Anda di halaman 1dari 14

KASUS SENGKETA PAJAK PADA PT.

ASIAN AGRI GROUP

Tugas Mata Kuliah Ketentuan Umum Perpajakan

Dosen Pengampu

Depita Anggraini, S.E, M.S.Ak

Disusun Oleh:

Anindita Faustina Agustin Suryadi

21755005

PROGRAM STUDI AKUNTANSI PERPAJAKAN

JURUSAN EKONOMI DAN BISNIS

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

1
2021/2022

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah swt. karena atas limpahan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Sehingga tugas makalah ini dengan Mata Kuliah Ketentuan Umum Perpajakan
dapat dikumpulkan tepat pada waktunya. Adapun judul makalah ini ialah “Kasus
Sengketa Pajak Pada PT. Asian Agri Group”.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan atau
belum sempurna, maka dari itu penulis perlu saran dan pendapat dari para
pembaca untuk memberikan kritik dan saran agar kami dapat lebih
menyempurnakan makalah ini. Penulis mohon maaf jika terjadi kesalahan kata
atau kalimat dalam penulisan makalah ini.

Lampung, 22 Desember 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................4

1.1 Latar Belakang...................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................6

2.1 Pengertian Sengketa Pajak................................................................6

2.2 Sengketa Pajak Pada PT. Asian Agri Group.....................................6-8

2.3 Penyelesaian Sengketa Pajak Pada PT. Asian Agri Grou................9-10

BAB III PENUTUP................................................................................11

3.1 Kesimpulan.......................................................................................11

3.2 Saran.................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................12

LAMPIRAN...........................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak merupakan salah satu pendapatan terbesar di setiap negara. Pajak


adalah iuran atau kontribusi warga negara yang telah diwajibkan membayar pajak
atau wajib pajak yang wajib dibayar kepada negara. Hasil dari penarikan pajak
digunakan untuk kepentingan bersama atau umum seperti membangun fasilitas
umum, mendanai pembangunan di pusat dan di daerah, membiayai anggaran
kesehatan dan pendidikan, dan lain-lain. Pemungutan pajak merupakan hal yang
wajib karena telah diatur oleh undang-undang. Siapapun orang pribadi atau badan
yang menjadi wajib pajak tetapi tidak membayar pajak maka dapat dikenakan
sanksi sesuai undang-undang perpajakan.

Dari tahun ke tahun peraturan tentang perundang-undangan perpajakan


seringkali diubah atau ditambahkan oleh Direktorat Jenderal Perpajakan dibawah
Departemen Kementrian Keuangan. Kebijakan-kebijakan yang diubah tersebut
merupakan kebijakan guna meningkatkan penerimaan pajak negara. Kebijakan
tersebut dilakukan melalui penyempurnaan undang-undang perpajakan dan
penerbitan peraturan perundang-undangan perpajakan terbaru.

Di Indonesia banyak sekali seorang wajib pajak yang tidak membayar pajak atau
membayar pajak dengan tidak sesuai yang seharusnya. Kasus tentang pemungutan
pajak di Indonesia seringkali terjadi dan dapat merugikan negara. Kasus
penyelewengan maupun kasus penggelapan kerap kali terjadi, namun dikarenakan
aparat petugas hukum yang seringkali tidak tegas, kasus-kasus yang terjadi
menjadi tertutup atau mengambang begitu saja, seperti tidak ada kejelasan. Dalam
hal ini, kita akan membahas tentang sengketa pajak yang terjadi pada PT. ASIAN
AGRI GROUP.

4
1.2 Rumusan Masalah

• Apa itu sengketa pajak?

• Siapa pemilik PT. ASIAN AGRI GROPU?

• Bagaimana masalah sengketa pajak yang terjadi pada PT. ASIAN AGRI
GROUP?

• Berapa kerugian negara akibat dari sengketa pajak yang terjadi pada PT. ASIAN
AGRI GROUP?

• Bagaimana penyelesaian kasus sengketa pajak yang terjadi pada PT. ASIAN
AGRI GROUP?

1.3 Tujuan Penulisan


• Mengetahui dengan jelas tentang persengketaan pajak.
• Mengetahui kasus tentang persengkataan pajak di Indonesia yang terjadi pada
PT. ASIAN AGRI GROUP.
• Mengetahui seberapa banyak kerugian negara akibat terjadinya persengketaan
pajak yang terjadi pada PT. ASIAN AGRI GROUP
• Mengetahui bagaimana penyelesaian dari kasus persengketaan pajak yang terjadi
pada PT. ASIAN AGRI GROUP.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sengketa Pajak

Menurut pasal 1 ayat 5 Undang Undang nomor 14 tahun 2002 mengenai


Pengadilan Pajak, sengketa pajak adalah sengketa bidang perpajakan yang
mungkin timbul antara wajib pajak maupun penanggung pajak dengan pejabat
yang memiliki wewenang sebagai akibat dari dikeluarkannya keputusan yang bisa
diajukan banding maupun gugatan kepada Pengadilan Pajak berdasar pada
peraturan dan perundang-undangan perpajakan. Termasuk juga di dalamnya
adalah gugatan yang timbul atas pelaksanaan penagihan yang berdasarkan pada
undang-undang penagihan pajak menggunakan surat paksa. Pengadilan Pajak
bertindak dan berfungsi sebagai lembaga yang menyelesaikan sengketa tersebut
sesuai dengan amanat dari Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (UU KUP).

2.2 Sengketa Pajak Pada PT. ASIAN AGRI GROUP

PT. Asian Agri Group atau dapat disebut AAG merupakan sebuah induk
perusahaan terbesar kedua di Grup Raja Garuda Mas, yang merupakan perusahaan
milik Sukanto Tanoto. Dalam majalah Forbes tahun 2006, keluarga Tanoto
merupakan keluarga paling kaya di Indonesia, dengan total kekayaan mencapai
US$ 2,8 miliar atau sekitar Rp 25,5 trilliun. Tidak hanya PT. Asian Agri Group
yang merupakan naungan dibawah Grup Raja Garuda Mas, perusahaan-
perusahaan tersebut adalah  Asia Pacific Resources International Holdings
Limited (APRIL), Indorayon, PEC-Tech,  Sateri International, dan Pacific Oil &
Gas.

6
Untuk PT. Asian Agri Group, perusahaan ini memiliki200 ribu hektar lahan
sawit, karet, kakao di Indonesia, Filipina, Malaysia, dan Thailand. Di Asia, PT
AAG merupakan salah satu penghasil minyak sawit mentah terbesar, yaitu
memiliki 19 pabrik yang menghasilkan 1 juta ton minyak sawit mentah selain tiga
pabrik minyak goreng.

Terungkapnya kasus dugaan persengketaan pajak oleh PT. AAG ini, berawal
dari tindakan Vincentius Amin Sutanto (Vincent) yang brankas PT AAG di Bank
Fortis Singapura sejumlah US$ 3,1 juta pada tanggal 13 November 2006. Pada
saat itu,Vincent menjabat sebagai group financial controller di PT AAG, dimana
jabatannya tersebut sangat mengetahui seluk-beluk keuangan perusahaannya.
Perbuatan Vincent ini akhirnya terbongkar oleh perusahaan dan dilaporkan ke
Polda Metro Jaya. Setelah laporan tersebut,Vincent diburu bahkan diancam akan
dibunuh. Lalu, Vincent kabur ke Singapura dengan membawa sejumlah dokumen
penting perusahaan. Dalam pelariannya ke Singapura, terjadi jalinan komunikasi
antara Vincent dan wartawan Tempo.

Pada tanggal 11 Desember 2006, Vincent menyerahkan dirinya kepada


Polda Metro Jaya. Namun, sebelum dia menyerahkan dirinya, dia dengan sengaja
datang ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tanggal 1 Desember 2006,
Vincent sengaja datang ke KPK untuk melaporkan permasalahan keuangan PT
AAG yang dilengkapi dengan sejumlah dokumen keuangan dan data digital. Salah
satu dokumen tersebut adalah dokumen yang berjudul “AAA-Cross Border Tax
Planning (Under Pricing of Export Sales)”, disusun pada sekitar 2002. Dokumen
ini merupakan sebuah isi yang semuat segala persiapan transfer pricing PT AAG
secara terperinci.

Modusnya tersebut dilakukan dengan cara menjual produk yang merupakan


minyak sawit mentah ( Crude Palm Oil) yang dikeluarkan oleh PT. AAG kepada
perusahaan-perusahaan koneksi atau yang mempunyai hubungan di luar negeri
dengan menggunakan harga yang dibawah dengan harga pasar, lalu dijual kembali
kepada pembeli riil dengan harga yang meningkat. Karena hal ini, beban pajak di
dalam negeri dapat ditekan.

7
Pelaporan Vincent ini, lalu ditindaklanjuti oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK), dengan menyerahkan pelaporannya kepada Direktorat Jenderal
Pajak, dikarenakan permasalahan tersebut menyangkut dengan bidang perpajakan.

Berdasarkan hasil penyidikkan, sebanyak 14 perusahaan telah diperiksa,


ditemukan bahwa adanya penggelepan atau penyelewengan dana, yang
merupakan penggelapan dana Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan
Nilai (PPN). Pada tahun 2002-2005, terdapat catatan yang berisi bahwa dalam
tahun pajak tersebut, terdapat senilai Rp 2,62 trilliun penyimpangan atau
penyelewengan atau ketidakjujuran atas catatan transaksi. Nilai tersebut
merupakan penggelembungan dana perusahaan senilai hingga Rp 1,5 trilliun.
Mendongkrak kerugian ekspor senilai Rp 232 miliar, serta mengecilkan hasil
penjalan senilai Rp 889 miliar.

Melalui modus yang dilakukannya, Asian Agri diduga telah melakukan


penggelapan atau penyelewengan pajak penghasilan untuk badan usaha senilai
total Rp 2,6 triliun. Perhitungan SPT Asian Agri yang digelapkan berasal dari SPT
periode 2002-2005. Akibat hal ini, kerugian negara diduga tercapai hingga senilai
Rp 1,3 miliar.

Dari hasil rangkaian investigasi dan penyelidikan yang dilakukan pada bulan
Desember 2007 telah ditetapkan 8 orang tersangka, yang masing-masing berinisial
ST, WT, LA, TBK, AN, EL, LBH, dan SL. Kedelapan orang tersangka tersebut
merupakan pengurus, direktur dan penanggung jawab perusahaan. Kemudian,
pihak Depertemen Hukum dan HAM juga telah mencekal 8 orang tersangka
tersebut.

8
9.1 Penyelesaian Sengketa Pajak Pada PT. Asian Agri Group

PT. Asian Agri Group (AAG) telah dicurigai melakukan aksi penggelapan
pajak (tax evasion) selama beberapa tahun terakhir, hal tersebut menimbulkan
kerugian negara mencapai trilliuan rupiah. Belum selesai melakukan penyidikkan,
lalu timbul wacana mengenai penyelesaian kasus itu di luar pengadilan (out of
court settlement). Hal tersebut mengkhawatirkan kalangan yang menginginkan
tegaknya hukum dan terwujudnya keadilan, serta kejujuran. Sangat tidak adil
sekali jika para penjahat kalangan kebawah ditangkapi, ditembaki, disidangkan,
dan dimasukkan bui, sementara itu penjahat kalangan atas atau sering disebute
penjahat berkerah putih yang telah mengakibatkan kerugian besar pada negara
justru dibiarkan bebas seperti tidak bersalah karena kekuatan jabatan dan
keuangannya.

Pasal 44B UU No.28/2007 membuka peluang out of court settlement bagi


tindak pidana di bidang perpajakan. Ketentuan itu mengatur kebijakan bahwa atas
permintaan Menteri Keuangan, Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikan yang
dilakukannya. Dengan demikian, kasus berakhir (case closed) jika wajib pajak
yang telah melakukan kejahatan itu telah melunasi beban pajak beserta sanksi
administratif berupa denda. Penghentian penyidikan dan penyelesaian di luar
sidang juga berlaku untuk “Perlawanan Aktif terhadap Pajak” yang perbuatannya
dilakukan lewat cara-cara ilegal dan langsung ditujukan pada fiskus/pemerintah.
Hal ini dapat membuka kecurangan yang terjadi antara aparat penegak hukum dan
wajip pajak terkait (melakukan penyuapan).

9
Penyelesaian kasus tindak pidana perpajakan oleh Asian Agri Group meski
masuk kategori “Perlawanan Aktif terhadap Pajak” sekalipun tetap dapat
diselesaikan di luar sidang pengadilan. Asian Agri pada akhirnya melayangkan
surat keberatan kepada Direktorat Jenderal Pajak (DJP) terkait Surat Ketetapan
Pajak (SKP) kepada 14 anak perusahaannya. Perusahaan milik dari Sukanto
Tanoto ini melayangkan surat keberatan setelah membayar senilai Rp 969,675
miliar atau 49% dari total pajak terutang yakni mencapai Rp 1,95 triliun.

Meski keberatan dengan SKP, PT. Asian Agri Group tetap harus membayar
sisa utang pajak seperti dalam SKP. Jika AAG tidak melunasi seluruh tagihan
SKP setelah jatuh tempo, maka DJP dapat penagihan aktif berupa teguran,
penerbitan surat paksa, penyitaan dan blokir rekening hingga pelelangan aset.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
PT. Asian Agri Group merupakan induk perusahaan terbesar kedua di Grup
Raja Garuda Mas. PT. Asian Agri Group merupakan sebuah perusahaan kelapa
sawit yang menghasilkan minyak sawit terbesar, yang memiliki 19 pabrik
penghasil minyak mentah. Terungkapnya kasus persengketaan pajak oleh PT.
Asian Agri Group berawal dari Vincentius Amin Sutanto yang membobol brankas
PT. Asian Agri Group di Singapura. Vincent dilaporkan lalu setelah pelaporannya
Vincent melakukan pelarian, yang pada akhirnya menyerahkan diri. Namun,
penyerahan dirinya, Vincent melaporkan atau membeberkan tentang dokumen dan
data digital penting milik perusahan PT. Asian Agri Group, dimana saat dokumen
tersebut diselidikkin terdapat penggelapan dana pajak PPh dan PPN. Dari
penggelapan dana pajak tersebut kerugian negara mencapai Rp. 1,3 triliiun.

3.2 Saran
Seharusnya para aparat penegak hukum dapat bersikap lebih tegas dan lebih
cekatan dalam mengurus kasus-kasus seperti ini. Mengingat sangat banyak sekali
kasus tentang persengketaan pajak yang ada di Indonesia, sudah seharusnya
pemerintah dan aparat hukum bertindak cakap dan tanggap, agar kasus-kasus
seperti ini tidak terjadi lagi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Analisis Sengketa Pajak Pada PT Asian Agri Group Dalam Tindak Pidana
Perpajakan,Primadana Hasdiansyah, 2015
(https://www.neliti.com/id/publications/253021/analisis-sengketa-pajak-pada-pt-
asian-agri-group-dalam-tindak-pidana-perpajakan)

Makalah Tentang Pelanggaran Pajak Kasus PT. Asian Agri Group, Ropi Komala,
2020
(http://ropi-komala.blogspot.com/2020/08/makalah-tentang-pelanggaran-pajak-
kasus.html?m=1)

Makalah Kasus PT. Asian Agri Group, Bariq Anugrah


(https://id.scribd.com/doc/203981614/Makalah-Kasus-PT-Asian-Agri-Group)

PT. Asian Agri, Rio Candra

(https://id.scribd.com/doc/233492576/PT-Asian-Agri)

12
13
LAMPIRAN

14

Anda mungkin juga menyukai