Anda di halaman 1dari 22

BAB XII

KEPAILITAN
Kelompok 12
Nama Anggota

01 02
Khoirul Sidik Sevana Osadhira
7211420021 7211420119

03 04
Yunia Fatmawati Athfiyati Naziyah
7211420140 7211420144
A. Dasar Hukum

Dasar hukum berlakunya hukum kepailitan di Indonesia


terdapat dalam Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang (UU Kepailitan dan PKPU)
B. Pengertian

● Dalam UU Kepailitan dan PKPU Bab 1 butir 1 yang dimaksud dengan Kepailitan adalah “Sita umum atas
semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator dibawah
pengawasan Hakim Pengawas.”
● Sedangkan, pengertian Kurator dibahas dalam butir 5 yaitu bahwa kurator adalah “Balai Harta Peninggalan
atau orang perseorangan yang diangkat oleh Pengadilan untuk mengurus dan membereskan harta Debitur
Pailit di bawah pengawasan Hakim Pengawas.”
● Pihak-pihak yang terkait dalam kepailitan adalah kreditur yaitu yang dalam butir 2 UU Kepailitan dan PKPU
didefinisikan sebagai “Orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau Undang-undang yang dapat
ditagih di muka pengadilan” dan debitur yaitu “Orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau
Undang-undang yang dapat ditagih di muka pengadilan.”
Dalam butir 6 UU Kepailitan dan PKPU juga disebutkan pengertian utang yaitu “Kewajiban yang
dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang, baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang
asing, baik secara langsung maupun akan timbul di kemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena
perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh Debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak
kepada Kreditor untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan Debitor.”
C. Tujuan Hukum Kepailitan

Menurut Levintal (dalam Syahdeni, 2009:28) tujuan hukum kepailitan yaitu:

Menjamin pembagian yang sama terhadap harta kekayaan debitur


di antara para krediturnya

Mencegah agar debitur tidak melakukan perbuatan-perbuatan


yang dapat merugikan kepentingan para kreditur

Memberikan perlindungan kepada debitur yang beritikad dan


krediturnya dengan cara memperoleh pembebasan utang
D. Asas-asas Kepailitan

Asas Keseimbangan Asas Kelangsungan Usaha

Dalam UU Kepailitan dan PKPU disebutkan ada


beberapa ketentuan perwujudan dari asas Dalam UU Kepailitan dan PKPU terdapat
keseimbangan, yakni Ketentuan yang dapat ketentuan yang memungkinkan perusahaan
mencegah terjadinya penyalahgunaan pranata debitur yang prospektif tetap dilangsungkan.
dan Lembaga kepailitan oleh debitur yang tidak
jujur dan kreditur yang tidak beritikad baik
D. Asas-asas Kepailitan

Asas Keadilan Asas Integrasi

Asas keadilan ini bertujuan untuk mencegah Dalam UU Kepailitan dan PKPU dijelaskan bahwa
terjadinya kesewenag-wenangan pihak penagih asas integrasi adalah sistem hukum formal dan
yang mengusahakan pembayaran atas tagihan hukum materialnya merupakan satu kesatuan
masing-masing terhadap debitur dengan tidak yang utuh dari sistem hukum perdata dan hukum
mempedulikan kreditur lainnya. acara perdata nasional.
E. Proses Kepailitan

Syarat-syarat Kepailitan

Debitur yang ingin dipailitkan Debitur tidak melunasi Utang yang tidak dibayar lunas
mempunyai sedikitnya 2 sedikitnya satu utang kepada itu haruslah utang yang telah
kreditur atau lebih salah satu krediturnya jatuh waktu dan dapat ditagih
Pihak yang berhak mengajukan permohonan pailit

1. Kreditur atau beberapa kreditur 2. Debitur sendiri

Meliputi kreditur konkuren, kreditur Seorang debitur dapat mengajukan


separatis, maupun kreditur preferen. permohonan pernyataan pailit terhadap
Khusus mengenai separatis dan preferen, dirinya (voluntary petition) apabila
mereka dapat mengajukan permohonan memenuhi syarat-syarat kepailitan.
pernyataan pailit tanpa kehilangan hak
agunan atas kebendaan yang mereka
miliki terhadap harta debitur dan haknya
untuk didahulukan.
Pihak yang berhak mengajukan permohonan pailit

3. Kejaksaan untuk kepentingan umum 4. Bank Indonesia

Kejaksaan dapat mengajukan permohonan Dalam hal debitur adalah bank,


pailit dengan alasan kepentingan umum permohonan pailit hanya dapat diajukan
dan syarat untuk pengajuan permohonan oleh Bank Indonesia (BI). Pengajuan
pailit telah terpenuhi. Yang dimaksud permohonan pernyataan pailit bagi bank
kepentingan umum adalah kepentingan sepenuhnya merupakan kewenangan BI
bangsa dan negara atau kepentingan dan semata-mata didasarkan atas
masyarakat luas penilaian kondisi keuangan dan kondisi
bank secara keseluruhan sehingga tidak
perlu dipertanggungjawabkan.
Pihak yang berhak mengajukan permohonan pailit

5. Badan pengawas pasar modal-lembaga keuangan (Bapepam-LK)

Dalam hal debitur adalah perusahaan efek, bursa efek, Lembaga kliring dan
penjaminan, serta Lembaga penyimpanan dan penyelesaian, permohonan pernyataan
pailit hanya dapat diajukan oleh Bapepam, karena lembaga tersebut melakukan
kegiatan yang berhubungan dengan dana masyarakat yang diinvestasikan dalam efek
di bawah pengawasan.
Pihak yang berhak mengajukan permohonan pailit

6. Menteri Keuangan

Dalam hal debitur adalah perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi, dan pensiun, atau
BUMN yang bergerak dalam bidang kepentingan publik, permohonan pernyataan pailit hanya
dapat diajukan oleh Menteri keuangan.
a. Permohonan pernyataan pailit
Putusan permohonan pernyataan pailit dan lain-lain diajukan kepada pengadilan niaga
yang wilayah hukumnya meliputi daerah tempat kedudukan debitur.
b. Upaya Hukum
Upaya hukum yang dapat diajukan terhadap putusan atas permohonan pernyataan
pailit adalah kasasi ke Mahkamah Agung (MA).
c. Pengangkatan Kurator dan Hakim Pengawas
Putusan pernyataan pailit harus mengangkat kurator dan seorang hakim pengawas
yang ditunjuk dari hakim pengadilan.
F. Akibat Kepailitan
Putusan pernyataan pailit mengakibatkan harta kekayaan debitur sejak putusan itu dikeluarkan oleh hakim
dimasukkan ke dalam harta pailit. Dalam hukum kepailitan, berlaku asas action paulina, yaitu hak yang
diberikan oleh undang-undang kepada seorang kreditur yang mengajukan permohonan pembatalan terhadap
semua perbuatan yang tidak diwajibkan untuk dilakukan oleh debitur terhadap harta kekayaannya yang
diketahui oleh debitur perbuatan tersebut merugikan kreditur. Pembatalan tersebut hanya dapat dilakukan
apabila dapat dibuktikan bahwa pada saat perbuatan hukum dilakukan. Perbuatan hukum tersebut meliputi :
1. Merupakan perjanjian saat kewajiban debitur jauh melebihi kewajiban pihak dengan siapa perjanjian
tersebut dibuat.
2. Merupakan pembayaran atas atau pemberian jaminan untuk utang yang belum jatuh tempo atau
belum/tidak dapat ditagih
3. Dilakukan oleh debitur perorangan
4. Dilakukan oleh debitur yang merupakan badan hukum
5. Dilakukan oleh debitur yang merupakan badan hukum dengan/atau untuk kepentingan badan hukum
lainnya
6. Dilakukan oleh debitur yang merupakan badan hukum dengan/atau untuk kepentingan badan hukum
lain dalam satu grupdimana debitur adalah anggotanya.
G. Jenis-jenis Kreditur

Kreditur Konkuren

Kreditur Preferen

Kreditur Separatis
G. Jenis-jenis Kreditur

1. Kreditur Konkuren (Unsecured Creditor)

Þ Merupakan kreditur yang harus berbagi dengan para kreditur lainnya secara
proporsional (pari passu), yaitu menurut perbandingan besarnya masing-masing
tagihan, dari hasil penjualan harta kekayaan debitur yang tidak dibebani dengan hak
jaminan. Kreditur ini memiliki kedudukan yang sama dan berhak memperoleh hasil
penjualan harta kekayaan debitur, baik yang telah ada maupun yang akan ada
dikemudian hari setelah sebelumnya dikurangi dengan kewajiban membayar
piutangnya kepada kreditur pemegang hak jaminan dan para kreditur dengan hak
istimewa.
G. Jenis-jenis Kreditur

2. Kreditur Preferen (Secured Creditor)

Þ Merupakan kreditur yang didahulukan dari kreditur-kreditur lainnya untuk


memperoleh pelunasan tagihannya dari hasil penjualan harta pailit asalkan bernda
tersebut telah dibebani dengan hak jaminan tertentu bagi kepentingan kreditur
tersebut.
G. Jenis-jenis Kreditur

3. Kreditur Separatis

Þ Merupakan kreditur pemegang hak istimewa yang oleh Undang-Undang diberikan


kedudukan, dalam hal ini kreditur separatis lebih didahulukan daripada kreditur
konkuren maupun kreditur preferen. Golongan kreditur ini tidak terkena akibat
putusan pernyataan pailit, artinya hak-hak eksekusi mereka tetap dapat dijalankan
seperti tidak ada kepailitan debitur. Kreditur pemegang gadai, jaminan fidusia, hak
tanggungan, dan hipotek atau hak agunan atas kebendaan lainnya merupakan
karakteristik kreditur separatis.
H. Pengurusan Harta Pailit

Tahapan pengurusan harta pailit adalah jangka waktu sejak debitur dinyatakan pailit. Kurator
yang ditetapkan dalam putusan pailit segara bertugas untuk melakukan pengurusan dan
pembebasan boedel kepailitan, di bawah pengawasan hakim pengawas.
Dalam pengurusan dan pemberesan pailit, hakim pengawas bertugas untuk mengawasi
pengurusan dan pemberesan harta pailit. Kurator bertugas melakukan pengurusan dan pemberesan
harta pailit.
Panitia kreditur dalam putusan pailit atau dengan penetapan, kemudian pengadilan dapat
membentuk panitia kreditur yang telah mendaftarkan diri untuk diverifikasi. Kreditur yang diangkat
dapat mewakilkan kepada orang lain terhadap semua pekerjaan yang berhubungan dengan tugas-
tugasnya dalam panitia. Sementara itu, kurator tidak terikat oleh pendapat panitia kreditur. Dalam
rapat kreditur hakim pengawas bertindak sebagai ketua, sedangkan kurator wajib hadir dalam rapat
kreditur. Rapat kreditur, seperti rapat verifikasi, rapat membicarakan akor, rapat luar biasa, dan rapat
pemberesan harta pailit.
Berakhirnya Kepailitan

a. Perdamaian b. Insolvensi atau pemberesan

Debitur pailit berhak untuk menawarkan Insolvensi merupakan fase terakhir


suatu perdamaian kepada semua kreditur. kepailitan. Insolvensi adalah suatu
Rencana perdamaian tersebut wajib kejadian dimana harta kekayaan (boedel)
dibicarakan dan diambil keputusan segera pailit harus dijual lelang di muka umum,
setelah selesainya pencocokan piutang. yang hasil penjualannya akan dibagikan
kepada kreditur sesuai dengan jumlah
piutangnya yang disahkan dalam akor.
BerakhirnyaKepailitan
Berakhirnya Kepailitan

c. Putusan Pailit dibatalkan di Tingkat yang lebih tinggi

Putusan pailit dapat diajukan upaya hukum, yaitu kasasi atau peninjauan kembali
terhadap putusan yang berkekuatan hukum tetap. Jika ada tingkat kasasi ternyata
putusan pernyataan pailit itu dibatalkan, maka kepailitan bagi debitur juga berakhir.
Namun, segala perbuatan yang telah dilakukan kurator sebelum atau pada saat
kurator menerima pemberitahuan tentang putusan pembatalan dari Mahkamah Agung,
tetap sah. Dengan pembatalan putusan pernyataan pailit tersebut, perdamaian yang
telah terjadi hapus demi hukum. Majelis hakim yang membatalkan putusan pernyataan
pailit juga menetapkan biaya kepailitan dan imbalan jasa kurator. Biaya tersebut
dibebankan kepada pemohon pernyataan pailit atau kepada pemohon dan debitur
dalam perbandingan yang ditetapkan oleh majelis hakim tersebut. Dengan pembatalan
putusan pernyataan pailit dibatalkan, perdamaian yang mungkin terjadi gugur demi
hukum.
Berakhirnya Kepailitan

d. Pencabutan atas Anjuran Hakim Pengawas

Pengadilan Niaga atas anjuran dari hakim pengawas dapat mencabut kepailitan
dengan memperhatikan keadaan harta pailit. Keadaan ini terjadi apabila harta pailit
tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan. Dalam memerintahkan pengakiran
kepailitan tersebut, Pengadilan Niaga juga menetapkan biaya kepailitan dan imbalan
jasa kurator yang dibebankan terhadap debitur. Biaya tersebut juga harus didahulukan
pembayarannya atas semua utang yang tidak dijamin dengan agunan.
Putusan yang memerintahkan pencabutan pernyataan pailit, diumumkan oleh
Panitera Pengadilan dalam Berita Negara Republik Indonesia dan paling sedikit 2 surat
kabar berita. Putusan pencabutan pernyataan pailit ini dapat diajukan kasasi dan/atau
peninjauan kembali. Dalam hal setelah putusan pencabutan pernyataan pailit
diucapkan diajukan lagi permohonan pernyataan pailit, maka debitur atau pemohon
wajib membuktikan bahwa ada cukup harta untuk membayar biaya kepailitan.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai