Anda di halaman 1dari 28

AKUNTANSI DASAR II

UTANG LANCAR & PENGGAJIAN

DOSEN PENGAMPU :

I MADE ADITYA PRAMARTHA, SE.,M.Si.,Ak

OLEH

KELOMPOK 3:

Ni Kadek Winda Mas Ayu (202233121013)


Ni Made Dea Yasinta Putri (202233121250)
Kadek Supadi (202233121177)

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Warmadewa
2022/2023
ABSTRAK

Utang lancar adalah kewajiban finansial yang wajib dibayarkan perusahaan dalam jangka
waktu satu tahun atau siklus operasi normal perusahaan yang meliputi utang dagang, utang wesel,
utang pajak penjualan, dan pendapatan diterima di muka. Namun, utang lancar yang tinggi dapat
berdampak negatif pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban gaji dan kompensasi
kepada karyawan.

Penggajian adalah suatu alat yang dapat memotivasi karyawan untuk dapat melaksanakan
tugas-tugasnya dengan baik dalam suatu perusahaan dimana melibatkan pembayaran upah dan
kompensasi kepada karyawan. Namun, penggajian yang tidak sesuai dengan kemampuan
keuangan perusahaan dapat meningkatkan risiko utang lancar yang tidak dapat dibayar tepat
waktu. Oleh karena itu, manajemen yang efektif terkait utang lancar dan penggajian sangat penting
dalam memastikan stabilitas keuangan perusahaan.

Paper ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang lebih baik tentang utang lancar
dan pengaruhnya terhadap penggajian, agar mengelola utang lancar secara efektif guna menjaga
kestabilan keuangan dan kelancaran penggajian karyawan.

Kata Kunci: Utang lancar, Penggajian

17 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................... 3

2.1 Definisi Utang Lancar ............................................................................................................ 3


2.2 Jenis – Jenis Utang Lancar ..................................................................................................... 3
2.3 Pengertian Utang Wesel Berbunga dan Tidak Berbunga ....................................................... 7
2.4 Definisi Gaji dan PPH......................................................................................................... 10
2.5 Contoh Soal dan Penyelesaian ............................................................................................. 20
BAB III PENUTUP .................................................................................................................... 24

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 24


DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan suatu perusahaan dibebankan pada bagaimana cara perusahaan tersebut


mencapai tujuan utamanya, yaitu tercapainya laba perusahaan. Besar kecilnya laba yang diperoleh
perusahaan merupakan ukuran keberhasilan perusahaan dalam mengelola operasional
perusahaannya. Salah satu keputusan yang dapat diambil oleh perusahaan dalam mencapai
tujuannya untuk memaksimalkan laba adalah keputusan pendanaan. Keputusan pendanaan
merupakan suatu tindakan dimana perusahaan memanfaatkan utang sebagai sumber dana untuk
mencapai laba perusahaan yang optimal.
Dalam hal ini utang merupakan salah satu sumber dana yang terpenting dalam setiap jenis
usaha. Berdasarkan periode jangka waktu pelunasannya utang dibagi menjadi dua yakni utang
jangka pendek dan utang jangka panjang. Umumnya perusahaan menggunakan utang jangka
pendek atau utang lancar karena mempercepat perputaran keuangan, sehingga saat pembayaran
tiba, produk sudah terjual. Utang lancar merupakan sebuah keharusan yang dibayarkan kepada
perusahaan agar dapat terus mengembangkan usahanya dan membantu menjalankan perusahaan.
Utang lancar meliputi utang lancar, utang dagang, pendapatan diterima di muka dan beban-beban
yang lain seperti utang gaji, utang pajak dan utang bunga.
Selain utang, perusahaan juga membutuhkan faktor tenaga kerja manusia yang sering
disebut karyawan. Karyawan merupakan seseorang yang dipekerjakan oleh perusahaan yang
melakukan pekerjaan sesuai dengan perjanjian kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis.
Peran karyawan dalam menjalankan tugasnya sangat mendukung suatu pencapaian tujuan
perusahaan. Untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut dibutuhkan adanya balas jasa atau
pembayaran gaji yang sesuai kepada karyawan yang menjadi salah satu pemicu kinerja karyawan
dengan meliputi dokumen yang ada seperti kartu jam hadir. Pemberian gaji kegiatan rutin bagi
perusahaan sehingga pengeluaran perusahaan yang relatif besar, karena itu diperlukan sistem
penggajian yang baik agar dalam pelaksanaan dari perhitungan hingga pembayaran dapat berjalan
dengan efektif dan efisien. Jadi terkait dalam keuangan perusahaan utang lancer dan penggajian
adalah dua aspek penting yang saling berhubungan.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka didapat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa definisi dari utang lancar?


2. Apa saja jenis-jenis utang lancar?
3. Apa perbedaan utang wesel berbunga dan tidak berbunga?
4. Apa definisi Gaji dan PPh?
5. Contoh Soal dan Penyelesaian !

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari Makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui definisi utang lancar & penggajian


2. Untuk mengetahui jenis-jenis utang lancar & penggajian
3. Untuk mengetahui perbedaan utang wesel berbunga dan tidsk berbunga
4. Untuk mengetahui definisi Gaji dan PPh
5. Untuk mengetahui cara perhitungann dalam penyelesaian

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Utang Lancar

Menurut PSAK Utang Lancar adalah kewajiban yang diharapkan akan dibayar
dengan menggunakan aktiva lancar atau dengan menimbulkan kewajiban jangka
pendek lainnya. Niswonger, dkk. (2000: 441) menyatakan bahwa “kewajiban lancar
adalah kewajiban yang harus dibayar dengan aktiva lancar dan jatuh tempo dalam
jangka pendek, biasanya satu tahun”.
Dalam PSAK 1 ( IAI, 2018), utang atau liabilitas merupakan kewajiban kini
entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya diharapkan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat
ekonomik. Menurut PSAK 1 (IAI, 2018) liabilitas terdiri dari liabilitas jangka pendek
dan liabilitas jangka panjang. Liabilitas jangka pendek merupakan liabilitas keuangan
yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan,
sedangkan liabilitas jangka panjang merupakan liabilitas keuangan yang tidak jatuh
tempo untuk diselesaikan dalam waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan
Dalam pengertian sederhana, utang adalah sebuah keharuskan yang dibayar
perusahaan dari transaksi pada waktu yang lalu dan harus dibayar dengan kas, barang,
jasa di waktu yang akan datang.Sebagai contoh adalah kewajiban yang timbul dari
pembelian secara kredit, pinjaman uang dari bank,dan kewajiban untuk membayar gaji
atau upah kepada karyawan.
2.2 Jenis – Jenis Utang Lancar

Kieso et al (2012) menyatakan bahwa terdapat lima jenis kewajiban lancar antara
lain yaitu sebagai berikut:

1. Utang usaha atau utang dagang


Utang usaha atau utang dagang merupakan saldo yang terutang kepada pihak lain
atas barang, perlengkapan, atau jasa yang dibeli secara kredit seperti Pembelian
secara kredit barang dagangan, bahan baku, perlengkapan kantor, dan sebagainya.
Utang dagang biasanya diakui pada waktu terjadi penyerahan barang atau jasa dari
penjual ke pembeli. Oleh karena itu jika pada akhir periode barang masih dalam
perjalanan, kewajiban harus diakui jika syarat pengiriman menunjukkan bahwa hak
kepemilikan sudah berpindah, misalnya jika digunakan FOB shipping point.
Contoh :

3
Pada tanggal 25 Januari PT. Airlangga membeli barang dagangan secara kredit
seharga Rp 10.000,- dengan termin 2/10 n/30 Penyelesaian :
Jurnal
Persediaan Rp 10.000,-
Utang Dagang Rp 10.000,-
Jika potongan tunai tersebut diambil maka pencatatannya adalah :
Utang Dagang Rp 10.000
Kas Rp 9.800
Potongan Pembelian Rp 200
2. Utang wesel
Utang Wesel adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang yang akan
datang kepada pihak lain. Timbulnya utang wesel bisa pada waktu pembelian barang
atau jasa setelah pembelian barang terjadi. Utang wesel ada yang dijamin, ada juga
yang tanpa jaminan. Selain itu wesel bisa disertai adanya bunga namun bisa juga
tanpa bunga. Dalam praktek, wesel yang timbul karena perdagangan barang, ditarik
melalui perjanjian antara bank dan penarik wesel. Pembeli harus disetujui lebih
dahulu oleh Bank.
Contoh:
Pada tanggal 15 Januari 2010 PT Suci membeli sebuah barang dari PT Amalia dengan
harga Rp 50.000,- secara kredit. Pada tanggal 30 januari 2010 PT Suci menyerahkan
sebuah wesel, nominal Rp 50.000,- bunga 10% dg jangka waktu 2 bulan, untuk
membayar utangnya.

Penyelesaian:
Pada Tanggal 15 januari 2010

Pembelian (Persediaan) Rp 50.000


Utang Dagang Rp 50.000
(mencatat pembelian secara kredit)

Tanggal 30 Januari 2010


Utang Dagang Rp 50.000
Utang Wesel Rp 50.00

4
3. Utang dividen
Utang dividen adalah utang perusahaan kepada para pemegang saham
sebagai hasil dari otorisasi dewan direksi. Karena dividen tunai selalu dibayar dalam
satu tahun setelah pengumuman (biasanya tiga bulan) maka hal ini diklasifikasikan
sebagai utang lancar. Utang Deviden timbul pada saat dewan direksi perusahaan yg
berbentuk perseroan mengumumkan adanya pembagian deviden dan terutang sampai
dengan dibayarnya deviden. Dengan adanya pengumuman pembagian deviden
tersebut menjadikan keberadaan utang deviden menjadi pasti.
Contoh:
Pada tanggal 3 Maret 2010 PT ABC mengumumkan akan membagikan deviden
sebesar Rp 1.000.000 yang akan dibayarkan pada tanggal 3 April 2010.
Penyelesaian :
Jurnal tanggal 3 Maret 2010

Laba yg ditahan Rp 1.000.000


Utang deviden Rp 1.000.000
(utk mencatat adanya utang deviden)
4. Utang gaji dan utang biaya
Utang Gaji dan utang biaya, seperti biaya bunga, biaya iklan, biaya telepon,
listrik, dsb, timbul karena adanya konsep accrual basis yang akan digunakan dalam
akuntansi, yg antara lain menyatakan bahwa biaya yang dinikmati manfaatnya
meskipun belum dibayar harus diakui. Oleh karena itu jika pada akhir periode
terdapat gaji atau biaya yang sudah menjadi kewajiban meskipun belum dibayar
harus diakui adanya utang.
Contoh:
Pada tanggal 31 Desember 2010 data yang ada pada PT Suci menunjukkan adanya
upah buruh yang belum dibayar selama 4 hari. Analisa berikutnya menunjukkan
bahwa upah buruh per hari sebesar Rp 15.000 Penyelesaian: Jurnal
Biaya Gaji dan Upah Rp 60.000

Utang gaji dan upah Rp 60.000


5. Utang pajak
Utang pajak adalah tagihan pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak atau
yang biasanya disebut dengan tunggakan pajak.Pajak terdiri dari dua macam yaitu
pajak penghasilan dan pajak penjualan. Utang pajak terjadi karena adanya peraturan
di mana pihak pemerintah dapat memaksa pembayaran utang pada setiap Wajib Pajak

5
yang merupakan dasar kewajiban pemberlakuan penagihan pajak oleh jurusita.
Sebagai contoh pajak atas barang atau jasa yang kita beli, seperti menginap di pajak
ini disebut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau pajak penjualan. Tarif pajak
ditetapkan atas dasar persentase tertentu dari harga jual. Pihak penjual (atau
Pabrikan) memungut pajak tersebut dari pembeli pada saat penjualan terjadi, dan
secara periodik (biasanya secara bulanan) menyetorkannya ke Kas Negara. Dengan
demikian, pajak yang dipungut dari pembeli untuk disetorkan ke Kas Negara ditinjau
dari pihak penjual merupakan utang kepada Negara yang disebut utang pajak PPN.
Contoh:
misalkan pada tanggal 25 Maret 2012, PT Kelud menjual barang seharga
Rp10.000.000,00. Atas penjualan barang tersebut, PT Kelud memungut pajak
pertambahan nilai (PPN) sebesar 10%, sehingga jumlah kas yang diterima dari
pembeli menjadi Rp11.000.000,00.
Penyelesaian:
Jurnal yang dibuat oleh PT Kelud atas transaksi penjualan di atas adalah sebagai
berikut:
Kas …………………Rp.11.000.000,00
Penjualan………………………………..Rp.10.000.000,00
Utang PPn ………………………………Rp.1.000.000,00
(Untuk mencatat penjualan dan utang PPn)
6. Pendapatan diterima di dimuka
Pendapatan diterima dimuka adalah pendapatan yang diterima sebelum barang
dikirimkan atau sebelum jasa dilakukan, contohnya perusahaan penerbangan sering
menjual tiket untuk penerbangan bulan berikutnya.
Pencatatan atas penerimaan pendapatan di muka dan penyelesaiannya adalah sebagai
berikut:
1. Apabila perusahaan menerima pembayaran di muka dari pembeli, maka akun
Kas didebet dan akun utang yang disebut Pendapatan Diterima di Muka
dikredit
2. Apabila barang telah dikirimkan atau jasa telah diberikan, maka akun
Pendapatan Diterima di Muka didebet, dan akun pendapatan dikredit
Contoh: misalkan pada tanggal 1 Desember 2012, CV Serayu menerima pesanan 400
buah kursi kuliah dari PT Merbabu dengan harga Rp100.000,00 per buah Pada
tanggal tersebut PT Merbabu membayar uang muka sebesar Rp25.000.000,00.

6
Penyelesaian:

Jurnal yang dibuat oleh CV Serayu untuk mencatat penerimaan kas di atas adalah:
Kas……………………………………... Rp 25.000.000,00

Pendapatan Diterima Muka…………………………….Rp.25.000.000,00


(Untuk mencatat penerimaan uang muka atas pesanan 400 buah kursi)

Pada tanggal 31 Desember, CV Serayu mengirimkan 100 buah kursi sebagai


penyerahan tahap pertama. Jurnal yang harus dibuat untuk mencatat pendapatan dari
100 buah kursi yang sudah diserahkan adalah:

Pendapatan diterima dimuka………Rp.10.000.000,00

Penjualan………………………………Rp.10.000.000,00

(Untuk mencatat pendapatan atas penyerahan 100 buah kursi)

Selain jurnal di atas, CV serayu juga membuat jurnal untuk mencatat harga pokok
penjualan dan pengurangan persediaan misalkan harga pokok per kursi Rp.60.000,00

Harga pokok penjualam……………………Rp.6.000.000,00

Persediaan………………………………………….Rp.6.000.000,00

(Untuk mencatat harga pokok penjualan 100 buah kursi)

2.3 Pengertian Utang Wesel Berbunga dan Tidak Berbunga

1. Pengertian Utang Wesel Berbunga

Interest bearing note atau utang wesel berbunga adalah utang wesel jangka
panjang yang dilampiri kupon tertentu. Jadi pihak penerima pinjaman nantinya harus
mengembalikan dana sesuai dengan tingkat kupon tersebut hingga pada masa jatuh
tempo. Sedangkan bunga pinjaman tercermin dalam bentuk persentase dan
dibayarkan berdasarkan pada nilai nominal wesel. Bunga pinjaman dapat dibayarkan
setiap bulan, per kuartal, per semester, atau sebagaimana ditentukan dalam notes
payable.

7
➢ Karakteristik Utang Wesel Berbunga
Utang wesel berbunga (interest bearing note) memiliki beberapa karakteristik, di
antaranya sebagai berikut:
1. Diterbitkan sesuai dengan nilai nominal yang tertera pada wesel
2. Berisi kewajiban penerima dana untuk mengembalikan dana sesuai dengan
tingkat kupon tertentu yang telah disepakati hingga pada saat jatuh tempo
pembayaran
3. Beban bunga diakui dan dicatat secara periodik dengan cara mengalikan nilai
nominal dengan tingkat kupon pembayaran
4. Utang wesel berbunga menyebabkan adanya aliran kas keluar secara rutin
sesuai dengan periode tertentu dan hal ini berdampak pada rendahnya risiko
piutang tak tertagih bagi investor atau pemberi pinjaman
5. Bagi perusahaan yang menerbitkan utang wesel berbunga, jenis ini dipilih
apabila mereka mampu membayar angsuran secara rutin selama periode
tertentu.
Contoh Utang Wesel Berbunga
Pada tanggal 5 Januari 2021, PT. ABCD meminjam dana sebesar Rp500 juta pada
Bank XYZ dengan tingkat kupon 9% per tahun dan pembayaran akan dicicil selama
5 tahun setiap akhir tahun. Berdasarkan aktivitas tersebut, tiap tanggal 31 Desember
2021 selama 5 tahun, jumlah utang wesel yang harus dibayar oleh PT. ABCD adalah
sebesar: Rp500.000.000 x 9% = 45.000.000. Dalam laporan akuntansi, jumlah
tersebut dicatat sebagai beban bunga. Sedangkan pada tanggal 31 Desember 2025
saat utang jatuh tempo, maka jumlah yang harus dibayarkan terdiri dari beban bunga
sebesar Rp 45 juta dan pokok pinjaman senilai Rp 500 juta.

2. Pengertian Utang Wesel Tidak Berbunga


Zero interest bearing note atau utang wesel tidak berbunga adalah jenis
utang wesel jangka panjang yang tidak dilampiri kupon pembayaran tertentu,
sehingga pihak penerima pinjaman tidak harus mengembalikan dana secara
periodik dalam jumlah tertentu. Utang wesel tidak berbunga ini juga dikenal
sebagai zero coupon bonds.
Karena pembayarannya tidak dilakukan secara periodik, maka utang wesel
tidak berbunga biasanya diterbitkan dengan harga nominal yang telah dikenakan
diskon serta jangka waktu pembayaran yang sifatnya fixed atau tetap. Saat jatuh
tempo pembayaran tiba, maka penerima pinjaman harus mengembalikan dana
atau pokok pinjaman sesuai dengan harga diskon yang sudah disepakati.

8
Cara Menghitung Utang Wesel Tidak Berbunga
Harga diskon ini biasanya dihitung dengan rumus berikut:

Dalam rumus tersebut, i merupakan tingkat suku bunga dan n merupakan jangka
waktu pembayaran.
➢ Karakteristik Utang Wesel Tidak Berbunga

Utang wesel tidak berbunga (zero interest bearing note) memiliki beberapa
karakteristik sebagai berikut
1. Diterbitkan pada harga nominal yang telah didiskon pada tingkat suku
bunga tertentu
2. Berisi kewajiban penerima dana untuk membayar kembali sesuai dengan
harga nominal yang telah didiskon pada saat jatuh tempo pembayaran

3. Perbedaan antara face value dan harga yang diterbitkan nantinya akan
dicatat sebagai diskon pada saat pelunasan dan diamortisasi
4. Tidak ada pembayaran secara periodik pada jumlah tertentu sehingga
berdampak pada tingginya risiko di sisi investor
5. Bagi perusahaan penerbit, utang wesel tidak berbunga ini dapat menjadi
alternatif untuk mengurangi beban bunga dalam satu periode akuntansi

Contoh Utang Wesel Tidak Berbunga


PT. ABCD menandatangani utang wesel tidak berbunga (zero interest bearing
note) dengan Bank XYZ atas pinjaman dana sebesar Rp100 juta selama 10
tahun. Jika effective yield rate adalah sebesar 12%, maka berikut ini merupakan
nilai utang wesel yang harus dibayarkan saat jatuh tempo:

9
❖ Perbedaan Wesel Berbunga dan Tidak Berbunga

2.4 Definisi Gaji dan PPH

1. Definisi Gaji dan Upah

Gaji dan upah merupakan bagian dari kompensasi-kompensasi yang paling


besar yang diberikan perusahaan sebagai balas jasa kepada karyawannya. Dan bagi
karyawan ini merupakan nilai hak dari prestasi mereka, juga sebagai motivator dalam
bekerja. Sedangkan bagi perusahaan jasa, gaji dan upah merupakan komponen biaya
yang mempunyai dampak besar dalam mempengaruhi laba, sehingga harus terus
menerus diawasi pengelolaannya. Menurut Warren, Reeve dan Fess "Dalam
akuntansi, istilah gaji diartikan sebagai jumlah tertentu yang dibayarkan kepada
karyawan untuk jasa yang diberikan selama periode tertentu." Menurut Horngren,
Harrison dan Bamber "Gaji merupakan pendapatan yang jumlahnya dihitung per
tahun, per bulan, atau per minggu, sedangkan upah merupakan pendapatan yang
dihitung berdasarkan tarif per jam.
Sistem penggajian dan pengupahan dalam suatu perusahaan sangat
dibutuhkan, karena dengan adanya sistem penggajian dan pengupahan ini dapat
mengorganisir proses penerimaan atau pemberian gaji dan upah pada setiap orang
yang bekerja di dalam suatu perusahaan, sehingga dapat memberikan efisiensi dan
efektivitas dalam proses penggajian dan pengupahan tersebut.
Sistem akuntansi penggajian menurut (Mulyadi, 2016:373) merupakan
sebuah fungsi, dokumen, catatan, dan sistem pengendalian intern yang digunakan
untuk kepentingan harga pokok produk dan penyediaan informasi guna pengawasan
biaya tenaga kerja. Sistem akuntansi penggajian dan pengupahan ini dirancang untuk
menangani transaksi perhitungan gaji dan upah karyawan dan pembayarannya.

10
Sistem ini terdiri dari jaringan prosedur yaitu: Prosedur pencatatan waktu hadir,
Prosedur pembuatan daftar gaji, Prosedur distribusi biaya gaji, Prosedur pembuatan
bukti kas keluar, dan prosedur pembayaran gaji.
Jadi sistem akuntansi penggajian dan pengupahan merupakan rangkaian
prosedur perhitungan dan pembayaran gaji dan upah secara menyeluruh bagi
karyawan secara efisien dan efektif, sehingga tujuan perusahaan untuk mencari laba
tercapai dengan produktifitas kerja karyawan yang tinggi.

A. Fungsi yang Terkait dengan Sistem Penggajian dan Pengupahan.

Dalam menggunakan sistem akuntansi penggajian terdapat fungsi-fungsi yang


terkait dalam pencatatan dan pemberian gaji karyawan. Fungsi-fungsi ini saling
berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu sehingga membentuk suatu sistem
akuntansi penggajian dan pengupahan yang baik. Menurut Mulyadi (2003: 382)
fungsi-fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi penggajian adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Kepegawaian: Fungsi ini bertanggungjawab untuk mencari karyawan
baru, menyeleksi calon karyawan, memutuskan penempatan posisi karyawan,
membuat surat keputusan tarif gaji dan upah karyawan, kenaikan pangkat dan
golongan gaji, mutasi karyawan, dan pemberhentian karyawan.
2. Fungsi Pencatat Waktu: Fungsi ini bertanggungjawab untuk menyelenggarakan
catatan waktu hadir bagi semua karyawan perusahaan. Sistem pengendalian
internal yang baik mensyaratkan fungsi pencatatan waktu hadir karyawan tidak
boleh dilaksanakan oleh fungsi operasi atau oleh fungsi pembuat daftar gaji dan
upah atau bisa disebut dengan fungsi ganda.
3. Fungsi Pembuat Daftar Gaji dan Upah: Fungsi ini bertanggungjawab untuk
membuat daftar gaji dan upah yang berisi penghasilan bruto yang menjadi hak dan
berbagai potongan yang menjadi beban setiap karyawan selama jangka waktu
pembayaran gaji dan upah. Daftar gaji dan upah diserahkan oleh fungsi pembuat
daftar gaji dan upah kepada fungsi akuntansi untuk pembuatan bukti kas keluar
yang nantinya dipakai sebagai dasar untuk pembayaran gaji dan upah kepada
karyawan.
4. Fungsi Akuntansi. Dalam sistem akuntansi penggajian dan pengupahan: fungsi
atau bagian akuntansi ini bertanggungjawab penuh untuk mencatat kewajiban
yang timbul dalam hubungannya dengan pembayaran gaji dan upah karyawan
(misalnya utang gaji dan upah karyawan, utang pajak, dan ataupun utang dana
pensiun). Fungsi akuntansi yang menangani sistem akuntansi penggajian dan
pengupahan meliputi yaitu:

11
a) Bagian Utang: Bagian ini berfungsi untuk memegang pencatatan utang yang
dalam sistem akuntansi penggajian dan pengupahan bertanggung jawab untuk
memproses pembayaran gaji dan upah. Bagian ini menerbitkan bukti kas keluar
yang memberi otorisasi kepada fungsi pembayar gaji dan upah untuk
membayarkan gaji dan upah kepada karyawan.
b) Bagian Kartu Biaya: Bagian ini memegang fungsi akuntansi biaya yang dalam
sistem akuntansi penggajian dan pengupahan bertanggung jawab untuk
mencatat distribusi biaya ke dalam kartu harga pokok produk dan kartu biaya
berdasarkan rekap daftar gaji dan upah dan kartu jam kerja (untuk tenaga kerja
langsung pabrik).
c) Bagian Jurnal : Bagian ini memegang fungsi pencatat jurnal yang bertanggung
jawab untuk mencatat biaya gaji dan upah dalam jurnal umum.
5. Fungsi Keuangan. Fungsi ini bertanggungjawab untuk mengisi cek guna
pembayaran gaji dan upah dan menguangkan cek tersebut ke bank. Utang tunai
tersebut kemudian dimasukkan ke dalam amplop gaji dan upah setiap karyawan,
untuk selanjutnya dibagikan kepada karyawan yang berhak.
B. Dokumen yang Digunakan dalam Sistem Penggajian dan Upah.

Dokumen atau formulir merupakan media untuk mencatat peristiwa yang


taerjadi dalam organisasi ke dalam catatan. Dokumen sangat penting dalam
akuntansi sebab untuk mencatat dan menghitung gaji dan upah menggunakan
bukti-bukti yang terdapat pada dokumen. Menurut Mulyadi (2001:374) dokumen
yang digunakan dalam sistem akuntansi gaji dan upah adalah:
1. Dokumen Pendukung Perubahan Gaji dan Upah

Dokumen-dokumen ini umumnya dikeluarkan oleh fungsi kepegawaian berupa


surat keputusan yang berhubungan dengan karyawan, seperti misalnya: surat
keputusan pengangkatan karyawan baru, kenaikan pangkat, skorsing, perubahan
tarif upah, penurunan pangkat, pemindahan dan sebagainya. Tembusan dokumen ini
dikirimkan ke fungsi pembuat daftar gaji dan upah untuk kepentingan pembuatan
daftar gaji dan upah.

12
2. Kartu Jam Hadir

Kartu jam hadir ini digunakan oleh fungsi pencatat waktu untuk mencatat
jam hadir setiap karyawan di perusahaan. Catatan jam hadir dapat berupa daftar
hadir biasa, dapat pula berbentuk kartu hadir yang diisi dari mesin pencatat waktu.

3. Kartu Jam Kerja

Kartu jam kerja merupakan dokumen yang digunakan untuk mencatat waktu yang
dikonsumsi tenaga kerja langsung pada perusahaan yang diproduksinya berdasarkan
pesanan. Dokumen ini diisi oleh mandor pabrik dan diserahkan ke fungsi
pembuat daftar gaji dan upah untuk kemudian dibandingkan dengan kartu jam
hadir, sebelum digunakan untuk distribusi biaya langsung kepada setiap jenis
produk.

13
4. Daftar Gaji dan Upah

Daftar gaji dan upah merupakan dokumen yang memuat informasi mengenai
jumlah gaji dan upah bruto tiap karyawan, potongan-potongan berupa PPh Pasal
21, utang karyawan, iuran untuk organisasi karyawan serta jumlah gaji netto tiap
karyawan dalam suatu periode pembayaran.
5. Rekap Daftar Gaji dan Upah

Rekap daftar gaji dan upah merupakan dokumen yang berisi ringkasan gaji
per departemen/bagian, yang dibuat berdasarkan daftar gaji. Dalam perusahaan yang
produksinya berdasarkan pesanan, rekap daftar upah dibuat untuk membebankan
upah langsung dalam hubungannya dengan produk kepada pesanan yang
bersangkutan. Distribusi biaya tenaga kerja ini dilakukan oleh fungsi akuntansi biaya
dengan dasar rekap daftar gaji dan upah.
6. Surat Pernyataan Gaji dan Upah

Surat pernyataan gaji dan upah merupakan dokumen yang dibuat oleh fungsi
pembuat daftar gaji dan upah atau dalam kegiatan yang terpisah dari pembuatan
daftar gaji dan upah. Surat pernyataan gaji dan upah juga merupakan catatan bagi
tiap karyawan beserta berbagai potongan yang menjadi beban bagi karyawan.

7. Amplop Gaji dan Upah

Amplop gaji dan upah ini berisi uang gaji karyawan yang memuat informsi
mengenai nama karyawan, nomor identifikasi, dan jumlah gaji bersih yang diterima
karyawan dalam bulan atau periode tertentu.

14
8. Bukti Kas Keluar
Berdasarkan informasi dalam daftar gaji yang diterima dari fungsi pembuat daftar
gaji, maka fungsi akuntansi akan membuat dokumen yang merupakan perintah
pengeluaran uang kepada fungsi keuangan.

C. Catatan Akuntansi Yang Digunakan Dalam Sistem Penggajian dan Pengupahan

Mulyadi (2016:382) menyatakan bahwa catatan akuntansi yang digunakan dalam


sistem penggajian dan pengupahan meliputi:
1) Jurnal Umum: Jurnal umum digunakan untuk mencatat distribusi biaya tenaga
kerja dalam tiap departemen di perusahaan.
2) Kartu Harga Pokok Produk: Catatan ini digunakan untuk mencatat upah tenaga
kerja langsung yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu.
3) Kartu Biaya: Catatan ini dipergunakan untuk mencatat biaya tenaga kerja tidak
langsung dan biaya tenaga kerja nonproduksi setiap departemen dalam
perusahaan. Sumber informasi untuk pencatatan dalam kartu biaya ini adalah
bukti memorial.
4) Kartu Penghasilan Karyawan: Catatan mengenai penghasilan dan berbagai
potongan yang diterima oleh setiap karyawan. Informasi dalam kartu
penghasilan karyawan ini dipakai sebagai dasar perhitungan PPh pasal 21. Kartu
penghasilan karyawan digunakan juga untuk tanda terima gaji dan upah
karyawan dengan ditandatangani kartu tersebut oleh karyawan yang
bersangkutan.

15
2. Definisi PPH

Pajak penghasilan karyawan adalah jenis pajak orang pribadi yang dikenakan
kepada wajib pajak perseorangan atas penghasilan yang diperolehnya dari pekerjaan
yang dilakukannya. Biasanya pajak penghasilan karyawan tersebut akan langsung
dipotong dari gaji yang diterima setiap bulan oleh perusahaan untuk kemudian
disetorkan kepada negara sebagai Pajak Penghasilan (PPh) ayat 21.
Pemerintah melalui UU HPP telah melakukan perubahan atas regulasi pajak
penghasilan karyawan tersebut. Jika pada peraturan yang sebelumnya mereka dengan
penghasilan minimal Rp. 4,5 juta/bulan sudah kena PPh 21 namun dengan adanya
UU HPP dinaikkan menjadi Rp. 5 juta/bulan. Artinya orang dengan pendapatan Rp.
4,5 juta setiap bulan tidak kena PPh 21 lagi.
A. Komponen-komponen perhitungan PPh 21 yang dimaksud terdiri dari:

1. Tunjangan

Tunjangan merupakan sejumlah nilai diluar gaji pokok yang diberikan oleh
perusahaan kepada karyawan setiap bulan. Contoh dari tunjangan ini misalnya
tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan makan, tunjangan transportasi dan
sebagainya. Dalam menghitung berapa PPh 21 bagi karyawan yang bersangkutan
maka nilai dari seluruh tunjangan yang didapatkannya harus dijumlahkan lebih
dulu dengan besaran gaji pokoknya. Dari penjumlahan tersebut maka bisa
diketahui berapa penghasilan bruto dari karyawan tersebut.
2. Biaya Jabatan

Perhitungan PPh 21 juga mencakup biaya jabatan yang diterima oleh WP.
Biaya jabatan tersebut dikenakan kepada seluruh karyawan pada semua level
tanpa melihat posisinya. Pemerintah telah menetapkan bahwa besaran biaya
jabatan yaitu 5% dari penghasilan bruto per tahunnya.
3. BPJS Ketenagakerjaan

Komponen lainnya yang harus dimasukkan ke dalam perhitungan PPh 21


yaitu iuran BPJS Ketenagakerjaan. Perusahaan yang telah mendaftarkan
karyawannya ke dalam program BPJS Ketenagakerjaan otomatis harus
menanggung sebagian dari iurannya tersebut sedangkan sisanya dipotong dari gaji
karyawan yang bersangkutan. Adapun rincian iuran yang harus ditanggung yaitu:

16
JKK: perusahaan 1%, karyawan 0,24% hingga 1,74%.

JK : perusahaan Rp. 6800, karyawan 0,3%.

JHT : perusahaan 2%, karyawan 5,7%.

JP : perusahaan 2%, karyawan 1%.

Setelah itu kemudian jumlah persentase yang harus ditanggung pada iuran BPJS
tersebut dikalikan dengan jumlah dari gaji yang didapatkan.
4. BPJS Kesehatan

Sama halnya dengan BPJS Ketenagakerjaan, BPJS Kesehatan juga


merupakan salah satu komponen dalam perhitungan PPh 21 karyawan. Iuran BPJS
Kesehatan sebesar 5% juga ditanggung bersama antara perusahaan dengan
karyawan yaitu 1% dipotong dari gaji karyawan dan sisanya 14% dibayarkan
perusahaan. Namun sekali lagi perlu diketahui bahwa tidak semua penghasilan
akan dikenakan PPh 21. Pembagiannya adalah sebagai berikut :
a. Jenis penghasilan WP orang pribadi yang dipotong PPh 21 adalah :

Penghasilan yang diterima oleh pegawai tetap baik pendapatan teratur


maupun tidak teratur. Penghasilan yang diterima oleh penerima pensiun.
Penghasilan yang terkait dengan adanya pemutusan hubungan kerja/ pesangon.
Penghasilan dari pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas (freelance).
Imbalan yang diberikan kepada orang dengan status bukan pegawai
bentuknya berupa honor, fee, komisi ataupun imbalan lainnya yang
berhubungan dengan pekerjaan, kegiatan ataupun jasa yang diberikan. Imbalan
yang diberikan kepada peserta kegiatan yaitu uang saku, uang rapat, hadiah,
penghargaan atau lainnya yang sejenis.
b. Jenis penghasilan WP orang pribadi yang tidak dipotong PPh 21 terdiri dari:

• Pembayaran atas manfaat maupun santunan asuransi.


• Penerimaan karyawan berupa natura.
• Iuran pensiun yang dibayarkan sebagai dana pensiun sesuai ketentuan
Menteri Keuangan.
• Zakat yang diterima oleh WP orang pribadi.
• Beasiswa yang peraturannya tercantum dalam Pasal 4 ayat 3 (l) UU HPP.

17
Sejak adanya UU HPP yang akan mulai berlaku tahun 2022 maka terdapat
perubahan pada beberapa aturan tentang PPh 21. Secara garis besar aturan PPh
21 yang baru sesuai sebagaimana diatur dalam UU HPP antara lain :
1. Penghasilan Kena Pajak (PKP)

Melalui UU HPP pemerintah telah menambah batas minimal PKP 6 orang


pribadi yang akan dikenai PPh 21 dari awalnya Rp. 4,5 juta/ bulan naik
menjadi Rp. 5 juta/ bulan. Jika dihitung dalam tahunan maka batas kena pajak
adalah Rp. 60 juta/ tahun dari sebelumnya hanyalah Rp. 54 juta/ tahun.
2. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Sementara UU HPP tidak memuat perubahan regulasi tentang Penghasilan


Tidak Kena Pajak (PTKP) sehingga masih menggunakan peraturan yang
sebelumnya. Regulasi mengenai PTKP diatur melalui Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) nomor 101/ PMK.010/ 2016. Hanya saja karena batas
minimal PKP naik menjadi Rp. 60 juta/ tahun maka acuan yang digunakan
tidak lagi Rp. 54 juta per tahun.
3. Tarif Pajak Progresif

B. Cara Menghitung Pajak Penghasilan Karyawan (PPh 21)

Secara umum cara menghitung pajak penghasilan karyawan terdiri dari tiga (3)
metode sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-32
Tahun 2015. Metode tersebut adalah:

18
1. Metode Nett

Pengertian dari metode nett adalah perhitungan PPh 21 yang langsung dilakukan
oleh perusahaan sehingga gaji yang diterima karyawan tidak akan dipotong pajak
lagi. Contoh : Ani bekerja di perusahaan dengan gaji Rp. 7.000.000 per bulan. Gaji
bruto Ani adalah Rp. 7 juta dan tarif PPh 21 sebesar 5% namun perusahaan yang
menanggungnya sehingga total gaji bersih yang diterima per bulan tetaplah Rp.
7.000.000.
2. Metode Gross

Metode Gross merupakan kebalikan dari Nett dimana karyawan sendirilah yang
harus menanggung pajak PPh 21 yang sesuai besaran gaji yang diterimanya. Artinya
gaji yang diberikan setiap bulan oleh perusahaan belum termasuk potongan untuk
pajak PPh 21. Contoh : Ani mendapatkan besaran gaji Rp. 7 juta setiap bulannya
sehingga PPh 21 yang harus dibayarkannya adalah 5%. Gaji Ani setiap bulan akan
dipotong sebesar 5% x Rp. 7.000.000 sehingga total yang diterima hanya Rp.
6.650.000.
3. Metode Gross Up

Sementara itu maksud dari metode Gross Up yaitu perusahaan akan memberikan
tunjangan kepada karyawan yang bersangkutan sebesar jumlah pajak yang harus
ditanggungnya.
Contoh : Misalnya, Ardi seorang laki-laki lajang (TK/0) menerima gaji bulanan
senilai Rp 10.000.000 maka perhitungannya:
Gaji pokok: Rp 10.000.000/bulan atau Rp 120.000.000/tahun

Tarif PPh: 15%

Tunjangan pajak (dari perusahaan): Rp 9.900.000/tahun atau Rp 825.000/bulan

Total gaji bruto: 10.825.000

Nilai PPh 21 (yang dibayarkan perusahaan): Rp 825.000/bulan

Gaji bersih (take home pay): Rp 10.000.000/bulan

19
C. Skema Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Untuk Pemghasilan Rutin
Bulanan

2.5 Contoh Soal dan Penyelesaian

1. Contoh Soal Utang dagang jangka pendek


PT.Gelap Tgl 3 Februari 2022 di beli barang dagangan sebesar Rp. 20.000.000 di
tambah PPN 10% dengan termin 2/10/n/30 .Tgl 10 Februari 2022 dibayar atas
utang tgl 3 Pebruari 2022. Buatlah jurnal atas transaksi tersebut!
Penyelesaian:

20
2. Contoh Soal Wesel Tidak Berbunga

PT Rafinternet yang menandatangai wesel tanpa bunga dengan nilai nominal Rp


52.000.000 dalam jangka waktu 4 bulan. PT Rafinternet akan mendapatkan uang
sebesar Rp 50.000.000 sebagai nilai tunai dari wesel tanpa bunga tersebut.
Penyelesaian:

Jurnal Mencatat Penerimaan Kas dari Penarikan Wesel Tanpa Bunga


Tanggal Keterangan Debit Kredit

1 Oktober 2020 Kas Rp 50.000.000


Diskonto utang wesel Rp 2.000.000
Utang wesel Rp 52.000.000

Jurnal Mencatat Beban Bunga pada Akhir Periode Pembukuan


Tanggal Keterangan Debit Kredit

31 Desember 2020 Beban Bunga Rp 1.500.000


Diskonto utang wesel Rp 1.500.000

Jurnal Mencatat Pembayaran Wesel Tanpa Bunga


Tanggal Keterangan Debit Kredit

1 Februari 2020 Utang wesel Rp 50.200.000


Beban bunga Rp 500.000
Diskonto utang wesel Rp 500.000
Kas Rp 50.200.000

3. Contoh Soal Gaji Karyawan Tetap

Budi seorang karyawan tetap di perusahaan A dengan upah tiap bulannya adalah
Rp5.000.000. Budi saat ini belum menikah dan belum memiliki tanggungan apapun.

21
Penyelesaian:

Upah bulanan 5.000.000

Biaya jabatan* 5% x 5.000.000 – (250.000)

Gaji bersih sebulan = 4.750.000

Gaji bersih setahun 12 x 4.750.000 57.000.000


Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP)** – (54.000.000)

Penghasilan Kena Pajak (PKP) = 3.000.000

PPh 21 Terutang 5% x 3.000.000 = 150.000

PPh 21/bulan 150.000/12 = 12.500

Gaji yang Harus dibayar 5.000.000 – 12.500 = Rp. 4.987.500


*) Biaya jabatan adalah 5% dari upah bulanan sebelum pajak

**) PTKP disesuaikan dengan tanggungan. karena Budi belum menikah dan belum
memiliki tanggungan maka tarif PTKP masuk golongan TK/0 yang dikenalan
sebesar Rp54.000.000.

4. Contoh Soal PPh

Song Jongki memiliki gaji Rp30.000.000/bulan (neto) dengan status yang sudah
menikah dan memiliki dua orang anak. Maka PPh terutang Song Jongki adalah…

Penyelesaian:

22
Setelah udah dapat hasil PKP, lalu menghitung PPh 21 Song Jongki.Caranya adalah:
PKP x
Tarif Progresif. Karena hasil PKP di atas Rp250.000.000, Tarif Progresifnya berada di
25%.Maka dari itu, perhitungan PPh-nya akan dimulai dari 5%, 15%, dan 25%.

Jadi, PPh 21 yang harus dibayarkan Song Jongki adalah Rp43.125.000/tahun.

Catatan: Inget ya, ini paling sering salah nih. Kalau PKP berada di Tarif Progresif
30%, maka perhitungan PPh-nya dimulai dari 5%, 15%, 25%, dan 30%.
Kalau PKP berada di Tarif Progresif 5%, maka perhitungan PPh-nya cuma 5%
aja, dan seterusnya.

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menurut PSAK Utang Lancar adalah kewajiban yang diharapkan akan


dibayar dengan menggunakan aktiva lancar atau dengan menimbulkan kewajiban
jangka pendek lainnya. Sebagai contoh adalah kewajiban yang timbul dari pembelian
secara kredit, pinjaman uang dari bank, dan kewajiban untuk membayar gaji atau
upah kepada karyawan. Jenis-jenis utang lancer meliputi; utang usaha atau dagang,
utang wesel,utang dividen,utang gaji dan utang biaya,utang pajak, pendapatan
diterima di muka dan bagian dari utang jangka panjang yang jatuh tempo pada tahun
depan. Perbedaan utang wesel berbunga dan tidak berbunga yaitu pada utang wesel
berbunga jangka panjang yang dilampiri kupon tertentu, jadi pihak penerima
pinjaman nantinya harus mengembalikan dana sesuai dengan tingkat kupon tersebut
hingga pada masa jatuh tempo.Sedangkan utang wesel tidak berbunga adalah jenis
utang wesel jangka panjang yang tidak dilampiri kupon pembayaran tertentu,
sehingga pihak penerima pinjaman tidak harus mengembalikan dana secara periodik
dalam jumlah tertentu.
Sistem akuntansi penggajian dan pengupahan merupakan rangkaian
prosedur perhitungan dan pembayaran gaji dan upah menyeluruh bagi karyawan
secara efisien dan efektif, sehingga tujuan perusahaan untuk mencari laba
tercapai dengan produktifitas kerja karyawan yang tinggi. Sementara itu karyawan
diwajibkan untuk membayar pajak penghasilan sesuai peraturan UU yang berlaku.
Pajak penghasilan karyawan adalah jenis pajak orang pribadi yang dikenakan
kepada wajib pajak perseorangan atas penghasilan yang diperolehnya dari
pekerjaan yang dilakukannya. Biasanya pajak penghasilan karyawan tersebut akan
langsung dipotong dari gaji yang diterima setiap bulan oleh perusahaan untuk
kemudian disetorkan kepada negara sebagai Pajak Penghasilan (PPh) ayat 21.

24
DAFTAR PUSTAKA

Hafidh. (2023, April 12). Insight Talenta. Retrieved from talenta.co.id:


https://www.talenta.co/blog/rumus-contoh-cara-menghitung-hitung-
perhitungan-gajikaryawan/ (Diakses pada 18 Mei 2023)
Lyman, C. (2022, May 17). Pintu Blog. Retrieved from pintu.co.id:
https://pintu.co.id/blog/perbedaan-utang-wesel-berbunga-dan-tidak-berbunga
(Diakses pada 18 Mei 2023)
Ros Annisa, Daffa Maulana,Risalah Giargi Pramesti,Muhammad Abdillah,Yuri
Maulana Rangkuti . (2021, December 12). studocu. Retrieved from
studocu.com: https://www.studocu.com/id/document/universitas-negeri-
medan/akuntansikeuangan/makalah-sia-kelompok-4-tugas-sia/18418705
(Diakses pada 18 Mei 2023)
Sari, R. Y. (2022, April 21). Zenius. Retrieved from Zenius.net:
https://www.zenius.net/blog/cara-menghitung-pph-21 (Diakses pada 18 Mei
2023)

25

Anda mungkin juga menyukai