Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BEA MATERAI

Disusun utuk memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan

Dosen Pengampu :

Dr. Anggita Langgeng Wijaya, S.E., M.Si., Ak. C.A

Disusun Oleh :

Dewi Pujawasi Soekarno (2103101013)

Risma Hajizah Purnama (2103101032)

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PGRI MADIUN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai.
Dan kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Madiun, Oktober 2022

Kelompok
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bea Meterai merupakan pajak yang dikenakan terhadap dokumen yang menurut Undang-

undang Bea Meterai menjadi objek Bea Meterai. Atas setiap dokumen yang menjad objek Bea

Meterai harus sudah dibubuhi benda meterai atau pelunasan Bea Meterai dengan menggunakan

cara lain sebelum dokumen itu digunakan. Prinsip umum dari bea materai adalah bea materai

dikenakan atas dokumen, satu dokumen hanya satu terhutang bea materai dan rangkap bea

materai sama dengan aslinya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan bea materai dan apa prinsip umum dari bea materai ?

2. Apa saja yang termasuk objek dan tarif bea materai ?

3. Apa saja pada saat materai terhutang ?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bea Materai

Berapa materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen berupa kertas yang menurut

Undang-undang Bea Materai menjadi objek Bea Materai.

Asas-asas yang mengatur bea materai yang diantaranya yaitu asas kesederhanaan, asas

efisiensi, asas keadilan, asas kepastian hukum, dan asas kemanfaatan.

Subjek-subjek yang di kenai bea materai antara lain :

 Pihak yang menerima atau memperoleh manfaat dari dokumen yang bersangkutan,

kecuali jika pihak-pihak tersebut menentukan lain.

 Dalam hal dokumen dibuat sepihak, bea meterai terutang oleh penerima. Misalnya pada

kuitansi.

 Dalam hal dokumen dibuat oleh 2 pihak atau lebih, maka masing-masing pihak terkait

terutang bea meterai. Misalnya pada surat perjanjian di bawah tangan.

B. Dasar Hukum Bea Materai

Dasar hukum pengenaan Bea Materai adalah Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 atau
disebut juga Undang-undang Bea Materai. Undang-undang ini berlaku sejak tanggal 1 Januari

1986. Selain itu, untuk mengatur pelaksanaannya, telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 7 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun

2000 tentang Perubahan Tarif Bea Materai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal yang

dikenakan Bea Materai.

Prinsip Umum Pemungutan / Pengenaan Bea Meterai:

a. Bea Meterai dikenakan atas dokumen (merupakan pajak atas dokumen

b. Satu dokumen hanya terutang satu Bea Meterai


c. Rangkap/tindasan (yang ikut ditandatangani) terutang Bea Meterai sama dengan

aslinya.

C. Objek Bea Materai

Objek pemungutan bea materai diatur berdasarkan Aturan Bea Materai 1921 sebagaimana

telah diubah dan ditambah dengan Undang-undang nomor 13 tahun 1985 adalah dokumen.

Dokumen yang menjadi objek pemungutan adalah dokumen yang ditulis di atas kertas.

Dokumen yang tidak di tulis di atas kertas tidak termasuk ke dalam objek dari pemungutan bea

materai.

Pada prinsipnya dokumen yang harus dikenakan meterai adalah dokumen menyatakan

nilai nominal sampai jumlah tertentu, dokumen yang bersifat perdata dan dokumen

yang digunakan di muka pengadilan, antara lain :

a. Alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata.

b. Akta-akta notaris termasuk salinannya.

c. Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk

rangkap-rangkapnya. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan

tujuan untuk digunakan sebagai

d. Surat yang memuat jumlah uang yaitu:

- yang menyebutkan penerimaan uang;


- yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening bank;

- yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank

- yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau sebagian telah dilunasi

atau diperhitungkan.

e. Surat berharga seperti wesel, promes, aksep dan cek.

f. Dokumen yang dikenakan Bea Meterai juga terhadap dokumen yang akan digunakan

sebagai alat pembuktian di muka pengadilan yaitu surat-surat biasa dan surat-surat

kerumahtanggaan, dan surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Meterai


berdasarkan tujuannya, jika digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang

lain, lain dan maksud semula.

D. Bukan Objek Bea Materai

Secara umum dokumen yang tidak dikenakan bea meterai adalah dokumen

yang berhubungan dengan transaksi intern perusahaan, berkaitan dengan pembayaran pajak dan

dokumen Negara. Terdapat dokumen-dokumen tertentu tidak dikenakan bea materai adalah:

- Dokumen yang berupa:

1. surat penyimpanan barang;

2. konosemen;

3. surat angkutan penumpang dan barang;

4. bukti pengiriman dan penerimaan barang

5. bukti untuk pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim;

6. surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim;

7. surat-surat lainnya yang dapat disamakan dengan surat-surat di atas.

- Segala bentuk ijazah

- Tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan dan pembayaran lainnya

yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang diserahkan

untuk mendapatkan pembayaran itu.

- Tanda bukti penerimaan uang negara dan kas negara, kas pemerintah daerah dan bank.

- Kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang dapat disamakan

dengan itu ke kas negara, kas pemerintah daerah dan bank.

- Tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern organisasi.

- Dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang tabungan kepada penabung

oleh bank, koperasi, dan badan-badan lainnya yang bergerak di bidang tersebut.

- Surat gadai yang diberikan oleh Perum Pegadaian.


- Tanda pembagian keuntungan atau bunga dan Efek, dengan nama dan bentuk apapun

E. Saat terhutang bea materai

a. Dokumen yang dibuat oleh satu pihak, adalah pada saat dokumen itu diserahka dan

diterima oleh pihak untuk siapa dokumen itu dibuat,jadi bukan pada saa

ditandatangani, misalnya: kuitansi tanda terima uang terutang bea materai pada saat

kuitansi tersebut diserahkan.

b. Dokumen yang dibuat lebih dari salah satu pihak, adalah pada saat selesai dibuat yang

ditutup dengan pembubuhan tanda tangan dari yang bersangkutan.

Contoh: dokumen perjanjian hutang piutang, terutang bea materai setelah dokumen

hutang piutang tersebut ditandatangani oleh kedua belah pihak.

c. Dokumen yang dibuat diluar negeri adalah pada saat digunakan di Indonesia. Bea

materai yang terutang dilunasi dengan cara pemateraian.

Contoh: dokumen perjanjian antara Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral

dengan Perusahaan Kontraktor di Perancis dalam rangka pembuatan system

pengeboran minya lepas pantai. Perjanjian di buat di Paris maka atas dokumen

perjanjian tersebut terutang bea materai pada saat dimulainya pelaksanaan perjanjian

tersebut di Indonesia

F. Tata Cara Pelunasan Bea Materai

Pelunasan bea materai teradap dokumen yang terutang bea materai dapat dilakukan

dengan berbagai cara, antara lain:

1. Menggunakan benda materai/materai temple;

Pelunasan dengan materai temple/benda materai diatur berdasarkan Keputusan

Direktur Jenderal Pajak Nomor 122A/PJ/2000 tanggal 1 Mei tahun 2000. Pelaksanaan

pelunasan dilakukan dengan menempelkan materai di tempat di mana tanda tangan


akan dibubuhkan dan tanda tangan tersebut harus dibubuhkan sebagian di atas materai

temple dan sebagian di atas dokumen.

2. Menggunakan kertas materai/ertas segel;

Pelunasan bea materai dengan menggunakan kertas materai atau sering dikenal dengan

kertas segel yakni dengan menggunakan kertas materai/kertas segel yang sah

dikeluarkan oleh pemerintah dengan bentuk, ukuran dan warna sesuai dengan

Peraaturan Pemerinta nomor 42 tahun 2000. Keputusan Menteri Keuangan nomor

13/KMK.04/2000, yaitu ukuran kertas A3 atau kopur Rp 6000.

3. Menggunakan mesin tera bea materai (taxograph);

Pelunasan bea mateai dengan mesin tera bea materai dapat dilakuan dengan izin

tertulis dari Direktur Jenderal Pajak dan hasil pencetakan bea materai lunas dibayar

dilaporkan ke Direktur Jenderal Pajak (Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor

133B/KMK.04/2000), dengan ketentuan pelunasan dengan membubuhkan tanda

materai lunas dibayar.

4. Menggunakan alat cetak;


Pelunasan bea meterai dengan menggunakan alat cetak, dilaksanakan oleh
Perum PERURI dan/atau Perusahaan Sekuriti yang mendapat izin dari Badan
Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu (BASUPAL) yang ditunjuk oleh Bank
Indonesia, dengan ketentuan sebagai berikut:
b. Diperkenankan untuk dokumen yang berbentuk cek, bilyet giro dan efek
dengan nama atau bentuk apapun;
c. Harus dilakukan pembayaran di muka sejumlah dokumen yang harus
dilunasi bea meterai ke Kas Negara melalui Bank Persepsi;

d. Mengajukan izin ke Direktur Jenderal Pajak;


e. Perum PERURI harus lapor bulanan ke Direktur Jenderal Pajak paling
lambat tanggal 10 di bulan berikutnya;
f. Tanpa izin tertulis dari Direktur Jenderal Pajak dapat dikenakan sanksi
pidana selama-lamanya 7 tahun.
4. Menggunakan Sistem Komputerisasi
Pelunasan dengan sistem komputerisasi dilaksanakan hanya untuk dokumen yang
berbentuk surat:
a. Yang menyebutkan jumlah uang;
b. Yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam
rekening bank;
c. Yang berisi pengakuan bahwa utang yang seluruhnya atau sebagian
telah dilunasi.
Pelaksanaan penggunaan sistem komputerisasi dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Pelaksanaannya harus mengajukan izin tertulis kepada Direktur
Jenderal Pajak dengan mencantumkan jenis dokumen dan perkiraan
jumlah rata-rata dokumen yang akan dilunasi bea meterai setiap hari;
b. Penerbit dokumen dengan membubuhkan tanda bea meterai lunas
dengan sistem komputer, harus terlebih dahulu melakukan
pembayaran bea meterai di muka, minimal sebesar perkiraan jumlah
dokumen yang harus dilunasi bea meterai setiap bulannya ke
rekening Kas Negara, yang mana penyetorannya melalui bank
persepsi;
c. Pelunasan dengan menggunakan komputerisasi harus membuat
laporan bulanan tentang realisasi penggunaan (paling lambat tanggal
15 setiap bulannya);
d. Saldo bea meterai yang lebih dibayar pada saat mengajukan izin
masih mencukupi kebutuhan untuk pemeteraian 1 bulan;
e. Penggunaan pelunasan bea meterai dengan sistem komputerisasi
tanpa izin tertulis dari Direktur Jenderal Pajak dapat dikenakan sanksi
pidana sesuai dengan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
1985, dipidana maksimal 7 (tujuh) tahun;
f. Bea meterai kurang bayar yang disebabkan oleh kelebihan pemakaian
dari pembayaran di muka dikenakan sanksi denda administrasi
sebesar 200% dari bea meterai yang kurang dibayar ;
g. Apabila melewati masa berlakunya izin yang diberikan, maka
dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan izin;

h. Apabila laporan ke Direktorat Jenderal Pajak melewati batas waktu


dikenakan sanksi pencabutan izin.

Apabila dokumen tidak atau kurang dilunasi bea meterai sebagaimana mestinya
maka akan dikenakan denda administrasi sebesar 200% (dua ratus persen) dari bea
meterai yang tidak atau kurang dibayar. Pemeteraian kemudian atas dokumen tersebut
dilakukan oleh pejabat pos menurut tata cara yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Pemeteraian kemudian adalah suatu cara pelunasan bea meterai yang dilakukan
oleh Pejabat Pos atas permintaan pemegang dokumen yang bea meterainya belum
dilunasi sebagaimana mestinya. Pemeteraian kemudian dilakukan atas:

a. Dokumen yang semula tidak terutang bea meterai, namun akan digunakan

sebagai alat pembuktian di muka pengadilan;

b. Dokumen yang bea meterainya tidak atau kurang dilunasi sebagaimana

mestinya; dan

c. Dokumen yang dibuat di luar negeri yang akan digunakan di Indonesia.

G. Daluawarsa
Kewajiban pemenuhan bea meterai dan denda administrasi yang terutang
mempunyai daluwarsa setelah melampaui waktu 5 tahun sejak tanggal dokumen dibuat.
Hal ini berlaku untuk seluruh dokumen termasuk kuitansi.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dasar hukum pengenaan Bea Meterai adalah Undang-Undang Nomor 13 Tahun


1985. Objek pemungutan bea meterai adalah dokumen. Dokumen yang menjadi objek
pemungutan adalah dokumen yang ditulis di atas kertas. Pada dasarnya, bea meterai
terutang pada saat dokumen tersebut selesai dibuat atau pada saat dokumen tersebut
selesai digunakan. Pihak yang terutang bea meterai adalah pihak yang mendapat
manfaat dari dokumen, kecuali pihak atau pihak-pihak yang bersangkutan menentukan
lain. Pelunasan bea meterai terhadap dokumen yang terutang bea meterai dapat
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain menggunakan benda meterai/meterai
tempel, menggunakan kertas meterai/kertas segel, dan menggunakan mesin tera bea
meterai (taxograph).
Pemeteraian kemudian adalah suatu cara pelunasan bea meterai yang dilakukan
oleh Pejabat Pos atas permintaan pemegang dokumen yang bea meterainya belum
dilunasi sebagaimana mestinya. Pelanggaran dalam pelunasan bea meterai terjadi
sebagai akibat dari pelanggaran formal dan pelanggaran material. Sanksi terkait dengan
bea meterai ini mencakup sanksi administrasi dan sanksi pidana. Kewajiban pemenuhan
bea meterai dan denda administrasi yang terutang mempunyai daluwarsa setelah
melampaui waktu 5 tahun sejak tanggal dokumen dibuat, kecuali untuk kuitansi.
Daftar Pustaka

- Mardiasmo. (2009). Perpajakan Edisi Revisi Tahun 2009. Yogyakarta: Penerbit Andi.
- https://www.academia.edu/35466753/BEA_MATERAI
- https://www.pajakku.com/read/602a3c9c5bddc138006e3212/Bea-Materai-Edisi-2021:-
Pengertian-Fungsi-dan-Ketentuan

Anda mungkin juga menyukai