Anda di halaman 1dari 19

KEPAILITAN

Hubungan Hukum Dagang dan Kepailitan

Hukum dagang adalah hukum yang mengatur


tentang dagang pada umumnya Sedangkan
pengertian Hukum Kepailitan adalah aturan
khusus dalam hukum dagang yang mengatur
tentang sita umum kekayaan debitur beserta
cara dan prinsip pembagiannya kepada para
kerditur melalui kurator, hal ini terjadi karena
situasi bankrupt atau pailit yang dialami oleh
debitur.
PERBEDAAN PAILIT DAN BANGKRUT
 Dewasa ini banyak orang yang berasumsi bahwa pailit dan bangkrut
merupakan dua hal yang sama. Padahal keduanya berbeda. Dilihat secara
bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bangkrut atau
gulung tikar adalah kondisi saat menderita kerugian besar yang membuat
kondisi keuangan tidak sehat dan memaksa perusahaan berhenti operasi.
 Lazimnya perbedaan antara keduanya dilihat pada kondisi keuangan
perusahaan. Meskipun Perusahaan telah dinyatakan pailit oleh Pengadilan
Niaga, belum tentu memiliki kondisi keuangan yang buruk sebab dalam
banyak kasus perusahaan yang dinyatakan pailit kondisi keuangannya masih
sehat dan beroperasi normal sedangkan perusahaan yang dinyatakan
bangkrut sudah pasti memiliki keadaan keuangan yang tidak sehat sehingga
tidak dapat menjalankan perusahaan.
 Meskipun status pailit dapat berujung dengan kebangkrutan apabila aset
perusahaan tersebut tidak cukup dalam membayar kewajiban. Artinya,
perusahaan yang ditetapkan pailit tidak lagi mempunyai aset perusahaan
dan tidak dapat lagi melakukan kegiatan operasi, hal tersebut berujung pada
bangkrut.
KONSEP KEPAILITAN
Definisi Kepailitan adalah : Sita umum atas semua kekayaan
Debitur Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan
oleh kurator dibawah pengawasan Hakim Pengawas  Kreditur
adalah : Orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau
Undang-undang yang dapat ditagih dimuka Pengadilan.
Pada dasarnya, kepailitan adalah suatu kondisi atau keadaan
ketika pihak yang berhutang (debitur) yakni seseorang atau
badan usaha tidak dapat menyelesaikan pembayaran terhadap
utang yang diberikan dari pihak pemberi utang (kreditur).
Keadaan ini sebenarnya merupakan hal yang lumrah terjadi
dalam dunia usaha. Sedangkan secara bahasa kata pailit berasal
dari bahasa Belanda yakni failliet yang memiliki arti macet
dalam melakukan pembayaran
Di Indonesia terkait kepailitan diatur dalam Undang-Undang 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan PKPU (KPKPU). Dalam UU 37/2004 menyebutkan
kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang
pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah
pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Kurator adalah balai harta peninggalan atau orang perseorangan yang
diangkat oleh Pengadilan untuk mengurus dan membereskan harta debitur
yang pailit di bawah pengawasan Hakim Pengawas sesuai dengan UU KPKPU.
Undang-undang kepailitan awalnya timbul dengan tujuan untuk melindungi
kreditur dengan memberikan kepastian hukum dalam menyelesaikan
transaksi utang piutang yang tidak terselesaikan dan kini menjadi tren yang
banyak diminati dalam proses penyelesaian sengketa utang piutang sebab
banyak yang menganggap prosesnya lebih cepat sehingga terkait hak
kreditur lebih terjamin.
ISTILAH DALAM HUKUM KEPAILITAN
1. Debitur adalah : Orang yang mempunyai
utang karena perjanjian atau UU yang
pelunasannya dapat ditagih dimuka Pengadilan.
2. Kurator adalah : Balai Harta Peninggalan atau
orang perseorangan yang diangkat oleh
Pengadilan untuk mengurus dan membereskan
harta Debitur Pailit
PENYEBAB PAILIT
Pada umumnya perusahaan dapat masuk ke jurang pailit dapat dipengaruhi oleh
banyak faktor antara lain sebagai berikut:
 Ketidakmampuan pemilik perusahaan dalam mengelola perusahaan menjadi suatu
hal yang sangat fatal yang dapat membawa perusahaan ke jurang kepailitan. Pada
umumnya bagi perusahaan baru cenderung kurang hati-hati dalam mengelola
perusahaan sedangkan bagi perusahaan lama sulit menangkap permintaan
konsumen;
 Kurangnya kepekaan terhadap kebutuhan konsumen dan juga kurang mengamati
gerakan pesaing juga dapat membuat perusahaan pailit sebab perusahaan menjadi
kurang kompetitif dan tertinggal jauh sebab tidak mampu bersaing dengan
perusahaan lainnya;
 Berhenti melakukan suatu inovasi, perkembangan teknologi informasi saat ini
sangat cepat, tren dapat muncul kapan saja sesuai dengan kondisi masyarakat pada
saat itu. Dan apabila perusahaan tidak melakukan inovasi terhadap barang atau
produknya maka akan ditinggalkan sebab sudah tidak sesuai dan tidak relevan
dengan permintaan konsumen. Pengusaha tidak boleh berhenti berinovasi agar
tetap eksis dan juga tidak terkena pailit demi kelangsungan usahanya.
SAAT SEORANG DEBITUR DINYATAKAN PAILIT
Menurut UU No 37 Tahun 2004 pasal 1 (1):
Debitur yg mempunyai dua atau lebih kreditur
dan tdk membayar sedikitnya satu utang yg telah
jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit
dengan putusan pengadilan yang berwenang
sebagaimana dimaksud pasal 2,baik atas
permohonannya sendiri maupun atas
permintaan seorang atau lebih krediturnya
BAGAIMANA JIKA SEORANG DEBITUR SUDAH
DINYATAKAN PAILIT?
Kalau dinyatakan pailit maka akan dilakukan
sita umum. Esensi pailit adalah sita umum atas
harta kekayaan debitur untuk kepentingan
semua kreditur yg bersangkutan ( Apabila
debitur memiliki utang lebih dari satu kreditur )
PIHAK-PIHAK YANG DAPAT MENGAJUKAN PAILIT
1. Debitur yang bersangkutan.
2. Kreditur / Para Kreditur.
3. Kejaksaan demi kepentingan umum.
4. Bank Indonesia apabila Debiturnya Bank.
5. Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)
dalam hal Debiturnya perusahaan efek, Bursa
efek, lembaga kliring dan penjamin.
6. Menteri Keuangan (dalam hal Debiturnya
perusahaan asuransi dana pensiun atau BUMN)
SYARAT PERMOHONAN PENGAJUAN PAILIT
 Seperti yang disebutkan dalam Pasal 1 ayat 1 UU 37/2004 yang dapat memutuskan
bahwa suatu perusahaan itu pailit atau tidak hanya dapat dilakukan oleh pengadilan
niaga yang mana terdapat syarat dan prosedur yang harus dipenuhi terlebih dahulu.
 Dalam pasal 2 ayat 1 jo. pasal 8 ayat 4 UU 37/2004 menyebutkan bahwa permintaan
pailit yang dilimpahkan kepada pengadilan niaga harus dapat memenuhi sejumlah
syarat, diantaranya yaitu:
 Adanya debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas
sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit
dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas
permohonan satu atau lebih krediturnya;
 Adanya kreditur yang memberikan pinjaman utang kepada debitur yang dapat
berupa perseorangan maupun badan usaha;
 Terdapat sejumlah utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Utang tersebut
dapat dikarenakan telah diperjanjikan, terjadinya percepatan waktu penagihan,
sanksi atau denda, maupun putusan pengadilan dan arbiter;
 Adanya permohonan pernyataan pailit dari lembaga terkait.
PUTUSAN PAILIT :
 Putusan Pailit diucapkan / dibacakan oleh
Hakim Pengadilan Niaga dengan suatu
putusan (Vonis) tidak dengan suatu ketetapan
(Beschikking).
 Dalam Putusan Pailit harus diangkat Kurator
dan seorang Hakim Pengawas.
 Bila Pemohon tidak mengajukan usul
pengangkatan Kurator maka Balai Harta
Peninggalan (BHP) diangkat selaku Kurator
UPAYA HUKUM KEPAILITAN :
1. Kasasi .
Kasasi Diajukan paling lambat 8 hari sejak putusan diucapkan. Dapat
diajukan oleh Debitur atau Kreditur dan dapat juga diajukan oleh Kreditur
lain (Kasasi pihak ketiga) Memori kasasi wajib diserahkan kepada Panitera
Pengadilan pada tanggal permohonan didaftarkan. Kontra memori kasasi
diajukan paling lambat 7 hari setelah Termohon menerima memori kasasi
2. Peninjauan Kembali Putusan atas permohonan pailit yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap dapat diajukan Peninjauan Kembali PK
dapat diajukan bukti apabila : 1.Ditemukan bukti baru (Novum). 2. Terdapat
kekeliruan yang nyata dalam putusan Hakim. Karena Novum  180 hari
memperoleh kekuatan hukum tetap (Pasal 296 : 1). Karena kekeliruan yang
nyata  30 hari memperoleh kekuatan hukum tetap ( Pasal 296 : 2). 
Dasar Hukum Kepailitan
Dasar Hukum Kepailitan antara lain : Pasal 1131
KUHPerdata  Pasal 1132 KUHPerdata Pasal 21
UUKPKPU ( UU N0.37 Tahun 2004 )
Fungsi Lembaga Kepailitan :
Pemberi jaminan kepada kreditur bahwa debitur
tidak akan berbuat curang, dan tetap
bertanggung jawab atas semua hutang-
hutangnya kepada semua kreditur – krediturnya
dan Memberi perlindungan kepada debitur
terhadap kemungkinan eksekusi massal oleh
krediturnya
Akibat Hukum Putusan Kepailitan :
Zainal Asikin, menguraikan beberapa akibat hukum dari putusan pailit. Hal yang utama
adalah dengan telah dijatuhkannyaputusan kepailitan, si debitur (si pailit) kehilangan hak
untuk melakukan pengurusan dan penguasaan atas harta bendanya. Pengurusan dan
penguasaan harta benda tersebut beralih ke tangan curator/Balai Harta Peninggalan.
Namun, tidak semua harta bendanya akan beralih penguasaan dan pengurusannya ke
curator/ Balai Harta Peninggalan. Dikecualikan dari hal ini (kepalitan) adalah:
a.    Benda, termasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan sehubungan dengan
pekerjaannya, perlengkapannya yang dipergunakan oleh debitur dan keluarganya, dan
bahkan makanan untuk tiga puluh hari bagi debitur dan keluarganya.
b.    Segala sesuatu yang diperoleh debitur dari pekerjaannya sendiri sebagai penggajian
suatu jabatan atau jasa, upah, uang tunggu, dan uang tunjangan, sejauh yang dientukan
oleh Hakim Pengawas
c.    Uang diberikan kepada debitur untuk memenuhi kewajibannya member nafkah. (pasal
22 UU No. 37 tahun 2004)
Kepengurusan harta kekayaan ini beralih kepada kurator dengan pengawasan oleh
hakim pengawas, sehingga segala hal yang mempengaruhi harta pailit tersebut harus
dilakukan dengan persetujuan kurato
Berakhirnya kepailitan
 Akur (perdamaian)Si pailit menawarkan
kepada kreditur untuk membayar suatu
presentase dan sisa di anggap lunas
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (bab II pasal
212-279 UUK)
Maksudnya adalah untuk mengajukan rencana
perdamaian yg meliputi tawaran pembayaran seluruh
atau sebagaian untang kepada kreditur kongkuren yang
tujuannya adalah untuk memungkinkan debitur
meneruskan usahanya meskipun ada kesukaran
pembayaran dan untuk menghindari kepailitan
Sebab adanya penundaan pembayaran utang
Keadaan sulit yang sulit mengakibatkan debitur tidak
dapat membayar utang-utangnya yang sudah bisa ditagih
tepat pada waktunya, misalnya jatuh rugi, kebakaran,
pembekuan simpanan di bank
Berakhirnya penundaan kewajiban
pembayaran utang
1. Debitur bertindak dengan itikad buruk
dalam melakukan pengurusan hartanya.
2. Debitur mencoba merugikan krediturnya
3. Debitur berbuat tanpa kuasa pengurus
4. Debitur lalai
5. Keadaan debitur tdk dapat diharapkan
untuk memenuhi kewajiban kpd kreditur
pada waktunya

Anda mungkin juga menyukai