocokan Piutang (Pasal 113);
13. Penetapan terkait tanggal pembahasan rencana perdamaian yang diajukan
Debitor (Pasal 147).
Apakah kurator dapat bertindak tanpa ada izin hakim Pengawas? Jawaban atas
hal ini kita temukan dalam Pasal 78 UUK-PKPU, dimana disebutkan bahwa tanpa
adanya izin hakim Pengawas dalam hal izin tersebut di perlukan, maka hal itu
tidak mempengaruhi sah tidaknya perbuatan yang dilakukan oleh kurator asalkan
Kurator sendiri bertanggungjawab atas Perbuatan yang dilakukannya.
5 Dasar hukum dalam pembagian harta pailit debitur mengacu kepada Pasal 1132
KUH PERDATA yang berbunyi sebagai berikut:
Pada tahap ini, Kurator harus melindungi keberadaan kekayaan debitur pailit dan
berusaha mempertahankan nilai kekayaan tersebut. Setiap tindakan yang dilakukan di luar
kewenangannya dalam tahap ini harus memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari hakim
16
pengawas. Undang-Undang Kepailitan menentukan tugas dan wewenang kurator dalam
pengurusan sebagai berikut:
a. Kurator yang ditunjuk untuk tugas khusus berdasarkan putusan pernyataan pailit,
berwenang untuk bertindak sendiri sebatas tugasnya;
b. Dalam waktu lima hari sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan, kurator
mengumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia serta sekurang-kurangnya dua
surat kabar harian yang ditetapkan oleh hakim pengawas, mengenai ikhtisar putusan
pernyataan pailit yang memuat (Pasal 15 ayat (4) UUK-PKPU):
1) nama, alamat dan pekerjaan Debitur;
2) nama Hakim Pengawas;
3) Nama, alamat, dan pekerjaan Kurator;
4) nama, alamat dan pekerjaan anggota panitia Kreditur sementara, apabila telah
ditunjuk; dan
5) tempat dan waktu penyelenggaraan rapat pertama kreditur.
c. Kurator bertugas melakukan koordinasi dengan para kreditur dengan:
1) menerima nasihat dari panitia sementara para kreditur selama belum ditetapkan
panitia kreditur secara tetap;
2) memberikan segala keterangan yang diminta oleh panitia;
3) mengadakan rapat untuk meminta nasihat dari panitia kreditur;
4) Meminta nasihat panitia, sebelum memajukan suatu gugatan atau meneruskan
perkara yang sedang berlangsung;
5) Menangguhkan pelaksanaan perbuatan yang direncanakan dalam hal terjadi
perbedaan pendapat dengan panitia kreditur;
5) mengdiri rapat-rapat kreditur;
6) memberitahukan rencana penyelenggaraan rapat kreditur pertama kepada para
kreditur paling lambat hari kelima setelah putusan pernyataan pailit;
7) menerima pemberitahuan dari para kreditur bahwa mereka telah mengangkat
seorang kuasa dalam rapat kepailitan.
d. Kurator bertugas melakukan pencatatan/inventarisasi harta pailit (Pasal 100
UUK-PKPU), sebagai berikut:
1) Paling lambat dua hari setelah kurator menerima surat putusan pengangkatannya,
kurator harus membuat pencatatan harta pailit;
2) Pencatatan boleh dibuat di bawah tangan oleh kurator dengan pengawasan hakim
pengawas;
17
3) Pada saat pembuatan pencatatan tersebut, para anggota panitia kreditur
sementara berhak untuk hadir.
Setelah pencatatan dibuat, kurator harus memulai pembuatan suatu daftar yang
menyatakan sifat dan jumlah piutang-piutang dan utang-utang harta pailit, nama-nama
dan tempat tinggal kreditur, beserta jumlah piutang masing-masing Kreditor (Pasal 102
UUK-PKPU). Semua pencatatan tersebut di atas, oleh kurator harus diletakkan di
Kepaniteraan Pengadilan, untuk dengan cuma-cuma dilihat oleh siapa saja yang
menghendakinya (Pasal 103 UUK-PKPU). Dalam melakukan pencatatan harta pailit,
kurator harus memperhatikan bukan saja harta tetap berwujud tetapi juga harta
kekayaan debitur pailit yang tidak berwujud, seperti surat-surat berharga dan
tagihan-tagihan.
e. Kurator bertugas mengamankan kekayaan milik debitur pailit, yaitu dengan melakukan
hal-hal berikut:
1) Kurator menangguhkan hak eksekusi kreditor dan pihak ketiga untuk menuntut
hartanya yang berada dalam penguasaan debitur pailit atau Kurator, untuk waktu
sembilan puluh hari sejak pernyataan pailit (Pasal 56 ayat (1) UUK-PKPU).
2) Kurator membebaskan barang yang menjadi agunan dengan membayar kepada
kreditor.
Segera sejak mulai pengangkatannya, kurator harus dengan segala upaya yang
perlu dan patut harus mengusahakan keselamatan harta pailit. Seketika harus
diambilnya untuk disimpan segala surat-surat, uang-uang, barang-barang
perhiasan, efek-efek dan lain-lain surat berharga dengan memberikan tanda terima
(Pasal 98 UUK-PKPU).
3) Kurator dalam rangka mengamankan harta pailit, meminta kepada hakim pengawas
untuk menyegel harta pailit. Penyegelan tersebut dilakukan oleh juru sita dimana
harta itu berada dengan dihadiri dua orang saksi yang salah satunya adalah wakil
pemerintah daerah setempat (Pasal 99 UUK-PKPU).
4) Kurator harus menyimpan sendiri semua uang, barang-barang perhiasan, efek-efek
dan surat berharga lainnya. Hakim pengawas berwenang pula menentukan cara
penyimpanan harta tersebut. Khusus terhadap uang tunai, jika tidak diperlukan
untuk pengurusan, kurator wajib menyimpannya di bank untuk kepentingan harta
pailit (Pasal 108 UUK-PKPU).
5) Kurator mengembalikan ke dalam harta pailit terhadap barang yang dilakukan hak
penahanan oleh kreditur.
18
f. Kurator bertugas melakukan tindakan hukum ke pengadilan dengan melakukan hal-hal
berikut:
1) Untuk menghadap di muka pengadilan, kurator harus terlebih dahulu mendapatkan
izin dari hakim pengawas, kecuali menyangkut sengketa pencocokan piutang atau
dalam hal yang diatur dalam Pasal 36, Pasal 38, Pasal 39 dan Pasal 59 ayat (3).
2) Kurator mengajukan tuntutan mengenai hak atau kewajiban yang menyangkut
harta pailit (Pasal 26 UUK-PKPU).
3) Kurator menerima panggilan untuk mengambil alih perkara dan mohon agar debitur
keluar dari perkara (Pasal 28 UUK-PKPU).
4) Kurator memajukan tuntutan hukum untuk membatalkan perbuatan hukum yang
dilakukan debitur yang diatur dalam Pasal 41 s.d Pasal 46 UUK (pASAL 47
UUK-PKPU).
3) Kurator menuntut kepada pemegang hak tanggungan agar menyerahkan hasil
penjualan barang agunan. (Paal 62 ayat (2) UUK-PKPU).
4) Kurator mengajukan permohonan kasasi atas putusan perlawanan terhadap daftar
pembagian (Pasal 196 ayat (1) UUK-PKPU).
g. Kurator bertugas meneruskan atau menghentikan hubungan hukum yang telah
dilakukan oleh debitur pailit dengan:
1) memberi kepastian tentang kelanjutan pelaksanaan perjanjian timbal balik (Pasal
36 ayat (1) UUK-PKPU);
2) menerima tuntutan ganti rugi dari kreditur (Pasal 36 ayat (3) UUK-PKPU);
3) memberikan jaminan atas kesanggupan melanjutkan perjanjian, atas permintaan
pihak yang mengadakan perjanjian dengan debitur (Pasal 36 ayat (4) UUK-PKPU);
4) menghentikan sewa menyewa (Pasal 38 UUK-PKPU);
5) menghentikan hubungan kerja dengan para buruh yang bekerja pada debitur pailit
(Pasal 39 UUK-PKPU).
h. Kurator bertugas melakukan pencocokan utang dengan:
1) memberitahukan batas akhir pengajuan tagihan dan rapat kreditur pencocokan
utang, yang ditetapkan hakim pengawas, dengan surat dan iklan (Pasal 113 ayat
(1) UUK-PKPU);
2) menerima pengajuan segala piutang yang disertai dengan bukti dari para kreditur
(Pasal 115 UUK-PKPU);
3) mencocokkan perhitungan-perhitungan piutang yang dimasukkan kreditur, dengan
catatan dan keterangan debitur pailit (Pasal 115 UUK-PKPU);
19
4) memasukkan utang yang diakui dan dibantah dalam suatu daftar yang terpisah
(Pasal 117 UUK-PKPU);
5) membubuhkan catatan terhadap setiap piutang, dengan pendapat apakah piutang
tersebut diistimewakan atau dijamin dengan hak tanggungan (Pasal 118 ayat (1)
UUK-PKPU);
6) memasukkan piutang-piutang yang dibantah serta alasannya dalam daftar
piutang yang diakui sementara atas piutang dengan hak didahulukan atau adanya
hak retensi (Pasal 118 ayat (2) UUK-PKPU);
7) meletakkan salinan dari masing-masing daftar piutang di kepaniteraan pengadilan
selama tujuh hari sebelum hari pencocokan piutang (Pasal 119 UUK-PKPU);
8) memberitahukan dengan surat tentang peletakan daftar piutang kepada kreditur
yang dikenal (Pasal 120 UUK-PKPU);
9) membuat daftar piutang yang diakui sementara dan yang ditolak (Pasal 124 ayat
(1) jo Pasal 117 UUK-PKPU);
10) menarik kembali daftar piutang sementara yang diakui dan dibantah (Pasal 124
ayat 3 UUK-PKPU);
11) menerima dengan syarat atas piutang yang dimintakan dengan penyumpahan
(Pasal 126 ayat (3) UUK-PKPU);
12) menuntut pembatalan pengakuan piutang atas alasan adanya penipuan (Pasal
126 ayat (5) UUK-PKPU);
13) memberikan laporan tentang keadaan harta pailit, setelah berakhirnya pencocokan
piutang dan meletakkannya di kepaniteraan pengadilan dan salinannya di
kantornya (Pasal 143 UUK-PKPU);
14) menerima perlawanan kreditur yang piutangnya belum dicocokkan (Pasal 195
UUK-PKPU).
i. Kurator bertugas melakukan upaya perdamaian dengan:
1) mengumumkan perdamaian dalam Berita Negara dan paling sedikit dua surat
kabar harian;
2) memberikan pendapat tertulis atas rencana perdamaian yang diajukan debitur pailit
(Pasal 146 UUK-PKPU);
3) melakukan pertanggungjawaban kepada debitur pailit di hadapan hakim pengawas
setelah pengesahan perdamaian memperoleh kekuatan hukum tetap (Pasal 167
ayat (1) UUK-PKPU);
20
4) mengembalikan semua barang, uang, buku-buku dan surat-surat yang termasuk
harta pailit kepada debitur pailit jika terjadi perdamaian (Pasal 167 ayat (2)
UUK-PKPU);
5) melunasi/memenuhi persetujuan damai jika debitur tidak memenuhinya, dari harta
pailit (Pasal 168 ayat (3) UUK-PKPU);
6 ) menyediakan suatu jumlah cadangan dari harta pailit, yang dapat dituntut
berdasarkan hak istimewa (Pasal 169 UUK-PKPU);
7 ) memberitahukan dan mengumumkan putusan yang membatalkan perdamaian
(Pasal 172 ayat (3) UUK-PKPU).
21
RUANG LINGKUP Tugas dan Kewenangan Kurator dalam PEMBERESAN Harta Pailit
1. Kurator memulai pemberesan harta pailit setelah harta pailit dalam keadaan tidak
mampu membayar dan usaha debitur dihentikan (TERJADINYA INSOLVENSI menurut
Pasal 178 UUK). Kurator memutuskan cara pemberesan harta pailit dengan selalu
memperhatikan nilai terbaik pada waktu pemberesan. Pemberesan dapat dilakukan
sebagai satu atau lebih kesatuan usaha (going concern) atau atas masing-masing harta
pailit.Kurator melakukan pemberesan dengan penjualan di muka umum atau, apabila di
bawah tangan, dengan persetujuan hakim pengawas. Kurator harus memperhatikan
beberapa hal dalam melaksanakan penjualan harta debitur pailit, antara lain:
1. harus menjual untuk harga yang paling tinggi;
2. harus memutuskan apakah harta tertentu harus dijual segera dan harta yang lain
harus disimpan terlebih dahulu karena nilainya akan meningkat di kemudian hari;
3. harus kreatif dalam mendapatkan nilai tertinggi atas harta debitur pailit.
Apabila dalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan rencana perdamaian, atau
rencana perdamaian di tolak para Kreditor, atau Pengesahan Perdamaian di tolak oleh
Pengadilan berdasarkan putusan yang sudah bekekuatan hukum tetap, maka demi
hukum Harta Pailit berada dalam keadaan Insolvensi (Pasal 178 UU Kepailitan dan
PKPU), maka selanjutnya tugas Kurator adalah melakukan Pemberesan (Penjualan
Harta Pailit) sebagaimana diatur dalam pasal 185 UUK-PKPU.
2. Kepailitan hanya meliputi harta debitur, semua harta yang terdaftar atas nama
Debitur adalah budel pailit. (Pasal 21 UU No. 37 tahun 2004). JIka ada benda yang
dijadikan oleh Debitur milik pihak ketiga maka itu bukan budel pailit, maka Kurator
tidak berhak melakukan eksekusi.
Kurator dengan tetap memperhatikan ketentuan Pasal 15 ayat (1) harus memulai
pemberesan dan menjual semua harta pailit tanpa perlu memperoleh persetujuan debitur
22
atau sama sekali tidak dapat dibereskan, maka kurator yang memutuskan tindakan yang
harus dilakukan terhadap benda tersebut dengan izin hakim Pengawas.
Kurator harus terlebih dahulu meminta izin dari Hakim Pengawas, dalam
melaksanakan penjualan harta pailit. Izin dari Hakim Pengawas ini dituangkan dalam suatu
penetapan. Izin penetapan ini diperoleh setelah kurator terlebih dahulu mengajukan
permohonan untuk melakukan penjualan harta pailit dan dapat dilakukan secara lelang di
depan umum maupun secara di bawah tangan.
Kurator juga berkewajiban membayar piutang kreditur yang mempunyai hak untuk
menahan suatu benda, sehingga benda itu masuk kembali dan menguntungkan harta pailit.
Daftar pembagian yang telah disetujui oleh Hakim Pengawas wajib disediakan di
Kepaniteraan Pengadilan agar dapat dilihat oleh kreditor selama tenggang waktu yang
ditetapkan oleh hakim pengawas pada waktu daftar tersebut disetujui dan diumumkan oleh
kurator dalam surat kabar. Daftar pembagian ini dapat dilawan oleh kreditur dengan
mengajukan surat keberatan disertai alasan kepada Panitera Pengadilan dengan menerima
tanda bukti penerimaan.
Setelah berakhirnya tenggang waktu untuk melihat daftar pembagian atau setelah
putusan akibat diajukan perlawanan diucapkan, kurator wajib segera membayar pembagian
yang telah ditetapkan. Setelah Kurator selesai melaksanakan pembayaran kepada
masing-masing kreditur berdasarkan daftar pembagian, maka berakhirlah kepailitan. Kurator
23
melakukan pengumuman mengenai berakhirnya kepailitan dalam Berita Negara Republik
Indonesia dan surat kabar.
24
Kerja sama yang baik dengan debitor pailit merupakan hal yang penting untuk
menyukseskan tugas seorang kurator. Kegagalan Kurator membina kerja sama dengan
debitor pailit dapat menyebabkan hambatan bagi proses kepailitan itu sendiri. Memang
tidak mudah untuk menjalin hubungan dengan debitur pailit, terlebih jika debitur
dinyatakan pailit karena permohonan kreditur. Pada situasi ini, debitor akan senantiasa
berpikir bahwa tindakan kurator adalah semata untuk keuntungan kreditur dan tidak
memerhatikan kerugian yang diderita oleh si debitor. Hal ini berbeda jika permohonan
pailit tersebut diajukan oleh debitor pailit sendiri, dalam hal ini kurator akan memperoleh
kerja sama yang baik dari debitur pailit.
Seorang Kurator untuk memperoleh kerja sama yang baik dari debitor, tidak berarti
bahwa Kurator harus mengikuti keinginan debitur demi terciptanya keharmonisan
hubungan, tapi dalam kerangka profesional, seorang Kurator harus tetap berada pada
jalur bahwa ia harus menyelamatkan harta pailit. Oleh karena itu, Kurator wajib
memberitahukan dan mengingatkan debitur pailit secara tertulis tentang kewajiban dan
larangan atau pembatasan yang harus dipatuhinya sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan.
Selain itu, jika debitor dinilai tidak kooperatif, yaitu apabila mereka menolak, baik jika
diminta oleh kurator atau tidak, untuk bekerja sama dalam menjalankan proses
kepailitan, Kurator harus tetap berusaha untuk memperoleh harta debitur pailit dengan
cara-cara yang ditentukan dalam aturan kepailitan.
Seorang kurator sebelum memulai tugasnya, dalam hubungannya dengan debitur pailit,
harus betul-betul memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Keadaan objektif debitur pailit, yang meliputi:
25
1) jenis usaha dan skala ekonomis debitur pailit;
2) kondisi fisik usaha debitur;
3) uraian harta kekayaan dan utang debitur pailit; dan
4) keadaan arus kas (cash flow) debitur pailit.
b. Kerja sama dari debitur pailit.
c. Kondisi sosial ekonomi yang mungkin timbul sebagai akibat pernyataan pailit.
Kurator yang cerdas dan berpengalaman sekalipun tidak akan berhasil melakukan
pengurusan dan pemberesan harta pailit jika kurator tersebut tidak dapat menjalin kerja
sama dengan debitor pailit atau debitor pailit yang tidak mau bekerja sama dengan
kurator. Hubungan kurator dan debitor berakhir jika proses pemberesan harta pailit telah
selesai atau jika terjadi pengesahan perdamaian yang telah memperoleh kekuatan
mutlak, maka di hadapan hakim pengawas, Kurator wajib melakukan perhitungan
tanggung jawab kepada debitur.
Pada suatu proses kepailitan, meskipun yang mengajukan permohonan pailit hanya
satu atau dua kreditor, namun pada saat debitor dinyatakan pailit, maka yang berhak
mendapatkan haknya atas harta pailit bukan hanya yang mengajukan permohonan pailit
tetapi semua kreditor dari debitor pailit. Sulit bagi Kurator jika harus berhubungan
dengan orang perorangan dari para kreditur dalam menjalin kerja sama dengan para
kreditor. Oleh karena itu, dibentuklah panitia kreditor yang selanjutnya menjadi lembaga
bagi para kreditur debitor pailit. Hal ini mempermudah kerja Kurator karena ia tidak harus
berurusan dengan semua kreditur tapi cukup dengan panitia kreditor.
26
Panitia kreditor setiap waktu berhak meminta diperlihatkan segala buku dan surat-surat
yang mengenai kepailitan, dan terhadap hal tersebut, Kurator diwajibkan untuk
memberikan kepada panitia kreditor segala keterangan yang dimintanya. Selain itu,
panitia juga berhak meminta diadakannya rapat-rapat kreditor, serta dapat memberikan
dan bahkan wajib memberikan saran tertulis kepada rapat verifikasi mengenai
perdamaian yang ditawarkan.
Hubungan kerja dan komunikasi yang baik antara Kurator dan panitai kreditor akan
menguntungkan semua pihak. Minimal hal ini akan mempercepat proses penyelesaian
tugas seorang Kurator. Selain itu, para kreditor akan lebih cepat pula memperoleh
haknya atas harta debitur pailit. Kurator oleh UUK-PKPU dibolehkan setiap saat
mengadakan rapat dengan panitia kreditor untuk meminta nasihat panitia
kreditur bila dianggap perlu, namun Kurator tidak wajib mengikuti nasihat dari
panitia kreditor. Akibatnya,jika terhadap nasihat tersebut tidak diterima atau ditolak oleh
Kurator, Kurator harus segera menyampaikan hal tersebut kepada panitia kreditor.
Selanjutnya, jika panitia kreditor kemudian merasa keberatan atau tidak menerima
penolakan Kurator, panitia kreditor dapat meminta keputusan atas hal tersebut kepada
hakim pengawas.
Dikecualikan oleh Pasal 83 UUK-PKPU, jika hal Kurator akan mengajukan atau
melanjutkan atau mengadakan pembelaan terhadap gugatan, Kurator wajib meminta
nasihat panitia kreditor. Selanjutnya, hal yang tidak kalah penting yang harus dilakukan
oleh para kreditor dalam rangka menyukseskan tugas Kurator adalah membantu
Kurator secara terbuka untuk menunjukkan keberadaan harta dari debitor pailit yang
diketahuinya. Kemudian, kreditor juga harus senantiasa mengikuti aturan yang telah
ditentukan oleh UUK-PKPU atau keputusan rapat panitia kreditor. Hal ini bertujuan
agar penyelesaian kepailitan bisa terlaksana sesuai jadwal yang telah direncanakan.
Hal ini juga untuk menghindari terjadinya sengketa antara kreditur dengan kurator,
misalnya seorang kreditur harus memenuhi batas waktu penyerahan tagihan ke kurator
sesuai jadwal.
Kemungkinan terjadinya tuntutan hukum atau sengketa antara kreditor dan debitor
bisa dihindari jika dari awal keduanya saling terbuka dalam menyampaikan
gagasan-gagasan atau saran-saran serta senantiasa mengikuti komitmen yang
telah disepakati. Kurator maupun kreditor harus menghindari kemungkinan
27
terjadinya perselisihan tersebut, karena kejadian ini akan menghambat proses
penyelesaian kepailitan. Kemudian, berakibat pada keterlambatan kreditur
mendapatkan haknya dan kemungkinan terburuk yang bisa timbul karena larutnya
proses penyelesaian tersebut, bisa berakibat pada menurunnya nilai harta pailit,jika hal
ini sampai terjadi, kreditur akan mengalami kerugian.
Mengingat beratnya tugas yang diemban oleh seorang kurator dalam melakukan
pengurusan dan pemberesan harta pailit, maka seorang kurator harus selalu
berhubungan dengan Hakim Pengawas untuk melakukan konsultasi atau sekadar
mendapat masukan. Hal ini untuk mencapai tujuan keberhasilan dari suatu pernyataan
pailit, karenanya Hakim Pengawas dan kurator harus saling berhubungan sebagai mitra
kerja. Hakim Pengawas maupun Kurator harus sama-sama saling mengetahui tugas
keduanya, sehingga keduanya saling memahami kapankah harus berhubungan. Kerja
sama yang harmonis sangat diperlukan, terlebih-lebih apabila menemui debitur atau
kreditur yang kurang mendukung kelancaran penyelesaian perkara. Kenyataan di
lapangan, meskipun komunikasi hakim pengawas dan kurator lancar, tetapi hakim
pengawas sering kali ragu untuk secara tegas dan langsung membantu tugas kurator,
misalnya menindak debitur yang tidak kooperatif.
Hubungan kurator dan hakim pengawas layaknya bersifat kolegial. Keduanya harus
bekerja sama dalam penanganan perkara. Memang kurator harus meminta persetujuan
hakim pengawas dalam beberapa hal, dan hal ini kadang disalahartikan sebagai
hubungan subordinasi. Bentuk bantuan yang bisa diberikan dan harus senantiasa
dilakukan oleh seorang hakim pengawas adalah memberi masukan kepada kurator
28
tentang bagaimana baiknya melakukan pengurusan dan pemberasan atas harta
pailitdemi menjaga agar nilai harta pailit tetap atau bahkan meningkat.
Hakim pengawas berharap seorang Kurator bekerja sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam ketentuan UUK-PKPU. Seorang Kurator juga harus benar-benar terampil
menguasai tugas dan kewenangannya.
Khusus untuk menjual aset di bawah tangan, kurator terkadang mendapat hambatan
dari hakim pengawas yang tidak mau atau memperlambat mengeluarkan penetapan
bagi kurator untuk melakukan penjualan di bawah tangan tersebut, padahal jika hal itu
bisa berjalan cepat, nilai harta pailit bisa meningkat karena harga penjualan di bawah
tangan yang akan dilakukan oleh kurator jauh di atas harga pasar maupun harga yang
telah ditetapkan apraisal (juru taksir) untuk penjualan di muka umum.
29
Pada kondisi di atas, seorang hakim pengawas harus dengan segera mengeluarkan
penetapan yang mengizinkan kurator untuk melakukan penjualan di bawah tangant
karena kurator tentunya telah memberi gambaran tentang harga harta pailit tersebut jika
dijual di muka umum dan jika dijual di bawah tangan.
Apa pun tindakan yang dilakukan oleh Kurator dan hakim pengawas sebagaimana
yang diatur dalam UUK PKPU atau tindakan yang tidak dilarang oleh UUK PKPU,
keduanya harus senantiasa berada dalam posisi bahwa mereka bertindak untuk
kepentingan kreditur dan debitur. Oleh karena itu, upaya meningkatkan nilai harta pailit
juga untuk kepentingan kreditur dan debitur.
Hakim pengawas haruslah percaya akan kemampuan kerja seorang kurator. Untuk
itu, terhadap keinginan atau ide-ide kurator untuk meningkatkan nilai harta pailit, selama
tidak bertentangan dengan peraturan kepailitan, hendaknya mendapat dukungan dari
hakim pengawas. Kenyataan menunjukkan bahwa terhadap kerja pengurusan dan
pemberesan harta pailit, seorang kurator tentulah jauh lebih paham dan lebih mengerti
medannya, dibanding hakim pengawas. Hal itu karena kuratorlah yang terjun langsung
di lapangan. Oleh karena itu, saling percaya dan bertanggung jawab antara kurator dan
hakim pengawas sangat diharapkan. Kepailitan dapat dicabut oleh pengadilan atas usul
hakim pengawas pada tingkat awal, berhubung diterimanya laporan dari kurator yang
telah mengadakan pencatatan harta benda si pailit, dan didapati bahwa kenyataan si
pailit sangat sedikit, sehingga tidak cukup untuk menutupi biaya kepailitan.
CURRICULUM VITAE
JAMASLIN JAMES PURBA, S.H., M.H.
Alamat
Law Firm JAMES PURBA & PARTNERS
Wisma Nugra Santana, 8th Floor, Suite 807
Jalan Jenderal Sudirman Kav. 7-8
Jakarta 10220 INDONESIA
Mobile : +6281218706955
Email : jameslaw@cbn.net.id;
30
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 1992 Lulus dari Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dengan
predikat Cum Laude.
2013 Lulus Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
RIWAYAT PEKERJAAN
Tahun 1993:
Junior lawyer pada Law Firm GEORGE WIDJOJO & PARTNERS, Jakarta
Tahun 1994-1996:
Associate lawyer at LAW FRIM AMROOS & PARTNERS, JAKARTA
Tahun 1996 - 1999:
Senior associate lawyer pada Law Firm MAKARIM & TAIRA S., Jakarta
Tahun 1999 -2002 :
Senior Litigation Lawyer pada Law Firm HOTMAN PARIS & PARTNERS Jakarta
December 2002: Mendirikan Law Firm JAMES PURBA & PARTNERS
SERTIFIKASI:
Kegiatan AKADEMIS :
1. Pengajar Seminar Hukum Bisnis (Kepailitan dan PKPU) di Pasca Sarjana Fakultas
Hukum Universitas Gadjah Mada, Kampus Jakarta
3. Pengajar pada Pendidikan Kurator dan Pengurus di Asosiasi Kurator dan Pengurus
Indonesia (AKPI)
Pengalaman Organisasi:
31
- Tahun 2010 - 2013: Ketua DPC Asosiasi Advokat Indonesia (AAI) Jakarta Pusat.
- Tahun 2010 - 2015: Pengurus Dewan Pimpinan Pusat AAI.
- Tahun 2013 -2018: Ketua DPC PERADI JAKARTA PUSAT.
- Tahun 2010 - 2015: Pengurus Dewan Pimpinan Nasional (DPN) PERADI
- Tahun 2015-2020 : Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) PERADI
- Tahun 2013 -2019 : Ketua Umum Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia (AKPI)
Tahun Tahun 2018 -2023: Sekretaris Umum Keluarga Alumni FH UGM
(KAHGAMA)
- Tahun 2019-2022: Ketua Dewan Penasehat AKPI
- Tahun 2016 - sekarang Ketua Umum PERADI Football Club (PERADI FC).
=============================
32