Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
SURABAYA
2020
Kata Pengantar
Dengan diselesaikannya makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Aspek Hukum Dalam Ekonomi, supaya bisa mengetahui, memahami, menjelaskan, dan
mempraktekkannya di kehidupan sehari-hari.Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini
tidak sempurna, tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan.Oleh karena itu kami sebagai penulis mengucapkan terimah kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam pengerjaan makalah ini.Dan karena ketidaksempurnaan itu kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun.Terimakasih.
Surabaya, 4 April2021
Daftar Isi
PENDAHULUAN
Pada saat itu Nederlands menginginkan adanya hukum dagang tersendiri yaitu KUHD
Belandadan pada tahun 1819 drencanakan dalam KUHD ini ada 3 kitab dan tidak mengenal
peradilankhusus. Lalu pada tahun 1838 akhirnya di sahkan.KUHD Belanda berdasarkan
azaskonkordansiKUHD belanda 1838 menjadi contoh bagi pembuatan KUHD di Indonesia
pada tahun 1848.Danpada akhir abad ke-19 Prof. Molengraaff merancang UU kepailitan
sebagai buku III di KUHDNederlands menjadi UU yang berdiri sendiri (1893 berlaku
1896).Dan sampai sekarang KUHDIndonesia memiliki 2 kitab yaitu, tentang dagang
umumnya dantentang hak-hak dan kewajiban yangtertib dari pelayaran.
PEMBAHASAN
1
Nafi’ Mubarak, Hukum Dagang, (Surabaya: Fakultas Hukum – UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015) , hal. 23-24
2Nurul Ihsan, “Jurnal Ekonomi Islam” (Jakarta: Fakultas Agama Islam Uhamka), Vol. 3 No. 1, 2013, hal. 172
Bentuk perusahaan dari status hukumnya terdiri dari:3
a. Perusahaan bukan badan hukum
Harta pribadi para sekutu juga akan terpakai untuk memenuhi kewajiban tersebut. Contoh
perusahaan bukan badan hukum yaitu perusahaan perseorangan, persekutuan perdata,
persekutuan komanditer, persekutuan firma.
b. Perusahaan berbadan hukum
Sebuah objek hukum yang mempunyai kepentingan sendiri terpisah dari kepentingan
pribadi anggotanya, mempunyai harta sendiri yang terpisah dari anggotanya, punya tujuan
yang terpisah dari tujuan pribadi para anggota dan tanggung jawab pemegang saham
terbatas kepada nilai saham yang diambilnya.Contoh dari Perusahaan berbadan hukum
yaitu Perseroan Terbatas (PT), Koperasi, Perusahaan Umum, Perusahaan Perseroan
(Persero).
3 Core.ac.uk, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, hal 46 diakses pada tanggal 03 April 2021
4Ibid
perusahaan menjadi satu dengan urusan pribadi dari pemilik.Usaha ini dimiliki, dikelola dan
dipimpin oleh seseorang yang bertanggung jawab penuh terhadap semua resiko dan aktivitas
perusahaan.Dalam hal izin usaha secara relative dapat dikatakan lebih ringan dan lebih
sederhana persyaratannya dibandingkan dengan jenis perusahaan lainnya.Pemisahan modal
dari kekayaan pribadi pada perusahaan perseorangan dalam likuidasi tidak ada artinya, sebab
semua harta kekayaan menjadi jaminan dari semua utang perusahaan.Dalam KUHD dan
peraturan perundang undangan lainnya tidak dijumpai adanya pengaturan khusus mengenai
Perusahaan perseorangan berbeda dengan Perseroan Terbatas (PT), Persekutuan Komanditer
(CV) atau koperasi.
Elsi Kartika Sari dan Advendi Simanunsong (2007) membedakan badan hukum menjadi 2
(dua) bentuk, yaitu:6
a. Badan Hukum Publik (Public Rechts Person)
Badan hukum publik adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum publik
atau yang menyangkut kepentingan publik atau orang banyak atau negara
umumnya.Dengan demikian, badan hukum ini merupakan badan-badan negara yang
dibentuk oleh yang berkuasa berdasarkan perundang-undangan yang dijalankan secara
fungsional oleh eksekutif (pemerintah) atau badan pengurus yang diberikan tugas untuk
itu, seperti pemerintah daerah, Bank Indonesia, dan perusahaan negara.
b. Badan Hukum Privat (Privat Rect Persoon)
Badan hukum privat adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum sipil
atau perdata yang menyangkut kepentingan pribadi orang di dalam badan hukum itu.
Dengan demikian, badan hukum itu merupakan badan swasta yang didirikan orang untuk
tujuan tertentu, yakni mencari keuntungan, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan
5 Agus Tri Haryanto & Muhammad Hendri Nuryadi, Panduan Ringkas Memahami Badan Usaha Berbadan Hukum,
(Jakarta: Deputi Bidang Industri dan Investasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2020), hal. 5
6Ibnu Khayath Farisanu, Badan Usaha Berbadan Hukum Yayasan dan Perseroan Terbatas,(STIE Widya Praja Tana
2.3. Firma
9 M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Edisi 1 Cetakan III, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hal. 8
10 Annuardi, “Tanggung Jawab Sekutu Firma Atas Kepailitan”, Vol. 1 No. 1, 2017, hal. 17
3. Nama-nama sekutu yang tidak diberi kuasa untuk menandatangani perjanjian bagi
firma dengan pihak ketiga.
4. Saat dimulainya dan berakhirnya persekutuan (firma).
11I Made Hengki Permadi, “Pengaturan Mengenai Pendaftaran Pendirian Firma Pada Sistem Administrasi Badan
Usaha”, Vol. 4 No. 3, 2019, hal. 477
firma. Dengan adanya hubungan yang dilakukan sekutu dengan pihak ketiga tentunya akan
menimbulkan hubungan hukum yang diikuti dengan lahirnya kewajiban kepada pihak ketiga.
Selanjutnya pertanggung jawaban atas kewajiban yang timbul dengan adanya hubungan
yang dilakukan antara firma dengan pihak ketiga diatur dalam Pasal 18 KUH Dagang, yang
menyatakan: “Dalam perseroan firma, tiap-tiap persero bertanggung jawab secara tanggung
renteng untuk seluruhnya atas segala perikatan dari perseroannya”. Mengenai tanggung
jawab secara renteng ini diatur dalam Pasal 1280 KUH Perdata, yang menyatakan: “Adalah
terjadi suatu perikatan tanggung-menanggung di pihaknya orang-orang yang berutang,
manakala mereka kesemuanya diwajibkan melakukan suatu hal yang sama, sedemikian
bahwa salah satu dapat dituntut untuk seleruhnya, dan pemenuhan oleh salah satu
membebaskan orang-orang berutang yang lainnya terhadap si berpiutang”.
Ketentuan mengenai tanggung jawab renteng sekutu (anggota) firma secara tanggung
renteng tersebut mengatur bahwa utang ataupun segala kewajiban yang dimiliki oleh firma
menjadi tanggungan secara bersama para sekutu firma. Hal ini memperlihatkan bahwa firma
sebagai sebuah badan usaha tidak terdapat pemisahan harta dan kewajiban antara firma
dengan para sekutu firma.
1. Laba dibagi sama, setiap sekutu selalu mendapatkan bagian yang sama. Misalnya
komposisi modal sekutu adalah A sebesar Rp 50.000.000, B sebesar Rp 55.000.000, dan
C sebesar Rp 45.000.000. Jumlah laba pada tahun berjalan adalah Rp 150.000.000, maka
laba dibagi rata pada masing-masing sekutu sebesar Rp 50.000.000.
2. Laba dibagi dengan rasio tertentu, misal dalam contoh kasus yang sama seperti di atas,
diasumsikan bahwa karena memiliki modal yang besar dibandingkan yang lain, maka B
menerima pembagian laba dengan rasio yang lebih besar dibanding yang lain, yakni 3:4:2.
3. Laba dibagi menurut perbandingan modal, yang mana modalnya dihitung dari modal awal,
modal pada tiap tahun awal periode fiskal, modal pada tiap akhir periode fiskal, dan modal
rata-rata untuk tiap periode fiskal.
4. Laba dibagi dengan memperhitungkan bunga modal dan sisanya dapat dibagi menurut
metode 1, 2, atau 3.
5. Laba dibagi dengan memperhitungkan gaji dan atau bonus dan sisanya dibagi menurut
metode 1, 2, atau 3.
6. Laba dibagi dengan memperhitungkan bunga modal serta gaji dan atau bonus dan sisanya
dibagi menurut metode 1, 2, atau 3.
Adapun untuk kerugiannya dilakukan dengan cara tanggung renteng sampai ke harta
pribadi. Artinya, jika firma menderita kerugian, semua sekutu harus menanggung kerugian
tersebut. Di samping itu, harta pribadi masing-masing sekutu juga ikut digunakan untuk
menanggung kerugian tersebut apabila harta firma tidak cukup untuk menyelesaikan
kerugian tersebut.
12Gatot Supramono, Kedudukan Perusahaan sebagai Subjek dalam Gugatan Perdata, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007),
hal. 35
jangka waktu persekutuan tersebut berjalan. Apabila jangka waktu tersebut sudah lewat,
maka persekutuan dianggap bubar secara hukum. Selain dalam hal waktu, pembubaran
persekutuan dapat dilakukan apabila tujuan yang terdapat dalam akte pendirian sudah
tercapai. Perpanjangan dapat dilakukan dengan cara membuat perjanjian baru yang
berarti mendirikan persekutuan baru.
b. Dengan musnahnya barang atau diselesaikannya perbuatan yang menjadi pokok
persekutuan. Musnahnya barang yang digunakan operasional persekutuan dapat
menyebabkan persekutuan tersebut dianggap bubar. Terlebih lagi apabila hal tersebut
sampai mengakibatkan persekutuan mengalami likuidasi.
c. Atas kehendak semata-mata beberapa orang atau seorang sekutu. Anggota sekutu dapat
memutuskan untuk keluar dari persekutuan menurut prosedur yang sudah ditetapkan
dalam akte pendirian. Persekutuan lama tetap dapat beroperasi dengan kewajiban
membayar bagian hak pemilikan sekutu yang mengundurkan diri atau membeli hak
kepemilikannya. Dengan demikian terjadi transaksi pembelian hak pemilikan. Saldo
modal sekutu yang mengundurkan diri dipindahkan ke saldo modal sekutu-sekutu yang
tinggal menurut perbandingan yang disetujui.
d. Apabila salah seorang sekutu meninggal atau dinyatakan pailit. Dalam akte pendirian
disebutkan apabila salah satu anggota sekutu meninggal, hak pemiliknya dapat
diteruskan oleh ahli warisnya dengan memindahkan saldo modal sekutu yang meninggal
ke akun modal baru atas nama ahli waris almarhum. Apabila ahli waris tidak berniat ikut
dalam persekutuan, maka buku persekutuan harus ditutup pada tanggal meninggalnya
sekutu tadi. Hak sekutu yang meninggal dibayarkan kepada ahli warisnya.
2.4. CV
13Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang, (Yogyakarta: FH UII Press, 2006), hal. 27
mempercayakan uang atau barang kepada satu atau beberapa orang yang menjalankan
perusahaan bertindak sebagai pimpinan. 14 Menurut Pasal 19 KUHD menyebutkan bahwa
CV adalah suatu perseroan untuk menjalankan suatu perusahaan yang dibentuk satu orang
atau beberapa orang persero yang secara tanggung menanggung bertanggungjawab untuk
seluruhnya pada satu pihak, dan satu orang atau lebih sebagai pemberi modal (geldscheiter)
pada pihak yang lain.15
14JamalWiwoho, Pengantar Hukum Bisnis, (Surakarta: Sebelas Maret University Press, 2007), hal. 45
15Demi Damay, 501 Pertanyaan Terpenting Tentang PT, CV, Firma, Matschap, & Koperasi, cetakan Pertama,
(Yogyakarta: Araska Publisher, 2013), hal. 92
Di dalam akta pendirian yang memuat anggaran antara lain dimuat dalam hal-hal
sebagai berikut:
1. Nama persekutuan dan kedudukan hukumnya
2. Maksud dan tujuan didirikan persekutuan
3. Modal persekutuan
4. Penunjukan siapa sekutu biasa dan sekutu komanditer
5. Hak, kewajiban, tanggungjawab masing-masing sekutu
6. Mulai dan berakhirnya persekutuan
7. Pembagian keuntungan dan kerugian persekutuan
Akta pendirian tersebut kemudian didaftarkan di kepaniteraan Pengadilan Negeri
dimana persekutuan komanditer tersebut berkedudukan.Setelah itu, ikhtisar akta pendirian
akta pendirian persekutuan tersebut diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia.
2.4.5. Subyek CV
Kelebihan CV antara lain:
Terdapat beberapa alasan yang dianggap kelebihan badan usaha CV antara lain:16
a) Prosedur pembentukan atau pendirian CV yang relatif mudah
Prosedur pembentukan atau pendirian CV sama dengan firma. Adanya CV harus
mendapatkan pengesahan Negara.Sifat pendiriannya hanya pemberitahuan kepada
Negara dengan pendaftaran perusahaan relative murah.Para pendiri cukup hanya
membayar pembuatan akta pendirian di notaris dan biaya administrasi pengurusan
pendaftaran di pengadilan negeri dan pengumuman di Berita Negara yang diurus oleh
notaris.
b) Organ CV sangat sederhana
Di dalam CV hanya terdapat 2 sekutu yaitu sekutu komplementer dan sekutu
komanditer.Meskiupun hanya ada dua sekutu, namun masing-masing sekutu ini sudah
2.4.6. Inbreng/Modal
Modal untuk pendirian CV antara lain karena CV adalah bsuatu bentuk usaha yang
merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih oleh para pengusaha yang ingin
melakukan usaha dengan modal terbatas maka untuk CV tidak ditentukan jumlah modal
minimalnya. Didalam anggaran dasar perseroan komanditer (Akta Pendirian) juga tidak
disebutkan besarnya jumlah Modal Dasar, modal ditempatkan atau modal
disetor.Penyebutan besarnya modal perseroan dapat dicantumkan dalam SIUP (Surat Izin
Usaha Perdagangan atau Izin Operasional lainnya.Jadi apabila seorang pengusaha ingin
berusaha di industri rumah tangga, perdagangan, biro jasa, percetakan dll dengan modal awal
tidak terlalu besar dapat memilih CV sebagai alternative Badan Usaha yang memadai.
Biaya Paket Proses Pendirian CV:
Golongan Biaya Per Paket Masa Proses
SIUP Besar Rp. 6.750.000,- 30 Hari Kerja
SIUP Menengah Rp. 5.750.000,- 30 Hari Kerja
SIUP Kecil Rp. 4.750.000,- 30 Hari Kerja
Syarat pembayaran:
1. 50% uang muka pada saat dokumen lengkap dan siap diproses
2. 50% sisa pembayaran setelah proses tahap 4 selesai
2.5. Yayasan
2.5.1. Pengertian
Yayasan merupakan salah satu entitas non-pemerintah yang didirikan sebagai
perusahaan nirlaba atau kepercayaan amal, dengan tujuan utama membuat hibah organisasi
terkait, lembaga atau individu untuk ilmiah, pendidikan, budaya, agama, atau tujuan amal
lain. Yayasan sendiri tidak memiliki anggota dan yayasan didirikan dengan memperhatikan
persyaratan formal yang telah ditentukan oleh undang-undang.
Di Indonesia, yayasan diatur oleh undang-undang nomor 16 Tahun 2001 dan Undang-
undang nomor 28 tahun 2004 tentang perubahan atas undang-undang nomor 16 tahun 2001
tentang yayasan. Untuk mendirikan sebuah yayasan harus melakukan dengan akta notaris
dan mempunyai status badan hukum, karena yayasan ialah badan hukum yang resmi
sehingga dibutuhkan pengesahan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia atau
pejabat yang ditunjuk.18
18
https://sarjanaekonomi.co.idYayasan oleh Guru Ekonomi, diakses pada 6 April 2021
Republik Indonesia. Ketentuan ini juga dimaksudkan agar Yayasan yang memiliki model
pengelolaan hukum yang baik dapat didaftarkan agar tidak melakukan perbuatan hukum
yang merugikan masyarakat;
c. Membentuk mekanisme pengawasan publik bagi yayasan yang diduga melanggar hukum,
anggaran dasar perusahaan, atau merugikan kepentingan umum. Undang-undang
mengatur kemungkinan peninjauan yayasan oleh pakar berdasarkan peradilan. Putusan
bahwa pihak ketiga memiliki kepentingan untuk mewakili kepentingan umum atau atas
permintaan Kejaksaan;
d. Yayasan memiliki organisasi yang terdiri dari pengawas, pengurus dan pengawas.
Pemisahan yang tegas antara fungsi, wewenang dan tanggung jawab masing-masing
lembaga tersebut, serta penataan hubungan dengan ketiga lembaga yayasan tersebut
dirancang untuk menghindari kemungkinan terjadinya konflik internal di dalam yayasan,
yang tidak hanya merugikan kepentingan dari yayasan. Yayasan, termasuk partai politik
lainnya;
e. Pengelolaan aset dan pelaksanaan kegiatan yayasan sepenuhnya dilakukan oleh
manajemen. Oleh karena itu, pengurus wajib menyusun laporan tahunan status keuangan
dan perkembangan yayasan dan menyampaikannya kepada wali amanat.
19
Achmad Ichsan,Hukum Dagang, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1987), hal. 23-24
Adapun sisa hasil likuidasi dari yayasan yang dibubarkan harus diserahkan kepada yayasan
lain yang memiliki maksud dan tujuan yang sama dengan yayasan yang dibubarkan. Jika
tidak maka akan diserahkan kepada negara dan digunakan sesuai dengan maksud dan
tujuan yayasan.
Menurut Pasal 39, Yayasan yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 73 ayat 1 UU
Yayasan harus segera dilikuidasi menurut undang-undang.Oleh karena itu tidak perlu
dibubarkan, tetapi harus segera dilikuidasi.Hal ini tercermin dari dalam Pasal 63, Pasal 3
UU Yayasan. Sesuai dengan ketentuan ayat, “Jika yayasan dibubarkan, maka yayasan tidak
dapat melakukan perbuatan hukum kecuali jika kekayaannya dilikuidasi dalam proses
likuidasi. Dalam hal ini, asas hukum yayasan adalah membubarkan yayasan terlebih dahulu,
kemudian dilanjutkan likuidasi, kemudian likuidator dibentuk oleh pengurus.Oleh karena
itu harus dikukuhkan sesuai dengan ketentuan Pasal 39. Untuk alasan hukum, yayasan
dibubarkan dan dilikuidasi, kemudian pengurus (yayasan dalam likuidasi) akan
membentuk likuidator. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu juga dikaji dan dikaji ketentuan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2001 tentang Pembubaran Yayasan
dan menentukan alasan pembubaran yayasan, antara lain:
a. Jangka waktu yang ditetapkan dalam anggaran dasar berakhir.
b. Tujuan yayasan yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah tercapai atau tidak tercapai.
c. Putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap berdasarkan alasan:
1) Yayasan melanggar ketertiban umum dan kesusilaan.
2) Tidak mampu membayar hutangnya setelah dinyatakan pailit.
3) Harta kekayaan yayasan tidak cukup untuk melunasi hutangnya setelah pernyataan
pailit dicabut.
4) Tidak menyesuaikan anggaran dasarnya dalam masa 3 tahun (6 Oktober 2005
sampai dengan 6 Oktober 2008).20
20Sjaifurrachman, “Analisis Terhadap Status Yayasan Yang Terlambat Menyesuaikan Anggaran Dasarnya Dengan
Ketentuan Undang-Undang Yayasan”, ISBN: 978-602-19681-1-6
Keputusan Nomor 10 Tahun 2001 tentang Yayasan. revisi Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2004 mulai berlaku pada tanggal 6 Juni 2004 dan berlaku efektif pada tanggal 6
Oktober 2005. Oleh karena itu, hanya berdasarkan adat istiadat sosial dan kasus Mahkamah
Agung, tidak ada aturan yang jelas untuk pengembangan yayasan di negara kita.
Akibatnya banyak yayasan yang disalahgunakan dan melenceng dari tujuan semula,
yaitu menjadi organisasi nirlaba yang memiliki tujuan sosial, keagamaan dan
kemanusiaan12. Walaupun status hukum suatu badan hukum sering dipertanyakan dalam
banyak hal, karena keberadaan yayasan sebagai subjek hukum tidak mempunyai kekuatan
hukum yang tegas dan kuat. Saat itu, masyarakat cenderung memilih bentuk yayasan, karena
proses pendiriannya sederhana, tanpa persetujuan pemerintah, dan masyarakat memiliki
persepsi bahwa yayasan tidak perlu membayar pajak. 21
21
Ibid
1UU PT mengatur bahwa: “Pemegang saham tidak bertanggung jawab secara pribadi atas
perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian
perseroan melebihi saham yang dimiliki”. Hal ini berarti, pemegang saham hanya
bertanggung jawab sebatas jumlah saham yang dimilikinya sehingga tidak dapat dimintai
tanggung jawab secara mandiri atau menggunakan harta pribadi pemegang saham. 22
2.6.2. Inbreng/Modal
a. Modal Dasar
Ini merupakan modal perusahaan yang bisa menilai seberapa besar perusahaan
tersebut. Adanya modal ini akan membantu perusahaan dalam menentukan kelasnya,
apakah termasuk kelas besar, menengah, atau perusahaan PT kelas kecil.
b. Modal yang Ditempatkan
Modal ini mengacu pada kesanggupan para pemilik terkait jumlah modal yang
ditanamkan pada perusahaan.Pasal 33 Undang-Undang Perseroan Terbatas menyatakan
bahwa jumlah minimal modal yang ditempatkan adalah sebesar 25% dari Modal Dasar
perusahaan.
c. Modal yang Disetorkan
Modal setor menjadi jenis sumber dana PT yang paling dianggap nyata karena
menunjukkan jumlah modal yang disetor oleh para pemegang saham. Besarnya modal
setor untuk PT adalah paling sedikit 25% dari Modal Dasar. Artinya, besarannya sama
dengan modal yang ditempatkan oleh para pemegang saham.
22Kansil, Seluk Beluk Perseroan Terbatas, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal. 2
tanggung jawab terbatas (limitedliability) dan terbebas dari tanggungjawab atas kerugian
yang dialami oleh perseroan yang melampaui nilai sahamnya sesuai Pasal3ayat (1) UU
PT. Hal ini memiliki tujuan untuk melindungi pemegang saham dari kerugian yang lebih
besar dari saham mereka. 23
Pemegang saham bertanggung jawab atas kerugian perseroan tidak melampaui
jumlah sahamnya jika terjadi kepailitan pada PT. Namun tidak selamanya tanggung
jawab terbatas atau limited liability dapat melindungi pemegang saham. Limited liability
dapat dipatahkan dengan menggunakan prinsip piercing the corporateveilyang
mengakibatkan pemegang saham dapat dimintai tanggung jawab tidak terbatas termasuk
kekayaan pribadi atas kerugian PT. Apabila perseroan tidak memenuhi syarat dan
pemegang saham terbukti dengan kesadarannya memanfaatkan PT untuk kepentingan
pribadi, maka pemegang saham dikatakanmelawan hukum dengan mempergunakan harta
PT sehingga tidak dapat menutup utang tersebut (Pasal 3 ayat 2 UU PT). Jika ternyata
pemegang saham menyalahgunakan bentuk PT tersebut dalam hal penggabungan harta
yang dimiliki oleh pemegang saham dengan harta yang dimiliki PT hingga terjadi
kepailitan dan terjadinya kepilitan merupakan perbuatan dari pemegang saham maka
menjadikannya harus bertanggungjawab secara pribadi yaitu apabila kekayaan PT tidak
dapat melunasi kewajibannya sehingga tanggungjawab dapat diperoleh dari harta pribadi
yang dimiliki oleh pemegang saham.
b. Tanggung Jawab Direksi
Pasal 1 angka 5 UU PT menyatakan Direksi bertanggungjawab secara keseluruhan
atas pengurusanPT sehingga wajib bertindak baik dan penuh tanggungjawabsesuai
maksud dan tujuan PT.24Maka perseroan dilarang melakukan tindakan yang tidak sejalan
dengan maksud dan tujuan serta tidak adanya benturan kepentingan PT. Pada umumnya,
benturan kepentingan terjadi jika Direksi menjalankan kontrak dengan perseroan lain dan
terdapat keuntungan yang dirahasiakanyang menjadikannya melanggar prinsip
kepercayaan. Tindakan ini disebut dengan tindakan ultra vires,yaitu tindakan Direksi
dengan kesadarannya atau sengaja melakukan tindakan diluar kewenangannyaatau
23
Gunawan Widjaja, Tanggung Jawab Direksi atas Kepailitan, Cetakan Kedua, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004),
hal. 19.
24Jono, Hukum Kepailitan, Cet. III Edisi I, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal. 58
adanya pelampauan kewenangan PT. Tindakan ultra vires berlaku jika Direksi
melakukantindakan yang dilarang dalam anggaran dasar PT dan Peraturan Perundang-
undangan serta setiap tindakan ultra vires batal demi hukum jika ada pihak ketiga yang
dirugikan maka pihak Direksilah yang harus mengganti kerugian atas kerugian PT hingga
menggunakan harta kekayaan pribadi. Ganti kerugian ini didasari pada prinsip piercing
the corporate viel jika Direksi tidak melaksanakan fiduciary duty, Direksi bersalah yang
mengakibatkan PT pailit.
c. Tanggung Jawab Dewan Komisaris
Pasal 1 angka 6 UU PT menyatakan Dewan Komisaris bertugas dalam hal
pengawasan maupun memberikan nasihat kepada Direksi atas pengurusan PT. Ketentuan
Pasal 108 UU PT ini memberikan kewenangan pada Dewan Komisaris untuk melakukan
pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya dan
memberi nasihat kepada direksi. Komisaris juga bertugas untuk mendapat laporan Direksi,
mempertimbangkan hasil kerja Direksi telah sesuai dengan pengaturan pada anggaran
dasar PT atau tidak.Dalam hal PT tidak mempunyai Direksi maka Dewan Komisaris
bertugas sebagai pengurus perseroan dengan melakukan pengurusan perseroan dalam
keadaantertentu menggantikan Direksi yang berhalangan untuk sementara. 25 Sama
seperti Direksi,dalam menjalankan kewajibannya harusmenggunakan prinsip fiduciary
duty yaitu beritikad baik, penuh kehati-hatian, kejujuran dan bertanggungjawab atas
kepentingan PT. Dalam Pasal 114 ayat (3) UU PT mengaturmengenai pelanggaran
fiduciary duty juga berakibat pada penerapan prinsip piercing thecorporate viel yaitu
Dewan Komisaris dapat dimintai tanggungjawabsecara pribadi atas kerugian PT jika
terbukti lalai dan bersalah dalam menjalankan tugas pengawasan terhadap pengurusan
perseroan yang dijalankan oleh Direksi hingga mengakibatkan kepailitan pada PT.
25Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perseroan Terbatas, (Bandung: PT Alumni, 2004), hal. 192
Saham jenis ini mempunyai karakteristik yaitu bisa melakukan klaim kepemilikan
pada semua penghasilan dan aktiva yang dimiliki perusahaan. Namun demikian,
pemilik atau pemegang saham jenis ini hanya memiliki kewajiban yang
terbatas.Keuntungannya adalah jika terjadi resiko terburuk misalnya perusahaan
bangkrut, kerugian maksimum yang ditanggung oleh pemegang saham adalah sebesar
investasi pada saham tersebut.
2. Saham Preferen (Preferred Stocks)
Jenis saham ini didesain sebagai gabungan antara obligasi dan saham
biasa.Beberapa investor menyukai jenis saham yang bisa menghasilkan pendapatan
tetap (seperti bunga obligasi). Secara umum, karakteristik saham preferen sama halnya
dengan saham biasa yang bisa mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa
tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut, dan membayar
dividen. Pemegang saham ini juga bisa melakukan klaim atas laba dan aktiva
sebelumnya, dividennya tetap selama masa berlaku dari saham, dan memiliki hak tebus
dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa.Hal ini yang membuat
saham ini mirip dengan obligasi, dan banyak diminati investor.
b. Jenis Saham dari Segi Cara Peralihannya
1. Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks)
Secara fisik, pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya. Hal ini bertujuan
agar mudah dipindahtangankan dari satu investor satu ke investor lainnya.Banyak
investor yang memiliki saham ini dengan tujuan memang untuk
diperjualbelikan.Investor tidak perlu khawatir karena secara hukum, siapa yang
memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk
ikut hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
2. Saham Atas Nama (Registered Stocks)
Kebalikan dari saham atas unjuk, pada saham atas nama pemegang saham tertulis
jelas namanya di dalam kertas saham dan cara peralihannya pun juga harus melalui
prosedur tertentu.
c. Jenis Saham dari Segi Kinerja Perdagangan
1. Blue Chip Stocks
Jenis saham ini banyak diburu investor karena berasal dari perusahaan yang
memiliki reputasi tinggi, sebagai petinggi di industrinya, dan memiliki pendapatan
yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.
2. Income Stocks
Jenis saham ini juga mempunyai keunggulan dalam hal kemampuan membayar
dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun
sebelumnya.Kemampuan menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur
membagikan dividen tunai menjadi daya tarik tersediri bagi investor.
3. Growth Stocks (Well-Known dan Lesser-Known)
Growth stocks dibagi menjadi dua, yaitu well-known dan lesser known. Well-
known adalah jenis saham yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi,
sebagai petinggi di industri sejenis dan dikenal sebagai perusahaan yang mempunyai
reputasi tinggi. Sedangkan lesser-known merupakan saham dari perusahaan daerah
dan kurang populer di kalangan emiten.
4. Speculative stocks
Investor dengan profil resiko high risk, bisa mencoba jenis saham ini. Saham ini
berpotensi menghasilkan laba tinggi di masa depan, namun tidak bisa secara konsisten
memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun.
5. Counter Cyclical Stocks
Jenis saham ini paling stabil saat kondisi ekonomi bergejolak karena tidak
terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara
umum.Ilustrasinya jika terjadi resesi ekonomi, maka harga saham ini tetap tinggi, di
mana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi.Hal ini bisa terjadi sebagai
akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa
resesi.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pengertian perusahaan yaitu perbuatan yang dilakukan secara terus menerus, bertindak
keluar, untuk mendapatkan penghasilan, dengan cara memperniagakan barang-barang,
menyerahkan barang-barang, atau mengadakan perjanjian-perjanjian perdagangan dan
bertujuan untuk mencari laba. Macam-macam bentuk perusahaan yaitu :
b. Perusahaan berbadan hukum yaitu badan usaha yang didalamnya terdapat pemisahan
harta kekayaan (asset) pemilik dengan harta kekayaan badan usaha dan proses
pendiriannya membutuhkan pengesahan dari pemerintah terhadap akta pendirian dan
anggaran dasarnya. Contoh dari perusahaan berbadan hukum yaitu Perseroan Terbatas,
Koperasi dan lain-lain.
- Pengertian dari Yayasan merupakan salah satu entitas non-pemerintah yang didirikan
sebagai perusahaan nirlaba atau kepercayaan amal, dengan tujuan utama membuat hibah
organisasi terkait, lembaga atau individu untuk ilmiah, pendidikan, budaya, agama, atau
tujuan amal lain. Yayasan sendiri tidak memiliki anggota dan yayasan didirikan dengan
memperhatikan persyaratan formal yang telah ditentukan oleh undang-undang. Yayasan
diatur oleh undang-undang nomor 16 Tahun 2001 dan Undang-undang nomor 28 tahun
2004 tentang perubahan atas undang-undang nomor 16 tahun 2001 tentang yayasan.
Untuk mendirikan sebuah yayasan harus melakukan dengan akta notaris dan mempunyai
status badan hukum, karena yayasan ialah badan hukum yang resmi sehingga dibutuhkan
pengesahan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia atau pejabat yang ditunjuk.
- Pengertian Perseroan Terbatas (PT) Pasal 1 angka 1 UU No. 40Tahun 2007 tentang
Peseroan Terbatas menyatakan: “PT Terbatas adalah badan hukum yang merupakan
persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan
modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam Undang-Undang”
d. Perusahaan bukan badan hukum didirikan berdasarkan perjanjian persekutuan antara
dua orang atau lebih yang mengikatkan diri untuk bekerja sama secara terus menerus
dengan memberikan pemasukan berupa uang, barang, tenaga, keahlian dan/atau
klien/pelanggan guna diusahakan bersama, mempunyai nama dan tempat kedudukan
tetap dengan tujuan mencari dan membagi bersama keuntungan yang diperoleh.
Contoh dari Perusahaan bukan badan hukum yaitu Persekutuan Komanditer dan
Persekutuan Firma.
- Pengertian dari Firma Menurut Pasal 16 KUH Dagang firma adalah suatu perseroan
yang didirikan untuk melakukan suatu usaha di bawah satu nama bersama. Firma
sebagai persekutuan (maatschap) adalah kerja sama yang dilakukan oleh beberapa
pihak yang bersifat persekutuan atau pertemanan, baik itu teman sesama profesi
maupun teman dalam perdagangan.
- Pengertian dari Persekutuan komanditer atau commanditaire vennotschap dalam
bahasa belanda adalah persekutuan firma yang memiliki satu atau beberapa orang
sekutu komanditer.CV merupakan salah satu bentuk usaha yang tidak berbadan
hukum.Menurut Ridwan Khairandy CV adalah persekutuan firma yang mempunyai
satu atau lebih sekutu komanditer.
3.2. Saran
Kami selaku penulis menyadari makalah ini jauh sempurna dan banyak kekurangan dalam
pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, kami selaku penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca yang bersifat membangun agar dapat menjadi lebih baik lagi.
Daftar Pustaka
Annuardi. (2017). Tanggung Jawab Sekutu Firma Atas Kepailitan. Vol. 1 No. 1.
Core.ac.uk, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, hal 46 diakses pada tanggal 03 April
2021.
Damay, Demi. (2013). 501 Pertanyaan Terpenting Tentang PT, CV, Firma, Matschap, &
Koperasi, ctk Pertama. Yogyakarta: Araska Publisher.
Farisanu, Ibnu Khayath. (2017). Badan Usaha Berbadan Hukum Yayasan dan Perseroan Terbatas.
STIE Widya Praja Tana Paser.
Harahap, M. Yahya. (2011). Hukum Perseroan Terbatas, Edisi 1 Cetakan III. Jakarta: Sinar
Grafika.
Haryanto, Agus Tri dan Muhammad Hendri Nuryadi. 2020. Panduan Ringkas Memahami Badan
Usaha Berbadan Hukum. Jakarta: Deputi Bidang Industri dan Investasi Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Mubarak, Nafi’. (2015).Hukum Dagang. Surabaya: Fakultas Hukum – UIN Sunan Ampel
Surabaya.
Permadi, I Made Hengki. 2019. Pengaturan Mengenai Pendaftaran Pendirian Firma Pada Sistem
Administrasi Badan Usaha. Vol. 4 No. 3.
Supramono, Gatot. 2007. Kedudukan Perusahaan sebagai Subjek dalam Gugatan Perdata.
Jakarta: Rineka Cipta.
Wiwoho, Jamal. (2007). Pengantar Hukum Bisnis. Surakarta: Sebelas Maret University Press.