Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH PRAKTIK AUDIT

FUNGSI AUDIT INDEPENDEN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Praktik Audit (PA)
Dosen Pengampu :
Dr. H. M. Rasuli, SE., M.Si., Ak., CA

Disusun Oleh:

1. FITRIA NURHAPIZAH (2110247612)


2. TIOFANNI SITANGGANG (2110247620)
3. QORY DASVINA (2110247820)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini pada mata kuliah Praktik Audit. Kami
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H. M. Rasuli, SE, M.Si, Ak, CA, selaku
dosen mata kuliah Praktik Audit yang telah memberikan tugas makalah ini
sehingga kami dapat memahami.

Dan kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Mengingat keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami


yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Pekanbaru, 26 Agustus 2022

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dampak PSAK terbaru terhadap Profesi Akuntan.................... 3
2.2 Standar Profesional Akuntan Publik......................................... 4
2.2.1 StandarAuditing............................................................... 5
2.2.2 Standar Atestasi................................................................ 8
2.2.3 Standar Jasa Akuntansi dan Review................................ 8
2.2.4 Standar Jasa Konsultasi.................................................... 9
2.2.5 Standar Pengendalian Mutu............................................. 9
2.3 Kode Etik Professional Akuntan .............................................. 10
2.4 Pertauran OJK terkait Profesi Akuntan...................................... 11
2.5 Tanggungjawab dan Fungsi Auditor Independen...................... 12
2.6 Etika dalam Auditing................................................................. 14
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Profil Enron Corporation............................................................ 15
3.2 Profil KAP Arthur Andersen..................................................... 16
3.3 Skandal Akuntan Enron Corporation......................................... 16
3.4 Pihak-pihak yang terlibat dalam Skandal Enron Corporation.... 18
3.5 Analisis Kasus Enron ditinjau dari Sudut Pandang Audit dan-
dan Etika Profesional................................................................. 20
3.6 Dampak Kasus Enron Terhadap Tata Kelola dan Akuntan-
Publik......................................................................................... 25
BAB IVPENUTUP
4.1 Kesimpulan dan Saran............................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. iii

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latarbelakang

Laporan keuangan merupakan salah satu informasi yang didapatkan dari suatu
perusahaan. Perusahaan membuat laporan keuangan guna untuk memberikan informasi bagi
pihak internal maupun eksternal tentang keadaan kondisi perusahaan terhadap laporan
neraca, laporan arus kas, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas serta catatan atas laporan
keuangan. Laporan keuangan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan bagi
Manajer maupun Stakeholder. Sehingga pada penyampaiannya laporan keuangan
yang disampaikan oleh perusahaan harus menunjukkan informasi yang benar, jujur,
akurat dan bebas dari tindakan atau kegiatan pemanipulasian angka-angka akuntansi.
Akuntan publik yang memberikan jasa audit untuk memeriksa laporan keuangan
perusahan adalah auditor eksternal. Menurut Mulyadi (2010) menyatakan auditor
independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masayarakat
umum, terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan:
kreditur, investor, dan instansi pemerintah (terutama instansi pajak).
Dalam SA Seksi 110 (PSA 02) yang mengatur tentang Tanggung Jawab dan
Fungsi Auditor Independen yang berkaitan dengan proses laporan keuangan perusahaan.
Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah
untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan, hasil usaha, perubahan ekutitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.
Auditor eksternal merupakan salah satu pihak eksternal dari perusahaan.
Perusahaan menggunakan jasa dari auditor untuk memberikan opini pada laporan
keuangan dengan wajar. Perusahaan yang telah menggunakan jasa dari auditor
ekstenal akan mengeluarkan biaya untuk membayar jasa auditor eksternal. Terkait
honorarium auditor eksternal telah dijelaskan dalam Kode Etik Akuntan Publik tahun

1
1986 Bab VII pasal 20 yang menyebutkan bahwa seorang akuntan publik berhak
menerima honorarium untuk kemahiran pengetahuan yang ia berikan kepada pekerjaan
profesional. Honorarium kepada akuntan public atau auditor eksternal sering dikenal
dengan istilah fee. Menurut Rimawati (2011) dalam Hapsari (2013), semakin besar jasa
audit yang dilaksanakan oleh auditor eksternal, maka semakin besar fee yang akan
diberikan oleh klien, dan indikasi berkurangnya independensi auditor semakin tinggi.
Adanya desakan pergantian auditor dan besarnya fee yang ditawarkan dapat
melemahkan tingkat independensi auditor. Posisi auditor di sini sangatlah dilematis karena
mereka dituntut untuk memenuhi keinginan klien tetapi kadangkala hal itu melanggar standar
profesi sebagai acuan kerja yang ada. Adapun kasus yang terjadi pada berkurangnya
independensi auditor eksternal yaitu terjadi pada Kantor Akuntan Publik Arthur
Andersen, yang mengaudit laporan keuangan perusahaan Enron. Kasus tersebut lebih
dikenal dengan sebutan kasus Enron. Penyebab pada kasus Enron, yaitu Arthur
Andersen selaku auditor eksternal berperan juga sebagai auditor internal pada
perusahaan Enron serta fee yang diberikan kepada Arthur Endersen melebihi fee yang
seharusnya diterima oleh auditor eksternal.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah dalam


makalah ini antara lain:
a. Apa saja tanggung jawab dan fungsi audit independen?
b. Bagaimanakah kronologis kasus Enron Corporation dan kaitannya dengan etika
professional auditor serta dampak terhadap profesi akuntan publik?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui tanggungjawab dan fungsi audit independent.


b. Untuk mengetahui kronologis kasus Enron Corporation.
c. Untuk mengetahui kaitan kasus dengan etika professional auditor serta dampak
terhadap profesi akuntan publik.
1.1

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dampak PSAK terbaru terhadap profesi akuntan


Profesi Akuntan Indonesia akan selalu menghadapi berbagai tantangan baru setiap
tahunnya, baik tantangan yang datang dari dalam profesi maupun dari luar profesi. Dari dalam
profesi kita tahu bahwa tantangan paling besar ada pada banyaknya standar-standar baru yang
harus diterapkan. Update mengenai pengembangan standar-standar baru ini menuntut seorang
auditor untuk selalu mengasah pengetahuan profesinya seperti yang dijelaskan pada kode etik
yang ada. Seperti yang kita tahu hampir setiap tahun akan ada perubahan standar- standar
baru yang harus diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan. Tidak jarang adanya standar
baru ini juga menjadi bumerang bagi auditor sendiri jika salah dalam menentukan suatu
opini dalam laporan keuangan yang diperiksa. Oleh karena itu para akuntan diharuskan
update informasi standar akuntansi terkini melalui keikutsertaan dalam Pendidikan Profesi
Lanjutan (PPL). Standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia yakni Standar Akuntansi
Keuangan (SAK), SAK Syariah, SAK ETAP, danSAP.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) merilis tiga Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) baru yaitu PSAK 71 (Instrumen Keuangan), PSAK 72 (Pendapatan Kontrak
dari Pelanggan) dan PSAK 73 (Sewa) pada tahun 2017 dan berlaku efektif per 1 Januari
2020. Ketiga PSAK baru ini merupakan hasil adopsi IFRS (International Financial
Reporting Standards) yang dipublikasikan oleh otoritas akuntan dunia IASB (International
Accounting Standard Board). Secara rinci, masing-masing PSAK mengadopsi standar IFRS
yang berbeda-beda. PSAK 71 mengadopsi IFRS 9 mengatur dan memberi panduan
tentang pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan, PSAK 72 mengadopsi IFRS 15 yang
mengatur mengenai pendapatan dari kontrak dengan pelanggan, yang semula ruled based
menjadi berbasis prinsip, sedangkan PSAK 73 mengadopsi IFRS 16 tentang sewa yang bakal
mengubah pembukuan transaksi sewa dari sisi penyewa. Pengadopsian standar IFRS
bertujuan untuk menyelaraskan atau menyesuaikan SAK (Standar Akuntansi Keuangan)
dalam negeri dengan akuntansi dunia atau internasional. Walau telah dibuat dan dikeluarkan
secara resmi oleh DSAK, tiga PSAK baru bisa diimplementasikan dengan sempurna apabila
pihak entitas manajemen, auditor, dan stakeholder juga ikut berperan.

3
Entitas Manajemen, Auditor dan Stakeholder harus mempunyai kesamaan interpretasi dan
kesamaan kompetensi dalam penerapan PSAK ini. Dengan memahami PSAK terbaru ini maka
entitas manajemen dalam tugas pelaporan keuangannya diharapkan bisa menyusun laporan
keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang baik dan benar. Pemahaman yang selaras
terhadap PSAK terbaru ini juga harus dilakukan oleh Auditor karena auditor melakukan
audit laporan keuangan. Auditor harus bisa memberikan opini atas laporan keuangan itu agar
stakerholder tidak salah dalam pengambilan keputusan.

2.2 Standar Profesional Akuntan Publik


Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah modifikasi berbagai pernyataan standar
teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa bagi Akuntan Publik di Indonesia. SPAP
dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia
(DSPAP IAPI). Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah merupakan hasil
pengembangan berkelanjutan standar profesional akuntan publik yang dimulai sejak tahun 1973.
Pada tahap awal perkembangannya, standar ini disusun oleh suatu komite dalam organisasi
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang diberi nama Komite Norma Pemeriksaan Akuntan.
Standar yang dihasilkan oleh komite tersebut diberi nama Norma Pemeriksaan Akuntan.
Sebagaimana tercermin dari nama yang diberikan, standar yang dikembangkan pada saat itu
lebih berfokus ke jasa audit atas laporan keuangan historis. Perubahan pesat yang terjadi
di lingkungan bisnis di awal dekade tahun sembilan puluhan kemudian menuntut profesi
akuntan publik untuk meningkatkan mutu jasa audit atas laporan keuangan historis, jasa
atestasi, dan jasa akuntansi dan review. Di samping itu, tuntutan kebutuhan untuk menjadikan
organisasi profesi akuntan publik lebih mandiri dalam mengelola mutu jasa yang dihasilkan bagi
masyarakat juga terus meningkat. Respon profesi akuntan publik terhadap berbagai tuntutan
tersebut diwujudkan dalam dua keputusan penting yang dibuat oleh IAI pada pertengahan
tahun 1994 : (1) perubahan nama dari Komite Norma Pemeriksaan Akuntan ke Dewan
Standar Profesional Akuntan Publik dan (2) perubahan nama standar yang dihasilkan dari
Norma Pemeriksaan Akuntan ke Standar Profesional Akuntan Publik.
SPAP merupakan kodifikasi berbagai pernyataan standar teknis dan aturan etika. Pernyataan
standar teknis yang dikodifikasi dalam buku SPAP ini terdiri dari :

4
2.2.1 Standar Auditing
Standar auditing merupakan panduan audit atas laporan keuangan historis.
Standar auditing terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar
Auditing (PSA) yang terbagi menjadi standar umum, standar pekerjaan lapangan dan
standar pelaporan. Dengan demikian, PSA merupakan penjabaran lebih lanjut masing-
masing standar yang tercantum dalam standar auditing. PSA berisi ketentuan-ketentuan dan
panduan utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan perikatan audit.
Termasuk dalam PSA adalah Interpretasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA), yang
merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap ketentuan-ketentuan
yang diterbitkan oleh Dewan dalam PSA. Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing
yang mana berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan standar
berkaitan dengan suatu kriteria ukuran mutu kinerja tindakan tersebut. Berikut akan
dipaparkan tentang standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia
a Standar umum
Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada
suatu pernyataan pendapat, auditor.harus senatiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam
bidang akuntansi dan bidang auditing. Setiap auditor independen yang menjadi
penanggungjawab suatu perikatan harus menilai dengan baik kedua persyaratan tentang
pendidikan formal auditor independen dan pengalaman profesioanl di dalam
menentukan luasnya supervisi dan review terhadap hasil kerja para asistennya.
Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap
mental harus dipertahankan oleh auditor. Standar ini mengharuskan auditor bersikap
independen dimana tidak mudah dipengaruhi oleh karena dalam melaksanakan pekerjaannya
untuk kepentingan umum. Dengan begitu tidak ada istilahnya memihak kepada kepentingan
pihak-pihak tertentu. Auditor mengakui kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada
manajemen dan pemilik perusahaan namun juga kepada kreditur dan pihak-pihak lain
yang meletakkan kepercayaan atas laporan auditor independen. Kepercayaan masyarakat
umum dirasa sangat penting mengingat jika kepercayaan masyarakat menurun maka
ada indikasi pemikiran tentang ketidakindependensi auditor tersebut. Untuk diakui oleh pihak

5
lain sebagai orang yang indipenden maka ia harus bebas dari setiap kewajiban terhadap
kliennya dan tidak mempunyai suatu kepentingan dengan kliennya. Untuk menekankan
independensi auditor dari manajemen maka penunjukan auditor di banyak perusahaan
dilaksanakan oleh dewan komisaris, rapat umum pemegang saham atau komite audit.
Dalam melaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib mengggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Penggunaan kemahiran
profesioanl dengan cemat dan seksama menyangkut apa yang dikerjakan auditor dan
bagaimana kesempurnaan pekerjaan tersebut.
Seorang auditor harus memiliki tingkat ketrampilan yang umumnya dimilik oleh
auditor pada umumnya dan harus menggunakan ketrampilan tersebut dengan kecermatan
dan keseksamaan wajar. Hal ini menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional
dimana sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi
secara kritis bukti audit.
b Standar pekerjaan lapangan
Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya. Sebelum menerima perikatan auditor harus yakin apakah
kondisi dimana perikatan pada saat mendekati atau setelah tanggal neraca dapat
memungkinkan auditor untuk melaksanakan audit secara memadai dan memberi pendapat
wajar tanpa pengecualian. Jika kondisi tersebut tidak memungkinkan auditor untuk
melakukan audit secara memadai dan untuk memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian
maka ia harus membahas dengan klien tentang kemungkinan dalam memberikan pendapat
wajar dengan pengecualian atau tidak memberikan pendapat.
Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan
audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
Pengendalian interen adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,
manajemen dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai
tentang pencapaian tiga golongan tujuan yang terbagi menjadi keandalan pelaporan
keuanagn, efektivitas dan efisiensi operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
yang berlaku.
Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan

6
pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. Bukti audit sangat bervarisasi pengaruhnya
terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor independen dalam rangka memberikan
pendapat atas laporan keuangan auditan. Relevansi, objektivitas, ketepatan waktu, dan
keberadaan bukti audit lain yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap
kompetensi bukti. Audit yang dilakukan oleh auditor independen bertujuan untuk
memperoleh bukti audit kompeten yang cukup untuk dipakai sebagai dasar memadai dalam
merumuskan pendapatnya. Auditor independen lebih mengandalkan buktu yang bersifat
mengarahkan daripada bukti yang bersifat meyakinkan.
c Standar pelaporan
Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Istilah prisnsip akuntansi yang berlaku
umum adalah padanan kata dari frasa generally accepted accounting principle dimana suatu
istilah teknis akuntansi yang mencakup konvensi, aturan, dan prosedur yang diperlukan
untuk membatasi praktik akuntansi yang berlaku umum di wilayah tertentu pada saat
tertentu. Untuk laporan keuangan yang didistribusikan kepada umum di Indonesia harus
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidakkonsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan perode berjalan
dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. Tujuan
standar konsistensi adalah untuk memberikan jaminan bahwa jika daya banding laporan
keuangan diantara dua periode dipengaruhi secara material oleh perubahan prinsip akuntansi
maka auditor akan mengungkapakn perubahan tersebut dalam laporannya. Perubahan
dalam prinsip akuntansi yang mempunyai pengaruh material atas laporan keuangan
memerlukan penjelasan dalam laporan auditor independen dengan cara menambahkan
paragraf penjelas yang disajikan setelah paragraf pendapat.
Pengungkapan infomatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam lapran auditor. Auditor harus memeprtimbangkan apakah masih
terdapat hal-hal tertentu yang harus diungkapkan sehubungan dengan keadaan dan fakta
yang diketahui pada saat audit. Bila majemen menghilangkan dari laporan keuangan,
informasi yang seharusnya diungkapkan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia termasuk catatan atas laporan keuangan, auditor harus

7
memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar karena
alasan tersebut dan harus memberikan informasi yang cukup dalam laporannya.
Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat
diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya
harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan maka laporan
auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan,
jika ada dan tingkat tanggungjawab yang dipikul oleh auditor.

2.2.2 Standar Atestasi


Standar atestasi memberikan rerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang
mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang diberikan dalam jasa audit atas laporan
keuangan historis, pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif, serta tipe perikatan
atestasi lain yang memberikan keyakinan yang lebih rendah (review, pemeriksaan, dan
prosedur yang disepakati). Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan dirinci dalam bentuk
Pernyataan Standar Atestasi (PSAT). PSAT merupakan penjabaran lebih lanjut masing-
masing standar yang terdapat dalam standar atestasi. Termasuk dalam PSAT adalah
Interpretasi Pernyataan Standar Atestasi (IPSAT), yang merupakan interpretasi resmi yang
dikeluarkan oleh Dewan terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh Dewan dalam
PSAT.

2.2.3 Standar Jasa Akuntansi dan Review


Standar Jasa Akuntansi dan Review memberikan rerangka untuk fungsi nonatestasi
bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Standar jasa
akuntansi dan review dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan
Review (PSAR). Termasuk di dalam Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review
adalah Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (IPSAR), yang
merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap ketentuan-
ketentuan yang diterbitkan oleh Dewan dalam PSAR.

8
2.2.4 Standar Jasa Konsultansi
Standar Jasa Konsultansi memberikan panduan bagi praktisi yang menyediakan jasa
konsultansi bagi kliennya melalui kantor akuntan publik. Jasa konsultansi pada hakikatnya
berbeda dari jasa atestasi akuntan publik terhadap asersi pihak ketiga. Dalam jasa atestasi, para
praktisi menyajikan suatu kesimpulan mengenai keandalan suatu asersi tertulis yang menjadi
tanggung jawab pihak lain, yaitu pembuat asersi (asserter). Dalam jasa konsultansi, para
praktisi menyajikan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi. Sifat dan lingkup pekerjaan
jasa konsultansi ditentukan oleh perjanjian antara praktisi dengan kliennya. Umumnya,
pekerjaan jasa konsultansi dilaksanakan untuk kepentingan klien.

2.2.5 Standar Pengendalian Mutu


Standar pengendalian mutu memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di
dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan
mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan
Publik dan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh
Kompartemen Akuntan Publik, Ikatan Akuntan Indonesia.
Dalam perikatan jasa profesional, kantor akuntan publik bertanggung jawab untuk
mematuhi berbagai standar relevan yang telah diterbitkan oleh Dewan dan Kompartemen
Akuntan Publik. Dalam pemenuhan tanggung jawab tersebut, kantor akuntan publik wajib
mempertimbangkan integritas stafnya dalam menentukan hubungan profesionalnya; bahwa
kantor akuntan publik dan para stafnya akan independen terhadap kliennya sebagaimana
diatur oleh Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik dan bahwa staff kantor akuntan
publik kompeten, profesional, dan objektif serta akan menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama (due profesional care). Oleh karena itu,
kantor akuntan publik harus memiliki sistim pengendalian mutu untuk memberikan
keyakinan memadai tentang kesesuaian perikatan profesionalnya dengan berbagai standar
dan aturan relevan yang berlaku.

9
2.3 Kode Etik Profesional Akuntan
Menurut Sanjaya: 2014, secara garis besar kode etik dan perilaku profesional adalah:
a. Kontribusi untuk masyarakat dan kesejahteraan manusia. Prinsip mengenai kualitas
hidup semua orang menegaskan kewajiban untuk melindungi hak asasi manusia termasuk
ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan.
b. Hindari menyakiti orang lain. “Harm” berarti konsekuensi cedera, seperti hilangnya
informasi yang tidak diinginkan, kehilangan harta benda, kerusakan harta benda, atau
dampak lingkungan yang tidak diinginkan.
c. Bersikap jujur dan dapat dipercaya. Kejujuran merupakan komponen penting dari
kepercayaan. Tanpa kepercayaan suatu organisasi tidak dapat berfungsi secara efektif.
d. Bersikap adil dan tidak mendiskriminasi nilai-nilai kesetaraan, toleransi,
menghormati orang lain, dan prinsip-prinsip keadilan yang sama dalam mengatur
perintah.
e. Hak milik yang temasuk hak cipta dan hak paten. Pelanggaran hak cipta, hak paten,
rahasia dagang dan syarat-syarat perjanjian lisensi dilarang oleh hukum di setiap
keadaan.
f. Memberikan kredit yang pantas untuk properti intelektual. Komputasi profesional
diwajibkan untuk melindungi integritas dari kekayaan intelektual.
g. Menghormati privasi orang lain. Komputasi dan teknologi komunikasi
memungkinkan pengumpulan dan pertukaran informasi pribadi pada skala yang belum
pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah peradaban.
h. Kepercayaan. Prinsip kejujuran meluas ke masalah kerahasiaan informasi setiap kali
salah satu telah membuat janji eksplisit untuk menghormati kerahasiaan atau, secara
implisit, saat informasi pribadi tidak secara langsung berkaitan dengan pelaksanaan
tugas seseorang.
Prinsip etika profesi akuntan menurut IAI dalam Sanjaya: 2014 antara lain:
a. Tanggung jawab profesi. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai
profesional setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan
profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

10
b. Kepentingan publik. Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak
dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan
menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
c. Integritas. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap
anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi
mungkin.
d. Obyektivitas. Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
e. Kompetensi dan kehati-hatian profesional. Setiap anggota harus melaksanakan jasa
profesionalnya tkngan kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai
kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada
tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh matifaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan
praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.
f. Kerahasiaan. Setiap anggota harus, menghormati kerahasiaan informasi yang
diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau
kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
g. Perilaku profesional. Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan
reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
h. Standar teknis. Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan
standar teknis dan standar proesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan
dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan
dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan
obyektivitas.

2.4 Peraturan OJK terkait profesi akuntan


Otoritas jasa keuangan adalah lembaga yang independen yang mempuanyai fungsi,
tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan. Keberadaan
instansi Otoritas Jasa Keuangan berhubungan erat dengan profesi akuntan di Indonesia.

11
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.13/POJK.03/2017 tentang Penggunaan Jasa
Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik dalam Kegiatan Jasa Keuangan yang disahkan
melalui Surat Edaran Jasa Keuangan No.36/SEOJK.03/2017 tentang Tata Cara Penggunaan
Jasa Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik dalam Kegiatan Jasa Keuangan, terdapat
beberapa pokok antara lain :
a. Penunjukan AP dan/atau KAP dan peran Komite Audit dalam memberikan rekomendasi
penunjukan serta evaluasi hasil pemberian jasa AP dan KAP
b. Pendetilan dari ruang lingkup audit yang harus dilakukan oleh AP dan KAP yang
memberikan jasa pada Bank
c. Penjelasan mengenai program sertifikasi dan pendidikan professional berkelanjutan bagi
AP dalam rangka meningkatkan pengetahuan spesifik AP terhadap ketentuan terkait
pengungkapan informasi bagi pihak yang melaksanakan jasa keuangan
d. Prosedur dan tata cara kegiatan administrasi AP dan KAP di OJK yang meliputi :
pendaftaran, perubahan ruang lingkup pemberian jasa, penghentian jasa sementara
waktu dan pengaktifan kembali, perubahan data dan informasi, dan pengunduran diri.
e. Publikasi daftar AP dan KAP pada situr web OJK, meliputi AP dan KAP yang aktif, AP
dan KAP yang tidak aktif sementara waktu serta AP dan KAP yang tidak aktif tetap
f. Pendetilan kondisi-kondisi dimana AP dan KAP disebut tidak independen terhadap klien
g. Pemberian contoh per industry dari informasi mengenai
pelanggaran/kelemahan yang signifikan dan/atau kondisi/perkiraan kondisi yang dapat
membahayakan kelangsungan usaha pihak yang melaksanakan kegiatan jasa keuangan
h. Alamat penyampaian laporan di OJK

2.5 Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen


Didalan PSA No.02 SA Seksi 110 tentang Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen
menyebutkan tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya
adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor merupakan sarana bagi
auditor untuk menyatakan pendapatnya,atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan
tidak memberikan pendapat. Baik dalam hal auditor menyatakan pendapat maupun

12
menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus menyatakan apakah auditnya telah
dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Standar
auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia mengharuskan auditor menyatakan
apakah, menurut pendapatnya, laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia dan jika ada, menunjukkan adanya ketidak konsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan
dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji
material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Oleh karena sifat bukti
audit dan karakteristik kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan memadai, namun
bukan mutlak, bahwa salah saji material terdeteksi. Aauditor tidak bertangung jawab untuk
merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan bahwa salah saji terdeteksi,
baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan, yang tidak material terhadap laporan
keuangan.
Laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen. Tanggung jawab auditor
adalah untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Manajemen bertanggung
jawab untuk menerapkan kebijakan akuntansi yang sehat dan untuk membangun dan
memelihara pengendalian intern yang akan, di antaranya, mencatat, mengolah,
meringkas,dan melaporkan transaksi (termasuk peristiwa dan kondisi) yang konsisten dengan
asersi manajemen yang tercantum dalam laporan keuangan. Transaksi entitas dan aktiva,
utang, dan ekuitas yang terkait adalah berada dalam pengetahuan dan pengendalian langsung
manajemen. Pengetahuan auditor tentang masalah dan pengendalian intern tersebut terbatas
pada yang diperolehnya melalui audit. Oleh karena itu, penyajian secara wajar sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia merupakan bagian yang tersirat
dan terpadu dalam tanggung jawab manajemen. Auditor independen dapat memberikan saran
tentang bentuk dan isi laporan keuangan atau membuat draft laporan keuangan, seluruhnya
atau sebagian, berdasarkan informasi dari manajemen dalam pelaksanaan audit.
Namun,tanggung jawab auditor atas laporan keuangan auditan terbatas pada pernyataan
pendapatnya atas laporan keuangan tersebut.

13
Auditor independen juga bertanggung jawab terhadap profesinya, tanggung jawab
untuk mematuhi standar yang diterima oleh para praktisi rekan seprofesinya. Dalam mengakui
pentingnya kepatuhan tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia telah menerapkan aturan yang
mendukung standar tersebut dan membuat basis penegakan kepatuhan tersebut, sebagai
bagian dariKode Etik Ikatan Akuntan Indonesia yang mencakup Aturan Etika Kompartemen
Akuntan Publik.

2.6 Etika dalam Auditing


Etika (ethics) secara garis besar dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau
nilai moral. Perilaku etis sangat diperlukan oleh masyarakat agar dapat berfungsi secara
teratur. Etika dapat diargumentasikan sebagai perekat yang dapat mengikat anggota
masyarakat. Kebutuhan akan etika dalam masyarakat cukup penting, sehingga banyak nilai
etika yang umum yang dimasukkan ke dalam Undang-undang (Arens, 2008: 98)
Etika dalam auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh serta
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan ekonomi, dengan tujuan
menetapkan derajat kesesuaian antara asersi- asersi tersebut, serta penyampaian hasilnya
kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut Sanjaya: 2014, ada beberapa peranan
etika dalam profesi audit yaitu:
a. Audit membutuhkan pengabdian yang besar pada masyarakat dan komitmen moral
yang tinggi.
b. Masyarakat menuntut untuk memperoleh jasa para auditor publik dengan
standar kualitas yang tinggi, dan menuntut mereka untuk bersedia mengorbankan diri.
Itulah sebabnya profesi auditor menetapkan standar teknis dan standar etika yang harus
dijadikan panduan oleh para auditor dalam melaksanakan audit.
c. Standar etika diperlukan bagi profesi audit karena auditor memiliki posisi sebagai
orang kepercayaan dan menghadapi kemungkinan benturan-benturan kepentingan.
d. Kode etik atau aturan etika profesi audit menyediakan panduan bagi para auditor
profesional dalam mempertahankan diri dari godaan dan dalam mengambil keputusan-
keputusan sulit.

14
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Profil Enron Corporation


Enron Corporation adalah sebuah perusahaan energi Amerika yang berbasis di Houston,
Texas, Amerika Serikat. Enron jejak akarnya adalah Perusahaan Gas Alam Utara, yang
dibentuk pada tahun 1932, di Omaha, Nebraska. Enron merupakan perusahaan dari
penggabungan antara InterNorth (penyalur gas alam melalui pipa) dengan Houston Natural
Gas. Kedua perusahaan ini bergabung pada tahun 1985 oleh Kenneth Lay. (Sanjaya:
2014).
Enron Corporation yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang energi tersebut
melakukan penjualan listrik dengan menggunakan harga pasar pada awal tahun 1990.
Adanya hasil Kongres Amerika Serikat yang memutuskan untuk melakukan deregulasi
penjualan gas alam telah menyebabkan Enron mengalami peningkatan pendapatan yang
signifikan. Enron merupakan penjual gas alam terbesar pada tahun 1992 di Amerika Utara,
kontrak penjualan gas Enron menghasilkan laba sebelum pajak sebesar $122 juta, dan
merupakan penyumbang kedua terbesar dalam laba usaha perusahaan (Isanty: 2016).
Dalam upaya untuk memperluas pertumbuhan bisnis perusahaan, Enron menerapkan
strategi bisnis diversifikasi. Perusahaan tersebut memiliki dan mengoperasikan berbagai aset
meliputi gas pipelines, electricity plants, pulp and paper plants, water plants, dan broadband
services. Perkembangan pesat Enron telah menyebabkan harga saham perusahaan tersebut
mengalami kenaikan sebesar 311% dari awal tahun 1990 sampai akhir tahun 1998. Pada tahun
1999 harga saham mengalami kenaikan sebesar 56% dan pada tahun 2000 sebesar 87%.
Harga saham per lembar perusahaan adalah sebesar $83.13 (Isanty: 2016).
Tidak cukup dengan prestasi tersebut, Enron membentuk pula “Enron Online” (EOL) pada
bulan Oktober 1999. EOL merupakan unit usaha Enron yang secara online memasarkan produk
energi secara elektronik lewat website. Pada puncaknya, Enron memiliki saham hampir 30.000
mil jaringan pipa gas yang memiliki akses ke jaringan serat optic 1.000 mil, dan memiliki sham
di beberapa pembangkit listrik operasi di seluruh dunia. Pada tahun 2000, perushaan
melaporkan pendapatan kotor sebesar $101 miliar. Dalam satu tahun peluncurannya, EOL

15
menangani lebih dari $1 miliar transaksi. Situs web lebih dari sekedar bertemunya penjual
dan pembeli.

3.2 Profil KAP Arthur Andersen


KAP Arthur Andersen didirikan pada tahun 1913 oleh Arthur Andersen dan Clarence Delany
sebagai Anderse Delany & Co. Perusahaan tersebut berubah nama menjadi Arthur Andersen
& Co. pada tahun 1918. Arthur Andersen adalah aktivis pembentukan standar dalam
industri akuntansi. Ketika munculnya opsi saham dalam bentuk kompensasi, Arthur Andersen
adalah KAP pertama yang mengusulkan ke FASB bahwa opsi saham harus disertakan pada
laporan biaya sehingga berdampak pada laba bersih seperti kompensasi dalam bentuk
tunai. Setelah konsultasi IT ditetapkan pada tahun 1980, Arthun Andersen pun
mengembangkan praktek konsultasi di bidang IT tersebut, sementara KAP lain masih
berfokus pada konsultasi jasa audit. KAP Arthur Andersen berjuang untuk menyeimbangkan
antara “faithfulness to accouting standards” dengan “its clients’ desire to maximize profits”
(Kurnia: 2014).
KAP Arthur Andersen adalah perusahaan jasa akuntansi yang berbasis di Chicago,
Illinois, Amerika Serikat. Kantor Akuntan Publik tersebut termasuk dalam “The Big
Five” bersama dengan Pricewaterhouse Coopers, Deloitte, Ernst & Young, dan KPMG.
Arthur Andersen menjadi auditor eksternal Enron sekaligus konsultan manajemennya dengan
bayaran $5 juta untuk biaya audit dan $50 juta untuk biaya konsultasi. Hal inilah yang
menyebabkan konflik kepentingan di tubuh Arthur Andersen sendiri, karena pembayaran atas
jasa yang dilakukannya terlampau besar, sehingga memunculkan kurangnya independensi dalam
proses pengauditan laporan keuangan Enron. Sehingga, pada tahun 2002 perusahaan ini secara
sukarela menyerahkan izin praktiknya sebagai Kantor Akuntan Publik setelah dinyatakan
bersalah dan terlibat dalam skandal Enron dan menyebabkan 85.000 orang kehilangan
pekerjaannya (Isanty: 2016).

3.3 Skandal Akuntansi Enron Corporation


Pada 14 Agustus 2001, Kenneth lay diangkat kembali sebagai Enrons CEO setelah
Jeffrey Skiling. Beberapa saat kemudian Ms. Watkins mengirimkan surat kepada Kenneth
yang berisi ketakutannnya bahwa Enron akan meledak dalam gelombang skandal akuntansi. Dua

16
bulan kemudian Enron melaporkan kerugian kuartal ketiga tahun 2001 sebesar $618 juta
dan pengurangan sebesar $2,1 miliar dalam ekuitas pemegang saham terkait dengan kemitraan
oleh chief financial officer (CFO) Andrew Fastow. Berita kerugian kuartal ketiga perusahaan
mengakibatkan penurunan tajam nilai saham Enron. Pada tanggal 2 Desember 2001, dunia
perekonomian dikejutkan dengan berita yang berasal dari kota minyak Houston di Texas,
Amerika. Enron, perusahaan ke tujuh terbesar di Amerika, perusahaan energi perdagangan
terbesar di dunia menyatakan dirinya bangkrut (Djohan: 2008).
Bangkrutnya Enron dianggap bukan lagi semata-mata sebagai sebuah kegagalan
bisnis, melainkan sebuah skandal yang multidimensional, yang melibatkan politisi dan pemimpin
terkemuka di Amerika Serikat. Hal ini bisa dilihat dari beberapa fakta yang cukup
mencengangkan (Sanjaya: 2014). Kebangkrutan bukan disebabkan oleh perekonomian dunia
yang sedang melemah, melainkan kesalahan fatal dalam sistem akuntan mereka. Selama tujuh
tahun terakhir, Enron melebih-lebihkan laba bersih dan menutup-tutupi utang. Auditor
independen, Arthur Andersen ikut berperan dalam "menyusun" pembukuan kreatif Enron.
Lebih buruk lagi, kantor hukum yang menjadi penasihat Enron, Vinson & Eikins, juga dituduh
ikut ambil bagian dalam korupsi skala dunia ini dengan membantu membuka partnership –
partnership kontroversial yang dianggap sebagai awal dari kehancuran Enron (Djohan 2008).
Keterbatasan dalam prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP) menyeret banyak pihak
eksekutif karna menyembunyikan hutang, dalam proses pengusutan sebab-sebab kebangkrutan
itu Enron dicurigai telah melakukan praktik window dressing yaitu dengan cara penundaan
pencatatan piutang karena kasnya digunkan untuk kepentingan pribadi. Manajemen Enron
telah menggelembungkan (mark up) pendapatannya US$ 600 juta, dan menyembunyikan
utangnya sejumlah US$ 1,2 miliar. Menggelembungkan nilai pendapatan dan
menyembunyikan utang senilai itu tentulah tidak bisa dilakukan sembarang orang. Diperlukan
keahlian khusus dari para profesional yang bekerja pada atau disewa oleh Enron untuk menyulap
angka-angka, sehingga selama bertahun-tahun kinerja keuangan perusahaan ini tampak tetap
mencorong. Dengan kata lain, telah terjadi sebuah kolusi tingkat tinggi antara manajemen Enron,
analis keuangan, para penasihat hukum, dan auditornya. Belakangan diketahui bahwa auditor
Enron, Arthur Andersen kantor Hudson, telah ikut membantu proses rekayasa keuangan
tingkat tinggi itu (Sanjaya: 2014).

17
3.4 Pihak-pihak yang Terlibat dalam Skandal Enron Corporation
Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam skandal Enron Corporation dalam Kurnia:
2014, antara lain sebagai berikut:
a. Pihak dari Enron Corporation
 Kenneth Lay (Founder, Chairman dan CEO)
Enron ini dibangun dengan hutang dan dalam kegiatan operasionalnya juga berhutang lagi
kepada pihak lain. Sehingga hutangnya semakin bertambah banyak. Ken Lay adalah
seseorang yang telah mendirikan Enron, tetapi dia membangun Enron dengan banyak
hutang kepada pihak lain. Ketika Enron mengalami keadaan yang sulit, dalam hal ini
dalam keadaan hampir bangkut, Ken Lay mengatakan perusahaannya dalam keadaan
yang baik-baik saja.
 Jeffrey Skilling (Mantan Presiden, dan COO)
Jeffrey Skilling berhasil membuat Enron menjadi sebuah perusahaan perdagangan yang
sangat besar dan ekspansif. Namun, karena ambisinya mengesampingkan rambu-
rambu aturan yang berlaku baik aturan SEC maupun prinsip akuntansi yang
berterima umum. Ia bersama Andrew Fastow memanipulasi laporan keuangan Enron.
 Andrew Fastow (Mantan CFO)
Andrew Fastow memanipulasi untuk membentuk anak perusahaan yang hanya dipakai oleh
Enron untuk mendapatkan pinjaman dana dari bank, sehingga dalam laporan keuangan
yang dimiliki oleh Enron tidak mengalami penambahan hutang.
 Board of directors
Dewan Direksi Enron gagal melidungi pemegam saham Enron dan memberikan konstribusi
pada kejatuhan perusahaan publik terbesar ke tujuh di AS, dengan membiarkan Enron
terlibat dalam praktik akuntansi beresiko tinggi, pengungkapan kegiatan
penghancuran dokumen penting, dan kompensasi eksekutif yang berlebihan. Dewan
mengetahui hal ini tetapi lebih memilih untuk menutup mata dan merugikan
pemegang saham, karyawan, dan rekan bisnis.
 Karyawan Enron
Enron memaksa karyawan dalam hal pengelolaan dana pensiun, di mana diharuskan
pembelian saham perusahaan sebagai dana pensiun, karyawan percaya atas reputasi
perusahaan. Tujuan Enron adalah menaikan harga saham perusahaan dengan cara ini.

18
 Sheron Wattkins
Sherron adalah seorang akuntan profesional yang kompeten dan telah bekerja untuk
Arthur Andersen selama bertahun-tahun sebelum bergabung dengan Enron. Dia
mengeluhkan praktik akuntansi agresif yang dilakukan oleh enron. b. Pihak dari KAP
Arthur Andersen.
Peran KAP Arhur Andersen dalam skandal Enron antara lain sebagai eksternal auditor
Enron, budaya internal KAP Arthur Andersen didorong oleh keinginan untuk mendapatkan
penghasilan, sehingga Enron adalah salah satu sumber kekayaan KAP. KAP AA mengeluarkan
opini audit atas laporan keuangan Enron dari 1997 hingga 2000 tetapi setuju bahwa
penyajian kembali laba besar-besaran dibenarkan. Mengingat fakta ini, AA dan personelnya
dihadapkan pada beberapa konflik kepentingan, yang mungkin telah dilanggar dan melemahkan
tekad mereka untuk bertindak dalam hubungan fidusia mereka sebagai auditor, termasuk
mengaudit kerja mereka sendiri sebagai konsultan, menyebabkan kurangnya objektivitas,
serta kepentingan diri sendiri berperang melawan kepentingan umum yang mengarah ke
keinginan untuk memuaskan manajemen Enron.
Menurut dakwaan, AA diduga menghilangkan bukti yang berpotensi memberatkan dengan
merobek-robek sejumlah besar kertas kerja dan dokumen audit terkait Enron. Namun, inti dari
dakwaan departemen kehakiman adalah email yang diteruskan dari Nancy Temple, penasihan
perushaaan AA di Chichago, kepada David Duncan. Dan pada januari 2002, AA memecat
rekan partner Enron, David Duncan karna perannya dalam kegiatan penghancuran dokumen.
David menjadi karyawan Andersen selama 20 tahun, ia bertanggung jawab atas Enron sejak
1997, ia bersaksi bahwa tidak berpikir apa yang dilakukannnya itu salah. David B. Duncan
dibayar lebih dari $1 juta. David dipecat dari Andersen pada Januari 2002 dan dibebankan
hukuman karena telah memerintahkan staff Andersen untuk menghancurkan lebih dari 1 ton
dokumen yang berkaitan dengan Enron. Pada 9 April 2002, David mengaku bersalah dengan
hukuman maksimum 10 tahun.
Setelah keruntuhan Enron, AA mulai terurai dengan cepat, kehilangan lebih dari
400 klien yang diperdagangkan secara public pada juni-2022 termasuk klien profil tinggi
yang sudah memiliki hubungan lama dengan AA. AA menghadapi perjaungan berat melawan
jaksa federal atas kejahatan diperhitungkan untuk menghalangi keadilan, terlepas dari hasil
persidangan.

19
Budaya perusahaan, konflik kepentingan, whistle-blower. Banyak karyawan Enron
mengetahui tentang kurangnya integritas dalam transaksi SPE, tetapi hanya sedikit karyawan
yang berani maju untuk melaporkannya, dan Dewan Direksi Enron tidak mendengar
keluhan mereka. Kekurangan integritas pada budaya Enron berada dalam taraf yang cukup
menyedihkan. Salah satu teka-teki Enron yang tidak dijelaskan adalah mengapa orang-orang
yang memiliki interaksi berkelanjutan dengan anggota dewan ternyata tidak maju untuk
mengungkapkan kejanggalan tersebut. Jika mereka memiliki loyalitas kepada perusahaan,
seharusnya mereka melaporkan kejanggalan SPE kepada anggota dewan. Kurangnya loyalitas ini
ada hubungannya dengan keinginan untuk memuaskan Fastow dan Lay yang memberikan
pengaruh signifikasn terhadap rencana insentif opsi saham enron.

3.5 Analisis Kasus Enron Corporation Ditinjau dari Sudut Pandang Audit dan
Etika Profesional
Auditor independen bertanggung jawab memberikan assurance services. Sementara
manajeman, dibantu pengacara, penasihat keuangan, dan konsultan, menyajikan informasi
keuangan, sedangkan akuntan publik bertugas menilai apakah informasi keuangan itu dapat
dipercaya atau tidak. Dalam menjalankan audit, akuntan wajib mendeteksi kemungkinan
kecurangan dan kekeliruan yang material. Penyimpangan (irregularities) dan kecurangan
(fraud) akan dianggap sebagai kelaziman. Kegagalan untuk bersikap obyektif dan
independensi sama artinya dengan hilangnya eksistensi profesi. Membenarkan, bahkan
menutupi, perilaku manajemen yang manipulatif jelas-jelas merupakan pengkhianatan
terhadap tugas profesi akuntan publik. Karena itu, sangat wajar jika, dalam kasus Enron,
auditor paling dipersalahkan karena telah gagal melindungi kepentingan publik yang merupakan
pemberi otoritas (Sanjaya:2014).
Dalam kasus Enron, pihak manajemen Enron maupun Arthur Andersen mengetahui tentang
praktek akuntansi dan bisnis yang tidak sehat. Tetapi demi mempertahankan kepercayaan dari
investor dan publik kedua belah pihak merekayasa laporan keuangan mulai dari tahun
1985 sampai dengan Enron menjadi hancur berantakan. Arthur Andersen, merupakan kantor
akuntan publik tidak hanya melakukan manipulasi laporan keuangan, Andersen juga telah
melakukan tindakan yang tidak etis, dalam kasus Enron adalah dengan menghancurkan
dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan kasus Enron. Arthur Andersen memusnahkan

20
dokumen pada periode sejak kasus Enron mulai mencuat ke permukaan, sampai dengan
munculnya panggilan pengadilan. Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan
internal Andersen, tetapi kasus ini dianggap melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas
KAP Arthur Andersen hancur. Di sini Andersen telah ingkar dari sikap profesionalisme
sebagai akuntan independen dengan melakukan tindakan menerbitkan laporan audit yang
salah dan meyesatkan (Sanjaya: 2014).
Kasus ini menyingkap kerjasama penipuan yang dilakukan Enron dengan auditornya, yaitu
KAP Andersen. KAP Andersen dinyatakan bersalah telah bekerjasama dalam memalsukan
laporan keuangan dan menghambat proses penyelidikan dengan menghancurkan dokumen-
dokumen yang digunakan untuk menjalankan proses audit. Tindakan ini telah dianggap
melanggar standar umum audit yang kedua yaitu independensi, di mana seharusnya dalam
semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus
dipertahankan oleh auditor. KAP Andersen juga dinyatakan bersalah telah melanggar prinsip
etika profesi akuntan di antaranya yaitu melanggar prinsip integritas dan perilaku
profesional. Perlu diketahui bahwa integritas merupakan prinsip yang penting dan harus
diterapkan dalam etika audit sebab merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya. Sedangkan
perilaku profesional diterapkan agar setiap pelaku audit dapat berperilaku yang konsisten
dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat menghancurkan mana
baik profesi(Rahayu: 2014).
Pelanggaran 5 prinsip tata kelola (Good Corporate Governance/ GCG)pada kasus Enron
Corporation menurut Kurnia: 2014, antara lain
a. Transparansi (transparency). Berkaitan dengan kewajiban bagi para pengelola
untuk menjalankan prinsip keterbukaan dalam proses keputusan dan penyampaian
informasi. Keterbukaan dalam menyampaikan informasi juga mengandung arti bahwa
informasi yang disampaikan harus lengkap, benar dan tepat waktu kepada semua
pemangku kepentingan. Dalam Skandal Enron dimensi transparasi jelas dilanggar,
hal ini dapat dilihat pada:
 Pembentukan SPE dengan tujuan melebih-lebihkan laba, meningkatkan
kas dan menyembunyikan utang, menutup-nutupi kerugian terhadap investasi saham
Enron pada perusahaan lain.

21
 Memberikan informasi kinerja perusahaan yang menyesatkan kepada
investor dan karyawan sehingga investor dan karyawan membeli saham Enron dalam
jumlah besar pada saat harga saham Enron tinggi, sebelum anjloknya harga saham.
 Tidak memasukan transaksi SPE dalam laporan konsolidasi Enron,
sehingga angka yang ada dalam neraca tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya.
 Penghancuran dokumen terkait SPE sebanyak lebih dari 1 ton kertas dengan
tujuan menutup-nutupi kebenaran dan menghambat penyidikan.
b. Akuntabilitas (accountability). Prinsip akuntabilitas adalah prinsip di mana para
pengelola berkewajiban untuk membina sistem akuntansi yang efektif untuk
menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Untuk itu, diperlukan
kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertangungjawaban setiap organ sehingga
pengelolaan berjalan efektif. Dalam skandal Enron, pihak manajemen tidak mengelola
sistem akuntansi yang efektif sehingga menghasilkan laporan keuangan yang tidak dapat
dipercaya, hal ini dapat dicermati pada:  SEC membolehkan sebuah perusahaan untuk
mengeluarkan pencatatan SPE dari laporan keuangannya.
 Melakukan skema prabayar, yakni mencatat transaksi prabayar dalam pengiriman
energi masa depan sebagai laba operasi dan arus kas saat ini, bukan sebagai arus
kas dari operasi pembiayaan.
 Perhitungan pajak yang salah yaitu mengakui kerugian yang sama sebanyak dua
kali dan mencatatnya sebagai pendapatan; dan merubah dpp aset tak tersusutkan
menjadi aset tersusutkan (kena pajak).
 Melakukan praktik asset light, yaitu menjual aset pembangkit listrik
secara langsung atau menjual kepentingan di dalamnya kepada investor secara lansung,
dan mencatat pendapatan tersebut sebagai laba dari hasil “monetizing” dan
“syndicating”
c. Responsibilitas (responsibility). Prinsip responsibilitas adalah prinsip di mana para
pengelola wajib memberikan pertanggungjawaban atas semua tindakan dalam
mengelola perusahaan kepada para pemangku kepentingan sebagai wujud kepercayaan
yang diberikan kepadanya. Prinsip tanggung jawab ada sebagai konsekuensi logis
dari kepercayaan dan wewenang yang diberikan oleh para pemangku kepentingan

22
kepada para pengelola perusahaan. Skandal Enron memberikan contoh pelanggaran
tanggung jawab ini mempunyai dalam berbagai dimensi, yaitu:
 Dimensi ekonomi, Enron tidak bertanggungjawab untuk memberikan keuntungan
ekonomis bagi para pemangku kepentingan. Dimensi ini juga melanggar prinsip
fairness di mana tidak semua pemangku kepentingan mendapatakan keuntungan
ekonomis yang sama bahkan ada yang dirugikan.
 Dimensi hukum, tanggung jawab manajemen Enron tidak diwujudkan dalam bentuk
ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Enron melakukan ratusan
transaksi yang melanggar hukum, mulai dari konspirasi, penipuan, pemalsuan laporan,
insider trading, penipuan pajak, pencucian uang, dan penipuan sekuritas.
 Dimensi moral, artinya sejauh mana wujud tanggung jawab tindakan manajemen
tersebut telah dirasakan keadilannya bagi semua pemangku kepantingan. Selain itu
kegiatan perusahaan Enron tidak menghormati nilai-nilai dasar yang mendasari
ketertarikan pemangku kepentingan (hypernorms) sehingga saat mendekati detik-detik
keterpurukan, Enron tidak mendapat dukungan dari pemangku kepentingan selain
dengan cara curang.
 Dimensi spiritual, artinya sejauh mana tindakan manajemen telah mampu
mewujudkan akuntabilitas diri atau telah dirasakan sebagai bagian dari ibadah sesuai
dengan ajaran agama yang diyakininya.
d. Independensi (independency). Independensi adalah keadaan di mana para pengelola
dalam mengambil suatu keputusan bersifat professional, mandiri, bebas dari konflik
kepentingan, dan bebas dari tekanan atau pengaruh dari mana pun yang bertentangan
dengan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan yang sehat.
Pelanggaran prinsip ini terjadi pada, sebagai berikut:
 Arthur Ardensen menyediakan setidaknya 5 layanan kepada Enron yaitu: (1)
sebagai auditor eksternal yang mengaudit kewajaran laporan keuangan Enron; (2)
sebagai konsultan akuntansi dan manajemen, termasuk saat transaksi SPE; (3)
sebagai penasihat perpajakan; (4) sebagai internal auditor Enron; (5) sebagai
penasihat masalah keuangan. Kelima layanan tersebut memiliki fungsi yang saling
bertabrakan bahkan tumpang tindih hingga menyebabkan hilangnya objektivitas Arthur
Andersen.

23
 Banyaknya auditor Arthur Andersen yang kemudian pindah danmenjabat
sebagai eksekutif Enron.
 SPE seharusnya dimiliki oleh pihak independen, tetapi SPE yang bertransaksi
dengan Enron adalah bentukan Fastow yang merupakan CFO Enron.
e. Kesetaraan (fairness). Perlakuan yang setara merupakan prinsip agar para pengelola
memperlakukan semua pemangku kepentingan secara adil dan merata, baik pemangku
kepentingan primer (pemasok, pelanggan, karyawan, pemodal) maupun pemangku
kepentingan sekunder (pemerintah, masyarakat dan yang lainnya). Prinsip ini juga
sangat erat dan tumpang tindih dengan prinsip akuntabilitas dan tanggung jawab.
Enron memperlakukan pemangku kepentingannya dengan tidak adil, yaitu:
 Karyawan memperkaya diri mereka sendiri tanpa persetujuan Dewan Direksi
(kompensasi berlebihan).
 Konflik kepentingan yang tidak pantas, yaitu adanya insider trading di mana
Dewan Direksi menyetujui CFO untuk mengoperasikan dana ekuitas swasta
SPE LJM yang melakukan transaksi bisnis dengan Enron dan meperoleh
keuntungan dari biaya Enron.
 Kegagalan tugas fidusida Dewan Direksi yaitu: gagal melindungi
pemegang saham Enron dari kegiatan yang tidak adil sehingga merugikan
pemegang saham, karyawan, dan rekan bisnis.
 Memanipulas krisis listrik di California dan menerapkan skema prabayar
dan menetapkan harga listrik sangat tinggi sampai 9 kali lipat demi keuntungan
eksekutif Enron.
 Karyawan diperlakukan tidak adil. Enron mengharuskan dana pension
karyawannya diubah dalam bentuk saham. Tujuan Enron adalah menaikan
harga saham perusahaan dengan cara ini. Dan pada saat masa jatuhnya enron, para
ekskutif yang terlebih dahulu tahu telah menjual sahamnya, sedangkan karyawan
hanya dapat menjual saham sampai pada harga 26 sen.

24
3.6 Dampak Kasus Enron Corporation Terhadap Tata Kelola, dan Akuntan
Publik
Pada 30 juli 2002 disahkanlah Sarbanes-Oxley Act (SOX), yaitu Undang-undang baru
yang mengatur reformasi tata kelola. Nama Sarbanes- Oxley sendiri diambil dari dua orang
politisi yang menjadi inisitor undang- undang tersebut. SOX telah menciptakan sebuah
kerangka kerja peraturan internasional bagi perusahaan dalam mencari akses ke pasar modal
AS dan auditornya. Demikian juga SOX menetapkan kerangka kerja baru untuk profesi
akuntansi AS yang menggantikan pengaturan diri oleh profesi dengan Public Company
Accounting Oversight Board (PCAOB) (Kurnia: 2014).
Bencana keuangan sebelumnya, termasuk kegagalan tata kelola Enron & Arthur
Andersen meningkatkan kesadaran di AS, Kanada, Australia dan Inggris bahwa kerangka tata
kelola harus diperbaiki. Secara khusus, dalam rangka menghadapi krisis kredibilitas tata kelola
dan mengembalikan kepercayaan dalam sistem pasar modal. Perusahaan saat ini, tindakan
yang dibutuhkan untuk memenuhi harapan masyarakat.
Rancangan Undang-Undang diajukan oleh anggota senat Paul Sarbanes dan Michael Oxley
pada tanggal 30 Juli 2002 dan disahkan oleh Presiden Bush. Ikthisar Sarbanes Oxley Act 2002
dalam Djohan: 2008 antara lain sebagai berikut:
a. Memberi kejelasan dan kepastian atas dewan pengawas independen yang bertugas
sepenuhnya untuk mengawasi pelaku pasar modal.
b. Menetapkan tanggung jawab baru terhadap komite audit dan pejabat perusahaan.
Menetapkan aturan dan keharusan baru untuk pelaporan perusahaan.

d. Mendefinisikan jasa non Audit yang dapat diberikan oleh KAP kepada Klien
Audit yaitu melarang KAP melakukan 8 jenis jasa audit kepada klien audit:
pembukuan, desain dan sistem informasi keuangan, jasa penilai, jasa aktuaris,
outsorcing jasa internal audit, fungsi manajemen SDM, broker pialang atau
penasehat investasi, jasa hukum dan jasa professional lainnya yang tidak berhubungan
dengan audit.
e. Memperberat hukuman atas kecurangan yang dilakukan perusahaan.
f. Mengharuskan adanya peraturan yang mengatur benturan kepentingan.
g. Meningkatkan secara signifikan tanggung jawab dan anggaran SEC.

25
h. Mengijinkan pemberian jasa lainnya dengan persetujuan terlebih dahulu dari
komite audit.
Dengan diterbitkan Undang-Undang Sarbanes Oxley, maka dampaknya bagi akuntan publik
menurut Djohan: 2008 antara lain :
a. Membentuk Public Accounting Oversight Board (PCAOB) yang bertujuan untuk
mengawasi audit atas perusahaan publik dan melindungi kepentingan investor.
b. Melarang jasa non audit. Hukum secara spesifik telah melarang KAP untuk
melakukan 8 jenis jasa non audit.
c. Perputaran partner—pemimpin (lead) atau coordinating partner audit atau
concurring reviewer tidak dapat memberikan jasa audit kepada klien yang sama lebih
dari 5 tahun berturut-turut.
d. Laporan kepada komite audit—Auditor diharuskan untuk melaporkan kepada
komite audit perihal semua kebijakan akuntasi yang berlaku, perlakuan informasi
keuangan dan informasi penting lainnya yang telah didiskusikan dengan manajemen.
e. Penugasan auditor dibutuhkan 1 tahun cooling of period. SEC telah menambahkan
periode “cooling off” selama satu tahun sebelum seorang anggota dari tim
penugasan audit dapat bekerja dengan klien dan menduduki posisi manajemen
kunci tertentu.

26
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Pada kasus Enron Corporation, auditor telah melanggar kode etik profesi akuntan publik
di mana auditor telah memanipulasi laporan keuangan sehingga laporan tersebut
mencerminkan seolah-olah kinerja perusahaan sangat baik. Padahal, jika diungkap fakta
sebenarnya, perusahaan sebenarnya telah berada diujung ambang kebangkrutan, di mana
hutang perusahaan cukup besar yang disembunyikan dengan menggunakan entitas bertujuan
khusus. Hal ini terjadi akibat ketidak independenan auditor dalam pelaksanaan audit
atas laporan keuangan klien karena desakan konflik kepentingan antara pengungkapan yang
objektif dan mempertahankan klien potensial. Hal ini merupakan sebuah ketidakjujuran dan
kebohongan yang disebabkan oleh dilema etika yang dialami kantor akuntan publik. Auditor
juga melanggar kode etik profesionalisme sebagai akuntan independen dikarenakan
memusnahkan dokumen-dokumen penting yang merupakan bukti audit yang relevan serta
menciptakan laporan audit yang menyesatkan. Perilaku tidak etis ini kemudian akhirnya menuju
kehancuran perusahaan korporat terebut dan menyisakan kerugian bagi berbagai pihak di
samping proses peradilan dan tuntutan hukum.

4.2 SARAN
Agar kasus serupa dengan kasus Enron Corporation tidak terulan kembali dalam
perusahaan dan kemudian merugikan berbagai pihak yang terlibat, maka penulis menyarankan
kepada perusahaan agar di dalam memilih untuk menempatkan sumber daya manusia,
terutama pihak manajemen yang akan memegang kendali dalam perusahaan, tidak hanya
memperhatikan segi kemampuannya saja, tetapi juga memperhatikan pula kepribadiannya dalam
etika bisnis agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan sesuai dengan prinsip etika dan peraturan
yang berlaku.
Kasus skandal Enron Corporation dapat dijadikan pelajaran berharga bagi dunia
bisnis di seluruh dunia. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan agar tidak terjebak dalam
kasus seperti Enron Corporation antara lain sebagai berikut:

27
a. Menjunjung tinggi nilai-nilai spiritualitas dan etika agar setiap perilaku senantiasa berpijak
untuk kebaikan semua.
b. Jangan melakukan hal yang dapat merugikan orang banyak untuk memperkaya diri
sendiri.
c. Kantor Akuntan Publik (KAP) seharusnya menjunjung tinggi kejujuran dan
profesionalitas, mematuhi kode etik menggunakan prinsip akuntansi berterima umum, dan
menjaga integritas profesi serta tidak merangkap jabatan sekaligus.

28
DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A, dkk. 2008. Auditing dan Jasa Assurance, Pendekatan


Terintegrasi, Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Sunyoto, Danang. 2014. Auditing Pemeriksaan Akuntansi. Yogyakarta: CAPS.


Djohan. 2008. Tragedi Enron Corporation. Tersedia di http://the-

johan.blogspot.co.id/2008/10/tragedi-enron-corporation.html. Diakses pada


tanggal 25 Agustus 2022

Freedom, Mariani. 2012. Seminar Kasus Audit “Dilema Etika dalam Profesi
Audit. Tersedia di http://anhyfreedom.blogspot.co.id/2012/12/seminar-
kasus-audit.html. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2022
Hasan, Agus. 2015. Analisis Kasus Korupsi Enron. Tersedia di
http://agushasan17.blogspot.co.id/2015/02/analisis-kasus-korupsi-
enron.html. Diakses pada 25 Agustus 2022.
Isanty, Meity. 2016. Analisis Kasus Enron Corporation. Tersedia di
http://akuntansimaster.blogspot.co.id/2016/06/analisis-kasus-enron-
coorporation.html. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2022
Kurnia, Ahmad. 2014. Analisis Prinsip Good Corporate Studi Kasus Enron Corp.
Tersedia di http://teknikkepemimpinan.blogspot.co.id/2014/07/analisis-
prinsip-good-corporate.html. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2022
Rahayu, Sri. 2014. Analisis Peranan Etika Auditor Terhadap Standar Umum
Audit dalam Menentukan Kualitas Laporan Audit. Tersedia di
http://srirahayu-myblog.blogspot.co.id/2014/11/analisa-peranan-etika-
auditor-terhadap.html. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2022
Sanjaya, Hendy Wira. 2014. Tugas Softskill Studi Kasus “Perusahaan Enron”.
Tersedia di http://hwira.blogspot.co.id/2014/11/tugas-softskill-studi-kasus-
perusahaan.html. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2022

29
30

Anda mungkin juga menyukai