Anda di halaman 1dari 7

HAK REGRES

HAK REGRES DAN HAK TANPA REGRES DALAM KEGIATAN PEMBIAYAAN ANJAK
PIUTANG

Hak regres atau hak recourse dalam kamus Bank Indonesia adalah Hak Pemegang Surat
Wesel/cek/surat sanggup untuk menagih penarik/endosan/avalis guna mendapatkan pembayaran
jika pihak tertarik menolak melakukan pembayaran (recht van regres) dan Recourse juga
diartikan hak alih bayar.

Hak regres diatur di dalam Pasal 142 sampai dengan Pasal 153 KUHD. Hak regres
diberikan undang-undang kepada pemegang surat wesel. Yang dimaksud hak regres berhubung
karena tersangkut tidak mau mengakseptasi ketika ditawarkan akseptasi atau karena tersangkut
tidak membayar ketika pemegang meminta debitor yang wajib regres untuk membayar sendiri
surat wesel itu kepada pemegang.

Lembaga Anjak Piutang mengatur mengenai peralihan hak tagih untuk berada di pihak
Factor dan Clien wajib melepaskan hak tagihnya, sehingga pihak tertarik, yaitu konsumen wajib
membayar kepada Factor. Pilihan dengan hak regres atau tanpa hak regres ini perlu disepakati
sebelum membuat perjanjian Anjak Piutang.

Hubungan Hukum Antara Para Pihak Perjanjian Anjak Piutang


Hubungan Hukum Antara Factor dengan Clien
Perusahaan Anjak Piutang (Factor) dan Clien mereka merupakan para pihak
dalam perjanjian Anjak Piutang. Hak dan kewajiban mereka telah dituangkan dalam
perjanjian Anjak Piutang. Adapun hak dan kewajiban itu adalah sebagai berikut :
Kewajiban Clien
Menyerahkan semua faktur (invoice) yang merupakan objek perjanjian selama
jangka waktu perjanjian Anjak Piutang yang dilakukan secara kontinue,
penyerahan tersebut haruslah disertau dengan jaminan bahwa:
Seluruh data, penyertaan, laporan dan semua dokumen berkenaan dengan
hutang pelangan kepada Clien adalah benar dan lengkap.
Piutang tersebut harus timbul dari transaksi jual beli yang dilakukan dengan
benar dan sah, serta bebas dari segala tuntutan komisi/jelas yang timbul dari
siapapun juga (kecuali pemotongan khusus yang menjadi hak pelanggan sesuai
dengan perjanjian jual beli/transaksi).
Menyerahkan semua hak sebagai pemilik piutang yang sah, termasuk hak
untuk menagih piutang dengan segala cara hak Clien atas bunga atau
keuntungan lainnya, serta hak-hak lainnya yang timbul sebagai akibat adanya
transaksi antara Clien dan Costumer tanpa terkecuali.
Tidak akan melakukan perubahan terhadap perjanjaian jual beli antara Clien
dan Costumer, tidak akan menyerahkan atau mengalihkan piutang tersebut
kepad pihak ketiga selain kepada Factor.

Hak Clien
Menerima pembayaran di muka atas harga semua faktur (invoice) yang telah
diserahkan selama perjanjian Anjak Piutang berlangsung.
Menerima laporan hasil pemeriksaan pembukuan yang berhubungan dengan
piutang yang dialihkan

Kewajiban Factor
Membayar di muka semua faktur (invoice) yang telah diterima selama
perjanjian Anjak Piutang berlangsung.
Menyelenggarakan pemeriksaan pembukuan yang berhubungan dengan
piutang yang dialihkan.
Melakukan penagihan atas piutang yang dibeli kepada Pelanggan (Customer).
Melaporkan secara teratur posisi piutang dan hutang kepada Clien dan
Pelanggan (Customer)
Hak Perusahaan Anjak Piutang
Menerima semua faktur (invoice) secara berkala selama Perjanjian Anjak
Piutang berlangsung.
Mendapatkan jaminan bahwa piutang tersebut adalah benar dan sah.
Melakukan seleksi terhadap piutang yang dialihkan oleh Clien.
Menerima pembayaran atas piutang tersebut dari Pelanggan (Customer) pada
saat jatuh tempo yang dilakukan secara kontinyu selama Perjanjian Anjak
Piutang berlengsung tanpa adanya tuntutan dari siapapun.
Melakukan peneguran terhadap Pelanggan apabila tidak melakukan
pembayaran terhadap invocie yang telah jatuh tempo

Hubungan Hukum antara Clien dengan Costumer


Diantara Clien dan Costumer terjadi suatu perjanjian jual beli atas transaksi
dagang, sehingga terhadap Clien timbul piutang (yang merupakan haknya) yang
selanjutnya menjadi objek dalam perjanjian Anjak Piutang, sedangkan terhadap
Costumer timbul kewajiban untuk membayar harga atas transaksi jual beli yang
dilakukan. Hak dan kewajiban kedua belah pihak diatur dalam perjanjian jual beli
mereka masing-masing.

Hubungan Hukum antara Factor dengan Costumer


Diantara Factor dengan Costumer meskipun tidak terikat dalam suatu perjanjian,
artinya Costumer merupakan pihak dalam perjanjian Anjak Piutang, namun dengan
dialihkannya semua hak Clien atas piutang-piutang yang timbul dari transaksi antara
Clien dengan Costumer kepada Factor, maka Factor berhak mengantikan kedudukan
Clien sebagai kreditur. Dalam hal ini dapat kita kaitkan dengan Pasal 1400 KUHPerdata
yang mengatur mengenai subrogasi, yaitu subrogasi atau pengantian hak-hak si
berpiutang itu, terjadi baik dengan kedudukan Clien telah diganti oleh Factor. Namun
agar supaya pengalihan atas piutang tersebut sah, harus dilakukan berdasarkan Pasal
613 KUHPerdata artinya pengalihan atas piutang tersebut harus diberitahukan kepada
Costumer atau secara tertulis disetujui dan diakui.

CONTOH PENGGUNAAN HAK REGRES

Surat cek sebagai salah satu surat berharga adalah merupakan alat pembayaran tunai
secara giral sebagai pengganti uang kartal. Pengguna cek sebagai alat pembayaran transkasi telah
dikenal sejak zaman sebelum perang dunia ke II. Saat itu Indonesia sebagai negara tujuan
perdagangan utama memandang cek sebagai sebuah alat pembayaran yang paling mudah
digunakan.

Kemudahan dalam pembayaran dengan cek sering kali memunculkan penyimpangan


penyimpangan dalam penggunaaannya, contohnya cek kosong. Cek Kosong yaitu dimana tidak
tersedianya dana ketika cek dicairkan atau diperlihatkan.

Berikut adalah contoh kasus yang saya kutip dari Sriwijaya Post – Rabu, 22 Juli 2009 :

Kasus :

Dalam kasus cek kosong yang terjadi di Palembang antara PT Pulau Hijau Asri (PHA) yang
melaporkan Siti Faridah karena telah menerbitkan cek kosong bernilai Rp 2 miliar dan Rp 1,2
miliar. Penipuan cek kosong tersebut bermula dari perjanjian pokok yaitu kontrak jual beli crude
palm oil (CPO) antara PT Pulau Hijau Asri dengan Siti Faridah, dimana perjanjian kontrak
tersebut bernilai Rp3,2 milyar.

Penyelesaian :

Penyelesaian masalah yang timbul dalam praktek penggunaan Cek kosong sebagai alat
pembayaran di Indonesia adalah bahwa cek tersebut dapat ditagihkan kemudian hari sebelum
habis masa pengunjukannya yaitu 70 hari. Tetapi apabila masa pengunjukkan selama 70 hari cek
telah lewat dan cek masih ditolak karena belum tersedianya dana, maka masih dapat dimintakan
dana sampai waktu selama 6 bulan terhitung mulai hari penerbitan semula. Setelah waktu 6
bulan telah lewat (daluwarsa), pemegang cek masih dapat melakukan Hak Regres.

Hak regres adalah hak yang diberikan oleh undang- undang kepada pemegang surat berharga
dalam hal terjadi non akseptasi atau non pembayaran. Hak regres atau hak recourse dalam kamus
Bank Indonesia adalah Hak Pemegang Surat Wesel/cek/surat sanggup untuk menagih
penarik/endosan/avalis guna mendapatkan pembayaran jika pihak tertarik menolak melakukan
pembayaran (recht van regres) dan Recourse juga diartikan hak alih bayar. Hak regres diatur di
dalam Pasal 142 sampai dengan Pasal 153 KUHD.

Adapun melakukan hak regres dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:

Dengan melakukan protes, yang dapat dilakukan dengan 2 macam cara yaitu dengan akte
otentik dan dengan protes sederhana.

Dengan akte otentik yaitu tindakan yang dilakaukan pemegang dalam hal terjadi penolakan
pembayaran atau non akseptasi yang dibuat dihadapan notaries atau juru sita yang diikiuti oleh 2
orang saksi. Akta tersebut adalah akta tentang penolakan pembayaran atau non akseptsasi (pasal
143 (b) dan (c)).

Dengan protes sederhana, tidak memakai formalitas tertentu artinya tidak harus dibuat dalam
akta tersendiri. Protes ini dilakukan dalam hal tidak ada klausuka yang melarang protes
sederhana, pemegang tidak ingin melakukan protes otentik, pihak yang diprotes bersedia
memberikan bantuannya yaitu dengan cara menuliskan pernyataan pada surat beharga bahwa
akseptasi dan pembayaran ditolak.

Dengan melakukan notifikasi yaitu pemberitahuan dari pemegang kepada penerbit dan
kepada endosan sebelumnya tentang adanya penolongan akseptasi dan pembayaran
dalam waktu 4 hari kerja sesudah protes. Endosan yang menerima pemberitahuan harus
memberitahukan endosan lainnya dalam tenggang waktu 2 hari kerja sejak saat ia
menerima pemberitahuan. Namun notifikasi ini tidak merupakan unsur yang mutlak
dalam melakukan hak regres dan Undang-Undang tidak menegaskan bagaimana cara
melakukan notifikasi sehingga ditafsirkan bebas, baik dilakukan secara lisan atau tertulis.

Dalam praktek didunia perbankan apa yang disebut dengan hak regres didalam
pelaksanaanya ternyata dihindari oleh pihak-pihak yang terkait dalam peredaran surat wesel. Hal
ini disebabkan oleh karena:

Dari pihak penerbit (Nasabah), pihak perbankan (tertarik), pihak pemegang (pembeli)
tidak mengetahui apa hak regres.
Prosedur yang diprasyaratkan dalam melaksanakan hak regred tidak / kurang memenuhi
keinginan / harapan mereka.
Adanya kesepakatan (walaupun tidak dilakukan secara langsung / nayata) bahwa pihak-
pihak yang bersangkutan secara bersama-sama menghindari hak regres.
Bahwa pelaksanaan hak regres dapat mengurangi cacat nama terhadap pihak-pihak
tertentu.

Namun pada dasarnya, setelah hak regres ini ditempuh, tetapi masih belum dilakukan
pembayaran, maka pemegang surat beharga dapat kembali kepada perjanjian pokok. Dimana
jika kita kaitkan dengan kasus yaitu perjanjian kontrak jual beli crude palm oil (CPO) antara Siti
dan PT PHA yang senilai Rp 3,2 miliar. Di dalam perjanjian kontrak jual beli tersebut, Siti
Faridah yang merupakan warga negara Malaysia berkewajiban membayar Rp 3,2 milyar
terhadap pembelian crude palm oil (CPO) terhadap PT Pulau Hijau Asri (PHA).

Adapun di dalam perjanjian kontrak jual beli untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan 4 syarat
sesuai dengan ketentuan psl 1320 KUHPerdata yaitu:

sepakat mereka yg mengikatkan dirinya;


kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
suatu hal tertentu;
suatu sebab yg halal.

Bila sepakat sudah tercapai, maka perjanjian jual beli tersebut telah sah dan mengikat serta
berlaku sebagai Undang- Undang bagi mereka yaitu bagi Siti Faridah dan PT PMA. Kata
sepakat ini juga menciptakan hak dan kewajiban bagi penjual dan pembeli. Penjual dalam hal ini
PT PMA berkewajiban untuk menyerahkan hak milik atas benda yang dijual belikan yaitu crude
palm oil (CPO), menjamin kenikmatan tenteram atas benda tersebut dan menanggung cacat
benda yang tersembunyi. Pembeli berhak untuk menerima barang atau benda yang
diperjualbelikan dari Penjual dan berkewajiban untuk membayar harga sesuai dengan yang telah
diperjanjikan. Jadi jika penjual sudah melaksanakan kewajibannya aka penjual juga berhak
menerima harga barang berupa sejumlah uang pada waktu dan tempat sebagaimana ditetapkan
dalam perjanjian.

Namun dalam kasus “Utang Rp 3,2 Miliar Dibayar Cek Kosong” ini PT PMA tidak
mendapatkan hak nya yaitu uang pembayaran senilai Rp 3,2 milyar sesuai dengan perjanjian
jual beli yang telah mereka sepakati. Sehingga yg dapat dilakukan oleh PT PMA adalah
menggugat pihak tersebut dengan dasar wanprestasi yaitu secara lengkap adalah tidak
memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam perjanjian,atau melanggar perjanjian, yaitu
melakukan atau berbuat sesuatu yang tidak boleh dilakukan.
Dalam hal ini dengan dasarnya bahwa belum dipenuhinya prestasi dari pihak pembeli yaitu
Siti Faridah untuk melakukan pembayaran kepada pihak penjual (PT PMA). Gugatan atau
sanksi bagi pelaku wanprestasi dapat berupa menuntut ganti rugi(psl 1243 KUHPerdata) yg
terdiri dari 3 unsur yaitu :

Biaya, yaitu semua pengeluaran/ongkos yang secara nyata telah dikeluarkan oleh PT
PMA;
Ganti rugi, yakni kerugian karena kerusakan barang milik kreditur yg diakibatkan
kelalaian debitur;
Bunga, kerugian yg berupa kehilangan keuntungan yg telah direncanakan oleh PT PMA.
Hal ini dapat juga dimintakan pembatalan perjanjian melalui pengadilan (psl 1266
KUHPerdata),atau membayar biaya perkara bila diperkarakan di pengadilan.

Selain menggugat di bidang perdata, PT PMA dapat juga menggugat Siti Faridah di
dalam bidang pidana yaitu terkait masalah penipuan. Penipuan adalah sebuah kebohongan
yang dibuat untuk keuntungan pribadi tetapi merugikan orang lain. Pasal 378 KUHP
merumuskan sebagai berikut:

“Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
dengan melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu
muslihat ataupun dengan rangkaian kebohongan menggerakkan orang lain untuk
menyerahkan sesuatu benda kepadanya, atau supaya member hutang maupun
menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama 4
tahun.”

Akibat dari Cek kosong adalah bank wajib memberikan surat peringatan 1,2 kemudian
surat pemberitahuan penutupan rekening nasabah jika menarik cek kosong 3 lembar/lebih
dalam jangka waktu 6 bulan, menarik cek kosong 1 lembar dengan nominal Rp1 Milyar atau
lebih, dan namanya tercantum dalam daftar hitam yang masih berlaku. Ketentuan mengenai
Tata Usaha penarikan Cek/ Bilyet giro kosong diatur dalam:

SEBI No. 2 / 10. DASP Perihal Tata Usaha penarikan Cek/ Bilyet giro kosong

SEBI No. 4/ 17/ DASP Perihal Perubahan Surat Edaran No. 2 / 10. DASP Perihal Tata Usaha
penarikan Cek/ Bilyet giro kosong

SEBI No. 8/ 17/ DASP Perihal Perubahan Kedua Surat Edaran No. 2 / 10. DASP Perihal Tata
Usaha penarikan Cek/ Bilyet giro kosong
SEBI No. 8/ 33/ DASP Perihal Perubahan Ketiga Surat Edaran No. 2 / 10. DASP Perihal Tata
Usaha penarikan Cek/ Bilyet giro kosong

Daftar Pustaka

https://fauzieandpartners.wordpress.com/2009/12/11/hak-regres-dan-hak-tanpa-regres-dalam-
kegiatan-pembiayaan-anjak-piutang/ (Diakses pada tanggal 3 Mei 2017)

http://indrinovy.blogspot.co.id/2012/06/penggunaan-cek-kosong-sebagai-alat.html (Diakses pada


tanggal 3 Mei 2017)

Anda mungkin juga menyukai