DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV
AKUNTANSI A
Mutmainnah (90400120016)
Rizaldi (90400120024)
Andi Wardana (90400120028)
Reski (90400120029)
Nurhalimah (90400120030)
PRODI AKUNTANSI
PERIODE 2023
A. Tujuan Pelaporan Laba
Dalam kenyataannya, para pemakai mempunyai konsep laba dan model
peng- ambilan keputusan yang berbeda-beda. Apapun pengertian dan cara
pengukuran- nya, laba akuntansi dengan berbagai interpretasinya diharapkan
dapat digunakan antara lain sebagai:
a. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang
diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi (rate of return on invested
capital).
b. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen.
c. Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak.
d. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara.
e. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan public
f. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang.
g. Dasar kompensasi dan pembagian bonus.
h. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
i. Dasar pembagian dividen.
Investor, melalui analis sekuritas, pada umumnya lebih mendasarkan diri pada
laba ekonomik untuk memprediksi aliran kas atau return saham perusahaan di
masa datang. Analis memandang bahwa laba akuntansi mengandung gangguan
(noise) akibat penerapan PABU yang dalam banyak hal tidak merefleksi realitas
ekonomik (misalnya penggunaan kos historis) atau akibat manajemen laba
(earn- ings management). Oleh karena itu, kalau laba akuntansi bebas dari
ganggunan dan mendekati laba ekonomik, laba akuntansi akan menjadi prediktor
yang andal juga. Dengan demikian, kedekatan atau korelasi antara laba
akuntansi dan laba ekonomik akan menentukan kualitas laba akuntansi (earnings
quality).
C. Makna Laba
Laba dapat didefenisikan secara umum: “laba adalah tambahan kemampuan
ekonomi yang ditandai dengan kenaikan capital dalam satu periode yang berasal
dalam kegiatan produktif dalam arti yang luas yang dapat dikonsumsi atau ditolak
oleh entitas tanpa mengurangi kemampuan ekonomik mula mula.”
Pemaknaan laba sebagai pengukur efisiensi, konfirmasi harapan investor, dan
estimator laba ekonomik merupakan gagasan-gagasan untuk menemukan definisi
(konsep atau makna) laba yang tepat untuk tujuan akuntansi. Secara semantik,
belum terdapat kesepakatan tentang makna laba yang mantap yang menjadi basis
akuntansi dalam jangka panjang. Hendriksen dan van Breda (1992) mengemukakan
kritik terhadap laba akuntansi sebagai berikut:
There is no long-run theoretical basis for the computation and presentatian
of accounting incorne.
Kritik di atas didasarkan pada kenyataan bahwa terdapat banyak definisi atau
makna yang dilekatkan pada simbol laba oleh berbagai sumber. Akan tetapi, masih
belum dapat diidentifikasi secara mantap makna manakah yang sebenarnya dianut
atau harus dianut akuntansi. Sebagai basis pembahasan dan pencarian konsep laba,
beberapa gagasan atau sumber dibahas berikut ini. FASB menetapkan laba (disebut
laba komprehensif sebagai elemen statemen keuangan dan mendefinisinya sebagai
berikut:
Comprehensif income is the change in equity of a business enterprised
using a period. from transaction ond other events and circumstances from non
owner sources. It intitudes all changes in equity during a period except those
resulting from investment by owners and distributions to owners.
Laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan
jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan di atas biaya (kos total yang
melekat kegiatan produksi dan penyerahan barang/jasa). Pengertian ini sejalan
dengan konsep kesatuan usaha yang dikemukakan Paton dan Littleton (1967) yang
memandang laba sebagai kenaikan aset perusahaan seperti berikut:
“Laba adalah kenaikan aset dalam suatu perioda akibat kegiatan produktif yang
dapat dibagi atau didistribusi kepada kreditor, pemerintah, pemegang saham (dalam
bentuk bunga, pajak, dan dividen) tanpa mempengaruhi keutuhan ekuitas pemegang
saham semula” (suwardjono, 2005).
Sejalan dengan pengertian yang diberikan Barton, ini berarti bahwa pengaruh
perubahan ekuitas akibat transaksi modal (the effects of any additional capital
contributions or withdrawals by owners) harus dikeluarkan dari perhitungan laba.
Dari berbagai pengertian laba di atas, dapat disimpulkan bahwa laba secara
konseptual mempunyai karakteristik umum sebagai berikut:
a. Kenaikan kemakmuran (wealth atau well-offness) yang dimiliki atau dikuasai
suatu entitas. Entitas dapat berupa perorangan/individual, kelompok individual,
institusi, badan, lembaga, atau perusahaan.
b. Perubahan terjadi dalam suatu kurun waktu (perioda) sehingga harus
diidentifikasi kemakmuran awal dan kemakmuranakhir.
c. Perubahan dapat dinikmati, didistribusi, atau ditarik oleh entitas yang
menguasai kemakmuran asalkan kemakmuran awal dipertahankan.
Kemakmuran dapat berupa aset bersih, aset, modal pemegang. saham kekayaan,
investasi, sumber daya ekonomik, uang, atau apapun yang bernilai uang atau yang
dapat dinilai dengan uang. Kemakmuran tersebut secara umum disebut (kapital).
Kapital di sini berbeda dengan modal karena modal mempunyai pengertian khusus
dalam akuntansi yaitu ekuitas pemegang saham. Bila istilah capital digunakan, harus
selalu dibayangkan siapa yang menguasai atau memiliki.
D. Konsep Laba dalam Tataran Sintaktik
Pada tataran sintaktik atau lebih jelasnya adalah secara struktur, konsep laba
digambarkan dalam prosedur akuntansi sebagai hasil penandingan (matching) antara
penghasilan dan beban. Konsep ini dirasionalkan dalam bentuk standar dan prosedur
akuntansi yang objektif sehingga angka laba dapat diukur dan disajikan dalam
laporan keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep laba pada tataran
sintaktik ini secara umum telah dipahami oleh para informan. Seperti yang
disampaikan para informan berikut ini: Para informan memahami laba akuntansi
sebagai selisih antara penghasilan dan beban. Hal ini merupakan hasil dari realitas
yang diacu oleh para informan. Ketika membaca atau mendengar kata ”laba”, ide-
ide dalam kognisi informan yang terkait dengan ”laba” teraktivasi secara otomatis
melekatkan penghasilan dan beban sebagai aspek dalam perhitungan laba.
Menurut pendekatan sintaktik, laba didefinisikan sebagai selisih antara
pendapatan dan beban. Laba dianggap telah timbul bila terjadi kenaikan nilai dari
kekayaan bersih sebagai akibat adanya transaksi. Terdapat dua pendekatan
pengukuran laba.
1. Pendekatan Transaksi (Transactions Approach)
Menurut pendekatan transaksi, laba telah timbul pada saat terjadinya
transaksi. Khususnya transaksi eksternal, yaitu transaksi yang terjadi dan
melibatkan pihak luar. Laba dapat timbul pada saat terjadinya transaksi
pertukaran/penjualan dan terjadinya pengakuan beban. Pendekatan ini memiliki
beberapa keutamaan yaitu:
a. Komponen laba dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara. Misalnya:
atas dasar produk/konsumen
b. Laba operasi dapat dipisahkan dari laba non operasi
c. Dapat dijadikan dasar dalam penentuan tipe dan kuantitas aktiva dan
hutang yang ada pada akhir periode.
d. Efisiensi usaha memerlukan pencatatan transaksi eksternal untuk
berbagai tujuan.
e. Berbagai laporan dapat dibuat dan dikaitkan antara laporan yang satu
dengan yang lainnya.
2. Pendekatan Kegiatan
Laba dianggap timbul bila kegiatan tertentu telah dilaksanakan. Jadi laba
bisa timbul pada tahap perencanaan, pembelian, produksi, penjualan dan
pengumpulan kas. Dalam penerapannya, pendekatan ini merupakan dari
pendekatan transaksi. Hal ini disebabkan pendekatan kegiatan dimulai dengan
transaksi sebagai dasar pengukuran. Kebaikan pendekatan kegiatan adalah:
a. Laba yang berasal dari produksi dan penjualan barang memerlukan jenis
evaluasi dan prediksi yang berbeda dibandingkan laba yang berasal dari
pembelian dan penjualan surat berharga yang ditujukan pada usaha
memperoleh capital gain.
b. Efisiensi manajemen dapat diukur dengan lebih baik bila diklasifikasikan
menurut jenis kegiatan yang menjadi tanggung jawab manajemen.
c. Memungkinkan prediksi yang lebih baik karena adanya perbedaan pola
perilaku dari jenis kegiatan yang berbeda.
Dengan teori ini, laba dipandang sebagai kenaikan aset karena pendapatan di-
anggap sebagai aliran masuk (kenaikan aset) dan biaya sebagai aliran keluar aset
(penurunan aset) akibat kegiatan operasi perusahaan. Pemilik, kreditor, pemerin-
tah, serta pihak lainnya diperlakukan sebagai pihak luar. Oleh karena itu, jumlah
rupiah yang didistribusi ke mereka diperlakukan sebagai biaya. Transaksi modal
(transaksi dengan pemilik) tidak dibedakan dengan transaksi operasi.Karena teori
kesatuan usaha memandang penyedia dana sebagai pihak luar, pemegang saham
dan kreditor tidak dibedakan dan keduanya dipandang sebagai pemegang ekuitas
(equityholders) sehingga persamaan akun- tansi dapat dinyatakan sebagai berikut:
Aset = Ekuitas
Karena pemegang saham sama kedudukannya dengan kreditor, utang atau
kewajiban merupakan keharusan (obligation) kesatuan usaha kepada kreditor bu-
kan keharusan pemegang saham. Sementara itu, apa yang biasa diperlakukan
sebagai klaim dari pemegang saham dipandang sebagai keharusan kesatuan usaha
kepada pemegang saham sehingga bunga dan dividen keduanya merupakan biaya.
Statemen keuangan merupakan pertanggungjelasan kesatuan usaha kepada
pemegang ekuitas untuk memenuhi persyaratan hukum dan menjaga hubungan baik
bukan untuk memenuhi pertanggungjelasan keuangan dan kepengurusan (fi-nancial
and stewardship accountability). Interpretasi semacam ini dilandasi oleh gagasan
bahwa kesatuan usaha bertindak atas namanya sendiri bukan atas nama pemegang
saham atau kreditor. Teori entitas semacam ini sering disebut sudut. pandang entitas
baru alau kontemporer (new or contemporary view of entity).
Entitas Investor
Investor di sini adalah investor dalam arti luas yaitu kreditor (jangka panjang)
dan pemegang saham (preferensi dan biasa). Jadi, investor adalah penyedia dana
utama perusahaan. Dengan teori ini, pusat perhatian akuntansi adalah kedua kelom-
pok tersebut dan keduanya dipandang sebagai mitra manajemen (management
associates) bukan sebagai pihak luar sebagaimana dalam sudut pandang kesatuan
usaha. Dengan kata lain, perusahaan melalui manajemen bertindak atas nama
investor. Oleh karena itu, pelaporan keuangan harus dilaksanakan untuk
kepentingan kedua kelompok tersebut. Teori ini dapat dinyatakan dalam diagram
pada Gambar 10.14 di halaman berikut. Persamaan akuntansinya dapat dinyatakan
sebagai berikut:
Aset = Utang jangka pendek = Ekuitas investor
Dengan sudut pandang ini, laba kemudian didefinisi sebagai jumlah rupiah
yang menjadi hak investor. Sebagai konsekuensi, bunga kepada kreditor jangka
panjang dan dividen kepada pemegang saham bukan merupakan biaya tetapi lebih
merupakan distribusi laba.
Entitas Pemilik
Teori entitas ini memandang pemegang saham (biasa dan istimewa) sebagai
pemi- lik (proprietor) dan menjadi pusat perhatian akuntansi. Kreditor dianggap
sebagai pihak luar. Pemegang saham tetap menjadi mitra manajemen. Aset menjadi
milik pribadi pemegang saham sehingga utang merupakan keharusan pemegang
saham. Artinya, pemegang saham menanggung segala risiko yang berkaitan dengan
utang. Dengan sudut pandang ini, aset bersih menjadi perhatian utama bagi pe-
megang saham. Teori ini dapat dinyatakan dalam persamaan akuntansi berikut:
Aset Kewajiban = Ekuitas
Kreditor, pemerintah, dan pihak atau entitas lain (bahkan manajemen) diang-
gap sebagai pihak luar pemilik sehingga semua kos yang dikorbankan yang ber-
sangkutan dengan pihak tersebut (misalnya gaji, bunga, dan pajak) akan dianggap
sebagai biaya bukannya distribusi laba. Laba dalam teori entitas ini adalah selisih
pendapatan dan biaya yang menjadi hak akhir pemilik. Dengan kata lain, laba
merupakan kenaikan aset bersih.
Aset dipandang sebagai kapital finansial bagi pemegang saham sebagai
pemilik sehingga aset bersih menjadi pusat perhatiannya. Pemilik dianggap
berkepen- tingan dengan nilai kapital finansialnya sehingga nilai sekarang (current
value) bukannya kos historis sering dipakai sebagai basis penilaian untuk
menentukan nilai aset bersih. Teori ini popular dan berpaut dengan perusahaan
perseorangan yang pemiliknya merangkap sebagai manajer. Untuk perusahaan
besar yang berbentuk perseroan, sudut pandang ini sebenarnya tidak tepat karena
manajemen dan pemegang saham merupakan pihak yang terpisah tidak hanya
secara konseptual tetapi secara fisis dan operasi. Untuk perseroan, sudut pandang
kesatuan usaha lebih konsisten dengan praktik bisnis yang memisahkan pemilikan
dan pengelolaan. Untuk perusahaan perseorangan sekalipun sudut pandang
kesatuan usaha lebih cocok karena secara administratif (akuntansi) pemisahan
pemilikan dan pengelolaan perusahaan merupakan praktik yang sehat.
Entitas Pemilik Residual
Konsep entitas ini memandang pemegang saham biasa (residual equity)
sebagai pusat perhatian akuntansi. Pendekatan ini sebenarnya tidak berbeda dengan
sudut pandang pemilik (proprietary concept) yang telah dijelaskan di atas. Hanya
dalam pendekatan ini, pemilik adalah pemegang saham biasa. Pemegang saham is-
timewa dianggap sebagai pihak luar sehingga dividen untuk mereka dipandang se-
bagai biaya. Kalau disimbolkan, persamaan akuntansi untuk merefleksi konsep ini
adalah sebagai berikut:
Aset - Ekuitas spesifik = Ekuitas residual
Dalam persamaan tersebut, ekuitas spesifik adalah utang dan ekuitas saham
istimewa. Teori ini dilandasi oleh pemikiran bahwa pemegang saham biasa adalah
pihak yang akhirnya menanggung risiko ketidakpastian masa datang tetapi juga
menikmati segala kembalian setelah pihak lain terpenuhi haknya. Hak pemegang
saham istimewa sudah cukup pasti sehingga mereka tidak berkepentingan dengan
laba akuntansi. Oleh karena itu, penyajian laba harus dipusatkan pada pemegang
saham biasa (residual stockholders) untuk membantu mereka memprediksi aliran
kas masa datang. Laba dan laba per saham untuk pemegang saham biasa menjadi
informasi penting yang harus disajikan dalam statemen laba-rugi.
Entitas Pengendali
Konsep ini tidak secara langsung berkaitan dengan makna laba tetapi lebih ber-
kaitan dengan penyajian data akuntansi secara keseluruhan. Teori ini
menitikberatkan pandangannya kepada pihak yang mengendalikan (to control)
sumber ekonomik perusahaan tanpa memperhatikan pemilikan (ownership) seperti
kon- sep kesatuan yang lain. Pengendalian hanya dapat dilakukan oleh manusia dan
karenanya siapa yang mengendalikan sumber ekonomik perusahaan harus diiden-
tifikasi dan kemudian akuntansi memusatkan perhatiannya pada para pengendali
tersebut. Dengan demikian tujuan dan fungsi akuntansi (pelaporan keuangan) da-
pat lebih mudah ditafsirkan tanpa harus mengadakan abstraksi semu seperti ke-
satuan usaha atau kesatuan dana. Konsep ini sebenarnya sejalan dengan konsep
kesatuan usaha, tetapi konsep ini lebih menekankan pada orang yang mengelola
dana (manajemen) daripada menekankan pada wadah (kesatuan) operasinya.
Implikasi konsep ini tidak berbeda dengan implikasi konsep kesatuan usaha
karena kemampuan mengendalikan qumber ekonomik lebih penting daripada pe-
milikan. Karena manajemen mempunyai tingkatan (hierarki), pengendalian juga
bertingkat dan tingkat manajemen tertentu mengendalikan tingkat manajemen di
bawahnya. Dengan teori ini, sudut pandang akuntansi adalah manajemen puncak
sebagai pengendali bukan pemilik sehingga neraca dipandang sebagai statemen
tentang sumber dan penggunaan dana yang menunjukkan pertanggungjelasan
(accountability) manajemen. Statemen laba-rugi dipandang sebagai penjelasan atas
kegiatan manajemen dari sudut pandang manajemen sehingga statemen laba-rugi
harus menunjukkan hasil (laba) untuk tiap kegiatan yang dapat berupa projek,
produk, atau segmen bisnis lainnya. Meskipun demikian, manajemen juga
menyiapkan statemen laba- rugi untuk menunjukkan kinerja kesatuan usaha secara
keseluruhan.
Entitas Dana
Dana (fund) mempunyai dua pengertian yang saling dirancukan. Dana dapat
diar- tikan sebagai kas (uang), aset likuid, atau sumber keuangan (financial
resources) yang dapat digunakan untuk mendanai suatu kegiatan, program, atau
projek dalam rangka mencapai tujuan tertentu (spesifik). Dana juga dapat berarti
kesatu. an, wadah, atau pusat yang dapat berupa kegiatan, program, atau projek
yang didanai dengan aset likuid tersebut. Berikut ini adalah pengertian dana sebagai
kesatuan menurut National Committee on Governmental Accounting (NCGA):40
A fund is defined as an independent fiscal and accounting entity with a
self-bal- ancing set of accounts recording cash and other financial resources,
together with all related liabilities and residual equities or balances, and
changes there- in, which are segregated for the purpose of carrying on
specific activities or attaining certain objectives in accordance with special
regulations, restrictions, or limitations.
Jadi, dana dapat berarti sebagai kesatuan akuntansi (accounting entity). Kon-
sep ini memandang bahwa kegiatan, program, projek, atau unit kegiatan lainnya
sebagai kesatuan atau entitas yang berdiri sendiri dan menjadi pusat pelaporan yang
disebut dana. Sumber keuangan yang dianggarkan dan diserahkan untuk
pelaksanaan kegiatan dipertanggungjelaskan melalui kegiatan tersebut sebagai dana
yang berdiri sendiri terpisah dengan dana yang lain. Untuk itu, diperlukan
seperangkat sistem akuntansi yang dapat menghasilkan data akuntansi dan state-
men keuangan untuk pertanggungjelasan kesatuan dana tersebut. Teori ekuitas dana
dapat dinyatakan dalam persamaan akuntansi berikut:
Aset = Pembatasan penggunaan aset
Konsep ini berpaut dengan organisasi nonprofit khususnya organisasi kepe-
merintahan. Untuk unit organisasi kepemerintahan, interpretasi terhadap persa-
maan di atas bergantung apakah unit tersebut mengelola aset (keuangan negara)
yang dipisahkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)/Anggar-
an Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) atau tidak. Dalam pembahasan akun.
tansi kepemerintahan, dikenal dua kelompok kesatuan dana yaitu dana nonbelanja
atau usaha (nonexpendable atau business-type fund) dan dana be- lanja (expendable
atau governmental-type fund)." Yang pertama berkaitan dengan pengelolaan
keuangan negara yang dipisahkan sedangkan yang terakhir berkaitan dengan
pengelolaan keuangan melalui anggaran negara.Bila dipisahkan, keuangan negara
dikelola misalnya melalui badan usaha mi- lik negara/daerah (BUMN/D).
Pembatasan penggunaan aset adalah pembatasan dalam hal lingkup operasi
BUMN/D. Artinya aset yang dikelola BUMN/D hanya dapat digunakan dalam
rangka melaksanakan misi yang diemban oleh badan usa- ha tersebut dan aset
dalam persamaan di atas pengertiannya sama dengan aset dalam konsep kesatuan
usaha (yaitu terdiri atas aset lancar dan tetap). Bentuk, isi, dan susunan statemen
keuangan juga akan sama dengan statemen keuangan organisasi bisnis.
Bila suatu unit pemerintah mengelola keuangan negara yang dilaksanakan
melalui APBN/D, special regulations, restrictions, or limitations dalam definisi di
atas biasanya diwujudkan terutama dalam bentuk anggaran (APBN atau APBD
sesuai dengan tingkat unit kepemerintahan)." Persamaan akuntansi dana pada awal
dan akhir perioda kemudian dapat dinyatakan sebagai berikut:
Aset likuid (financial resources) = Saldo dana (fund balance)
Aset dalam persamaan di atas adalah kas atau sumber keuangan likuid (lan-
car) yang dikuasai atau dikelola oleh kesatuan dana pada suatu saat. Setiap kali
suatu dana likuid masuk ke dalam unit kegiatan (program atau projek) maka unit
kegiatan harus menggunakan dana tersebut untuk tujuan yang telah ditetapkan.
Sebelum unit kegiatan menggunakan sumber keuangan likuid tersebut maka ke-
satuan tersebut mempunyai "utang" sebesar saldo dana. Utang di sini bermakna
sebagai utang pertanggungjelasan keuangan kepada pemberi dana. Utang ini akan
berkurang kalau unit kegiatan telah membelanjakan sumber likuid sesuai dengan
tujuan (objek anggaran belanja) dan dinyatakan sah atau wajar oleh pihak ber-
wenang (auditor). Kalau aset likuid telah dibelanjakan semua sesuai dengan tu. juan
dan telah dinyatakan sah maka dengan sendirinya saldo dana akan sama dengan nol
yang berarti bahwa unit kegiatan telah mempertanggungjelaskan se- mua dana
untuk membiayai kegiatan bersangkutan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa
penerimaan sumber likuid dari anggaran (misalnya untuk belanja pegawai) atau
pendapatan sendiri (misalnya PAD dalam hal pemda) akan menaikkan saldo dana
sedangkan penggunaannya se- cara sah sesuai dengan anggaran akan mengurangi
saldo dana. Gambar 10.17 di bawah ini melukiskan secara diagramatis operasi
akuntansi dana belanja.
Untuk suatu program/projek, sumber pendapatan atau penerimaan adalah
anggaran belanja atau hibah (block grant) untuk program tersebut. Untuk suatu
pemda, sumber penerimaan dapat berupa dana pusat (anggaran untuk dibelanja-
kan), pendapatan asli daerah, pembiayaan dari utang jangka panjang, dan sumber
lainnya. Objek belanja atau pengeluaran dapat berupa gaji/honorarium, bahan habis
pakai, barang (inventaris), dan barang modal (aset tetap)." Piutang dan utang dalam
gambar di atas adalah piutang dan utang jangka pendek.
J. Penyajian laba
Walaupun teori entitas yang dibahas di atas berkaitan dengan masalah
penyajian, masalah lebih difokuskan pada masalah konseptual tentang apa yang
disebut laba. Masalah konseptual yang erat kaitannya dengan penyajian adalah
pemisahan pelaporan pos-pos transaksi operasi dan pos-pos transaksi dengan
pemilik (transaksi modal). Pos-pos operasi dalam arti luas (transaksi nonpemilik)
pada umumnya di- laporkan melalui statemen laba-rugi sedangkan pos-pos yang
jelas-jelas merupa- kan transaksi modal dilaporkan melalui statemen laba ditahan
atau statemen perubahan ekuitas.
DAFTAR PUSTAKA
Adhani, Y. S., & Subroto, B. (2014). Relevansi Nilai Informasi Akuntansi. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa FEB, 2(2), 1–15.
Hendriksen, E. S., dan M. Breda. . (1992). Accounting Theory. 5th Edition. USA:
Richard D Irwin Inc.
Hadi, S., Djaddang, S., & Suyanto. (2019). Pengujian Kandungan Informasi Arus Kas
Dan Laba Akuntansi Terhadap Return Saham: Studi Pada Perusahaan LQ45.
JRB-Jurnal Riset Bisnis, 1(1), 51–59. https://doi.org/10.35592/jrb.v1i1.12