DOSEN PENGAMPU :
OLEH
KELOMPOK 3:
Utang lancar adalah kewajiban finansial yang wajib dibayarkan perusahaan dalam jangka
waktu satu tahun atau siklus operasi normal perusahaan yang meliputi utang dagang, utang wesel,
utang pajak penjualan, dan pendapatan diterima di muka. Namun, utang lancar yang tinggi dapat
berdampak negatif pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban gaji dan kompensasi
kepada karyawan.
Penggajian adalah suatu alat yang dapat memotivasi karyawan untuk dapat melaksanakan
tugas-tugasnya dengan baik dalam suatu perusahaan dimana melibatkan pembayaran upah dan
kompensasi kepada karyawan. Namun, penggajian yang tidak sesuai dengan kemampuan
keuangan perusahaan dapat meningkatkan risiko utang lancar yang tidak dapat dibayar tepat
waktu. Oleh karena itu, manajemen yang efektif terkait utang lancar dan penggajian sangat penting
dalam memastikan stabilitas keuangan perusahaan.
Paper ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang lebih baik tentang utang lancar
dan pengaruhnya terhadap penggajian, agar mengelola utang lancar secara efektif guna menjaga
kestabilan keuangan dan kelancaran penggajian karyawan.
17 Mei 2023
Penulis
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka didapat rumusan masalah sebagai berikut :
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari Makalah ini adalah :
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut PSAK Utang Lancar adalah kewajiban yang diharapkan akan dibayar
dengan menggunakan aktiva lancar atau dengan menimbulkan kewajiban jangka
pendek lainnya. Niswonger, dkk. (2000: 441) menyatakan bahwa “kewajiban lancar
adalah kewajiban yang harus dibayar dengan aktiva lancar dan jatuh tempo dalam
jangka pendek, biasanya satu tahun”.
Dalam PSAK 1 ( IAI, 2018), utang atau liabilitas merupakan kewajiban kini
entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya diharapkan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat
ekonomik. Menurut PSAK 1 (IAI, 2018) liabilitas terdiri dari liabilitas jangka pendek
dan liabilitas jangka panjang. Liabilitas jangka pendek merupakan liabilitas keuangan
yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan,
sedangkan liabilitas jangka panjang merupakan liabilitas keuangan yang tidak jatuh
tempo untuk diselesaikan dalam waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan
Dalam pengertian sederhana, utang adalah sebuah keharuskan yang dibayar
perusahaan dari transaksi pada waktu yang lalu dan harus dibayar dengan kas, barang,
jasa di waktu yang akan datang.Sebagai contoh adalah kewajiban yang timbul dari
pembelian secara kredit, pinjaman uang dari bank,dan kewajiban untuk membayar gaji
atau upah kepada karyawan.
2.2 Jenis – Jenis Utang Lancar
Kieso et al (2012) menyatakan bahwa terdapat lima jenis kewajiban lancar antara
lain yaitu sebagai berikut:
3
Pada tanggal 25 Januari PT. Airlangga membeli barang dagangan secara kredit
seharga Rp 10.000,- dengan termin 2/10 n/30 Penyelesaian :
Jurnal
Persediaan Rp 10.000,-
Utang Dagang Rp 10.000,-
Jika potongan tunai tersebut diambil maka pencatatannya adalah :
Utang Dagang Rp 10.000
Kas Rp 9.800
Potongan Pembelian Rp 200
2. Utang wesel
Utang Wesel adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang yang akan
datang kepada pihak lain. Timbulnya utang wesel bisa pada waktu pembelian barang
atau jasa setelah pembelian barang terjadi. Utang wesel ada yang dijamin, ada juga
yang tanpa jaminan. Selain itu wesel bisa disertai adanya bunga namun bisa juga
tanpa bunga. Dalam praktek, wesel yang timbul karena perdagangan barang, ditarik
melalui perjanjian antara bank dan penarik wesel. Pembeli harus disetujui lebih
dahulu oleh Bank.
Contoh:
Pada tanggal 15 Januari 2010 PT Suci membeli sebuah barang dari PT Amalia dengan
harga Rp 50.000,- secara kredit. Pada tanggal 30 januari 2010 PT Suci menyerahkan
sebuah wesel, nominal Rp 50.000,- bunga 10% dg jangka waktu 2 bulan, untuk
membayar utangnya.
Penyelesaian:
Pada Tanggal 15 januari 2010
4
3. Utang dividen
Utang dividen adalah utang perusahaan kepada para pemegang saham
sebagai hasil dari otorisasi dewan direksi. Karena dividen tunai selalu dibayar dalam
satu tahun setelah pengumuman (biasanya tiga bulan) maka hal ini diklasifikasikan
sebagai utang lancar. Utang Deviden timbul pada saat dewan direksi perusahaan yg
berbentuk perseroan mengumumkan adanya pembagian deviden dan terutang sampai
dengan dibayarnya deviden. Dengan adanya pengumuman pembagian deviden
tersebut menjadikan keberadaan utang deviden menjadi pasti.
Contoh:
Pada tanggal 3 Maret 2010 PT ABC mengumumkan akan membagikan deviden
sebesar Rp 1.000.000 yang akan dibayarkan pada tanggal 3 April 2010.
Penyelesaian :
Jurnal tanggal 3 Maret 2010
5
yang merupakan dasar kewajiban pemberlakuan penagihan pajak oleh jurusita.
Sebagai contoh pajak atas barang atau jasa yang kita beli, seperti menginap di pajak
ini disebut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau pajak penjualan. Tarif pajak
ditetapkan atas dasar persentase tertentu dari harga jual. Pihak penjual (atau
Pabrikan) memungut pajak tersebut dari pembeli pada saat penjualan terjadi, dan
secara periodik (biasanya secara bulanan) menyetorkannya ke Kas Negara. Dengan
demikian, pajak yang dipungut dari pembeli untuk disetorkan ke Kas Negara ditinjau
dari pihak penjual merupakan utang kepada Negara yang disebut utang pajak PPN.
Contoh:
misalkan pada tanggal 25 Maret 2012, PT Kelud menjual barang seharga
Rp10.000.000,00. Atas penjualan barang tersebut, PT Kelud memungut pajak
pertambahan nilai (PPN) sebesar 10%, sehingga jumlah kas yang diterima dari
pembeli menjadi Rp11.000.000,00.
Penyelesaian:
Jurnal yang dibuat oleh PT Kelud atas transaksi penjualan di atas adalah sebagai
berikut:
Kas …………………Rp.11.000.000,00
Penjualan………………………………..Rp.10.000.000,00
Utang PPn ………………………………Rp.1.000.000,00
(Untuk mencatat penjualan dan utang PPn)
6. Pendapatan diterima di dimuka
Pendapatan diterima dimuka adalah pendapatan yang diterima sebelum barang
dikirimkan atau sebelum jasa dilakukan, contohnya perusahaan penerbangan sering
menjual tiket untuk penerbangan bulan berikutnya.
Pencatatan atas penerimaan pendapatan di muka dan penyelesaiannya adalah sebagai
berikut:
1. Apabila perusahaan menerima pembayaran di muka dari pembeli, maka akun
Kas didebet dan akun utang yang disebut Pendapatan Diterima di Muka
dikredit
2. Apabila barang telah dikirimkan atau jasa telah diberikan, maka akun
Pendapatan Diterima di Muka didebet, dan akun pendapatan dikredit
Contoh: misalkan pada tanggal 1 Desember 2012, CV Serayu menerima pesanan 400
buah kursi kuliah dari PT Merbabu dengan harga Rp100.000,00 per buah Pada
tanggal tersebut PT Merbabu membayar uang muka sebesar Rp25.000.000,00.
6
Penyelesaian:
Jurnal yang dibuat oleh CV Serayu untuk mencatat penerimaan kas di atas adalah:
Kas……………………………………... Rp 25.000.000,00
Penjualan………………………………Rp.10.000.000,00
Selain jurnal di atas, CV serayu juga membuat jurnal untuk mencatat harga pokok
penjualan dan pengurangan persediaan misalkan harga pokok per kursi Rp.60.000,00
Persediaan………………………………………….Rp.6.000.000,00
Interest bearing note atau utang wesel berbunga adalah utang wesel jangka
panjang yang dilampiri kupon tertentu. Jadi pihak penerima pinjaman nantinya harus
mengembalikan dana sesuai dengan tingkat kupon tersebut hingga pada masa jatuh
tempo. Sedangkan bunga pinjaman tercermin dalam bentuk persentase dan
dibayarkan berdasarkan pada nilai nominal wesel. Bunga pinjaman dapat dibayarkan
setiap bulan, per kuartal, per semester, atau sebagaimana ditentukan dalam notes
payable.
7
➢ Karakteristik Utang Wesel Berbunga
Utang wesel berbunga (interest bearing note) memiliki beberapa karakteristik, di
antaranya sebagai berikut:
1. Diterbitkan sesuai dengan nilai nominal yang tertera pada wesel
2. Berisi kewajiban penerima dana untuk mengembalikan dana sesuai dengan
tingkat kupon tertentu yang telah disepakati hingga pada saat jatuh tempo
pembayaran
3. Beban bunga diakui dan dicatat secara periodik dengan cara mengalikan nilai
nominal dengan tingkat kupon pembayaran
4. Utang wesel berbunga menyebabkan adanya aliran kas keluar secara rutin
sesuai dengan periode tertentu dan hal ini berdampak pada rendahnya risiko
piutang tak tertagih bagi investor atau pemberi pinjaman
5. Bagi perusahaan yang menerbitkan utang wesel berbunga, jenis ini dipilih
apabila mereka mampu membayar angsuran secara rutin selama periode
tertentu.
Contoh Utang Wesel Berbunga
Pada tanggal 5 Januari 2021, PT. ABCD meminjam dana sebesar Rp500 juta pada
Bank XYZ dengan tingkat kupon 9% per tahun dan pembayaran akan dicicil selama
5 tahun setiap akhir tahun. Berdasarkan aktivitas tersebut, tiap tanggal 31 Desember
2021 selama 5 tahun, jumlah utang wesel yang harus dibayar oleh PT. ABCD adalah
sebesar: Rp500.000.000 x 9% = 45.000.000. Dalam laporan akuntansi, jumlah
tersebut dicatat sebagai beban bunga. Sedangkan pada tanggal 31 Desember 2025
saat utang jatuh tempo, maka jumlah yang harus dibayarkan terdiri dari beban bunga
sebesar Rp 45 juta dan pokok pinjaman senilai Rp 500 juta.
8
Cara Menghitung Utang Wesel Tidak Berbunga
Harga diskon ini biasanya dihitung dengan rumus berikut:
Dalam rumus tersebut, i merupakan tingkat suku bunga dan n merupakan jangka
waktu pembayaran.
➢ Karakteristik Utang Wesel Tidak Berbunga
Utang wesel tidak berbunga (zero interest bearing note) memiliki beberapa
karakteristik sebagai berikut
1. Diterbitkan pada harga nominal yang telah didiskon pada tingkat suku
bunga tertentu
2. Berisi kewajiban penerima dana untuk membayar kembali sesuai dengan
harga nominal yang telah didiskon pada saat jatuh tempo pembayaran
3. Perbedaan antara face value dan harga yang diterbitkan nantinya akan
dicatat sebagai diskon pada saat pelunasan dan diamortisasi
4. Tidak ada pembayaran secara periodik pada jumlah tertentu sehingga
berdampak pada tingginya risiko di sisi investor
5. Bagi perusahaan penerbit, utang wesel tidak berbunga ini dapat menjadi
alternatif untuk mengurangi beban bunga dalam satu periode akuntansi
9
❖ Perbedaan Wesel Berbunga dan Tidak Berbunga
10
Sistem ini terdiri dari jaringan prosedur yaitu: Prosedur pencatatan waktu hadir,
Prosedur pembuatan daftar gaji, Prosedur distribusi biaya gaji, Prosedur pembuatan
bukti kas keluar, dan prosedur pembayaran gaji.
Jadi sistem akuntansi penggajian dan pengupahan merupakan rangkaian
prosedur perhitungan dan pembayaran gaji dan upah secara menyeluruh bagi
karyawan secara efisien dan efektif, sehingga tujuan perusahaan untuk mencari laba
tercapai dengan produktifitas kerja karyawan yang tinggi.
11
a) Bagian Utang: Bagian ini berfungsi untuk memegang pencatatan utang yang
dalam sistem akuntansi penggajian dan pengupahan bertanggung jawab untuk
memproses pembayaran gaji dan upah. Bagian ini menerbitkan bukti kas keluar
yang memberi otorisasi kepada fungsi pembayar gaji dan upah untuk
membayarkan gaji dan upah kepada karyawan.
b) Bagian Kartu Biaya: Bagian ini memegang fungsi akuntansi biaya yang dalam
sistem akuntansi penggajian dan pengupahan bertanggung jawab untuk
mencatat distribusi biaya ke dalam kartu harga pokok produk dan kartu biaya
berdasarkan rekap daftar gaji dan upah dan kartu jam kerja (untuk tenaga kerja
langsung pabrik).
c) Bagian Jurnal : Bagian ini memegang fungsi pencatat jurnal yang bertanggung
jawab untuk mencatat biaya gaji dan upah dalam jurnal umum.
5. Fungsi Keuangan. Fungsi ini bertanggungjawab untuk mengisi cek guna
pembayaran gaji dan upah dan menguangkan cek tersebut ke bank. Utang tunai
tersebut kemudian dimasukkan ke dalam amplop gaji dan upah setiap karyawan,
untuk selanjutnya dibagikan kepada karyawan yang berhak.
B. Dokumen yang Digunakan dalam Sistem Penggajian dan Upah.
12
2. Kartu Jam Hadir
Kartu jam hadir ini digunakan oleh fungsi pencatat waktu untuk mencatat
jam hadir setiap karyawan di perusahaan. Catatan jam hadir dapat berupa daftar
hadir biasa, dapat pula berbentuk kartu hadir yang diisi dari mesin pencatat waktu.
Kartu jam kerja merupakan dokumen yang digunakan untuk mencatat waktu yang
dikonsumsi tenaga kerja langsung pada perusahaan yang diproduksinya berdasarkan
pesanan. Dokumen ini diisi oleh mandor pabrik dan diserahkan ke fungsi
pembuat daftar gaji dan upah untuk kemudian dibandingkan dengan kartu jam
hadir, sebelum digunakan untuk distribusi biaya langsung kepada setiap jenis
produk.
13
4. Daftar Gaji dan Upah
Daftar gaji dan upah merupakan dokumen yang memuat informasi mengenai
jumlah gaji dan upah bruto tiap karyawan, potongan-potongan berupa PPh Pasal
21, utang karyawan, iuran untuk organisasi karyawan serta jumlah gaji netto tiap
karyawan dalam suatu periode pembayaran.
5. Rekap Daftar Gaji dan Upah
Rekap daftar gaji dan upah merupakan dokumen yang berisi ringkasan gaji
per departemen/bagian, yang dibuat berdasarkan daftar gaji. Dalam perusahaan yang
produksinya berdasarkan pesanan, rekap daftar upah dibuat untuk membebankan
upah langsung dalam hubungannya dengan produk kepada pesanan yang
bersangkutan. Distribusi biaya tenaga kerja ini dilakukan oleh fungsi akuntansi biaya
dengan dasar rekap daftar gaji dan upah.
6. Surat Pernyataan Gaji dan Upah
Surat pernyataan gaji dan upah merupakan dokumen yang dibuat oleh fungsi
pembuat daftar gaji dan upah atau dalam kegiatan yang terpisah dari pembuatan
daftar gaji dan upah. Surat pernyataan gaji dan upah juga merupakan catatan bagi
tiap karyawan beserta berbagai potongan yang menjadi beban bagi karyawan.
Amplop gaji dan upah ini berisi uang gaji karyawan yang memuat informsi
mengenai nama karyawan, nomor identifikasi, dan jumlah gaji bersih yang diterima
karyawan dalam bulan atau periode tertentu.
14
8. Bukti Kas Keluar
Berdasarkan informasi dalam daftar gaji yang diterima dari fungsi pembuat daftar
gaji, maka fungsi akuntansi akan membuat dokumen yang merupakan perintah
pengeluaran uang kepada fungsi keuangan.
15
2. Definisi PPH
Pajak penghasilan karyawan adalah jenis pajak orang pribadi yang dikenakan
kepada wajib pajak perseorangan atas penghasilan yang diperolehnya dari pekerjaan
yang dilakukannya. Biasanya pajak penghasilan karyawan tersebut akan langsung
dipotong dari gaji yang diterima setiap bulan oleh perusahaan untuk kemudian
disetorkan kepada negara sebagai Pajak Penghasilan (PPh) ayat 21.
Pemerintah melalui UU HPP telah melakukan perubahan atas regulasi pajak
penghasilan karyawan tersebut. Jika pada peraturan yang sebelumnya mereka dengan
penghasilan minimal Rp. 4,5 juta/bulan sudah kena PPh 21 namun dengan adanya
UU HPP dinaikkan menjadi Rp. 5 juta/bulan. Artinya orang dengan pendapatan Rp.
4,5 juta setiap bulan tidak kena PPh 21 lagi.
A. Komponen-komponen perhitungan PPh 21 yang dimaksud terdiri dari:
1. Tunjangan
Tunjangan merupakan sejumlah nilai diluar gaji pokok yang diberikan oleh
perusahaan kepada karyawan setiap bulan. Contoh dari tunjangan ini misalnya
tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan makan, tunjangan transportasi dan
sebagainya. Dalam menghitung berapa PPh 21 bagi karyawan yang bersangkutan
maka nilai dari seluruh tunjangan yang didapatkannya harus dijumlahkan lebih
dulu dengan besaran gaji pokoknya. Dari penjumlahan tersebut maka bisa
diketahui berapa penghasilan bruto dari karyawan tersebut.
2. Biaya Jabatan
Perhitungan PPh 21 juga mencakup biaya jabatan yang diterima oleh WP.
Biaya jabatan tersebut dikenakan kepada seluruh karyawan pada semua level
tanpa melihat posisinya. Pemerintah telah menetapkan bahwa besaran biaya
jabatan yaitu 5% dari penghasilan bruto per tahunnya.
3. BPJS Ketenagakerjaan
16
JKK: perusahaan 1%, karyawan 0,24% hingga 1,74%.
Setelah itu kemudian jumlah persentase yang harus ditanggung pada iuran BPJS
tersebut dikalikan dengan jumlah dari gaji yang didapatkan.
4. BPJS Kesehatan
17
Sejak adanya UU HPP yang akan mulai berlaku tahun 2022 maka terdapat
perubahan pada beberapa aturan tentang PPh 21. Secara garis besar aturan PPh
21 yang baru sesuai sebagaimana diatur dalam UU HPP antara lain :
1. Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Secara umum cara menghitung pajak penghasilan karyawan terdiri dari tiga (3)
metode sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-32
Tahun 2015. Metode tersebut adalah:
18
1. Metode Nett
Pengertian dari metode nett adalah perhitungan PPh 21 yang langsung dilakukan
oleh perusahaan sehingga gaji yang diterima karyawan tidak akan dipotong pajak
lagi. Contoh : Ani bekerja di perusahaan dengan gaji Rp. 7.000.000 per bulan. Gaji
bruto Ani adalah Rp. 7 juta dan tarif PPh 21 sebesar 5% namun perusahaan yang
menanggungnya sehingga total gaji bersih yang diterima per bulan tetaplah Rp.
7.000.000.
2. Metode Gross
Metode Gross merupakan kebalikan dari Nett dimana karyawan sendirilah yang
harus menanggung pajak PPh 21 yang sesuai besaran gaji yang diterimanya. Artinya
gaji yang diberikan setiap bulan oleh perusahaan belum termasuk potongan untuk
pajak PPh 21. Contoh : Ani mendapatkan besaran gaji Rp. 7 juta setiap bulannya
sehingga PPh 21 yang harus dibayarkannya adalah 5%. Gaji Ani setiap bulan akan
dipotong sebesar 5% x Rp. 7.000.000 sehingga total yang diterima hanya Rp.
6.650.000.
3. Metode Gross Up
Sementara itu maksud dari metode Gross Up yaitu perusahaan akan memberikan
tunjangan kepada karyawan yang bersangkutan sebesar jumlah pajak yang harus
ditanggungnya.
Contoh : Misalnya, Ardi seorang laki-laki lajang (TK/0) menerima gaji bulanan
senilai Rp 10.000.000 maka perhitungannya:
Gaji pokok: Rp 10.000.000/bulan atau Rp 120.000.000/tahun
19
C. Skema Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Untuk Pemghasilan Rutin
Bulanan
20
2. Contoh Soal Wesel Tidak Berbunga
Budi seorang karyawan tetap di perusahaan A dengan upah tiap bulannya adalah
Rp5.000.000. Budi saat ini belum menikah dan belum memiliki tanggungan apapun.
21
Penyelesaian:
**) PTKP disesuaikan dengan tanggungan. karena Budi belum menikah dan belum
memiliki tanggungan maka tarif PTKP masuk golongan TK/0 yang dikenalan
sebesar Rp54.000.000.
Song Jongki memiliki gaji Rp30.000.000/bulan (neto) dengan status yang sudah
menikah dan memiliki dua orang anak. Maka PPh terutang Song Jongki adalah…
Penyelesaian:
22
Setelah udah dapat hasil PKP, lalu menghitung PPh 21 Song Jongki.Caranya adalah:
PKP x
Tarif Progresif. Karena hasil PKP di atas Rp250.000.000, Tarif Progresifnya berada di
25%.Maka dari itu, perhitungan PPh-nya akan dimulai dari 5%, 15%, dan 25%.
Catatan: Inget ya, ini paling sering salah nih. Kalau PKP berada di Tarif Progresif
30%, maka perhitungan PPh-nya dimulai dari 5%, 15%, 25%, dan 30%.
Kalau PKP berada di Tarif Progresif 5%, maka perhitungan PPh-nya cuma 5%
aja, dan seterusnya.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
24
DAFTAR PUSTAKA
25