Anda di halaman 1dari 15

KELOMPOK 2

Nadda Haifa (7201220001)


Mutiara Ananda Tongku (7201220008)
Nisa Putri Anggraini (7201220012)
Soraya Azura Putri (7202520001)
Devi Septiani Aruan (7203220018)
Faradila Sari (7203520031)
KEPAILITA
N
Sejarah Kepailitan
Pailit pada masa Hidia-Belanda tidak dimasukkan dalam KUH Dagang namun diatur dalam
peraturan tersendiri yaitu dalam peraturan Faillissements-verordening 1905 Nomor 217. Di tahun 1906
pailit hanya diperuntukkan pada pedagang saja, namun seiring berjalannya waktu kemudian pailit dapat
digunakan oleh golongan mana saja.
Ada satu kondisi yang membawa perubahan perkembangan peraturan kepailitan di Indonesia yaitu
pada tahun 1997, ketika itu indonesia mengalami krisis ekonomi, dimana sendi kehidupan nasional
rusak, termasuk dunia bisnis dan masalah keamanan investasi di Indonesia. Ada rasa yang timbul bahwa
peraturan lama yang masih berlaku ternyata tidak bisa menyesuaikan dengan kebutuhan perubahan
jaman. Oleh karena nya pada 22 april 1998, peraturan kepailitan itu disempurnakan melalui PERPU
Nomor 1 tahun 1998 dan pada tanggal 9 september 1998, PERPU tersebut ditingkatkan menjadi UU,
Yakni Undang-Undang Nomor 4 tahun 1998 tentang Kepailitan.
Sejarah Kepailitan
Kemudian ditahun 2004, pemerintah kembali mengeluarkan Undang-Undang Nomor 37
tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Undang–Undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang ini
didasari pada 4 asas yaitu :
1. Asas keseimbangan
2. Asas kelangsungan usaha
3. Asas keadilan
4. Asas integrasi
Pengertian Kepailitan
Pailit dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai keadaan yang
merugi, atau bangkrut. Sedangkan dalam kamus hukum ekonomi menyebutkan
bahwa, liquidation, atau  likuidasi artinya pembubaran perusahaan diikuiti dengan
proses penjualan harta perusahaan, penagihan piutang, pelunasan utang, serta
penyelesaian sisa harta atau utang antara pemegang saham. 

Pokok-PokokUndang-Undang Tentang Kepailitan sebagaimana diubah


oleh Perpu No. 1 Tahun 1998 disebutkan bahwa “Kepailitan adalah sita umum
yang mencakup seluruh kekayaan debitur untuk kepentingan semua krediturnya.
Tujuan kepailitan adalah pembagian kekayaan debitur oleh kurator kepada
semua kreditur dengan memperhatikan hak-hak mereka masing-masing”.
Kepailitan adalah suatu sitaan dan eksekusi atau seluruh kekayaan si debitor
(orang-orang yang berutang) untuk kepentingan semua kreditorkreditornya
(orang-orang berpiutang).
Syarat – Syarat
Permohonan Pernyataan
Kepailitan
Syarat Adanya Dua Kreditor atau Lebih
1 (concurcus creditorium)

2 Syarat Harus Adanya Utang

Syarat Cukup Satu Utang yang Telah


3 Jatuh Waktu dan Dapat Ditagih jika
dinyatakan pailit dengan putusan
pengadilan.
Akibat Dijatuhkannya
Pailit
1. Debitur kehilangan segala haknya untuk menguasai dan mengurus atas
kekayaan harta bendanya (asetnya) ,baik menjual,menggadai,dan
sebagainya.serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan sejak
tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan.
2. Utang utang baru tidak lagi dijamin oleh kekayannya.
3. Selama putusan atas permohonan pernyataan pailit belum diucapkan,
setiap Kreditor, dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan
4. Harus diumumkan di dua surat kabar (pasal 15 ayat )
Golongan Orang
Berpiutang
Menurut Pasal 55 UU No. 37 Tahun 2004 para kreditur dapat dibagi dalam beberapa golongan :
1. Golongan separatisen, yaitu kreditur pemegang gadai, jaminan fidusia,
hak tanggungan, hipotek, atau hak bangunan atas kebendaan lainnya,
biasanya disebut kreditur preferen, yaitu para kreditur yang mempunyai hak
didahulukan.
2. Golongan dengan hak privilege,yaitu orang-orang yang mempunyai tagihan yang diberikan
kedudukan istimewa, sebagai contoh, penjual barang yang belum menerima bayarannya, mereka
ini menerima pelunasan terlebih dahulu dari pendapatan penjualan barang yang bersangkutan
setelah itu barulah kreditur lainnya (kreditur konkuren).
3. Kreditur Konkuren, Untuk kreditur konkuren ini bisa dikatakan sebagai
kreditur yang tidak masuk kedalam golongan kreditur preferen atau separatis.
Sehingga pembayaran kepada kreditur konkuren ini merupakan pembayaran
yang baru akan dilakukan setelah pembayaran pada kreditur separatis dan
konkuren terpenuhi. Contoh paling dasar dari kreditur konkuren adalah
adanya perjanjian hutang piutang tanpa adanya hak jaminan atau agunan.
Pengurusan Hak
Pailit
 Hakim Pengawas, Hakim pengawas atau Rechter Commisaris (dalam bahasa Belanda) seperti
yang diatur dalam Pasal 65 adalah hakim yang diangkat oleh pengadilan untuk mengawasi
pengurusan dan pemberesan harta pailit. Tugas hakim pengawas juga dapat dilihat dalam rapat
direktur, yaitu bertindak sebagai ketua.
 Kurator, Dalam Pasal 1 angka 5 UU Kepalitian dan PKPU dijelaskan bahwa Kurator adalah
Balai Harta Peninggalan atau orang perseorangan yang diangkat oleh Pengadilan untuk
mengurus dan membereskan harta Debitor Pailit di bawah pengawasan Hakim Pengawas
sesuai dengan Undang-Undang ini.
a. Tugas Kurator (Menurut Pasal 69 UU No. 37 Tahun 2004)
b. Menjadi Kurator (Menurut Pasal 70 ayat 2)
c. Kurator Dapat Diganti (Menurut Pasal 71 Ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004)
d. Tanggung Jawab Kurator (Menurut Pasal 72 UU No. 37 Tahun 2004)
 Panitia Kreditur, Dalam putusan pailit atau dengan penetapan kemudian, pengadilan dapat
membentuk panitia kreditur sementara terdiri dari tiga orang yang dipilih dari kreditur yang
dikenal dengan maksud memberikan nasihat kepada kurator. Setelah pencocokan utang selesai
dilakukan, hakim pengawas wajib menawarkan kepada kreditur untuk membentuk panitia
kreditur tetap.
Keadaan Hukum Debitur
Setelah Berakhirnya
Pemberesan
Kreditor dalam melaksanakan pemberesan harta pailit memiliki tugas dan kewenangan di
antaranya :
1. Setelah kepailitan dinyatakan dibuka kembali, Kurator harus seketika memulai
pemberesan harta pailit (Pasal 175 UUK PKPU).
2. Memulai pemberesan dan menjual harta pailit, tanpa perlu memperoleh persetujuan
atau bantuan Debitor (Pasal 184 UUK PKPU).
3. Memutuskan tindakan apa yang akan dilakukan terhadap benda yang tidak lekas atau
sama sekali tidak dapat dibereskan (Pasal 185 UUK PKPU).
4. Menggunakan jasa bantuan Debitor pailit guna keperluan pemberesan harta pailit,
dengan memberikan upah (Pasal 186 UUK PKPU).
Setelah dilakukan pemberesan terhadap harta pailit, maka kemungkinan
akan terjadi suatu kondisi bahwa harta pailit tersebut mencukupi untuk
membayar utang-utang Debitor kepada para Kreditornya atau sebaliknya
harta pailit tidak dapat mencukupi pelunasan terhadap utang-utang
Debitor kepada para Kreditor.
Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang (PKPU)
Dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU pada Pasal 222 ayat (2)
disebutkan bahwa,“Debitor yang tidak dapat atau memperkirakan dapat melanjutkan membayar utang-
utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat memohon penundaan kewajiban pembayaran
utang dengan maksud untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran
sebagian atau seluruh utang kepada kreditor.”
Jangka Waktu dalam PKPU :
1. Dalam hal PKPU diajukan oleh Debitor, Pengadilan dlm waktu paling lambat 3 hari sejak tanggal
pendaftaran PKPU, harus mengabulkan PKPU sementara, dan menunjuk Hakim Pengawas dan Pengurus;
2. Dalam hal PKPU diajukan oleh Kreditor, Pengadilan paling lambat 20 hari sejak tanggal pendaftaran
harus mengabulkan PKPU sementara dan harus menunjuk Hakim Pengawas dan Pengurus;
3. Sidang diselenggarakan paling lambat pada hari ke-45 terhitung sejak putusan PKPU Sementara Dalam
hal Debitur tidak hadir dalam sidang PKPU sementara berakhir, Pengadilan wajib menyatakan
Debitur Pailit dalam sidang yg sama;
4. Jika hasil sidang memenuhi persyaratan PKPU Sementara menjadi PKPU Tetap, maka dibatasi waktu
270 hari harus selesai, apabila tidak selesai dan tidak dicapai perdamaian, maka demi hukum debitur
dinyatakan pailit.
Tahapan Proses
PKPU
 PKPU Sementara
Pengajuan PKPU baik oleh debitur maupun kreditor harus disertai
dengan alasan jelas dan berkas-berkas yang membuktikan adanya
utang-piutang.
 PKPU Tetap
Mekanisme PKPU tetap dapat diajukan debitur untuk memperoleh
perpanjangan waktu menyusun rencana perdamaian yang akan
ditawarkan kepada para kreditor. Tak hanya itu, PKPU tetap juga dapat
diajukan apabila para kreditor belum memberikan keputusan atas
rencana perdamaian yang diajukan debitur.
Pengadilan Niaga
Peradilan niaga adalah suatu pengadilan khusus yang berada di lingkungan
umum yang dibentuk dan bertugas menerima memeriksa, memutuskan permohonan
pailit dan penundaan pembayaran utang yang penempatannya dilakukan berdasarkan
peraturan pemerintah.
Pengadilan Niaga berbeda dengan Pengadilan Umum, dimana sebuah putusan hakim
tidak bisa dimintakan banding.
A. Tugas Pengadilan Niaga
1. Memeriksa dan memutusakan permohonan pernyataan pailit;
2. Memeriksa dan memutus permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang;
3. Memeriksa perkara lain di bidang perniagaan yang penetapannya ditetapkan
dengan undang-undang, misalnya sengketa di bidang HAKI.
Pengadilan Niaga
B. Kewenangan/Kompetensi Pengadilan Niaga
1) Kompetensi Relatif, yaitu mengatur tentang pembagian kekuasaan mengadili suatu
perkara tertentu antar pengadilan yang sejenis berdasarkan wilayah hukumnya.
2) Kompetensi Absolut, yaitu kewenangan badan peradilan dalam memeriksa dan
mengadili jenis perkara tertentu yang secara mutlak tidak dapat diperiksa dan diadili
oeh badan peradilan lain.
C. Hukum Acara di Pengadilan Niaga
Di dalam sistem peradilan Indonesia terdapat empat lingkungan perdilan seperti:
1. Lingkungan pengadilan umum, yang diatur dalam undang-undang nomor 8 tahun
2004 jo UU No 2 tahun 1986.
2. Lingkungan pengadilan TUN, yang diatur dalam UU No 9 tahun 2000 jo UU No 5
tahun1986.
3. Lingkungan pengdilan Agama, yang diatur dalam UU No 7 tahun 1989.
4. Lingkungan pengadilan Militer, yang diatur dalam UU No 31 tahun
1997.
THANKS !

Anda mungkin juga menyukai