Anda di halaman 1dari 2

Antinomi Keadilan dan Kepastian Hukum Dengan Tujuan Hukum

Hukum memiliki tiga tujuan utama yaitu memberikan kepastian, kemanfaatan, dan
keadilan. Namun dari ketiga tujuan tersebut terkadang antartujuan hukum memiliki saling
pertentangan (antinomi). Hal ini sebagaimana pertentangan yang terjadi antara kepastian dan
keadilan yang terkadang bersifat antinomi (bertentangan) satu dengan yang lain. Akan tetapi, hal
tersebut sejatinya bukanlah merupakan suatu pertentangan merupakan suatu upaya untuk saling
melengkapi. Hal ini lah yang kemudian dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa "mengadilkan
kepastian" dan memastikan keadilan" merupakan dua hal yang saling melengkapi serta membuat
tujuan hukum terutama antara kepastian dan keadilan dapat diterapkan secara berurutan, saling
melengkapi, dan simultan untuk mmeberikan manfaat bagi manusia.

Kepastian hukum merujuk pada keadilan komutatif, yang memandang semua orang sama
di mata hukum. Sedangkan keadilan merujuk pada keadilan distributiva, yang memandang setiap
orang tidak sama di mata hukum, bersifat proporsional. Karena antara kepastian hukum dan
keadilan tidak dapat diterapkan secara bersama-sama. Jika kita mengedepankan kepastian
hukum, maka tergeserlah keadilan, begitu juga sebaliknya.

Contoh kasus dari Antinomi Keadilan dan Kepastian Hukum dengan Tujuan Hukum, adalah
berikut :

Penggusuran terhadap PKL yang berjualan diatas trotoar.


Berdasarkan rasa keadilan rakyat, adanya para pedagang kaki lima yang berjualan di
trotoar tentu merupakan suatu hal yang dapat dimaklumi oleh masyarakat.
Karna walaupun mereka udah berjualan di tempat yang bukan semestinya.
Tapi adanya mereka tetap berjualan adalah tidak lebih oleh suatu keterpaksaan yaitu
memenuhi kebutuhan hidup yang besar di tengah beban kemiskinan yang begitu
berat. Tapi karna apa yang dilakukan para PKL tersebut melanggar peraturan perundang-
undangan. Maka tetep saja harus digusur.

Antinomi dalam tujuan hukum antara kepastian dan keadilan menjadi hal yang lumrah
dan lazim dalam hukum. Dari contoh kasus diatas bisa diamati bahwa para PKL memiliki hak
untuk berjualan atau hak untuk bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup yang mana
sudah ada kepastian hukumnya, namun para PKL melanggar peraturan dimana tidak boleh
berjualan di trotoar ini juga ada ketetapan hukumnya. Maka disinilah proses pengadilan harus
berjalan sesuai prosedur.
Terjadinya antinomi jika dibiarkan akan menimbulkan terjadinya ketidak optimalan
hukum yang dampaknya justru akan berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Oleh
karena itu, dalam menghadapi antinomi tujuan hukum antara kepastian dan keadilan maka
dapat dilakukan dengan prinsip “apabila terdapat pertentangan antara tujuan hukum, maka
tujuan hukum tertinggi dapat mengesampingkan tujuan yang lebih rendah”. Dengan urutan
tujuan hukum dari yang tertinggi ke yang terendah yaitu: keadilan, kemanfaatan, dan
kepastian. Selain itu, pengoptimalan antinomi tujuan hukum Antara kepastian dan
keadilan dapat diupayakan denga solusi melalui sistem dialektika hukum yaitu mengadilkan
kepastian dan memastikan keadilan dengan mekanisme pemikiran yaitu mengadilkan kepastian
harus pula berlanjut pada memastikan keadilan, begitu pula sebaliknya bahwa memastikan
keadilan juga harus mau untuk diawasi dan dikritisi dengan mengadilkan kepastian. Hal
ini dilakukan supaya hukum dapat hadir untuk melakukan pencarian, pembebasan, dan
pencerahan kepada setiap umat manusia.

Anda mungkin juga menyukai