Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat ridho dan
nikmatnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul Faktor Penentu
Jumlah Uang Beredar.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Moneter.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman akan Faktor Penentu Jumlah
Uang Beredar.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyajian
data makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan dapat
menambah pengetahuan pembaca.

Demikian makalah ini kami susun, apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dan
banyak terdapat kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Bandung, April 2016

Penyusun

i
Daftar isi

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


BAB I ......................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 2
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 3
BAB II........................................................................................................................................ 4
TINJAUAN TEORI ................................................................................................................... 4
2.1 Pengertian Jumlah Uang yang Beredar (JUB) ................................................................. 4
2.2 Hubungan-hubungan antara JUB dengan monetary base ................................................ 7
2.3 JUB Di Negara-negara yang Sedang Berkembang ....................................................... 10
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar............................................ 12
2.5 Berbagai Kebijakan Pemerintah dalam Mempengaruhi Jumlah Uang
Beredar. ................................................................................................................................ 13
BAB III .................................................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 16

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Semakin besar jumlah uang yang beredar dalam masyarakat maka inflasi juga akan
meningkat. Oleh karena itu sebaiknya pemerintah harus memperhitungkan atau
memperkirakan akan timbulnya inflasi yang bakal terjadi bila ingin mengadakan penambahan
pencetakan uang baru, karena pencetakan uang baru yang terlalu besar akan mengakibatkan
goncangnya perekonomian

Dibandingkan dengan teori permintaan akan uang, teori penawaran uang merupakan
hal yang baru berkembang dalam teori moneter.

Pada umumnya JUB dianggap bisa ditentukan secara langsung oleh penguasa moneter
tanpa mempersoalkan hubungannya dengan uang inti, yang terdiri dari uang kartal ditambah
dengan uang cadangan yang dimiliki oleh Bank-bank Umum. Perilaku seperti ini
berlandaskan pada analisa penentuan JUB secara mekanis, dimana JUB dihubungkan dengan
uang inti lewat angka pengganda. Besarnya angka pengganda ini ditentukan oleh rasio
cadangan perbankan dan rasio antara uang kartal dan uang giral.

Dengan menganggap bahwa kedua perbandingan (rasio) tersebut konstan untuk suatu
periode tertentu, maka penguasa moneter bisa mengendalikan JUB secara langsung dengan
menentukan cadangan perbankan. Namun kenyataannya tidak sesederhana itu, JUB pada
suatu periode merupakan hasil perilaku penguasa moneter yang dalam hal ini adalah : Bank
Sentral, Bank-bank Umum dan masyarakat (termasuk lembaga keuangan bukan bank) secara
bersama-sama. Bank Sentral menentukan besarnya uang inti.

Bank-bank Umum menentukan volume kredit atau kekayaan lainnya dan besarnya
cadangan yang ingin mereka pegang sebagai excess free reserves dan masyarakat
menentukan alokasi kekayaan liquid yang ingin mereka pegang.

Akan tetapi masih dipertanyakan apakah dengan kemampuannya mengendalikan uang


inti, Bank Sentral juga mampu melakukan pengendalian terhadap JUB dengan ketepatan yang

sama. Hal ini tergantung pada keeratan hubungan antara uang inti dengan cadangan
perbankan dan antara cadangan perbankan dengan JUB. Jika terdapat kaitan yang erat maka
penguasa moneter dapat merumuskan kebijaksanaannya dan mampu mencapai target JUB
yang telah ditetapkan. Sebaliknya jika kaitan antara variabel-variabel diatas tidak begitu erat,
maka penguasa moneter tidak akan mampu mencapai target JUB dengan tepat. Oleh karena
itu kita perlu mengetahui lebih dalam tentang teori jumlah uang yang beredar ini.

1.2 Rumusan Masalah

2
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah yang akan dimunculkan
oleh penyusun adalah sebagai berikut :

1. Pengertian JUB?
2. Bagaimana hubungan JUB dengan monetary base?
3. Bagaiman JUB di negara berkembang?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar?
5. Bagaimana Kebijakan Pemerintah dalam Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas tujuan yang ingin
dicapai oleh penyusun adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian JUB.


2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan JUB dengan monetary base.
3. Untuk mengetahui bagaiman JUB di negara berkembang.
4. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar?
5. Untuk mengetahui bagaimana Kebijakan Pemerintah dalam Mempengaruhi Jumlah
Uang Beredar?

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Jumlah Uang yang Beredar (JUB)

Jumlah uang beredar (money supply) adalah jumlah nilai keseluruhan uang yang
berada di tangan masyarakat dan beredar dalam sebuah perekonomian suatu negara. Ada
sebagian ahli yang mengkalifikasikan jumlah uang beredar menjadi dua, yaitu:

1. Jumlah uang beredar dalam arti sempit atau disebut Narrow Money (M1),
yang terdiri dari uang kartal dan uang giral (demand deposit); dan
2. Uang beredar dalam arti luas atau Broad Money (M2), yang terdiri dari M1
ditambah dengan deposito berjangka (time deposit).

Sementara ahli lain menambahkan dengan M3, yang terdiri dari M2 ditambah dengan
semua deposito pada lembaga-lembaga keuangan non bank. Jumlah uang beredar dibedakan
menjadi dua yaitu uang beredar dalam arti sempit (M1) dan uang beredar dalam arti luas
(M2).

Namun sebelum menguraikan uang beredar dalam arti sempit dan luas tersebut,
penting dijelaskan disini tentang uang primer atau uang inti (reserve money), yang
dinotasikan dengan M0. Uang inti merupakan cikal-bakal lahirnya uang kartal dan uang giral.

1. Uang Primer atau Uang Inti (M0)

Uang primer atau uang inti atau reserve money (Insukindro, 1994, hal: 76) merupakan
kewajiban otoritas moneter (Bank Indonesia), yang terdiri atas uang kartal yang berada di
luar Bank Indonesia dan Kas Negara, dan rekening giro Bank Pencipta Uang Giral (BPUG)
dan sektor swasta (perusahaan maupun perorangan) di Bank Indonesia. Dengan demikian,
uangkartal yang dipegang pemerintah, dalam bentuk kas pemerintah atau kas negara, dan
simpanan giral pemerintah pada Bank Indonesia, tidak termasuk sebagai komponen dari uang
primer.

Uang inti merupakan besaran penting yang berfungsi sebagai indikator bagi
kebijaksanaan moneter terhadap perekonomian. Pendapat tersebut berdasarkan 2 hal, yaitu:

a. Adanya teori moneter yang memasukkan uang inti sebagai suatu mata rantai
penghubung antara tindakan-tindakan penguasa moneter dengan dampak terakhirnya
terhadap pendapatan, output dan harga.
b. Uang inti merupakan variable yang relatif lebih bisa dikendalikan penguasa moneter.

Ada 3 konsep dalam menghitung besarnya uang inti, yaitu :

a. Source base
b. Reserve adjustment

4
c. Monetary base

Source base diperoleh dari Neraca Bank Sentral dan Kas Negara yang
dikonsolidasikan, dimana hal ini Source base terdiri atas:

a. Aktiva luar negeri


b. Tagihan-tagihan Bank Sentral
c. Rekening pemerintah
d. Rekening-rekening lainnya dalam neraca Bank Sentral

Untuk memudahkan perhitungan, Source base juga dihitung dengan menjumlahkan


hutang-hutang Bank Sentral dan Kas Negara. Hutang-hutang ini terdiri dari cadangan
perbankan pada Bank Sentral dan uang kartal yang dipegang oleh perbankan (Bank umum)
serta masyarakat, biasanya disebut sebagai uses of the base.

Perubahan-perubahan dalam peraturan yang dikeluarkan oleh penguasa moneter


menyebabkan diperlakukannya penyesuaian bagi source base unuk memelihara
komparabilitasnya dari waktu ke waktu. Reserve Ajustment memperhitungkan pengaruh
dari berubahnya cadangan minimum yang diwajibkan dan perubahan proporsi kekayaan likuit
yang dikenai peraturan tersebut.

Monetary base merupakan penjumlahan dari Source Base dan Reserve Adjustment.
Pada perekonomian yang mempunyai pasar uang yang sudah maju, penawaran uang inti
sepenuhnya berada di tangan Bank Sentral. Hal ini disebabkan oleh dominasi perubahan
tagihan bank sentral terhadap perubahan komponen Source Base lainya, sehingga
pengaruhnya terhadap uang intisangat besar. Untuk menetralisir pengaruh perubahan salah
satu komponen source base, Bank Senral melakukan operasi pasar terbuka. Dengan
demikian bank sentral dapat menentukan besarnya uang inti untuk mencapai suatu target
tertentu dalam JUB.

Dalam usaha untuk mencoba menjelaskan penentuan JUB dalam kerangka analisa
ekonomi makro secara kuantitatif, biasanya dibagi kedalam 2 (dua) bagian yaitu:

a. Perubahan-perubahan dalam uang inti yang ditentukan oleh perubahan dalam


kekayaan dan hutang bank sentral
b. Perubahan uang inti bersama-sama dengan perubahan angka pengganda
menentukan besarnya JUB pada suatu periode

Salah satu konsekuensi penting dari perkembangan teori penawaran uang ini adalah
dalam implikasi kebijaksanaannya, dimana penguasa moneter tidak dapat meramalkan
dampak kebijaksanaan moneternya dengan tepat karena hubungan antara cadangan dan
deposit perbankan akan dipengaruhi oleh harapan mereka tentang apa yang akan dilakukan
oleh bank sentral.

2. Uang Beredar Dalam Arti Sempit (Narrow Money = M1)

5
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa uang beredar dalam arti sempit adalah
seluruh uang kartal dan uang giral yang ada di tangan masyarakat. Sedangkan uang kartal
milik pemerintah (Bank Indonesia) yang disimpan di bank-bank umum atau bank sentral itu
sendiri, tidak dikelompokkan sebagai uang kartal.

Sedangkan uang giral merupakan simpanan rekening koran (giro) masyarakat pada
bank-bank umum. Simpanan ini merupakan bagian dari uang beredar, karena sewaktu-waktu
dapat digunakan oleh pemiliknya untuk melakukan berbagai transaksi. Namun saldo rekening
giro milik suatu bank yang terdapat pada bank lain, tidak dikategorikan sebagai uang giral.

Dalam artian sempit JUB didefinisikan sebagai M yang merupakan jumlah seluruh
uang kartal yang dipegang anggota masyarakat (the nonbankpublic) dan damand deposit
yang dimiliki oleh perseorangan pada Bank-bank Umum. (M = Kartal + DD).

3. Uang Beredar Dalam Arti Luas (Broad money = M2)


Dalam arti luas, uang beredar merupakan penjumlahan dari M1 (uang beredar dalam
arti sempit) dengan uang kuasi. Uang kuasi atau near money adalah simpanan masyarakat
pada bank umum dalam bentuk deposito berjangka (time deposits) dan tabungan. Uang kuasi
diklasifikasikan sebagai uang beredar, dengan alasan bahwa kedua bentuk simpanan
masyarakat ini dapat dicairkan menjadi uang tunai oleh pemiliknya, untuk berbagai keperluan
transaksi yang dilakukan.

Definisi yang agak luas adalah M 2 yang merupakan penjumlahan dari M 1 dengan
time deposit+ deposito berjangka. (M 2+M1 + TD).

4. Uang Beredar Dalam arti Sangat Luas

Sementara ahli lain menambahkan dengan M3, yang terdiri dari M2 ditambah dengan
semua deposito pada lembaga-lembaga keuangan non bank. Sedangkan definisi yang paling
luas dikenal dengan M3 yang merupakan penjumlahan dari M2 dengan semua deposito pada
lembaga-lembaga keuangan yang lain (nonbank).

Komponen-komponen yang perlu diperhatikan dalam definisi uang adalah:

a. Semuanya harus memenuhi kedua persyaratan dari uang yaitu harganya tetap dan
diterima secara umum.
b. Bentuk nonbank publik adalah termasuk seluruh anggota masyarakat di samping
bank-bank umum dan bank-bank tabungan.

Ada dua pendekatan utama dalam menghitung jumlah uang beredar, yaitu pendekatan
transaksional (transactional approach) dan pendekatan likuiditas (liquidity approach), yaitu:

1. Pendekatan transaksional (transactional approach)

Pendekatan ini memandang bahwa jumlah uang beredar yang dihitung adalah jumlah

6
uang yang dibutuhkan untuk keperluan transaksi. Pendekatan ini menghitung jumlah uang
beredar dalam arti sempit (narrow money) atau M 1. Di Indonesia yang tercakup dalam M 1
adalah uang kartal dan uang giral, dengan komponen sebagai berikut :

Uang kartal terdiri atas uang kertas dan uang logam, tidak termasuk uang kas
pada kantor perbendaharaan dan kas negara (KPKN) dan bank umum.
Uang Giral terdiri atas rekening giro, kiriman uang, simpanan berjangka, dan
tabungan dalam rupiah yangsudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan
simpanan penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.

2. Pendekatan Likuiditas (liquidity approach)

Sesuai pendekatan ini, jumlah uang beredar didefinisikan sebagai jumlah uang
untuk kebutuhan transaksi ditambah uang kuasi (quasy money). Hal ini dilandari
pertimbangan bahwa sekalipun uang kuasi merupakan aset finansial yang kurang
likuid dibanding uang kertas, uang logam dan uang rekening giro, tetapi sangat
mudah diubah menjadi uang yang dapat digunakan untuk keperluan transaksi. Dalam
prakteknya, pendekatan ini menghitung jumlah uang bererdar dalam arti luas (broad
money) yang dikenal dengan M 2 yang terdiri dari M 1 ditambah uang kuasi (di
Indonesia uang kuasi adalah deposito berjangka). Perkembangan M2 adalah jauh
lebih cepat dari pertambahan M1 karena pertambahan tingkat kemajuan
perekonomian. Meningkatnya M2 secara langsung maupun tidak langsung
mengindikasikan bahwa perekonomian masyarakat menjadi meningkat. Sebab
peningkatan deposito berjangka mengandung pengertian bahwa tingkat penghasilan
masyarakat sudah lebih besar dari tingkat konsumsi. Keputusan seseorang menyimpan
dananya di bank dalam bentuk deposito merupakan keputusan investasi yang
didorong oleh tingkat bunga yang diberikan.

2.2 Hubungan-hubungan antara JUB dengan monetary base

1. M=C+D

Dimana M merupakan M 1 yaitu penjumlahan uang kartal (currencies= C) dengan


uang giral (demand deposit = D).

2. B=R+C

Dimana B merupakan monetary base yang terdiri ata total cadang R dengan uang
kartal C.

3. R = (D + T + G)

7
Total cadangan Bank Umum, R, merupakan proposi () dari total deposit yang terdiri
atas demand deposit (D), Time Deposite (T) dan Depositi pemerintah pada Bank-bank Umum
(G).

4. C = eD

Ini berarti bahwa pemegang uang kartal dipengaruhi oleh besar kecilnya demand
deposit. Alasan pemegang uang kartal karena adanya kenaikan secara umum pinjaman-
pinjaman bank dan depsito yang dipengaruhi oleh kenaikan didalam kegiatan oerekonomian.

5. T = tD

Ini dikatakan bahwa deposito berjangka tidak secara langsung ikut dalam menentukan
besarnya monetary base.

6. G = gD

Ini dikatakan bahwa perubahan dalam deposito pemerintah pada Bank-bank umum
akan mempengaruhi deposito masyarakat (D). Dengan mengadakan subsitusi pada persamaan
(2) dengan komponen-komponennya maka didapat bahwa :

7. B = (D + T + G) + eD

Yang selanjutnya persamaan (7) dapat diubah menjadi

8. B = (D + tD + gD) + eD Atau B = [ (1 + t + g) + e] D

Dari persamaan diatas dapat diubah lagi menjadi:

9. D = 1 . B [ (1 + t + g) + e]

Dengan menggunakan persamaan (9) ini kita dapat mengubah persamaan (4) menjadi
sebagai berikut

10. C = eD = e . B [ (1 + t + g) + e]

Setelah didapatkan fungsi-fungsi yang mengandung variabel B maka dikembalikan


pada definisi JUB, didapatkan :

11. M = D + C = 1 + e . B [ (1 + t + g) + e]

Persamaan (11) menunjukkan hubungan antara JUB dengan monetery base. Dimana
persamaan (11) dapat disederhanakan menjadi:

M = mB

m = money multiplier = 1 + e

a (1 + t + g) + e

8
Dengan menganggap bahwa money multiplier itu tetap untuk suatu periode, maka
pemerintahan dengan mudah dapat menentukan besar kecilnya serta perubahan JUB. Atau
implikasinya kebijaksanaan untuk menambah JUB tergantung pada perubahan B. Sedangkan
perubahan B tergantung pada besar kecilnya C dan R, C, tergantung pada hasrat dan kemauan
masayarakat untuk memegang uang kartal. Sedangkan R, tergantung pada kebijaksanaan
pemerintah dalam menetukan beberapa cadangan total yang harus dipegang oleh bank-bank
umum.

Kalau anggapannya money multiper di atas dilepaskan maka besar kecilnya money
multiper ikut menentukan besarnya JUB. Besar kecilnya money multiper tergantung pada
perubahan:

a. Fraksi uang kartal terhadap JUB, dimana faktor-faktor yang mempengaruhi


adalah :
1) Pendapatan
Dalam artian pendapatan yang didapat jika memegang uang kartal dan
pendapatan yang di dapat jika memegang uang giral. Dengan memegang uang kartal
maka dipunyai likuiditas yang tinggi dan kalau menyimpan uang giral diamping
likuiditas terjamin sering/mungkin dapat penghasilan berupa tingkat bunga.

2) Kekayaan
Orang yang mempunyai kekayaan dalam jumlah bsar (orang kaya) akan
memegang uang kartal dalam jumlah yang kecil sedangkan orang miskin akan
memegang uang kartal dalam jumlah besar.

3) Banyak/sedikitnya pengnaan alat pembayaran pengganti, seperti kartu kredit (credit


cards) dan change accounts . semakin banyak alat pembayaran pengganti, semakin
kecil jumlah uang kartal yang dipegang dan sebaliknya, semakin sedikit (atau
mungkin dengan tidak adanya) alat pembayaran pengganti akan semakin besar uang
kartal yang diinginkan.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai cadangan:


1) Besarnya reserve ration/cash ratio yagn diwajibkan oleh Bank sentral untuk
dipengang oleh Bank-bank Umum.

2) Besarnya kelebihan cadangan yang dipegang oleh Bank Umum. Ini terjadi karena
biasanya Bank-bank Umum memegang required reserve lebih besar daripada
ketentuan yang dibuat oleh Bank Sentral. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa :
a) JUB bisa dipengaruhi oleh Pemerintah melalui Bank Sentral secara langsung
dengan mengontrol besar / kecilnya B.
b) Dimana dalam kaitannya dengan (1), Pemerintah mempengaruhi B melalui
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang mempengaruhi required reserve, misalnya
dengan penentuan cash ratio, kredit liquiditas dan lain-lain.

9
c) Selain hal tersebut, JUB ditentukan oleh perilaku Bank-bank Umum dan
masyarakat.
d) Jelaskan bahwa M mempunyai elastisitas terhadap tingkat bunga maupun
tingkat harga

Pengawasan JUB akan lebih sulit lagi kalau yang digunakan sebagai definisi adalah
M2 = M1 + TD = C + D + TD.

Karena adanya tambahan variabel TD yang banyak ditentukan oleh perilaku


masyarakat dalam penentuan besar/kecil kekayaannya yang akan dipegang dalam bentuk
deposito berjangka (TD). Jelasnya variabel ini banyak dipengaruhi oleh tinggi rendahnya
tingkat bunga dan perubahan harga (risiko inflasi) serta perilaku Bank-bank Umum.

Implikasi kebijaksanaan pemerintah dipengaruhi oleh teori penawaran uang yang


dianut. Untuk itu Bank Sentral harus memprediksi nilai multiplier uang (money multiplier)
untuk waktu (bulan) yang akan datang agar dapat diketahui berapa besar kenaikan monetary
base dan untuk mencapai tingkat JUB yang diinginkan.

Derajat ketepatan pengaturan JUB yang dapat dicapai oleh Bank Sentral tergantung
pada kemampuannya untuk menentukan besarnya monetary base dan memprediksi pengaruh
bersih dari perilaku masyarakat dan Bank-bank Umum yang dicerminkan dalam perubahan
daripada angka pengganda uang (money multipler).

Bahaya penggunaan pendekatan multiplier ini untuk menganalisa JUB serta kredit
adalah bahwa pendekatan ini menganggap bahwa perluasan/penciutan JUB adalah proses
yang mekanismenya sederhana. Pendekatan ini menganggap bahwa apa yang sebenarnya
tidak tetap (berubah-ubah) dianggap tetap.

Kecuali pengaturan terhadap parameter ataupun variabel-variabel yang


mempengaruhi fungsi JUB, Bank Sentral dapat melakukan pengawasan JUB melalui
pengawasan pada source base. Dalam pengaturan kebijaksanaan moneter, Bank Sentral
mengawasi perilaku baik itu tingkat bunga maupun JUB. Tetapi Bank Sentral tidak dapat
secara simultan membuat kebijaksanaan yang menyangkut kedua hal tersebut pada tingkat
yang ia inginkan. Ia hanya dapat membuat kebijaksanaan pada JUB atau tingkat bunga.
Dalam pertimbangan lebih lanjut, JUB ditentukan oleh tingkat bunga pasar dan kekuatan-
kekuatan pasar yang lain mempengaruhi sistem perbankan. Singkatnya, JUB ditentukan
secara bersama oleh perilaku penguasa moneter, sistem perbankan dan masyarakat. Dan
penentuan ketetapan JUB akan mempengaruhi perekonomian secara umum.

2.3 JUB Di Negara-negara yang Sedang Berkembang


Perkembangan JUB di negara-negara yang sedang berkembang tidak luput dari
perkembangan dan pertumbuhan lembaga-lembaga keuangan di negara sedang berkembang
yang mempunyai peranan penting dalam peningkatan pembangunan ekonomi di negara
sedang berkembang. Lembaga-lembaga keuangan ini termasuk didalamnya adalah: Bank
Sentral, Bank-bank umum komersial, bank-bank koperasi, bank pembangunan dan lembaga-
lembaga keuangan ini terorganisasi dan sering disebut sebagai dealers of debt.

10
Bank Sentral di Negara sedang berkembangan mempunyai 2 fungsi yang tradisional
dan nontradisional. Fungsi tradisional Bank Sentral antara lain:

1. Sebagai Banknya Pemerintah dan pemegang keuangan pemerintah.


2. Sebagai Monopolis dalam mencetak uang kartal untuk mempertahankan
kepercayaan masyarakat terhadap nilai uang.
3. Sebagai leader of the last persort artinya Bank Sentral menyediakan
likuiditas bagi bank-bank umum dan lembaga keuangan lainnya yang
mengalami kesulitan likuiditas.
4. Sebagai pengawas kredit artinya mengatur jumlah dan tersedianya kredit
dalam perekonomian.
5. Sebagai bankers bank" artinya Bank Sentral bertindak sebagai bank
komersial bagi bank-bank umum. Ini berarti bahwa hubungan antara bank
sentral dengan bank-bank umum sebagaimana masyarakat terhadap bank-bank
umum.
6. Sebagai penjaga nilai tukar dalam artian Bank Sentral bertindak untuk
manjaga agar nilai tukar tidak berfluktuasi secara tajam.

Bank-bank komersial di negara berkembang bertindak sebagai bank-bank komersial di


negara maju. Dalam hal-hal ini bank-bank menerima deposito dan meminjamkan kredit bagi
peminjam dengan jaminan tertentu. Dan menawarkan suku bunga bagi deposito berjangka
khususnya, di samping itu mengenakan suku bunga bagi peminjam kredit. Perbedaan antara
suku bunga kredit dengan suku bungan deposito (SPREAD) merupakan penghasilan bagi
bank-bank umum.

Permintaan kredit oleh anggota masyarakat sangat tergantung pada tingkat kegiatan
ekonomi, biaya kredit (termasuk suku bunga kredit) dan hasil yang di harapkan dari
penggunaan kredit tersebut. Demikian juga penawaran kredit tergantung pada tingkat
pendapatan, kepercayaan bank serta suku bunga yang harus dibayarkan. Hal yang perlu
dicatat adalah kemampuan bank dalam mencetak uang mempunyai peranan dalam
memenuhi permintaan kredit bank. Akan tetapi kemampuan menciptakan kredit dibatasi oleh
tingkat keuntungan yang diharapkan oleh bank ats pemegangan kekayaannya.

Faktor lain yang membatasi kemampuan bank dalam menciptakan kredit adalah
ketidaksediaan masyarakat untuk memegang tambahan depositonya. Penelitian di negara
sedang berkembang menunjukan bahwa permintaan uang masyarakat lebih banyak di pegang
dalam bentuk uang kartal dari pada giro atau deposito berjangka. Dan faktor yang lainnya
adalah ketentuan cadangan minimum yang harus dipegang oleh bank-bank umum. Biasanya
bank sentral mempunyai hak (kekuasaan) untuk mengatur ketentuan cadangan ini sehingga
kalau bank sentral menginginkan kebijaksanaan kontraksi (tight money policy) maka
ketentuan cadangan dinaikkan dan sebaliknya ketentuan cadangan diturunkan kalau
menginginkan ekspansi (easy money policy).

Perbedaan fungsi Bank Sentral dan Bank Umum Sebagaimana dikemukakan


FURNESS (1973), membawa dampak pada mekanisme JUB dan faktor-faktor yang

11
mempengaruhi. Misalnya, masalah penciptaan uang giral oleh Bank Umum di negara sedang
berkembang tidaksebagaimana di negara yang sudah maju masalah ketentuan suku bunga di
negara sedang berkembang yang relatif stabil ; masalah kredit yang banyak dipengaruhi oleh
berhasil tidaknya panenan di negara sedang berkembang dan masalah banking habit di
negara sedang berkembang yang kurang stabil dan masih rendah sehingga banyak sekali
pengaruhnya terhadap penciptaan uang giral pada khususnya dan JUB pada umumnya. Dan
juga banyak pengaruhnya terhadap perubahan JUB adalah hutang pemerintah terhadap Bank
yang oleh FURNESS dikatakan sebagai crusial factors yang mempengruhi JUB di negara
sedang berkembangan.

Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap JUB di Negara sedang berkembang adalah
adanya pasar uang yang tidak terorganisasi (unorganised money market) yang mempunyai
ciri- ciri sebagai berikut:

a. Rahasia dalam pembicaraan (hutang pihutang)


b. Peminjaman uang yang tidak langsung (misal seperti perdagangan
c. Operasi fleksibel
d. Hubungan antara konsumen dengan penyediaan dana sangat akrap.
e. Pencatatan hutang pihutang sangat sederhana.

Dampaknya terhadap JUB di Negara sedang berkembang melalui beberapa jalur antara
lain:

a. Berkurangnya transaksi, baik jumlah maupun ukuran, keuangan karena sering barter
b. Menghambat pertumbuhan Bank Desa
c. Banyak masyarakat melakukan hoarding.
d. Kebijaksaan moneter dampaknya berkurang.

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar

Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa dasar terciptanya uang beredar adalah
karena adanya uang inti atau uang primer. Dengan demikian, besarnya uang beredar ini
sangat dipengaruhi oleh besarnya uang inti yang tersedia. Sedangkan besarnya uang inti ini
dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu: (Boediono, 1993, hal: 97)

1. Keadaan neraca pembayaran (surplus atau defisit)

Apabila neraca pembayaran mengalami surplus, berarti ada devisa yang masuk ke
dalam negara, hal ini berarti ada penambahan jumlah uang beredar. Demikian pula
sebaliknya, jika neraca pembayaran mengalami defisit, berarti ada pengurangan terhadap
devisa negara. Hal ini berari ada pengurangan terhadap jumlah uang beredar.

2. Keadaan APBN (surplus atau defisit)

Apabila pemerintah mengalami defisit dalam APBN, maka pemerintah dapat mencetak
uang baru. Hal ini berarti ada penambahan dalam jumlah uang beredar. Demikian sebaliknya,

12
jika APBN negara mengalami surplus, maka sebagian uang beredar masuk ke dalam kas
negara. Sehingga jumlah uang beredar semakin kecil.

3. Perubahan kredit langsung Bank Indonesia

Sebagai penguasa moneter, Bank Indonesia tidak saja dapat memberikan kredit kepada
bank-bank umum, tetapi BI juga dapat memberikan kredit langsung kepada lembaga-lembaga
pemerintah yang lain seperti Pertamina, dan badan usaha milik negara (BUMN) lainnya.
Perubahan besarnya kredit langsung ini akan berpengaruh terhadap besar kecilnya jumlah
uang beredar.

4. Perubahan kredit likuiditas Bank Indonesia

Sebagai bankers bank, BI dapat memberikan kredit likuiditas kepada bank-bank


umum. Sebagai contoh, ketika terjadi krisis ekonomi sejak tahun 1997 lalu, BI memberikan
kredit likuiditas dalam rangka mengatasi krisis likuiditas bank-bank umum, yang jumlahnya
mencapai ratusan trilyun rupiah. Hal ini berdampak pada melonjaknya jumlah uang beredar.

Di samping itu, adanya pinjaman luar negeri, kebijakan tarif pajak, juga dapat
mempengaruhi besar kecilnya jumlah uang beredar.

2.5 Berbagai Kebijakan Pemerintah dalam Mempengaruhi Jumlah Uang


Beredar.
Secara garis besar terdapat dua jenis kebijakan yang dilakukan pemerintah (Bank
Indonesia dan Departemen Keuangan) dalam mengendalikan jumlah uang beredar, yaitu:

1. Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, yang

dibedakan menjadi dua, yaitu:

A. Kebijakan moneter kuantitatif, yang meliputi:

a. Poltik Pasar Terbuka

BI mengendalikan jumlah uang beredar dengan cara jual beli surat-surat berharga. BI
mempunyai instrumen yaitu Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Apabila jumlah uang beredar
dalam masyarakat terlalu besar, maka BI dapat menjual SBI kepada masyarakat (bank-bank
umum). Apabila bank umum membeli SBI artinya ada uang yang tersedot ke pemerintah
(BI), yang berarti jumlah uang beredar berkurang.

Apabila pemerintah menghendaki menurunnya jumlah uang yang beredar, pemerintah


harus menjual surat obligasi dipasar bebas. Tindakan ini disebut open market selling.
Sebaliknya apabila pemerintah menghendaki bertambahnya jumlah uang yang beredar, maka
pemerintah dalam hal ini bank sentral perlu melakukan open market buying, yakni
membeli kembali obligasi dari masyarakat.

13
b. Politk Diskonto dan bunga pinjaman

BI dapat membeli surat-surat berharga bank-bank umum yang tingkat likuiditasnya


tinggi, dengan tingkat diskonto yang telah ditetapkan oleh BI. BI juga bisa memberikan
pinjaman kepada bank-bank umum, yang artinya terjadi penambahan jumlah uang beredar.
BI dapat juga menaikkan bunga pinjaman kepada bank-bank umum, maka bank umum akan
mengurangi jumlah pinjamannya dari bank Indonesia.

Apabila bank sentral menaikan tingkat diskontonya (yaitu tingkat bunga yang
dikenakanpada bank umum atas pinjaman dana yang diberikan), maka jumlah uang yang
beredar cenderung berkurang. Sebaliknya , bila pemerintah menghendaki jumlah uang
beredar bertambah, suku diskonto bank sentral perlu diturunkan.

c. Politik merubah cadangan minimal bank-bank umum pada BI

Setiap bank umum wajib mempunyai cadangan di BI dan jumlahnya ditetapkan oleh
BI. Istilahnya adalah reserve requirement. Apabila Bank Indonesia menaikkan tingkat
cadangan minimal bank-bank umum, katakanlah dari 10% menjadi 15%, maka hal ini akan
mengurangi jumlah uang beredar, karena semakin besarnya modal bank-bank umum yang
harus disimpan di BI.

Bank sentral umumnya menetukan angka banding minimum antara ung tunai dengan
kewajiban giral bank. Angka banding mana disebut minimum cash ratio.

Bila pemerintah menurunkan minimum cash ratio, maka dengan uang tunai yang
sama bank dapat menciptakan uang denganjumlah yang lebih banyak dari sebelumnya.
Sebaliknya bila dikehendaki berkurangnya jumlah uang yang beredar, pemerintah dapat
menaikan cash ratio bank.

B. Kebijakan moneter kualitatif, yang meliputi:

a. Pengawasan pinjaman secara selektif

Bank sentral mengawasi pinjaman dan investasi yang dilakukan oleh bank-bank
umum, agar bank-bank umum selektif dalam memberikan kredit kepada debitur. Jumlah uang
yang beredar dalam masyarakat,disamping dipengaruhi oleh kebijakan kebijakan bank
sentral,juga dapat dipengaruhi oleh neraca pembayaran luar negeri (balance of payment)
negara tersebut. Neraca pembayaran yang surplus (berarti Negara tersebut lebih banyak
mengekspor) cenderung mengakibatkan meningkatnya penawaran akan uang, sedangka
neraca pembayaran defisit cenderung menurunkan jumlah uang yang beredar.

B=C+R

Dimana : B = Uang inti

C = Uang kartal yang dipegang oleh masy. umum diluar bank-bank

R = Reserve bank

14
Atas dasar reserve bank (R) yang disimpan maka bank-bank menciptakan
uang giral yang berupa saldo-saldo rekening Koran yang dimilikioleh masyarakat
umum yang disimpan pada bank-bank (D). Jumlah uang yang beredar mencakup uang
kartal yang dipegang masyarkat umum diluar bank (C) dan uang giral yang diciptakan
oleh bank-bank umum (D) :

M=C+D

Dimana : M = Jumlah uang yang beredar

C = Uang kartal yang dipegang oleh masy. umum diluar bank-bank

D = Uang giral yang diciptakan oleh bank-bank umum

b. Pembujukan moral

Bank sentral mengadakan pertemuan langsung dengan pimpinan bank-bank umum


untuk meminta langkah-langkah tertentu dalam rangka membantu kebijaksanaan-
kebijaksanaan yang diambil oleh pemerintah. Melalui pembujukan moral ini, bak\nk sentral
dapat meminta bank-bank umum untuk menambah atau mengurangi pinjaman di semua
sektor atau hanya di sektor-sektor tertentu saja. Ataupun membuat perubahan-perubahan
tingkat bunga yang mereka tetapkan.

2. Kebijakan Fiskal (Pajak)

Kebijakan ini juga dapat mempengaruhi jumlah uang beredar, yaitu melalui pajak.
Apabila pemerintah, dalam hal ini Departemen Keuangan, memperluas objek pajak, berarti
akan lebih banyak uang yang tersedot ke pemerintah. Dalam hal ini berarti jumlah uang
beredar menjadi berkurang. Demikian pula misalnya ketika pemerintah menaikkan pajak
kendaraan bermotor pada tahun 1999 sebesar kurang lebih 100%, hal ini berarti terjadi
penyerapan (absorbsi) uang yang beredar.

15
BAB III

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :

1. Ada dua pendekatan utama dalam menghitung jumlah uang beredar, yaitu :
pendekatan transaksional (transactional approach) dan pendekatan likuiditas (liquidity
approach).
2. Uang beredar dalam arti sempit adalah seluruh uang kartal dan uang giral yang ada di
tangan masyarakat. Sedangkan dalam arti luas, uang beredar merupakan penjumlahan
dari M1 (uang beredar dalam arti sempit) dengan uang kuasi.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar yaitu Keadaan neraca
pembayaran (surplus atau defisit), Keadaan APBN (surplus atau defisit), Perubahan
kredit langsung Bank Indonesia dan Perubahan kredit likuiditas Bank Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

, .dkk. Ekonomi Moneter.2016. Bandung:Utama.

http://ridwandansiswo.wordpress.com/2011/11/25/makalah-penawaran-uang/

http://adypato.wordpress.com/2010/04/09/uang-beredar-jub-penawaran-uang/

http://ekonomi.kabo.biz/2011/01/jumlah-uang-beredar-m2.html

http://www.ut.ac.id/html/suplemen/adbi4331/modul_3.htm

http://bankirnews.com/index.php?option=com_content&view=article&id=505:juml
ah-uang-beredar&catid=124:uang-a-bank&Itemid=186

http://ekonomikelasx.blogspot.com/2012/05/teori-inflasi.html

http://id.shvoong.com/business-management/investing/2077002-pengertian-jumlah-uang-
beredar/

16

Anda mungkin juga menyukai