Anda di halaman 1dari 41

“HUKUM DAGANG”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum Dalam Ekonomi

Dosen Pengampu:

Hj. Ifa Mutiatul Choiroh, SH., M.Kn

Disusun Oleh:

Farizka Nuzula (G94218174)

Juhar Manik (G74218087)

Moh. Faizal (G04218041)

Nurul Hayatunnisa (G74218116)

Riza Qamariyah Yansari (G74218127)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2020
Kata Pengantar

Alhamdulillahirobbil‘alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi


nikmatnya berupa kesehatan sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Shalawat bertahtakan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita,
revolusioner akbar yakni Nabi besar Muhammad SAW. yang telah membawa kita ke jalan yang
benar dan diridhai-Nya yakni addinul islam.

Dengan diselesaikannya makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Aspek Hukum Dalam Ekonomi, supaya bisa mengetahui, memahami, menjelaskan, dan
mempraktekkannya di kehidupan sehari-hari.Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini
tidak sempurna, tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan.Oleh karena itu kami sebagai penulis mengucapkan terimah kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam pengerjaan makalah ini.Dan karena ketidaksempurnaan itu kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun.Terimakasih.

Surabaya, 4 April2021
Daftar Isi

Kata Pengantar ............................................................................................................................................... 2


BAB I ............................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ......................................................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................................... 4
1.3. Tujuan ............................................................................................................................................ 5
BAB II ........................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................ 6
2.1. Pengertian Perusahaan ................................................................................................................... 6
2.2. Bentuk-bentuk Perusahaan ............................................................................................................ 6
2.3. Firma ............................................................................................................................................11
2.4. CV ................................................................................................................................................16
2.5. Yayasan........................................................................................................................................24
2.6. Perseroan Terbatas (PT) ..............................................................................................................29
BAB III ........................................................................................................................................................37
PENUTUP ...................................................................................................................................................37
3.1. Kesimpulan ..................................................................................................................................37
3.2. Saran ............................................................................................................................................38
Daftar Pustaka ..............................................................................................................................................40
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sejak abad pertengahan Eropa (1000/1500) telah lahir kota-kota sebagai pusat
perdagangan (Genoa, Florence, Vennetia, Marseille, Barcelona, dan negara-negara lainnya).
Tetapi pada saat itu hukum romawi (corpus lurus civils) tidak dapat menyelesaikan perkara-
perkara dalam perdagangan, makadibuatlah hukum baru di samping Hukum Romawi yang
berdiri sendiri pada abad ke-16 yang disebuthukum pedagang (koopmansrecht). Karena
bertambah pesatnyahubungan dagang maka pada abadke-17 diadakan kodifikasi dalam
hukum dagang oleh mentrikeuangan dari raja Louis XIV (1613-1715) yaitu Corbert dengan
peraturan (Ordonnance DuCommerce) 1673. Dan pada tahun 1681disusun Ordonnance De La
Marine yang mengaturtenteng kedaulatan dan pada tahun 1807 diPerancis di buat hukum
dagang tersendiri darihukum sipil yang ada yaitu (Code De Commerce)yang tersusun dari
Ordonnance Du Commerce (1673) dan Ordonnance Du La Marine (1838).

Pada saat itu Nederlands menginginkan adanya hukum dagang tersendiri yaitu KUHD
Belandadan pada tahun 1819 drencanakan dalam KUHD ini ada 3 kitab dan tidak mengenal
peradilankhusus. Lalu pada tahun 1838 akhirnya di sahkan.KUHD Belanda berdasarkan
azaskonkordansiKUHD belanda 1838 menjadi contoh bagi pembuatan KUHD di Indonesia
pada tahun 1848.Danpada akhir abad ke-19 Prof. Molengraaff merancang UU kepailitan
sebagai buku III di KUHDNederlands menjadi UU yang berdiri sendiri (1893 berlaku
1896).Dan sampai sekarang KUHDIndonesia memiliki 2 kitab yaitu, tentang dagang
umumnya dantentang hak-hak dan kewajiban yangtertib dari pelayaran.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa pengertian perusahaan?
1.2.2. Bagaimana bentuk-bentuk perusahaan?
1.2.3. Apa itu firma?
1.2.4. Apa itu CV?
1.2.5. Apa itu yayasan?
1.2.6. Apa itu Perseroan Terbatas (PT)?
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk memahami penjelasan mengenai pengertian perusahaan
1.3.2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk perusahaan
1.3.3. Untuk memahami penjelasan mengenai firma
1.3.4. Untuk memahami penjelasan mengenai CV
1.3.5. Untuk memahami penjelasan mengenai yayasan
1.3.6. Untuk memahami penjelasan mengenai Perseroan Terbatas (PT)
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Perusahaan


Pengertian dari perusahaan tidak diketemukan dalam KUHD.Hal ini dikarenakan Stb.
1938-276 hanya mencabut Pasal 2-5 KUHD dan mengganti istilah pedagang dengan
pengusaha, juga istilah perdagangan dengan perusahaan. Namun, tidak memberikan
pengertian apa itu pengusaha dan perusahaan. Sebagai acuan ada beberapa pendapat yang bisa
digunakan sebagai pengertian perusahaan, antara lain:

1. Pemerintah Belanda melalui Menteri Kehakiman Belanda menjelaskan bahwa yang


dimaksud dengan Perusahaan yaitu keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus
menerus atau tidak terputus-putus, dengan terang-terangan, dalam kedudukan tertentu dan
untuk mencari laba.
2. Pendapat Molengraaff, bahwa perusahaan merupakan keseluruhan perbuatan yang
dilakukan secara terus menerus, bertindak keluar, untuk mendapatkan penghasilan, dengan
cara memperniagakan barang-barang, menyerahkan barang-barang, atau mengadakan
perjanjian-perjanjian perdagangan.
3. Polak menyatakan bahwa sebuah perusahaan dianggap ada bila diperlukan adanya
perhitungan-perhitungan tentang laba-rugi yang dapat diperkirakan, dan segala sesuatu itu
dicatat dalam pembukuan.1

2.2. Bentuk-bentuk Perusahaan


Dalam pemilihan bentuk perusahaan harus ditetapkan pada saat perusahaan akan
didirikan. Dalam hal ini terdapat beberapa pertimbangan apabila kita akan memilih bentuk
perusahaan. Pertimbangan tersebut antara lain:2
a. Jenis usaha yang akan dilaksanakan (jasa, industri, perdagangan dan sebagainya).
b. Jumlah modal untuk usaha dan kemungkinan untuk menambah modal .
c. Rencana pembagian laba.
d. Penentuan tanggung jawab perusahaan.
e. Penanggungan resiko yang akan dihadapi.
f. Prinsip-prinsip pengawasan yang akan digunakan.
g. Jangka waktu berdirinya perusahaan.

1
Nafi’ Mubarak, Hukum Dagang, (Surabaya: Fakultas Hukum – UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015) , hal. 23-24
2Nurul Ihsan, “Jurnal Ekonomi Islam” (Jakarta: Fakultas Agama Islam Uhamka), Vol. 3 No. 1, 2013, hal. 172
Bentuk perusahaan dari status hukumnya terdiri dari:3
a. Perusahaan bukan badan hukum
Harta pribadi para sekutu juga akan terpakai untuk memenuhi kewajiban tersebut. Contoh
perusahaan bukan badan hukum yaitu perusahaan perseorangan, persekutuan perdata,
persekutuan komanditer, persekutuan firma.
b. Perusahaan berbadan hukum
Sebuah objek hukum yang mempunyai kepentingan sendiri terpisah dari kepentingan
pribadi anggotanya, mempunyai harta sendiri yang terpisah dari anggotanya, punya tujuan
yang terpisah dari tujuan pribadi para anggota dan tanggung jawab pemegang saham
terbatas kepada nilai saham yang diambilnya.Contoh dari Perusahaan berbadan hukum
yaitu Perseroan Terbatas (PT), Koperasi, Perusahaan Umum, Perusahaan Perseroan
(Persero).

Bentuk perusahaan dari status kepemilikannya terdiri dari:4


a. Perusahaan Negara, yaitu perusahaan yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki negara.
b. Perusahaan Swasta, yaitu perusahaan yang seluruh modalnya dimiliki oleh swastadan tidak
ada campur tangan pemerintah.Perusahaan swasta dibagi menjadi tiga, yaitu perusahaan
swasta asing, perusahaan swasta nasional, dan perusahaan patungan atau campuran (join
venture).

2.2.1. Perusahaan Perseorangan


Perusahaan perseorangan merupakan perusahaan yang dilakukan oleh satu orang
pengusaha.Bentuk ini biasanya dipakai untuk kegiatan usaha yang kecil, atau pada saat
permulaan mengadakan kegiatan usaha.Usaha perseorangan ini diresiko dan kegiatan
perusahaan.Walaupun jumlah perusahaan yang ada relative banyak, tetapi volume penjualan
masing-masing relative kecil.Di samping itu tidak diperlukan izin pendiriannya.Selama ini
pemerintah tidak menentukan suatu kategori khusus tentang bentuk usaha ini.Jadi, tidak ada
pemisahan secara hukum antara perusahaan dengan kepentingan pribadi.Semua urusan

3 Core.ac.uk, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, hal 46 diakses pada tanggal 03 April 2021
4Ibid
perusahaan menjadi satu dengan urusan pribadi dari pemilik.Usaha ini dimiliki, dikelola dan
dipimpin oleh seseorang yang bertanggung jawab penuh terhadap semua resiko dan aktivitas
perusahaan.Dalam hal izin usaha secara relative dapat dikatakan lebih ringan dan lebih
sederhana persyaratannya dibandingkan dengan jenis perusahaan lainnya.Pemisahan modal
dari kekayaan pribadi pada perusahaan perseorangan dalam likuidasi tidak ada artinya, sebab
semua harta kekayaan menjadi jaminan dari semua utang perusahaan.Dalam KUHD dan
peraturan perundang undangan lainnya tidak dijumpai adanya pengaturan khusus mengenai
Perusahaan perseorangan berbeda dengan Perseroan Terbatas (PT), Persekutuan Komanditer
(CV) atau koperasi.

Keunggulan Perusahaan Perseorangan:


1. Pemilik bebas dalam mengambil keputusan, sehingga keputusan dapat secara cepat
dilaksanakan.
2. Seluruh keuntungan perusahaan menjadi hak pemilik perusahaan sepenuhnya.
3. Sifat kerahasiaan perusahaan dapat terjamin, baik dalam hal keuangan maupun dalam
masalah proses produksi.
4. Biasanya pemilik perusahaan lebih giat berusaha untuk mencapai tujuan perusahaan yang
menjadi miliknya itu.

Kelemahan Perusahaan Perseorangan:


1. Tanggung jawab pemilik perusahaan tidak terbatas. Di sini seluruh harta milik pribadi
menjadi jaminan terhadap hutang perusahaan.
2. Sumber keuangan perusahaan terbatas, sebab usaha-usaha untuk memperoleh sumber
dana sangat tergantung pada kemampuan pemilik perusahaan saja.
3. Kelangsungan usaha perusahaan kurang terjamin, sebab jika seandainya pemilik
meninggal atau terkena hukuman penjara, maka perusahaan akan berhenti pula
aktivitasnya.
4. Pengelolaan manajemennya lebih kompleks sebab semua aktivitas manajemen seperti,
pencarian kredit, pembelanjaan, produksi, ketenagakerjaan serta pemasaran, dilakukan
oleh pemilik sendiri.

2.2.2. Perusahaan Berbadan Hukum


Badan Usaha Berbadan Hukum adalah badan usaha yang didalamnya terdapat
pemisahan harta kekayaan (asset) pemilik dengan harta kekayaan badan usaha dan proses
pendiriannya membutuhkan pengesahan dari pemerintah terhadap akta pendirian dan
anggaran dasarnya.5

Manfaat mendirikan Badan Usaha Berbadan Hukum


a. Sarana perlindungan hukum
b. Pembatasan tanggung jawab (limited liability)
c. Terdapat pemisahan harta kekayaan (separate asset)
d. Keberlangsungan perusahaan
e. Akses permodalan lebih mudah
f. Meningkatkan kepercayaan rekan bisnis & konsumen

Elsi Kartika Sari dan Advendi Simanunsong (2007) membedakan badan hukum menjadi 2
(dua) bentuk, yaitu:6
a. Badan Hukum Publik (Public Rechts Person)
Badan hukum publik adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum publik
atau yang menyangkut kepentingan publik atau orang banyak atau negara
umumnya.Dengan demikian, badan hukum ini merupakan badan-badan negara yang
dibentuk oleh yang berkuasa berdasarkan perundang-undangan yang dijalankan secara
fungsional oleh eksekutif (pemerintah) atau badan pengurus yang diberikan tugas untuk
itu, seperti pemerintah daerah, Bank Indonesia, dan perusahaan negara.
b. Badan Hukum Privat (Privat Rect Persoon)
Badan hukum privat adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum sipil
atau perdata yang menyangkut kepentingan pribadi orang di dalam badan hukum itu.
Dengan demikian, badan hukum itu merupakan badan swasta yang didirikan orang untuk
tujuan tertentu, yakni mencari keuntungan, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan

5 Agus Tri Haryanto & Muhammad Hendri Nuryadi, Panduan Ringkas Memahami Badan Usaha Berbadan Hukum,
(Jakarta: Deputi Bidang Industri dan Investasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2020), hal. 5
6Ibnu Khayath Farisanu, Badan Usaha Berbadan Hukum Yayasan dan Perseroan Terbatas,(STIE Widya Praja Tana

Paser, 2017), hal. 1-3


lain-lainnya menurut hukum yang berlaku secara sah, misalnya perseroan terbatas,
koperasi, yayasan, dan badan amal.

Dengan demikiansecara umum suatu badan hukum memiliki karakteristiksebagai berikut:


1. Memiliki kekayaan sendiri
Badan hukum merupakan pendukung hak dan kewajiban, sama seperti manusia
pribadi. Sebagai pendukung hak dan kewajiban, dia dapat mengadakan hubungan bisnis
dengan pihak lain. Untuk itu dia memiliki kekayaan sendiri yang terpisah dari kekayaan
pengurus atau pendirinya.Segala kewajiban hukumnya dipenuhi dari kekayaan yang
dimilikinya. Apabila kekayaannya tidak mencukupi untuk menutupi kewajibannya, itu
pun tidak akan dipenuhi dari kekayaan pengurus atau pendirinya guna menghindarkan
dari kebangkrutan. Kendatipun mendapat pinjaman dana dari pengurus atau pendirinya
atau jika Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendapat suntikan dana dari negara,
pinjaman atau suntikan dana itu tetap dihitung sebagai utang badan hukum itu.
2. Anggaran Dasar disahkan oleh Pemerintah
Akta pendirian yang memuat anggaran dasar setiap badan hukum harus dimuat di
notaris.Akta notaris ini kemudian harus mendapat pengesahan secara resmi dari
pemerintah, dalam hal ini melalui Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.Status badan
hukum diperoleh sejak tanggal keputusan pengesahan oleh menteri.Pengesahan ini
merupakan pembenaran bahwa anggaran dasar badan hukum yang bersangkutan tidak
dilarang undang-undang serta tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan
kesusilaan.Disamping itu, pengesahan juga menentukan bahwa sejak badan usaha
memperoleh status sebagai badan hukum maka harta kekayaannya menjadi terpisah dari
harta kekayaan pribadi, pengurus atau pendirinya.
3. Diwakili oleh Pengurus
Badan hukum merupakan subyek hukum buatan manusia berdasarkan hukum yang
berlaku.Agar dapat berbuat menurut hukum, maka badan hukum diurus oleh pengurus
yang ditetapkan dalam anggaran dasarnya, sebagai yang berwenang mewakili badan
hukum.Artinya, perbuatan-perbuatan badan hukum. Perbuatan pengurus tersebut selalu
mengatasnamakan badan hukum, bukan atas nama pribadi pengurus. Segala kewajiban
yang timbul dari perbuatan pengurus adalah kewajiban badan hukum, yang dibebankan
pada harta kekayaan badan hukum.Sebaliknya pula, segala hak yang diperoleh dari
perbuatan pengurus adalah hak badan hukum yang menjadi kekayaan badan hukum.

Badan hukum yang dilahirkan oleh Peraturan Perundang-undangan antara lain:


1. Koperasi (UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian).
2. Yayasan (UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan).
3. Wakaf (UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf).
4. Perseroan Terbatas (UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas).
5. Partai Politik (UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik).

2.2.3. Perusahaan bukan badan hukum


Perusahaan bukan badan hukum didirikan berdasarkan perjanjian persekutuan antara
dua orang atau lebih yang mengikatkan diri untuk bekerja sama secara terus menerus dengan
memberikan pemasukan berupa uang, barang, tenaga, keahlian dan/atau klien/pelanggan
guna diusahakan bersama, mempunyai nama dan tempat kedudukan tetap dengan tujuan
mencari dan membagi bersama keuntungan yang diperoleh. 7 Perusahaan bukan badan
hukum Ketika kita memilih bentuk usaha yang bukan badan hukum (non badan hukum),
biasanya usaha bersama tersebut dalam skala yang belum begitu besar dan pihak yang diajak
bekerja sama merupakan orang terdekat yang sudah dikenal atau bahkan keluarga sendiri.
Untuk badan usaha yang tidak berbadan hukum, maka kita dapat memilih badan usaha yang
berbentuk Persekutuan Perdata (Maatschap), Persekutuan Firma atau Persekutuan
Komanditer (Comanditaire Vennootschap/CV).

2.3. Firma

2.3.1. Pengertian Firma


Menurut Pasal 16 KUH Dagang firma adalah suatu perseroan yang didirikan untuk
8
melakukan suatu usaha di bawah satu nama bersama. Firma sebagai persekutuan
(maatschap) adalah kerja sama yang dilakukan oleh beberapa pihak yang bersifat
persekutuan atau pertemanan, baik itu teman sesama profesi maupun teman dalam

7http://ditjen.kemenkumham.go.id diakses pada tanggal 04 April 2021


8 Annuardi, “Tanggung Jawab Sekutu Firma Atas Kepailitan”, Vol. 1 No. 1, 2017, hal. 16
perdagangan.9Firma merupakan bentuk permitraan yang umumnya digunakan dalam bidang
komersial seperti usaha perdagangan. Firma adalah nama yang dipakai untuk berdagang
bersama-sama.

2.3.2. Dasar Hukum Pendirian


Selain diatur dalam Pasal 16-35 KUH Dagang, sumber hukum firma juga dapat
ditemukan dalam ketentuan yang terdapat pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yakni
pada Pasal 1618-1652 KUH Perdata. Mengenai pemberlakuan ketentuan KUH Perdata
sebagai sumber hukum firma ditegaskan dalam Pasal 15 KUH Dagang, yang menyatakan:
“persekutuan-persekutuan yang disebut di dalam titel ini diatur oleh perjanjian-perjanjian
antara pihak-pihak oleh kitab Undang-Undang ini dan oleh hukum perdata”. Sehingga dapat
diketahui bahwa selain KUH Dagang sebagai sumber hukum firma, terdapat pula KUH
Perdata , dimana ketentuan dalam KUH Perdata berlaku sebagai lex generalis sedangkan
KUH Dagang berlaku sebagai lex speciallis.
Mengenai tata cara pendirian suatu firma pada prinsipnya terdiri atas tiga prosedur.
Ketiga prosedur tersebut secara singkat akan diuraikan sebagia berikut: 10
a. Pendirian/pembentukan
Hal yang menyangkut pendirian atau pembentukan suatu firma harus dilakukan
secara autentik (Pasal 22 KUH Dagang) dengan membuat suatu perjanjian secara tertulis
yang menunjukkan kesepakatan di antara para pendirinya untuk mendirikan suatu badan
usaha yang berbentuk firma. Perjanjian autentik inilah yang disebut dengan Akta
Pendirian Firma.
b. Pendaftaran
Setelah pembuatan akta pendirian, selanjutnya akta tersebut harus didaftarkan kepada
Kepaniteraan Pengadilan Negeri dalam wilayah mana firma tersebut didirikan (Pasal 23
KUH Dagang). Adapun hal-hal yang perlu didaftarkan adalah akta pendirian atau ikhtisar
resmi dari akta pendirian, yang isinya terdiri dari:
1. Nama, pekerjaan serta tempat tinggal para sekutu.
2. Penetapan nama firma yang dipergunakan.

9 M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Edisi 1 Cetakan III, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hal. 8
10 Annuardi, “Tanggung Jawab Sekutu Firma Atas Kepailitan”, Vol. 1 No. 1, 2017, hal. 17
3. Nama-nama sekutu yang tidak diberi kuasa untuk menandatangani perjanjian bagi
firma dengan pihak ketiga.
4. Saat dimulainya dan berakhirnya persekutuan (firma).

Namun semenjak diundangkannyaPeraturan Menteri Hukum dan HakAsasi Manusia


Republik Indonesia Nomor 17Tahun 2018 tentangPendaftaran Persekutuan Komanditer,
Persekutuan Firma danPersekutuan Perdata(yang selanjutnya disebut Permenkumham
PPKPFPP), firma wajib didaftarkan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
melalui sistem elektronik bernama Sistem Administrasi Badan Usaha yang selanjutnya
disebut SABU. 11 Sistem SABU ini berada langsung dibawah naungan Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia DirektoratJenderal Administrasi Hukum Umum (AHU),
dalam aturan itudisebutkan bahwa pendirian,perubahan maupun pembubaranfirmawajib
didaftarkan secara elektronik.
c. Pengumuman
Selanjutnya ikhtisar resmi dari akta pendirian tersebut harus diumumkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia (Pasal 28 KUH Dagang). Kewajiban untuk
mengumumkan ini disertai dengan sanksi apabila para pendiri melalaikan kewajiban
tersebut, persekutuan firma yang didirikan akan dianggap sebagai persekutuan perdata
biasa yang bersifat umum.

2.3.3. Tanggung Jawab Sekutu/Persero


Dalam Pasal 17 KUH Dagang dijelaskan bahwa: “Tiap-tiap persero yang tidak
dikecualikan dari satu sama lain, mempunyai wewenang dan berhak untuk bertindak, untuk
mengeluarkan dan menerima uang atas nama perseroan, juga untuk mengikat perseroan
dengan pihak ketiga dan pihak ketiga dengannya. Segala tindakan yang tidak bersangkutan
dengan perseroan, atau yang bagi para persero menurut perjanjian tidak tidak berwenang
dalam melakukannya, tidak termasuk dalam ketentuan ini”. Dari penjelasan tersebut dapat
diketahui bahwa setiap anggota firma memiliki kewenangan bertindak keluar atas nama

11I Made Hengki Permadi, “Pengaturan Mengenai Pendaftaran Pendirian Firma Pada Sistem Administrasi Badan
Usaha”, Vol. 4 No. 3, 2019, hal. 477
firma. Dengan adanya hubungan yang dilakukan sekutu dengan pihak ketiga tentunya akan
menimbulkan hubungan hukum yang diikuti dengan lahirnya kewajiban kepada pihak ketiga.
Selanjutnya pertanggung jawaban atas kewajiban yang timbul dengan adanya hubungan
yang dilakukan antara firma dengan pihak ketiga diatur dalam Pasal 18 KUH Dagang, yang
menyatakan: “Dalam perseroan firma, tiap-tiap persero bertanggung jawab secara tanggung
renteng untuk seluruhnya atas segala perikatan dari perseroannya”. Mengenai tanggung
jawab secara renteng ini diatur dalam Pasal 1280 KUH Perdata, yang menyatakan: “Adalah
terjadi suatu perikatan tanggung-menanggung di pihaknya orang-orang yang berutang,
manakala mereka kesemuanya diwajibkan melakukan suatu hal yang sama, sedemikian
bahwa salah satu dapat dituntut untuk seleruhnya, dan pemenuhan oleh salah satu
membebaskan orang-orang berutang yang lainnya terhadap si berpiutang”.
Ketentuan mengenai tanggung jawab renteng sekutu (anggota) firma secara tanggung
renteng tersebut mengatur bahwa utang ataupun segala kewajiban yang dimiliki oleh firma
menjadi tanggungan secara bersama para sekutu firma. Hal ini memperlihatkan bahwa firma
sebagai sebuah badan usaha tidak terdapat pemisahan harta dan kewajiban antara firma
dengan para sekutu firma.

2.3.4. Pembagian Keuntungan dan Kerugian


Dalam Firma, para sekutu dianggap sebagai pemilik perusahaan, bukan sebagai
karyawan. Oleh karena itu setiap terjadi pembagian laba atau kekayaaan lainnya dianggap
sebagai prive sekutu (withdrawal) bukan sebagai beban. Ketentuan pembagian laba atau rugi
diantara para sekutu dicantumkan dalam akte pendirian. Hal ini dimaksudkan agar
perhitungan tersebut memiliki kekuatan hukum, dan menjaga kelangsungan Firma.Karena
dalam kenyataan banyak firma yang bubar, karena tidak sepakat dengan pembagian laba
yang diperoleh.Oleh karena itu pembagian laba atau rugi harus ditetapkan dalam akte
pendirian. Dalam menentukan pembagian laba tersebut, para sekutu biasanya
mempertimbangkan tiga hal pokok yakni:
a. Seberapa banyak modal yang disetor dalam perusahaan.
b. Seberapa banyak waktu kemampuan, fikiran dan tenaga yang dicurahkan dalam firma
oleh masing-masing sekutu.
c. Resiko yang ditanggung oleh sekutu.
Pembagian laba dilakukan menurut salah satu dari beberapa metode di bawah ini:

1. Laba dibagi sama, setiap sekutu selalu mendapatkan bagian yang sama. Misalnya
komposisi modal sekutu adalah A sebesar Rp 50.000.000, B sebesar Rp 55.000.000, dan
C sebesar Rp 45.000.000. Jumlah laba pada tahun berjalan adalah Rp 150.000.000, maka
laba dibagi rata pada masing-masing sekutu sebesar Rp 50.000.000.
2. Laba dibagi dengan rasio tertentu, misal dalam contoh kasus yang sama seperti di atas,
diasumsikan bahwa karena memiliki modal yang besar dibandingkan yang lain, maka B
menerima pembagian laba dengan rasio yang lebih besar dibanding yang lain, yakni 3:4:2.
3. Laba dibagi menurut perbandingan modal, yang mana modalnya dihitung dari modal awal,
modal pada tiap tahun awal periode fiskal, modal pada tiap akhir periode fiskal, dan modal
rata-rata untuk tiap periode fiskal.
4. Laba dibagi dengan memperhitungkan bunga modal dan sisanya dapat dibagi menurut
metode 1, 2, atau 3.
5. Laba dibagi dengan memperhitungkan gaji dan atau bonus dan sisanya dibagi menurut
metode 1, 2, atau 3.
6. Laba dibagi dengan memperhitungkan bunga modal serta gaji dan atau bonus dan sisanya
dibagi menurut metode 1, 2, atau 3.
Adapun untuk kerugiannya dilakukan dengan cara tanggung renteng sampai ke harta
pribadi. Artinya, jika firma menderita kerugian, semua sekutu harus menanggung kerugian
tersebut. Di samping itu, harta pribadi masing-masing sekutu juga ikut digunakan untuk
menanggung kerugian tersebut apabila harta firma tidak cukup untuk menyelesaikan
kerugian tersebut.

2.3.5. Pembubaran dan Akibatnya


Sebagai sebuah badan usaha, firma dapat dibubarkan atau berakhir. Adapun cara
berakhirnya firma diatur dalam Pasal 1646 KUH Perdata yang meliputi: 12
a. Dengan lewatnya atau berakhirnya waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian
persekutuan. Hal ini tercantum dalam akte pendirian persekutuan yang menyebutkan

12Gatot Supramono, Kedudukan Perusahaan sebagai Subjek dalam Gugatan Perdata, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007),
hal. 35
jangka waktu persekutuan tersebut berjalan. Apabila jangka waktu tersebut sudah lewat,
maka persekutuan dianggap bubar secara hukum. Selain dalam hal waktu, pembubaran
persekutuan dapat dilakukan apabila tujuan yang terdapat dalam akte pendirian sudah
tercapai. Perpanjangan dapat dilakukan dengan cara membuat perjanjian baru yang
berarti mendirikan persekutuan baru.
b. Dengan musnahnya barang atau diselesaikannya perbuatan yang menjadi pokok
persekutuan. Musnahnya barang yang digunakan operasional persekutuan dapat
menyebabkan persekutuan tersebut dianggap bubar. Terlebih lagi apabila hal tersebut
sampai mengakibatkan persekutuan mengalami likuidasi.
c. Atas kehendak semata-mata beberapa orang atau seorang sekutu. Anggota sekutu dapat
memutuskan untuk keluar dari persekutuan menurut prosedur yang sudah ditetapkan
dalam akte pendirian. Persekutuan lama tetap dapat beroperasi dengan kewajiban
membayar bagian hak pemilikan sekutu yang mengundurkan diri atau membeli hak
kepemilikannya. Dengan demikian terjadi transaksi pembelian hak pemilikan. Saldo
modal sekutu yang mengundurkan diri dipindahkan ke saldo modal sekutu-sekutu yang
tinggal menurut perbandingan yang disetujui.
d. Apabila salah seorang sekutu meninggal atau dinyatakan pailit. Dalam akte pendirian
disebutkan apabila salah satu anggota sekutu meninggal, hak pemiliknya dapat
diteruskan oleh ahli warisnya dengan memindahkan saldo modal sekutu yang meninggal
ke akun modal baru atas nama ahli waris almarhum. Apabila ahli waris tidak berniat ikut
dalam persekutuan, maka buku persekutuan harus ditutup pada tanggal meninggalnya
sekutu tadi. Hak sekutu yang meninggal dibayarkan kepada ahli warisnya.

2.4. CV

2.4.1. Pengertian Commanditaire Vennotschap (CV) atau Persekutuan Komanditer


Persekutuan komanditer atau commanditaire vennotschap dalam bahasa belanda adalah
persekutuan firma yang memiliki satu atau beberapa orang sekutu komanditer.CV
merupakan salah satu bentuk usaha yang tidak berbadan hukum.Menurut Ridwan Khairandy
CV adalah persekutuan firma yang mempunyai satu atau lebih sekutu komanditer. 13Menurut
Jamal Wiwoho CV adalah suatu persekutuan dimana satu atau beberapa orang sekutu

13Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang, (Yogyakarta: FH UII Press, 2006), hal. 27
mempercayakan uang atau barang kepada satu atau beberapa orang yang menjalankan
perusahaan bertindak sebagai pimpinan. 14 Menurut Pasal 19 KUHD menyebutkan bahwa
CV adalah suatu perseroan untuk menjalankan suatu perusahaan yang dibentuk satu orang
atau beberapa orang persero yang secara tanggung menanggung bertanggungjawab untuk
seluruhnya pada satu pihak, dan satu orang atau lebih sebagai pemberi modal (geldscheiter)
pada pihak yang lain.15

2.4.2. Dasar Hukum Pendirian CV


Bentuk CV ini tidak diatur dalam KUHD melainkan digabungkan bersama peraturan-
peraturan mengenai Persekutuan Firma, antara lain tata cara pendirian persekutuan
komanditer tidak beda jauh dengan persekutuan firma. Pada umumnya pendirian
persekutuan komanditer dengan akta notaris, untuk mendirikan CV sama dengan
Persekutuan Firma yaitu dibutuhkan minimal dua orang sebagai pendiri perusahaan yang
juga sekaligus bertindak sebagai pemilik perusahaan yang terdiri dari sekutu aktif dan sekutu
pasif. Seperti halnya dengan persekutuan firma pada umumnya maka setiap pendirian CV
harus dibuat akta Autentik sebagai akta pendirian dan dilakukan oleh notaris yang
berwenang di wilayah Republik Indonesia.Yang harus dilakukan pertama kali untuk
mendirikan Perseroan Komanditer (CV) adalah menetapkan kerangka anggaran dasar
perseroan sebagai acuan untuk dibuatkan akta Autentik sebagai akta pendirian oleh notaris
yang berwenang.

2.4.3. Syarat-syarat CV sebagai berikut:


1. Adanya perjanjian (Pasal 15 KUHD) yaitu kesepakatan dari para pihak yang ingin
mendirikan usaha.
2. Pendirian oleh minimal 2 orang dalam dimana dari antara pendiri tersebut ada yang
bertindak sebagai penyuplai modal dan ada yang menyumbang semua potensi (tenaga dan
pikiran) untuk mengurus dan mengelola perusahaan.
3. Adanya akta notaris yang berbahasa Indonesia

14JamalWiwoho, Pengantar Hukum Bisnis, (Surakarta: Sebelas Maret University Press, 2007), hal. 45
15Demi Damay, 501 Pertanyaan Terpenting Tentang PT, CV, Firma, Matschap, & Koperasi, cetakan Pertama,
(Yogyakarta: Araska Publisher, 2013), hal. 92
Di dalam akta pendirian yang memuat anggaran antara lain dimuat dalam hal-hal
sebagai berikut:
1. Nama persekutuan dan kedudukan hukumnya
2. Maksud dan tujuan didirikan persekutuan
3. Modal persekutuan
4. Penunjukan siapa sekutu biasa dan sekutu komanditer
5. Hak, kewajiban, tanggungjawab masing-masing sekutu
6. Mulai dan berakhirnya persekutuan
7. Pembagian keuntungan dan kerugian persekutuan
Akta pendirian tersebut kemudian didaftarkan di kepaniteraan Pengadilan Negeri
dimana persekutuan komanditer tersebut berkedudukan.Setelah itu, ikhtisar akta pendirian
akta pendirian persekutuan tersebut diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia.

2.4.4. Proses Pendirian CV


Adapun tahap-tahap dalam pendirian CV adalah sebagai berikut:
Tahap 1: Pembuatan Akta Pendirian CV
1) Akta Pendirian CV dibuat dan ditandatangani oleh Notaris yang berwenang dan dibuat
dalam bahasa Indonesia
2) Persyaratan (fotokopi KTP para pendiri Perseoran)
3) Lama proses yakni 1-2 (satu-dua) hari kerja

Tahap 2: Surat Keterangan Domisili Perusahaan


1) Permohonan surat keterangan domisili perusahaan diajukan kepada Kepala Kantor
Kelurahan setempat sesuai dengan alamat kantor perusahaan berada sebagai bukti
keterangan atau keberadaan alamat perusahaan.
2) Persyaratan lain yang dibutuhkan:
a. Fotokopi kontrak atau sewa tempat usaha atau bukti kepemilikan tempat usaha
b. Surat keterangan dari pemilik gedung apabila berdomisili di gedung perkantoran atau
pertokoan
c. Fotokopi PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) tahun terakhir sesuai tempat usaha untuk
perusahaan yang berdomisili di ruko atau rukan
3) Lama proses yakni 2 (Dua) hari kerja setelah permohonan diajukan
Tahap 3: Nomor Pokok Wajib Pajak
1) Permohonan pendaftaran wajib pajak badan usaha diajukan kepada Kepala Kantor
Pelayanan Pajak sesuai dengan keberadaan domisili perusahaan untuk mendapatkan:
a. Kartu NPWP
b. Surat keterangan terdaftar sebagai wajib pajak
2) Persyaratan:
a. Melampirkan bukti PPN atas sewa gedung
b. Melampirkan bukti pelunasan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan)
c. Melampirkan bukti kepemilikan atau sewa atau kontrak tempat usaha
3) Lama proses yakni 2-3 hari kerja setelah permohonan diajukan

Tahap 4: Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SP-PKP)


1) Permohonan untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak yang diajukan kepada
Kepala Kantor Pelayanan Pajak sesuai dengan NPWP yang telah diterbitkan
2) Persyaratan;
a. Melampirkan bukti PPN atas sewa gedung
b. Melampirkan bukti pelunasan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan)
c. Melampirkan bukti kepemilikan atau sbukti sewa atau kontrak tempat usaha
3) Lama proses yakni 3-5 hari kerja setelah permohonan diajukan

Tahap 5: Pendaftaran ke Pengadilan Negeri


1) Permohonan ini diajukan kepada Kantor Pengadilan Negeri setempat sesuai tempat dan
kedudukan perusahaan berada
2) Persayaratan lain yang dibutuhkan:
a. Melampirkan NPWP
b. Salinan akta pendirian CV
3) lama proses yakni 1 hari setelah permohonan diajukan

Tahap 6: SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan)


1) Permohonan SIUP diajukan kepada Dinas Perdagangan Kota atau Kabupaten untuk
golongan SIUP menengah dan kecil atau Dinas Perdagangan Propinsi untuk SIUP
golongan besar sesuai dengan tempat kedudukan perusahaan berasa
2) Persyaratan lain yang dibutuhkan;
a. SITU atau HO untuk jenis kegiatan usaha perdagangan yang dipersyaratkan adanya
SITU berdasarkan Undang-Undang Gangguan
b. Foto direktur utama atau pimpinan perusahaan (3x4) sebanyak 2 lembar
3) Lama proses yakni 14 hari kerja untuk SIUP menengah atau kecil dan 30 hari kerja
untuk SIUP besar

Tahap 7: Tanda Daftar Perusahaan


1) Permohonan pendaftaran diajukan kepada Pendaftaran Perusahaan yang berada di Kota
atau Kabupaten Dinas Perdagangan
2) Bagi perusahaan yang telah terdaftar akan diberikan sertifikat Tanda Daftar Perusahaan
sebagai bukti bahwa Perusahaan atau Badan usaha telah melakukan Wajib Daftar
Perusahaan sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia
No.37/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Perusahaan.
3) Lama proses yakni 14 hari kerja setelah permohonan diajukan.

2.4.5. Subyek CV
Kelebihan CV antara lain:
Terdapat beberapa alasan yang dianggap kelebihan badan usaha CV antara lain:16
a) Prosedur pembentukan atau pendirian CV yang relatif mudah
Prosedur pembentukan atau pendirian CV sama dengan firma. Adanya CV harus
mendapatkan pengesahan Negara.Sifat pendiriannya hanya pemberitahuan kepada
Negara dengan pendaftaran perusahaan relative murah.Para pendiri cukup hanya
membayar pembuatan akta pendirian di notaris dan biaya administrasi pengurusan
pendaftaran di pengadilan negeri dan pengumuman di Berita Negara yang diurus oleh
notaris.
b) Organ CV sangat sederhana
Di dalam CV hanya terdapat 2 sekutu yaitu sekutu komplementer dan sekutu
komanditer.Meskiupun hanya ada dua sekutu, namun masing-masing sekutu ini sudah

16Pujiyono, Hukum Perusahaan, (Surakarta: Pustaka Hanis, 2014), hal. 85


ada pembagian hak dan kewajiban yang jelas.Sekutu komanditer sebagai pemodal dan
sekutu komplementer bertanggungjwab mengurus jalannya perusahaan.
c) Adanya fleksibilitas hak dan kewajiban para sekutu
Batas antara sekutu komanditer dan komplementer tidak hitam putih, naum masing-
masing bisa fleksibel.Pembedanya hanya pada aktivitas, apabila dibutuhkan demi
kelangsungan hidup atau demi bertambahnya keuntungan CV maka sekutu komplementer
dapat berubah menjadi sekutu komanditer begitu pula sebaliknya.
d) Sudah dapat ikut tender di perusahaan ataupun pemerintahan
Pekerjaan-pekerjaan khususnya diadakan oleh pemerintahan akan mewajibkan
adanya tender. Bentuk badan usaha C adalah bentuk badan usaha minimal yang dapat
melakukan tender dalam lingkungan pemerintahan.Oleh karena itu banyak pelaku usaha
yang mendirikan CV agar mendapatkan peluang untuk ikut dalam tender tersebut.

Kelemahan CV antara lain:


a) Sebagian anggota memiliki tangung jawab tidak terbatas
b) Kelangsungan hidup perusahaan tidak terjamin
c) Sulit untuk menarik kembali investasinya
d) Apabila perusahaan berhutang/merugi, maka semua sekutu bertanggung jawab secara
bersama-sama

2.4.6. Inbreng/Modal
Modal untuk pendirian CV antara lain karena CV adalah bsuatu bentuk usaha yang
merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih oleh para pengusaha yang ingin
melakukan usaha dengan modal terbatas maka untuk CV tidak ditentukan jumlah modal
minimalnya. Didalam anggaran dasar perseroan komanditer (Akta Pendirian) juga tidak
disebutkan besarnya jumlah Modal Dasar, modal ditempatkan atau modal
disetor.Penyebutan besarnya modal perseroan dapat dicantumkan dalam SIUP (Surat Izin
Usaha Perdagangan atau Izin Operasional lainnya.Jadi apabila seorang pengusaha ingin
berusaha di industri rumah tangga, perdagangan, biro jasa, percetakan dll dengan modal awal
tidak terlalu besar dapat memilih CV sebagai alternative Badan Usaha yang memadai.
Biaya Paket Proses Pendirian CV:
Golongan Biaya Per Paket Masa Proses
SIUP Besar Rp. 6.750.000,- 30 Hari Kerja
SIUP Menengah Rp. 5.750.000,- 30 Hari Kerja
SIUP Kecil Rp. 4.750.000,- 30 Hari Kerja

Syarat pembayaran:
1. 50% uang muka pada saat dokumen lengkap dan siap diproses
2. 50% sisa pembayaran setelah proses tahap 4 selesai

2.4.7. Tanggung Jawab Masing-Masing Sekutu/Persero


Setiap sekutu dalam CV memiliki tanggungjawab yang berbeda satu sama lain yaitu:
a) Sekutu komplementer atau sekutu aktif atau sekutu kerja bertanggungjawab secara
pribadi untuk keseluruhan. Diatur dalam Pasal 18 KUHD.
b) Sekutu komanditer atau sekutu pasif bertanggungjawab hanya terbatas pada modal yang
disetor. Diatur dalam Pasal 20 ayat (30) KUHD. Terdapat pengecualian untuk
tanggungjawab sekutu komanditer apabila sekutu komanditer ini melanggar ketentuan
Pasal 20 ayat (2) KUHD yang berbunyi : “sekutu komanditer tidak turut serta dalam
pengurusan atau penguasaan dalam persekutuan komanditer maupun mencampuri urusan
sekutu kerja”.
Sanksinya apabila melanggarPasal 20 (2) KUHD maka sekutu komanditer
bertanggungjawab secara pribadi untuk keseluruhan terhadap semua utang atau perikatan
yang dibuat oleh persekutuan komanditer artinya pertanggung jawabannya sama dengan
sekutu kerja (Pasal 21 KUHD).

2.4.8. Pembagian Keuntungan & Kerugian


Pada prinsipnya adalah keuntungan harus dibagi namun jika rugi tidak harus dibagi. 17
a) Kemungkinan pembagian keuntungan (Pasal 1633-1635 KUHPerdata)
1. Diperjanjikan di antara mereka (Pasal 1633 KUHPerdata)

17Handri Raharjo, op.cit., hlm.53


Ayat 1 cara pembagian keuntungan dan kerugian oleh sekutu sebaiknya diatur dalam
perjanjian pendirian persekutuan. Umumnya dalam akta pendirian persekutuan
komanditer laba untuk sekutu komanditer lebih kecil dibandingkan laba untuk sekutu
komplementer.
2. Bila tidak diperjanjikan (Pasal 1633 KUHPerdata)
Ayat 1: pembagian berdasarkan perimbangan pemasukan secara adil dan seimbang.
Ayat 2: bagian sekutu yang memasukkan berupa tenaga kerja hanya dipersamakan
dengan sekutu yang memasukkan uang atau benda terkecil paling sedikit, dengan
batasan:
1. Pasal 1635 KUHPerdata
Ayat 1: dengan ketentuan tidak boleh memberikan seluruh keuntungan hanya
kepada salah seorang sekutu saja.
Ayat : boleh diperjanjikan jika seluruh kerugian hanya ditanggung oleh salah satu
sekutu saja.
2. Pasal 1634 ayat (1) KUHPerdata: penetapan pembagian keuntungan oleh pihak
ketiga tidak diperbolehkan
b) Kalau rugi
1. Sekutu komanditer membayar kerugian sebesar atau tidak boleh melebihi jumlah
pemasukannya (kecuali bila ia melanggar Pasal 20 (2) KUHD) maka menjadi
tanggungjawab pribadi secara keseluruhan.
2. Sekutu bekerja berdasarkan Pasal 18 KUHD, tanggungjawabnya secara pribadi untuk
keseluruhan, artinya beban kerugian itu tidak terbatas sehingga bila perlu harta
kekayaan sendiri sebagai jaminan bagi seluruh kerugian persekutuan.

2.4.9. Pembubaran & Akibatnya


Berakhirnya CV karena Persatuan Komanditer pada hakikatnya adalah firma maka cara
berakhirnya Firma juga berlaku pada Perseroan Komanditer, yaitu:
1. Berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam anggaran dasar.
2. Sebelum berakhir jangka waktu yang ditetapkan akibat pengunduran diri atau
pemberhentian sekutu.
3. Dengan demikian ketentuan Pasal 1646-1652 KUH Perdaya dan Pasal KUHD dapat
berlaku juga. (Hukum Dagang, 2009 : 146-147).

2.5. Yayasan

2.5.1. Pengertian
Yayasan merupakan salah satu entitas non-pemerintah yang didirikan sebagai
perusahaan nirlaba atau kepercayaan amal, dengan tujuan utama membuat hibah organisasi
terkait, lembaga atau individu untuk ilmiah, pendidikan, budaya, agama, atau tujuan amal
lain. Yayasan sendiri tidak memiliki anggota dan yayasan didirikan dengan memperhatikan
persyaratan formal yang telah ditentukan oleh undang-undang.
Di Indonesia, yayasan diatur oleh undang-undang nomor 16 Tahun 2001 dan Undang-
undang nomor 28 tahun 2004 tentang perubahan atas undang-undang nomor 16 tahun 2001
tentang yayasan. Untuk mendirikan sebuah yayasan harus melakukan dengan akta notaris
dan mempunyai status badan hukum, karena yayasan ialah badan hukum yang resmi
sehingga dibutuhkan pengesahan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia atau
pejabat yang ditunjuk.18

2.5.2. Dasar Hukum Pendirian


Yayasan adalah badan hukum yang tersusun atas harta kekayaan yang terpisah-pisah
yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan tanpa anggota. Itulah definisi yayasan dalam Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2001 tentang Yayasan, yang kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001.UU 16 tahun
2001 tentang Yayasan mengatur tentang:
a. Pendirian yayasan dilakukan melalui kontrak yang diaktakan, dan status badan hukum
diperoleh setelah pembentukan kontrak disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia atau pejabat yang ditunjuk;
b. Permohonan pendirian yayasan dapat diajukan kepada Kepala Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang ruang lingkup kerjanya meliputi lokasi
yayasan. Selain itu, yayasan yang telah disetujui harus diumumkan dalam Berita Nasional

18
https://sarjanaekonomi.co.idYayasan oleh Guru Ekonomi, diakses pada 6 April 2021
Republik Indonesia. Ketentuan ini juga dimaksudkan agar Yayasan yang memiliki model
pengelolaan hukum yang baik dapat didaftarkan agar tidak melakukan perbuatan hukum
yang merugikan masyarakat;
c. Membentuk mekanisme pengawasan publik bagi yayasan yang diduga melanggar hukum,
anggaran dasar perusahaan, atau merugikan kepentingan umum. Undang-undang
mengatur kemungkinan peninjauan yayasan oleh pakar berdasarkan peradilan. Putusan
bahwa pihak ketiga memiliki kepentingan untuk mewakili kepentingan umum atau atas
permintaan Kejaksaan;
d. Yayasan memiliki organisasi yang terdiri dari pengawas, pengurus dan pengawas.
Pemisahan yang tegas antara fungsi, wewenang dan tanggung jawab masing-masing
lembaga tersebut, serta penataan hubungan dengan ketiga lembaga yayasan tersebut
dirancang untuk menghindari kemungkinan terjadinya konflik internal di dalam yayasan,
yang tidak hanya merugikan kepentingan dari yayasan. Yayasan, termasuk partai politik
lainnya;
e. Pengelolaan aset dan pelaksanaan kegiatan yayasan sepenuhnya dilakukan oleh
manajemen. Oleh karena itu, pengurus wajib menyusun laporan tahunan status keuangan
dan perkembangan yayasan dan menyampaikannya kepada wali amanat.

Dengan kemungkinan penggabungan atau pembubaran yayasan dapat disebabkan oleh


prakarsa lembaga yayasan sendiri, atau berdasarkan putusan atau putusan pengadilan, dan
adanya kesempatan bagi yayasan asing untuk melakukan kegiatan di negara Republik
Indonesia sampai dengan itu.tidak merugikan rakyat, negara dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Presiden Megawati Soekarnoputri mengesahkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2001 tentang Yayasan di Jakarta pada tanggal 6 Agustus 2001. Sekretaris Negara Republik
Indonesia Muhammad Maftuf Basyuni mengesahkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2001 tentang Yayasan di Jakarta pada tanggal 6 Agustus 2001, dan akan berlaku satu tahun
(satu tahun) sejak tanggal diundangkan.
2.5.3. Inbreng/Modal
Seperti halnya badan hukum, aset tertentu yayasan terpisah dari aset
pendirinya.Kekayaan ada dalam bentuk aset yang diperoleh dari modal awal pendiri yang
telah dipisahkan dan dimasukkan ke dalam aset yayasan.Aset awal yayasan yang dimasuki
oleh pendiri dapat berupa uang atau komoditas.Tujuan pemisahan adalah untuk memperjelas
bahwa aset awal yayasan bukan lagi bagian dari aset pribadi atau aset bersama pendiri.

2.5.4. Organ Yayasan danTangung Jawab Masing-masing


Organisasi Yayasan adalah badan hukum yang mempunyai tujuan dan tujuan sosial,
agama, dan kemanusiaan, Organisasi yayasan terdiri dari atasan, bawahan, dan
atasan.Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004, organisasi yayasan
terdiri dari pendiri, pengurus, dan direktur internal. Oleh karena itu, yayasan yang terdiri dari
Pembina, Pengurus, dan Pengurus dijabarkan dalam aspek-aspek sebagai berikut: Ketetapan
Nomor 28 Tahun 2004, tentang Pasal 2 Yayasan.
a. Pembina
Pembina merupakan badan yayasan dan memiliki kekuasaan tidak akan diserahkan
ke manajemen. Pengawas Organ Buatan sebagai pengganti sang pendiri, sebenarnya, sang
pendiri fondasi mungkin tidak ada sama sekali di beberapa titik, inilah hasilnya karena
pendirinya meninggal atau mengundurkan diri. Di organisasi yayasan ini dijelaskan
dalam Pasal 28, Ayat 1, No. 28 dari Annual International Foundation Act tahun 2004
b. Pengawas
Pengawas adalah organisasi yayasan, dan kekuasaannya tidak didelegasikan kepada
manajemen. Pembentukan lembaga sponsorship menggantikan pendiri disebabkan karena
pendiri yayasan mungkin saja tidak ada sama sekali karena wafat atau pengunduran diri
pendiri. Mengenai organisasi yayasan, penjelasannya dilakukan sesuai dengan Pasal 28
ayat 1 Undang-Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004. (1) Pengawas adalah organisasi
yayasan, dan kewenangannya tidak diatur dalam undang-undang ini atau anggaran dasar
perusahaan.
c. Pengurus
Peranan Pengurus amatlah dominan pada suatu organisasi.Pengurus adalah organ
yayasan yang melaksanakan kepengurusan yayasan, yang diangkat oleh pembina
berdasarkan keputusan rapat pembina. Pengurus tidak boleh merangkap sebagai pembina
dan pengawas hal ini dimaksudkan untuk menghindari tumpang tindih kewenangan, tugas
dan tanggung jawab antara pembina, pengurus dan pengawas yang dapat merugikan
kepentingan yayasan atau pihak lain. Mengenai pengurus ini UU No.28 Tahun 2004
mengaturnya dalam pasal 31 sampai pasal 39.233.
d. Pengawas
Pengawas adalah organ yayasan, dan tugasnya mengawasi direksi dan memberikan
nasihat selama kegiatan yayasan.Supervisor mengawasi dan memberikan saran kepada
manajemen.Supervisor tidak bisa menjadi supervisor atau administrator pada saat yang
bersamaan. Dalam UU Yayasan Nomor 28 Tahun 2004, badan pengawas diatur dalam
Pasal 40 sampai dengan Pasal 47. 19

2.5.5. Pembubaran dan Akibatnya


Menurut Pasal 62 “UU Yayasan”, alasan pembubaran yayasan bisa jadi karena batas
waktu yang ditentukan dalam anggaran dasar perusahaan sudah habis, tujuan yang
ditetapkan dalam anggaran dasar perusahaan sudah tercapai atau tidak tercapai, dan / atau
putusan pengadilan mempunyai akibat hukum tetap yaitu yayasan melanggar ketertiban dan
kesusilaan masyarakat, tidak dapat membayar hutang setelah dinyatakan pailit, atau
kekayaan yayasan tidak mencukupi untuk membayar hutang setelah pernyataan pailit
dicabut. Apabila yayasan dibubarkan karena batas waktu dan tujuan, maka pengawas akan
menunjuk likuidator untuk melikuidasi kekayaan yayasan, dan apabila yayasan dibubarkan
karena pailit maka akan berlaku peraturan perundang-undangan di bidang kepailitan.
Yayasan yang dibubarkan hanya dapat melikuidasi aset selama proses likuidasi,
dan tidak dapat melakukan tindakan hukum. Likuidator atau kurator yang ditunjuk sebagai
likuidator kekayaan yayasan wajib mengumumkan pembubaran yayasan di surat kabar
harian selambat-lambatnya lima hari setelah pengangkatan. Pengumuman juga harus
dilakukan dalam waktu 30 hari setelah berakhirnya proses likuidasi. Pada akhir proses
likuidasi, likuidator atau kurator wajib melaporkan pembubaran tersebut kepada pengawas,
maksimal 7 hari. Perlu ditegaskan bahwa jika laporan pembubaran dan pengumuman hasil
likuidasi tidak dikeluarkan, maka pembubaran yayasan tidak berlaku bagi pihak ketiga.

19
Achmad Ichsan,Hukum Dagang, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1987), hal. 23-24
Adapun sisa hasil likuidasi dari yayasan yang dibubarkan harus diserahkan kepada yayasan
lain yang memiliki maksud dan tujuan yang sama dengan yayasan yang dibubarkan. Jika
tidak maka akan diserahkan kepada negara dan digunakan sesuai dengan maksud dan
tujuan yayasan.
Menurut Pasal 39, Yayasan yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 73 ayat 1 UU
Yayasan harus segera dilikuidasi menurut undang-undang.Oleh karena itu tidak perlu
dibubarkan, tetapi harus segera dilikuidasi.Hal ini tercermin dari dalam Pasal 63, Pasal 3
UU Yayasan. Sesuai dengan ketentuan ayat, “Jika yayasan dibubarkan, maka yayasan tidak
dapat melakukan perbuatan hukum kecuali jika kekayaannya dilikuidasi dalam proses
likuidasi. Dalam hal ini, asas hukum yayasan adalah membubarkan yayasan terlebih dahulu,
kemudian dilanjutkan likuidasi, kemudian likuidator dibentuk oleh pengurus.Oleh karena
itu harus dikukuhkan sesuai dengan ketentuan Pasal 39. Untuk alasan hukum, yayasan
dibubarkan dan dilikuidasi, kemudian pengurus (yayasan dalam likuidasi) akan
membentuk likuidator. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu juga dikaji dan dikaji ketentuan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2001 tentang Pembubaran Yayasan
dan menentukan alasan pembubaran yayasan, antara lain:
a. Jangka waktu yang ditetapkan dalam anggaran dasar berakhir.
b. Tujuan yayasan yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah tercapai atau tidak tercapai.
c. Putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap berdasarkan alasan:
1) Yayasan melanggar ketertiban umum dan kesusilaan.
2) Tidak mampu membayar hutangnya setelah dinyatakan pailit.
3) Harta kekayaan yayasan tidak cukup untuk melunasi hutangnya setelah pernyataan
pailit dicabut.
4) Tidak menyesuaikan anggaran dasarnya dalam masa 3 tahun (6 Oktober 2005
sampai dengan 6 Oktober 2008).20

Keberadaan atau pendirian yayasan di Indonesia sebelum lahirnya Undang-undang


Nomor 16 Tahun 2001 (undang-undang tentang yayasan) diundangkan pada tanggal 6
Agustus 2001 dan berlaku efektif pada tanggal 6 Agustus 2002. Disetujui dengan Surat

20Sjaifurrachman, “Analisis Terhadap Status Yayasan Yang Terlambat Menyesuaikan Anggaran Dasarnya Dengan
Ketentuan Undang-Undang Yayasan”, ISBN: 978-602-19681-1-6
Keputusan Nomor 10 Tahun 2001 tentang Yayasan. revisi Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2004 mulai berlaku pada tanggal 6 Juni 2004 dan berlaku efektif pada tanggal 6
Oktober 2005. Oleh karena itu, hanya berdasarkan adat istiadat sosial dan kasus Mahkamah
Agung, tidak ada aturan yang jelas untuk pengembangan yayasan di negara kita.

Akibatnya banyak yayasan yang disalahgunakan dan melenceng dari tujuan semula,
yaitu menjadi organisasi nirlaba yang memiliki tujuan sosial, keagamaan dan
kemanusiaan12. Walaupun status hukum suatu badan hukum sering dipertanyakan dalam
banyak hal, karena keberadaan yayasan sebagai subjek hukum tidak mempunyai kekuatan
hukum yang tegas dan kuat. Saat itu, masyarakat cenderung memilih bentuk yayasan, karena
proses pendiriannya sederhana, tanpa persetujuan pemerintah, dan masyarakat memiliki
persepsi bahwa yayasan tidak perlu membayar pajak. 21

2.6. Perseroan Terbatas (PT)

2.6.1. Pengertian dan Dasar Hukum Pendirian


Pasal 1 angka 1UU No. 40Tahun 2007 tentang Peseroan Terbatas menyatakan: “PT
Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan
perjanjian,melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam
saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang”. Dalam
menjalankan segala hak dan kewajiban PT, ilmu hukum telah merumuskan organ PT beserta
peranannya. Organ dalam PT diatur pada Pasal 1angka 2 UU PT yaitu Rapat Umum
PemegangSaham,DireksisertaDewanKomisaris. PT memiliki prinsip separateentity dan
limited liability. Separate entity adalah prinsip yang menyatakan bahwa pemegang saham
tidak dapat memiliki maupun mengalihkan kekayaan yang dimiliki olehperseroan kepada
pihak ketiga. Sehingga harta kekayaan yang dimiliki oleh PT menjadi milik PT seutuhnya
yang mengakibatkan PT wajib bertanggungjawab penuh atas kerugian yang timbul dengan
menggunakan harta kekayaan PT tanpa menggunakan harta kekayaan dari organ PT. Prinsip
limites liability yaitu tanggung jawab yang terbatas berlaku bagi masing-masing organ pada
PT dimana Direksi maupun Komisaris wajib melakukan tugasnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan maupun pada anggaran dasar rumah tangga PT. Pada Pasal 3 angka

21
Ibid
1UU PT mengatur bahwa: “Pemegang saham tidak bertanggung jawab secara pribadi atas
perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian
perseroan melebihi saham yang dimiliki”. Hal ini berarti, pemegang saham hanya
bertanggung jawab sebatas jumlah saham yang dimilikinya sehingga tidak dapat dimintai
tanggung jawab secara mandiri atau menggunakan harta pribadi pemegang saham. 22

2.6.2. Inbreng/Modal
a. Modal Dasar
Ini merupakan modal perusahaan yang bisa menilai seberapa besar perusahaan
tersebut. Adanya modal ini akan membantu perusahaan dalam menentukan kelasnya,
apakah termasuk kelas besar, menengah, atau perusahaan PT kelas kecil.
b. Modal yang Ditempatkan
Modal ini mengacu pada kesanggupan para pemilik terkait jumlah modal yang
ditanamkan pada perusahaan.Pasal 33 Undang-Undang Perseroan Terbatas menyatakan
bahwa jumlah minimal modal yang ditempatkan adalah sebesar 25% dari Modal Dasar
perusahaan.
c. Modal yang Disetorkan
Modal setor menjadi jenis sumber dana PT yang paling dianggap nyata karena
menunjukkan jumlah modal yang disetor oleh para pemegang saham. Besarnya modal
setor untuk PT adalah paling sedikit 25% dari Modal Dasar. Artinya, besarannya sama
dengan modal yang ditempatkan oleh para pemegang saham.

2.6.3. Organ dan Tanggung Jawab Masing-Masing


a. Tanggung Jawab Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Pasal 1angka 4 UU PT menyatakan RUPS mempunyai wewenang yang tidak
diberikan kepadaDireksiatau Dewan Komisaris dalam batas waktu yangditentukan dalam
undang-undang dan anggaran dasar PT. Pemegang sahammerupakan pemilik modal dan
tidak memiliki tanggung jawab atas pengurusan PT, dimana pengurusan PT
menjaditanggung jawab Direksi bersamaan dengan Dewan Komisaris. Pemilik
sahamhanya bertanggung jawab berdasarkan yang telah diserahkan kemudian memiliki

22Kansil, Seluk Beluk Perseroan Terbatas, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal. 2
tanggung jawab terbatas (limitedliability) dan terbebas dari tanggungjawab atas kerugian
yang dialami oleh perseroan yang melampaui nilai sahamnya sesuai Pasal3ayat (1) UU
PT. Hal ini memiliki tujuan untuk melindungi pemegang saham dari kerugian yang lebih
besar dari saham mereka. 23
Pemegang saham bertanggung jawab atas kerugian perseroan tidak melampaui
jumlah sahamnya jika terjadi kepailitan pada PT. Namun tidak selamanya tanggung
jawab terbatas atau limited liability dapat melindungi pemegang saham. Limited liability
dapat dipatahkan dengan menggunakan prinsip piercing the corporateveilyang
mengakibatkan pemegang saham dapat dimintai tanggung jawab tidak terbatas termasuk
kekayaan pribadi atas kerugian PT. Apabila perseroan tidak memenuhi syarat dan
pemegang saham terbukti dengan kesadarannya memanfaatkan PT untuk kepentingan
pribadi, maka pemegang saham dikatakanmelawan hukum dengan mempergunakan harta
PT sehingga tidak dapat menutup utang tersebut (Pasal 3 ayat 2 UU PT). Jika ternyata
pemegang saham menyalahgunakan bentuk PT tersebut dalam hal penggabungan harta
yang dimiliki oleh pemegang saham dengan harta yang dimiliki PT hingga terjadi
kepailitan dan terjadinya kepilitan merupakan perbuatan dari pemegang saham maka
menjadikannya harus bertanggungjawab secara pribadi yaitu apabila kekayaan PT tidak
dapat melunasi kewajibannya sehingga tanggungjawab dapat diperoleh dari harta pribadi
yang dimiliki oleh pemegang saham.
b. Tanggung Jawab Direksi
Pasal 1 angka 5 UU PT menyatakan Direksi bertanggungjawab secara keseluruhan
atas pengurusanPT sehingga wajib bertindak baik dan penuh tanggungjawabsesuai
maksud dan tujuan PT.24Maka perseroan dilarang melakukan tindakan yang tidak sejalan
dengan maksud dan tujuan serta tidak adanya benturan kepentingan PT. Pada umumnya,
benturan kepentingan terjadi jika Direksi menjalankan kontrak dengan perseroan lain dan
terdapat keuntungan yang dirahasiakanyang menjadikannya melanggar prinsip
kepercayaan. Tindakan ini disebut dengan tindakan ultra vires,yaitu tindakan Direksi
dengan kesadarannya atau sengaja melakukan tindakan diluar kewenangannyaatau

23
Gunawan Widjaja, Tanggung Jawab Direksi atas Kepailitan, Cetakan Kedua, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004),
hal. 19.
24Jono, Hukum Kepailitan, Cet. III Edisi I, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal. 58
adanya pelampauan kewenangan PT. Tindakan ultra vires berlaku jika Direksi
melakukantindakan yang dilarang dalam anggaran dasar PT dan Peraturan Perundang-
undangan serta setiap tindakan ultra vires batal demi hukum jika ada pihak ketiga yang
dirugikan maka pihak Direksilah yang harus mengganti kerugian atas kerugian PT hingga
menggunakan harta kekayaan pribadi. Ganti kerugian ini didasari pada prinsip piercing
the corporate viel jika Direksi tidak melaksanakan fiduciary duty, Direksi bersalah yang
mengakibatkan PT pailit.
c. Tanggung Jawab Dewan Komisaris
Pasal 1 angka 6 UU PT menyatakan Dewan Komisaris bertugas dalam hal
pengawasan maupun memberikan nasihat kepada Direksi atas pengurusan PT. Ketentuan
Pasal 108 UU PT ini memberikan kewenangan pada Dewan Komisaris untuk melakukan
pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya dan
memberi nasihat kepada direksi. Komisaris juga bertugas untuk mendapat laporan Direksi,
mempertimbangkan hasil kerja Direksi telah sesuai dengan pengaturan pada anggaran
dasar PT atau tidak.Dalam hal PT tidak mempunyai Direksi maka Dewan Komisaris
bertugas sebagai pengurus perseroan dengan melakukan pengurusan perseroan dalam
keadaantertentu menggantikan Direksi yang berhalangan untuk sementara. 25 Sama
seperti Direksi,dalam menjalankan kewajibannya harusmenggunakan prinsip fiduciary
duty yaitu beritikad baik, penuh kehati-hatian, kejujuran dan bertanggungjawab atas
kepentingan PT. Dalam Pasal 114 ayat (3) UU PT mengaturmengenai pelanggaran
fiduciary duty juga berakibat pada penerapan prinsip piercing thecorporate viel yaitu
Dewan Komisaris dapat dimintai tanggungjawabsecara pribadi atas kerugian PT jika
terbukti lalai dan bersalah dalam menjalankan tugas pengawasan terhadap pengurusan
perseroan yang dijalankan oleh Direksi hingga mengakibatkan kepailitan pada PT.

2.6.4. Macam-macam Saham


Berikut adalah jenis-jenis saham yang dibagi menjadi tiga berdasarkan karakternya
masing-masing:
a. Jenis Saham dari Segi Kemampuan dalam Hak Tagih atau Klaim
3. Saham Biasa (Common Stocks)

25Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perseroan Terbatas, (Bandung: PT Alumni, 2004), hal. 192
Saham jenis ini mempunyai karakteristik yaitu bisa melakukan klaim kepemilikan
pada semua penghasilan dan aktiva yang dimiliki perusahaan. Namun demikian,
pemilik atau pemegang saham jenis ini hanya memiliki kewajiban yang
terbatas.Keuntungannya adalah jika terjadi resiko terburuk misalnya perusahaan
bangkrut, kerugian maksimum yang ditanggung oleh pemegang saham adalah sebesar
investasi pada saham tersebut.
2. Saham Preferen (Preferred Stocks)
Jenis saham ini didesain sebagai gabungan antara obligasi dan saham
biasa.Beberapa investor menyukai jenis saham yang bisa menghasilkan pendapatan
tetap (seperti bunga obligasi). Secara umum, karakteristik saham preferen sama halnya
dengan saham biasa yang bisa mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa
tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut, dan membayar
dividen. Pemegang saham ini juga bisa melakukan klaim atas laba dan aktiva
sebelumnya, dividennya tetap selama masa berlaku dari saham, dan memiliki hak tebus
dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa.Hal ini yang membuat
saham ini mirip dengan obligasi, dan banyak diminati investor.
b. Jenis Saham dari Segi Cara Peralihannya
1. Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks)
Secara fisik, pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya. Hal ini bertujuan
agar mudah dipindahtangankan dari satu investor satu ke investor lainnya.Banyak
investor yang memiliki saham ini dengan tujuan memang untuk
diperjualbelikan.Investor tidak perlu khawatir karena secara hukum, siapa yang
memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk
ikut hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
2. Saham Atas Nama (Registered Stocks)
Kebalikan dari saham atas unjuk, pada saham atas nama pemegang saham tertulis
jelas namanya di dalam kertas saham dan cara peralihannya pun juga harus melalui
prosedur tertentu.
c. Jenis Saham dari Segi Kinerja Perdagangan
1. Blue Chip Stocks
Jenis saham ini banyak diburu investor karena berasal dari perusahaan yang
memiliki reputasi tinggi, sebagai petinggi di industrinya, dan memiliki pendapatan
yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.
2. Income Stocks
Jenis saham ini juga mempunyai keunggulan dalam hal kemampuan membayar
dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun
sebelumnya.Kemampuan menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur
membagikan dividen tunai menjadi daya tarik tersediri bagi investor.
3. Growth Stocks (Well-Known dan Lesser-Known)
Growth stocks dibagi menjadi dua, yaitu well-known dan lesser known. Well-
known adalah jenis saham yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi,
sebagai petinggi di industri sejenis dan dikenal sebagai perusahaan yang mempunyai
reputasi tinggi. Sedangkan lesser-known merupakan saham dari perusahaan daerah
dan kurang populer di kalangan emiten.
4. Speculative stocks
Investor dengan profil resiko high risk, bisa mencoba jenis saham ini. Saham ini
berpotensi menghasilkan laba tinggi di masa depan, namun tidak bisa secara konsisten
memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun.
5. Counter Cyclical Stocks
Jenis saham ini paling stabil saat kondisi ekonomi bergejolak karena tidak
terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara
umum.Ilustrasinya jika terjadi resesi ekonomi, maka harga saham ini tetap tinggi, di
mana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi.Hal ini bisa terjadi sebagai
akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa
resesi.

2.6.5. Pembagian Keuntungan dan Kerugian


Keuntungan yang didapat dari perusahaan perseorangan ini adalah:
1. Pendirian perusahaan sangat mudah dan tidak berbelit-belit.
2. Perusahaan perseorangan cocok untuk usaha yang relatif kecil atau mereka yang
memiliki modal dan bidang usaha yang terbatas.
3. Tidak terlalu memerlukan akta formal (akta notaris), sehingga pemilik tidak perlu
mengeluarkan biaya yang berlebihan.
4. Memilki keleluasaan dalam hal mengambil keputusan baik menentukan arah perusahaan
atau hal-hal yang berkaitan dengan keuangan perusahaan.
5. Dalam hal peraturan, tidak terlalu banyak peraturan pemerintah yang mengatur
perusahaan jenis ini, sehingga pemilik bebas melakukan aktivitasnya.
6. Dalam hal pajak pemilik tidak perlu membayar pajak perseroan, walaupun semua
pendapatan harus bayar pajak perorangan.
7. Semua keuntungan menjadi dan dimiliki oleh pemilik dan dapat digunakan secara bebas
oleh pemilik.

Kerugian perusahaan perorangan antara lain dalam hal:


1. Permodalan, lebih sulit memperoleh modal yang artinya jika perusahaan ini ingin
mendapatkan tambahan modal atau investasi dari perbankan relatif sulit, terutama untuk
jumlah yang besar.
2. Ikut tender, perusahaan perseorangan relatif sulit mengikuti tender karena kesulitan dalam
memenuhi persyaratan kelengkapan dokumen dan jumlah dana yang tersedia.
3. Tanggung jawab, pemilik perusahaan perseorangan bertanggung jawab terhadap utang
perusahaan secara penuh.
4. Kelangsungan hidup, biasanya kelangsungan hidup atau umur perusahaan relatif lebih
singkat. Hal ini disebabkan sulitnya mencari pengganti pemilik perusahaan apabila
pemilik meninggal dunia, sehingga terjadi kefakuman yang menyebabkan kelangsungan
hidup perusahaan berakhir.
5. Sulit berkembang, perusahaan akan sulit berkembang jika menggunakan badan hukum
perseorangan. Hal ini dikarenakan kesulitan dalam mengelola usaha yang hanya berada
dalam satu tangan. Sehingga jika ingin memperbesar perusahaan harus mengubah badan
hukumnya terlebih dahulu.
6. Administrasi yang tidak terkelola secara baik, dalam menjalankan aktivitasnya
perusahaan perseorangan tidak megelola administrasinya secara baik, sehingga
dokumentasi dari setiap transaksi sulit untuk dicari. Bahkan terkadang setiap transaksi
tidak didukung dengan dokumen yang seharusnya dibutuhkan.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pengertian perusahaan yaitu perbuatan yang dilakukan secara terus menerus, bertindak
keluar, untuk mendapatkan penghasilan, dengan cara memperniagakan barang-barang,
menyerahkan barang-barang, atau mengadakan perjanjian-perjanjian perdagangan dan
bertujuan untuk mencari laba. Macam-macam bentuk perusahaan yaitu :

a.Perusahaan perseorangan merupakan perusahaan yang dilakukan oleh satu orang


pengusaha. Bentuk ini biasanya dipakai untuk kegiatan usaha yang kecil, atau pada saat
permulaan mengadakan kegiatan usaha. Walaupun jumlah perusahaan yang ada relative
banyak, tetapi volume penjualan masing-masing relative kecil. Di samping itu tidak
diperlukan izin pendiriannya. Selama ini pemerintah tidak menentukan suatu kategori
khusus tentang bentuk usaha ini.

b. Perusahaan berbadan hukum yaitu badan usaha yang didalamnya terdapat pemisahan
harta kekayaan (asset) pemilik dengan harta kekayaan badan usaha dan proses
pendiriannya membutuhkan pengesahan dari pemerintah terhadap akta pendirian dan
anggaran dasarnya. Contoh dari perusahaan berbadan hukum yaitu Perseroan Terbatas,
Koperasi dan lain-lain.

- Pengertian dari Yayasan merupakan salah satu entitas non-pemerintah yang didirikan
sebagai perusahaan nirlaba atau kepercayaan amal, dengan tujuan utama membuat hibah
organisasi terkait, lembaga atau individu untuk ilmiah, pendidikan, budaya, agama, atau
tujuan amal lain. Yayasan sendiri tidak memiliki anggota dan yayasan didirikan dengan
memperhatikan persyaratan formal yang telah ditentukan oleh undang-undang. Yayasan
diatur oleh undang-undang nomor 16 Tahun 2001 dan Undang-undang nomor 28 tahun
2004 tentang perubahan atas undang-undang nomor 16 tahun 2001 tentang yayasan.
Untuk mendirikan sebuah yayasan harus melakukan dengan akta notaris dan mempunyai
status badan hukum, karena yayasan ialah badan hukum yang resmi sehingga dibutuhkan
pengesahan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia atau pejabat yang ditunjuk.

- Pengertian Perseroan Terbatas (PT) Pasal 1 angka 1 UU No. 40Tahun 2007 tentang
Peseroan Terbatas menyatakan: “PT Terbatas adalah badan hukum yang merupakan
persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan
modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam Undang-Undang”
d. Perusahaan bukan badan hukum didirikan berdasarkan perjanjian persekutuan antara
dua orang atau lebih yang mengikatkan diri untuk bekerja sama secara terus menerus
dengan memberikan pemasukan berupa uang, barang, tenaga, keahlian dan/atau
klien/pelanggan guna diusahakan bersama, mempunyai nama dan tempat kedudukan
tetap dengan tujuan mencari dan membagi bersama keuntungan yang diperoleh.
Contoh dari Perusahaan bukan badan hukum yaitu Persekutuan Komanditer dan
Persekutuan Firma.

- Pengertian dari Firma Menurut Pasal 16 KUH Dagang firma adalah suatu perseroan
yang didirikan untuk melakukan suatu usaha di bawah satu nama bersama. Firma
sebagai persekutuan (maatschap) adalah kerja sama yang dilakukan oleh beberapa
pihak yang bersifat persekutuan atau pertemanan, baik itu teman sesama profesi
maupun teman dalam perdagangan.
- Pengertian dari Persekutuan komanditer atau commanditaire vennotschap dalam
bahasa belanda adalah persekutuan firma yang memiliki satu atau beberapa orang
sekutu komanditer.CV merupakan salah satu bentuk usaha yang tidak berbadan
hukum.Menurut Ridwan Khairandy CV adalah persekutuan firma yang mempunyai
satu atau lebih sekutu komanditer.

3.2. Saran
Kami selaku penulis menyadari makalah ini jauh sempurna dan banyak kekurangan dalam
pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, kami selaku penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca yang bersifat membangun agar dapat menjadi lebih baik lagi.
Daftar Pustaka

Annuardi. (2017). Tanggung Jawab Sekutu Firma Atas Kepailitan. Vol. 1 No. 1.

Core.ac.uk, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, hal 46 diakses pada tanggal 03 April
2021.

Damay, Demi. (2013). 501 Pertanyaan Terpenting Tentang PT, CV, Firma, Matschap, &
Koperasi, ctk Pertama. Yogyakarta: Araska Publisher.

Farisanu, Ibnu Khayath. (2017). Badan Usaha Berbadan Hukum Yayasan dan Perseroan Terbatas.
STIE Widya Praja Tana Paser.

Harahap, M. Yahya. (2011). Hukum Perseroan Terbatas, Edisi 1 Cetakan III. Jakarta: Sinar
Grafika.

Haryanto, Agus Tri dan Muhammad Hendri Nuryadi. 2020. Panduan Ringkas Memahami Badan
Usaha Berbadan Hukum. Jakarta: Deputi Bidang Industri dan Investasi Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

http://ditjen.kemenkumham.go.id diakses pada tanggal 04 April 2021.

https://sarjanaekonomi.co.id Yayasan oleh Guru Ekonomi, diakses pada 6 April 2021.

Ichsan, Achmad.(1987).Hukum Dagang. Jakarta: Pradnya Paramita.

Ihsan, Nurul. (2013). Jurnal Ekonomi Islam. Vol. 3 No. 1.

Jono.(2008). Hukum Kepailitan, Cet. III Edisi I.Jakarta: Sinar Grafika.

Kansil. (2009). Seluk Beluk Perseroan Terbatas. Jakarta: Rineka Cipta.

Khairandy, Ridwan. (2006). Pengantar Hukum Dagang. Yogyakarta: FH UII Press.

Mubarak, Nafi’. (2015).Hukum Dagang. Surabaya: Fakultas Hukum – UIN Sunan Ampel
Surabaya.
Permadi, I Made Hengki. 2019. Pengaturan Mengenai Pendaftaran Pendirian Firma Pada Sistem
Administrasi Badan Usaha. Vol. 4 No. 3.

Pujiyono.(2014). Hukum Perusahaan. Surakarta: Pustaka Hanis.

Raharjo, Hendri. (2009). Hukum Perjanjian di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Yustisia.

Sjaifurrachman, “Analisis Terhadap Status Yayasan Yang Terlambat Menyesuaikan Anggaran


Dasarnya Dengan Ketentuan Undang-Undang Yayasan”, ISBN: 978-602-19681-1-6

Supramono, Gatot. 2007. Kedudukan Perusahaan sebagai Subjek dalam Gugatan Perdata.
Jakarta: Rineka Cipta.

Usman, Rachmadi. (2004). Dimensi Hukum Perseroan Terbatas. Bandung: PT Alumni.

Widjaja,Gunawan. (2004).Tanggung Jawab Direksi atas Kepailitan, Cetakan Kedua. Jakarta:


PT. Raja Grafindo.

Wiwoho, Jamal. (2007). Pengantar Hukum Bisnis. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Anda mungkin juga menyukai