Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“KODE ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK ”

Disusun Sebagai Pengganti UTS mata kuliah Auditing

Oleh :
1. Ayu Rizky Febriyanti 180810301147
2. Florensia Agustin Delcielo 180810301164
3. Gusti Bety Septiana Sukma 180810301159
4. Nur Safitri 180810301043
5. Salma Wisesasari Monofita U 180810301123
6. Zaclyn N Munthe 180810301150

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT,Tuhanyang Maha Esa, penulis panjatkan karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kode
Etik Profesi Akuntan Publik” sebagai tugas pengganti Ujian Tengah Semester mata kuliah
Auditing .

Kami ucapkan terimakasih kepada Dr. Siti Maria Wardayati, M.Si.,Ak.,CA.,CPA


selaku dosen pengampu mata kuliah Auditing 1, dan kepada semua sumber referensi serta
pihak yang turut berkontribusi dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari masih
terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat dan menambah wawasan bagi pembaca maupun penulis.

Jember, 20 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR ........................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalh................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.....................................................3
2.2 Eksistensi Kode Etik Profesi AkuntanPublik....................................4
2.3 Pelanggaran Kode Etik Profesi Akuntan Publik..............................5
2.4 Contoh Kasus........................................................................................6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...........................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................10
LAMPIRAN.........................................................................................................11

ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era saat ini dimana bisnis sudah mulai berkembang sangat pesat
bahkan telah menembus segala perbatasan seperti wilayah, jarak dan sebagainya.
Kini bisnis tidak terpaku pada satu hubungan sewilayah saja namun dapat antar
wilayah yang memiliki aturan berbisnis berbeda-beda terkait wilayahnya masing-
masing. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu jasa yang bisa menjadi penerjemah,
maksudnya disini adalah suatu jasa yang dapat menghubungkan semua perbedaan
perbedaan terkait aturan wilayah yang berbeda tersebut. Jasa akuntansi merupakan
salah satu jawabannya. Salah satu jenis jasa akuntansi yakni akuntansi publik.
Akuntansi Publik merupakan seseorang yang telah memperoleh ijin untuk
memberikan jasa sebagaimana diatur dalam UU. Sedangkan peranan akuntansi
publik sendiri sangatlah berarti bagi perekonomian dunia saat ini, dimana hasil
kerja dari akuntan publik ini berguna untuk pengambilan keputusan terkait bisnis
dan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan.
Jadi disini hasil kerja dari akuntansi publik menjadi hal yang menguatkan dan
menjadi pedoman dalam mengambil keputusan.
Kerja akuntan publik sendiri meliputi analisis laporan keuangan, audit
laporan keuangan, audit pajak, dan sebagainya. Hasil pekerjaan dari akuntan
tersebut diharapkan dapat menambah kewajaran, kehandalan, dan menambah daya
guna yang maksimal laporan keuangan. Layanan akuntan publik ada dua macam
yakni jasa atestasi dan jasa non atestasi. Jasa astetasi adalah jasa untuk
memberikan pertimbangan atau pernyataan mengenai pernyataan sebuah laporan
usaha telah sesuai dengan standard dan telah diteteapkan. Jasa atestasi sendiri
memiliki tiga bentuk antara lain audit atas laporan keuangan, review laporan
keuangan, dan jasa atestasi lainnya.
Dalam menjalankan kerjanya akuntan publik membutuhkan suatu aturan
yang benar agar dapat menghasilkan suatu hasil yang maksimal. Selama ini
profesi akuntansi publik berjalan dengan menganut pada UU no 5 tahun 2011
tentang akuntan publik. Dalam UU tersebut mengatur tentang perlindungan
kepentingan publik, mendukung perekonomian yang sehat, efisien, dan
transparan, memelihara integritas profesi akuntan publik, meningkatkan
kompetensi dan kualitas profesi akuntan publik, serta melindungi kepentingan
profesi akuntan publik sesuai standar dan kode etik profesi.
Dengan berdasarkan UU tersebut akuntan publik sudah dapat menjalankan
tugasnya namun adanya tuntutan terhadap kinerja akuntan publik agar lebih
kompeten dan professional maka diperlukan suatu aturan yang lebih spesifik dan
mengikat lagi sehingga nantinya akuntan publik benar benar bekerja sesuai SOP
yang ada dan hasilnya dapat memberikan pengaruh yang baik terkait pengambilan
keputusan bisnis. Aturan tersebut nantinya menjadi suatu standart dalam
menjalankan peran dan tugasnya sebagai seorang akuntan publik. Lantas aturan

1
dan standart apa yang relevan dan benar – benar sesuai dengan apa yang
dibutuhkan dan diperlukan oleh akuntan publik dalam menjalankan tugasnya.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.3 Mengenai aturan dan standart yang dibutuhkan oleh akuntan publik dalam
bertugas, apakah sebuah kode etik dapat menjadi solusi untuk hal tersebut,
lalu apa sebenarnya definisi dari kode etik profesi itu sendiri ?
1.2.2 Bagaimanakah eksistensi kode etik pada profesi akuntan publik? Sehingga
akuntan publik dapat menyuguhkan hasil yang baik dan dapat bekerja secara
kompeten dan professional ?
1.2.3 Adanya suatu aturan atau standar yang diterapkan pastinya menimbulkan
suatu pelanggaran bagi pelakunya yakni akuntan publik, lantas apa saja
pelanggaran terkait kode etikprofesi akuntan publik yang ada di masyarakat
dan bagaimanakah pelanggaran tersebut dapat terjadi ?
1.2.4 Adanya suatu pelanggaran pastinya akan merusak sebuah nilai dari aturan
atau standart itu, lalu bagaimanakah cara untuk menyelesaikan pelanggaran
yang ada dan apa saja hukuman atau sanksi yang didapat oleh pihak
pelanggar yakni akuntan publik sehingga nantinya tidak ada sebuah
pelanggaran yang terjadi ?

1.3 Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa mengetahui apa yang
dimaksud dengan kode etik profesi dan bagaimanakah keterkaitan dari kode etik
itu untuk pekerjaan seorang akuntan publik. Nantinya diharapkan mahasiswa
paham akan hal tersebut dan dimasa depan jika menjadi seorang akuntan publik
sudah tau apa yang harus ditaati dari kode etik profesi dan jika tidak menjadi
akuntan publik dimasa depan nanti diharapkan dapat mengerti apa saja
ruanglingkup dari kode etik profesi akuntan publik sehingga nantinya tidak ada
penyalah gunaan ataupun kesalah pahaman dalam melakukan pekerjaan terkait
bisnis.

2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kode Etik Profesi Akuntan Publik
Kode etik suatu profesi merupakan norma-norma yang harus diindahkan
oleh setiap anggota profesi dalam melaksanakan tugas profesinya serta dalam
hidupnya di masyarakat. Hal ini berlaku untuk akuntan publik sebagai suatu
profesi yang mempunyai kode etik.
Salah satu hal yang membedakan profesi akuntan publik dengan profesi
lainnya adalah tanggung jawab profesi akuntan publik dalam melindungi
kepentingan publik. Tanggung jawab setiap akuntan publik tidak hanya terbatas
pada kepentingan klien atau pemberi kerja saja, akuntan publik juga harus
memperhatikan dan mematuhi ketentuan kode etiknya. Kode etik profesi akuntan
publik terdiri atas 3 (tiga) bagian. Bagian A menetapkan prinsip dasar etika
profesional bagi setiapakuntan publik serta memberika suatu kerangka konseptual.
Bagian B dan C menjelaskan penerapan kerangka konseptual pada situasi tertentu.
Adapun prinsip dasar etika profesi yang harus dipatuhi oleh setiap akuntan
publik dapat diringkas sebagai berikut:
(a) Integritas, yaitu bersikap tegas dan jujur dalam semua hubungan profesional
dan hubungan bisnis;
(b) Objektivitas, yaitu tidak memberikan bias, benturan kepentingan, atau
pengaruh yang tidak semestinya dari pihaklain yang dapat memengaruhi
pertimbangan profesional atau pertimbangan bisnisnya;
(c) Kompetensi profesional dan sikap cermat kehati-hatian, yaitu memiliki
pengetahuan dan keahlian profesional pada tingkat yang diperlukan untuk
memastikan bahwa klien akan menerima jasa profesional yang kompeten
berdasarkan perkembangan prkatik, peraturan, dan metode pelaksanaan
pekerjaan, serta bertindak sungguh-sungguh dan sesuai dengan metode
pelaksanaan pekerjaan dan standar profesional yang berlaku.
(d) Kerahasiaan, yaitu menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai
hasil dari hubungan profesional dan hubungan bisnis dengan tidak
mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa adanya
persetujuan klien, kecuali terdapat kewajiban hukum untuk mengungkapkan,
serta tidak menggunakan informasi tersebut untuk kepentingan pribadi atau
pihak ketiga; dan
(e) Perilaku profesional, yaitu mematuhi peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan menghindari perilaku apapun yang mengurangi kepercayaan
kepada profesi.
Kode etik ini dapat menjadi solusi bagi akuntan publik dalam menjalankan
profesinya dengan menjadikan kode etik sebagai prinsip dasar dan aturan yang
harus diterapkan. Setiap anggota wajib mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip
dan aturan etika profesi yang diatur dalam kode etik ini, kecuali apabila prinsip
dasar dan aturan etika profesi yang diatur oleh perundang-undangan, ketentuan
hukum, atau peraturan lainnya yang berlaku ternyata berbeda dari kode etik ini.

3
2.2 Eeksistensi Kode Etik Profesi Akuntan Publik
Peran seorang akuntan publik tidak dapat dikecualikan dalam kegiatan
bisnis.Dalam rangka pencapaian sistem pengelolaan perusahaan yang baik atau
disebut Good Corporate Governance (GCG), perusahaan pun memerlukan peran
akuntan publik. Akuntan publik berfungsi sebagai pengawas dan pemeriksa
laporan keuangan perusahaan yang merupakan laporan pertanggungjawaban
pengelolaan perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan atau
stakeholder (Purba, 2012:8).
Kebutuhan masyarakat terhadap akuntan inilah yang membuat profesi
akuntan publik memiliki posisi yang penting dalam roda bisnis. Profesi yang
memberikan pelayanan jasa membutuhkan kepercayaan publik sebagai nyawanya.
Akuntan sebagai penyedia jasa profesional pun juga demikian, profesi ini
memerlukan sikap dan perilaku profesional untuk menghimpun kepercayaan
publik atas jasa yang ditawarkannya. Namun menurut Ludigdo (2005)
pengetahuan dan keterampilan akuntansi saja belum cukup untuk menunjukkan
bahwa seseorang merupakan akuntan profesional. Seorang akuntan juga wajib
memliki kualitas pribadi yang ditunjukkan oleh karakter diri yang kuat untuk
memegang teguh etika profesinya. Keberadaan kode etik dimaksudkan sebagai
sebuah panduan bagi profesi akuntan dalam berperilaku dan bertindak sesuai etika
profesinya. Namun seiring berjalannya waktu, upaya penerapan kode etik yang
tepat menjadi sulit untuk dilakukan.
Penerapan etika di KAP tidak mesti serupa. Karena masing-masing KAP
memiliki karakteristik yang berbeda-beda, maka penerapannya pun dapat
dilakukan dengan cara yang tak harus sama pula. Untuk membentuk akuntan
publik yang beretika, maka perlu dibangun dari dasar melalui pemahaman
mendalam terkait etika sebagai landasan profesi. Seluruh pihak yang terjun dalam
pelaksanaan jasa profesional akuntan publik wajib untuk memiliki pengetahuan
tentang kaidah etika profesi. Pemahaman yang diturunkan kepada staf dan auditor
bukan hanya meliputi disiplin ilmu akuntansi, tapi juga kode etik profesi akuntan
publik beserta aturan-aturan yang ditetapkan oleh pemerintah berhubungandengan
akuntan publik.
Kode etik sebagai aturan etika yang mengikat selayaknya dijadikan
landasan dalam setiap praktik profesional, tak terkecuali bagi profesi akuntan
publik. Layaknya sebuah kompas, kode etik berfungsi sebagai penunjuk arah
menuju profesi yang beretika, sekaligus jaminan mutu moral dan kinerja profesi
akuntan publik di mata masyarakat. Namun dalam perjalanannya, penerapan kode
etik secara menyeluruh masih sulit untuk direalisasikan. Walaupun peraturan
terkait sanksi penyimpangan etika telah ditetapkan, pelanggaran atas prinsip-
prinsip dasar etika kerap terjadi. Sayangnya pelanggaran-pelanggaran tersebut pun
sulit untuk diidentifikasi oleh asosiaasi apabila tidak ada pelaporan secara resmi.
Di balik pelanggaran tersebut, terdapat beberapa faktor yang melatarbelakanginya,

4
contohnya seperti: kurangnya kompetensi, hubungan dengan pihak eksternal, dan
motif kebutuhan materiil.
Dalam rangka membangun profesi akuntan publik yang taat etika,
diperlukan usaha menyeluruh dari berbagai pihak yang terkait dengan praktik
profesional akuntan publik. Pihak-pihak tersebut antara lain: KAP, IAPI sebagai
asosiasi profesi, pengguna jasa, perguruan tinggi sebagai pencetak akuntan publik
muda, serta seluruh akuntan publik tanpa terkecuali sebagai aktor sentral
penegakan kode etik profesi akuntan publik.
2.3 Pelanggaran Kode Etik Profesi Akuntan Publik
Kebijakan dan sistem dalam upaya penegakan kode etik secara umum
masih menyisakan celah bagi sejumlah orang untuk melakukan pelanggaran.
Beberapa yang lain terjebak dalam dilema pengambilan keputusan etis.
Permasalahan etika tidak terlepas dari permasalahan moral individu. Keputusan
seseorang dalam menentukan perilakunya akan menentukan di sisi mana dia
berada, individu yang etis atau sebaliknya. Pada akhirnya, ketika seseorang
dihadapkan pada permasalahan dan dilema seputar etika profesi, kesadaran
pribadilah yang akan menyelamatkannya. Namun dari sekian banyak orang itu,
tidak sedikit pula yang terperosok hingga menyimpang dari koridor etika. Perilaku
etis individu dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu: aspek individual, aspek
organisasional, dan aspek lingkungan. Pelanggaran dapat disebabkan oleh
beberapa hal.
Terlepas dari faktor kesengajaan, salah satu hal yang dapat menjadi
penyebabnya yaitu ketidaktahuan anggota praktisi karena kurang mengikuti
perkembangan. Kurangnya pengetahuan praktisi akan disiplin ilmu akuntansi,
perkembangan dunia bisnis, dan aturan-aturan hukum yang berlaku merupakan
salah satu faktor utama yang melatarbelakangi tindakan tidak etis akuntan publik.
Faktor penyebab yang satu ini berkaitan dengan prinsip dasar kode etik nomor
tiga, yaitu kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian. Pemeliharaan
kompetensi profesional membutuhkansikap aktif akuntan publik untuk terus
update perkembangan ilmu pengetahuan dan turut mengikuti perubahan-
perubahan aturan-aturan terkait akuntan publik, baik nasional maupun
internasional.
Hubungan dengan pihak eksternal dapat berpengaruh negatif terhadap
perilaku etis akuntan publik. Ancaman yang disebabkan karena adanya pihak
eksternal antara lain: benturan kepentingan, imbalan jasa profesional, serta
penerimaan hadiah atau bentuk keramah-tamahan lainnya. Hubungan kedekatan
dengan klien juga merupakan salah satu faktor di balik pelanggaran kode etik.
Cara penanganan pelanggaran etika kembali pada masing-masing individu.
Apabila pemecahan masalah melalui diskusi tidak berhasil, maka penolakan
dengan tegas merupakan cara terbaik untuk terhindar dari ancaman yang berkaitan
dengan pihak eksternal ini. Adanya pengaruh pihak eksternal tidak dapat dihindari
dalam praktik profesional akuntan publik. Keberadaan pihak eksternal akan

5
memberikan pengaruhterhadap keberadaan dirinya sendiri, hal tersebut berarti
praktik profesional akuntan publik tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial yang
melingkupinya Faktor penyebab pelanggaran lainnya adalah kebutuhan materiil.
Kebutuhan individu akan uang akan merujuk juga pada tindak pelanggaran yang
tidak etis ini. Ketika uang menjadi kebutuhan utama, benteng etika pun
dirobohkan paksa demi kebutuhan hidup ke depannya. Lingkungan juga
berpengaruh pada tindakan seseorang.Perkembangan dunia bisnis yang mengarah
pada nilai-nilai kapitalisme membentuk pribadi yang mengukur segala hal dengan
cara yang lebih materialistis.Tanpa disadari, dorongan materialistik ini tumbuh di
tengah-tengah masyarakat kini.Sebagai profesi yang dekat dengan perkembangan
ekonomi dan bisnis, akuntan publik tidak dapat terhindar dari lingkungan tersebut.
Untuk itulah etika hadir di tengah profesi akuntan publik, agar dapat
mengimbangi sisi negatif yang ditimbulkan oleh akuntansi itu sendiri.Selama
seorang praktisi tetap menaati kkode etiknya, maka penegakan kode etik pun
terpenuhi.
2.4 Contoh Kasus
Kasus yang menyangkut dengan kode etik akuntan yaitu: Kasus Sembilan
KAP yang diduga melakukan kolusi dengan kliennya
Pada tanggal 19 April 2001 Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta
pihak kepolisian Jakarta mengusut sembilan Kantor Akuntan Publik, yang
berdasarkan laporan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP),
dianggap telah melakukan kolusi dengan pihak bank yang pernah diauditnya
antara tahun 1995-1997. Koordinator ICW Teten Masduki mengungkapkan,
berdasarkan temuan BPKP, sembilan dari sepuluh KAP yang melakukan audit
terhadap sekitar 36 bank bermasalah ternyata tidak melakukan pemeriksaan sesuai
dengan standar audit.
Hasil audit tersebut ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga
akibatnya mayoritas bank-bank yang diaudit tersebut termasuk di antara bank-
bank yang dibekukan kegiatan usahanya oleh pemerintah sekitar tahun 1999.
Kesembilan KAP tersebut adalah AI & R, HT & M, H & R, JM & R, PU & R,
RY, S & S, SD & R, dan RBT & R. “Dengan kata lain, kesembilan KAP itu telah
menyalahi etika profesi. Kemungkinan ada kolusi antara kantor akuntan publik
dengan bank yang diperiksa untuk memoles laporannya sehingga memberikan
laporan palsu, ini jelas suatu kejahatan,” ujarnya. Karena itu, ICW dalam waktu
dekat akan memberikan laporan kepada pihak kepolisian untuk melakukan
pengusutan mengenai adanya tindak kriminal yang dilakukan kantor akuntan
publik dengan pihak perbankan. ICW menduga, hasil laporan KAP bukan sekadar
“human error” atau kesalahan dalam penulisan laporan keuangan yang tidak
disengaja, tetapi kemungkinan ada berbagai penyimpangan dan pelanggaran yang
dicoba ditutupi dengan melakukan rekayasa akuntansi. Teten juga menyayangkan
Dirjen Lembaga Keuangan tidak melakukan tindakan administratif meskipun
pihak BPKP telah menyampaikan laporannya, karena itu kemudian ICW

6
mengambil inisiatif untuk mengekspos laporan BPKP ini karena kesalahan
sembilan KAP itu tidak ringan. “Kami mencurigai, kesembilan KAP itu telah
melanggar standar audit sehingga menghasilkan laporan yang menyesatkan
masyarakat, misalnya mereka memberi laporan bank tersebut sehat ternyata dalam
waktu singkat bangkrut. Ini merugikan masyarakat. Kita mengharapkan ada
tindakan administratif dari Departemen Keuangan misalnya mencabut izin kantor
akuntan publik itu,” tegasnya. Menurut Tetan, ICW juga sudah melaporkan
tindakan dari kesembilan KAP tersebut kepada Majelis Kehormatan Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) dan sekaligus meminta supaya dilakukan tindakan etis
terhadap anggotanya yang melanggar kode etik profesi akuntan.
ANALISIS

Tindakan yang dilakukan oleh 9 KAP yang memeriksa 36 Bank sangat


disayangkan karena 9 KAP tersebut tidak melakukan pemeriksaan sesuai dengan
standar audit. Dengan demikian, berarti 9 KAP tersebut tidak melaksanakan
tanggung jawabnya dengan baik. Hal tersebut berarti adanya pelanggaran kode
etik  terhadap Prinsip Tanggung Jawab. Seharusnya KAP tersebut harus
bertanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka, selain itu
KAP juga harus bertanggung-jawab terhadap kepentingan publik. Untuk
memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
Hasil audit yang tidak sesuai dengan kenyataannya memberikan indikasi
adanya kolusi antara pihak KAP dan Bank. Hal tersebut merupakan suatu
tindakan yang tidak terpuji yang dilakukan oleh seorang tenaga kerja profesi yang
seharusnya mengedepankan kepentingan publik. Jika sudah begitu  maka seorang
auditor akan sulit mendapatkan kepercayaan publik kembali. Dengan demikian 9
KAP tersebut melanggar prinsip etika profesi kepentingan publik. Para akuntan
dianggap telah menyesatkan publik dengan penyajian  laporan  keuangan yang
direkayasa dan mereka dianggap tidak objektif dalam menjalankan tugas. Dalam
hal ini, mereka dapat dikatakan tidak adil karena hanya mengutamakan
kepentingan klien dan mereka tidak dapat memberikan penilaian tidak memihak,
serta bebas dari benturan kepentingan pihak lain.
Pelaporan keuangan yang dilakukan secara sengaja untuk menyesatkan
masyarakat adalah sebuah tindakan kriminal. Itu berarti bahwa 9 KAP telah
menipu masyarakat yang notabene memiliki kepentingan kepada bank-bank
tersebut. Misalnya bank-ank tersebut pelaporannya direkayasa yang tadinya akan
bangkrut tetapi dibuat baik-baik saja, hal demikian maka akan merugikan
masyarakat yang akan melakukan transaksi perbankan misalnya dalam hal
tabungan, deposito, dan lain sebagainya.
Penipuan tersebut merupakan bentuk pelanggaran terhadap prinsip
integritas atau moral yang tinggi. Prinsip tersebut memberikan arti bahwa mereka
mempunyai komitmen pribadi untuk menjaga keluruhan profesinya, nama

7
baiknya, dan juga kepentingan orang lain maupun  masyarakat lainnya. Dengan
adanya unsur penipuan maka tidak ada lagi komitmen yang dipegang oleh tenaga
kerja profesi atau akuntan profesi.
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan
standar teknis dan standar proesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya
dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan
penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip
integritas dan objektivitas.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kode etik suatu profesi merupakan norma-norma yang harus diindahkan


oleh setiap anggota profesi dalam melaksanakan tugas profesinya serta dalam

8
hidupnya di masyarakat. Salah satu hal yang membedakan profesi Akuntan Publik
dengan profesi lainnya adalah tanggung jawab profesi akuntan publik dalam
melindungi kepentingan publik, akuntan publik juga harus memperhatikan dan
mematuhi ketentuan kode etiknya yang terdiri dari tiga bagian. Kode etik Akuntan
Publik memiliki 5 (lima) prinsip dasar yang harus dipenuhi oleh Akuntan Publik,
yaitu: Prinsip Integritas, Prinsip Objektivitas, Prinsip Kompetensi Profesional,
Prinsip Kerahasiaan, serta Prinsip Perilaku Profesional. Terdapat sanksi bagi
Akuntan Publik atau CPA yang melanggar Kode Etik Profesi Akuntan Publik
mulai dari sanksi administratif, hingga sanksi pidana. Untuk membangun profesi
akuntan publik yang taat etika, diperlukan usaha menyeluruh dari berbagai pihak
yang terkait dengan praktik profesional akuntan publik diantaranya IAPI sebagai
organisasi profesi akuntan publik.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmad Ghifari.2019. https://keuangan.kontan.co.id/news/iapi-terbitkan-


kode-etik-profesi-akuntan-publik-ini-tujuannya (diakses 22 April 2020).
2. Putri Indria
Sari.2012.https://poe3indriasari.wordpress.com/2012/10/13/kasus-
sembilan-kap-yang-diduga-melakukan-kolusi-dengan-kliennya/ (diakses
21 April 2020).
3. Umi Hasanah.2014.http://umihanasumi.blogspot.com/2014/01-etika-
profesi_22.html?m=1 (diakses 21 April 2020).
4. IAPI. https://iapi.or.id/Iapi/detail/237 (diakses 21 April 2020)
5. Wardayati, Siti Maria,dkk.2018.Auditing: Tinjauan Teoritis dan
Riset.Malang:Selaras Media Kresindo.

10
LAMPIRAN
PERTANYAAN BENAR ATAU SALAH

Pertanyaan :
1. Seorang akuntan professional harus tegas dan jujur dalam semua
keterlibatannya dalam hubungan professional dan bisnis, adalah prinsip
akuntan objektivitas
2. Prinsip etika bisnis yang benar adalah prinsip daerah, prinsip
kemanusiaan, prinsip sosial, prinsip kebudayaan
3. Harapan para pemangku kepentingan perusahaan penting untuk reputasi
perusahaan dan profitabilitasnya
4. Seorang akuntan profesional harus berperilaku etis merupakan suatu faktor
penting
5. Etika perilaku perusahaan memimpin dapat mendatangkan keuntungan
yang lebih rendah
6. KEPAP 2018 harus dipatuhi oleh seluruh pemegang sertifikat CPA dan
akuntan publik yang memuat tiga bagian, yaitu bagian A, bagian B, bagian
C. Bagian A adalah bagian yang mengatur penerapan prinsip dasar etika
profesi bagi setiap CPA yang berpraktik melayani publik seperti akuntan
publik dan KAP.
7. Kita lebih peduli tentang perilaku yang adil terhadap karyawan dari pada
orang tua kita atau pendahulu kita
8. Setiap tindakan dan kata-kata pelaku profesi menunjukan sikap
transparansi, kejujuran dan konsisten merupakan arti dari nilai etika
inovasi
9. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) telah memutakhirkan Kode Etik
Profesi Akuntan Publik (KEPAP) yang diadopsi dari Handbook Code of
Ethics for Professional Accountants 2016 yang diterbitkan oleh
International Federation of Accountants (IFAC).
10. Prinsip Perilaku Profesional mewajibkan semua Akuntan Publik untuk
tidak membiarkan bias, benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak
layak dari pihak-pihak lain yang dapat mempengaruhi pertimbangan
bisnisnya.

Jawaban :
1. Salah, karena seorang akuntan professional harus tegas dan jujur dalam
semua keterlibatannya dalam hubungan professional dan bisnis, adalah
prinsip akuntan integritas
2. Salah, karena prinsip etika bisnis yang benar adalah prinsip otonomi,
prinsip kejujuran, prinsip keadilan, prinsip saling menguntungkan dan
prinsip intergritas moral

11
3. Benar, karena setiap pemangku kepentingan perusahaan memegang nama
dari tiap perusahaan dan sebagai point yang menunjukkan kinerja
perusahaan yang memperlihatkan reputasi dan kehebatan perusahaan yang
nantinya dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan.
4. Benar, karena hal ini merupakan suatu prinsip untuk melakukan proses
pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang
dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi untuk menentukan dan
melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria-kriteria
adalah yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen.
Profesi akuntan memegang peranan yang penting dimasyarakat, sehingga
menimbulkan ketergantungan dalam hal tanggung jawab akuntan terhadap
kepentingan publik. Kepentingan Publik merupakan kepentingan
masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan.
Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam
menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat
dan negara.
5. Salah, etika perilaku perusahaan memimpin dapat mendatangkan
keuntungan yang lebih tinggi karena kebutuhan akan kepercayaan publik
terhadap kualitas jasa yang diberikan profesi, terlepas dari yang dilakukan
secara perorangan. Bagi akuntan publik, sangat penting untuk meyakinkan
klien dan pemakai laporan keuangan akan kualitas audit dan jasa lainnya.
Sebagian pemakai tidak memiliki kompetensi dan waktu untuk melakukan
evaluasi. Kepercayaan masyarakat tehadap kualitas jasa profesional
meningkat jika profesi menunjukkan standar kerja dan perilaku yang
tinggi.
6. Salah¸ KEPAP 2018 memuat tiga bagian, yaitu bagian A yang mengatur
prinsip dasar etika profesi bagi seluruh CPA, bagian B yang mengatur
penerapan prinsip dasar etika profesi bagi setiap CPA yang berpraktik
melayani publik seperti akuntan publik dan KAP, serta bagian C yang
mengatur penerapan prinsip dasar etika profesi bagi CPA yang bekerja di
perusahaan. Prinsip dasar etika profesi termuat dalam bagian A dari
KEPAP 2018 meliputi prinsip integritas, prinsip objektivitas, prinsip
kehati-hatian dan kompetensi profesional, prinsip kerahasiaan, dan prinsip
perilaku profesional. Kelima prinsip dasar etika tersebut harus dipatuhi
dan diterapkan oleh setiap anggota IAPI, baik akuntan publik maupun para
CPA yang bekerja di perusahaan atau instansi lainnya.
7. Benar, karena keberadaan kode etik profesionalitas merupakan hal penting
untuk diperhatikan. Hal ini terutama jika dikaitkan dengan besarnya
tuntutan publik terhadap dunia usaha yang pada umumnya
mengedepankan etika dalam menjalankan aktivitas bisnisnya Tuntutan ini
kemudian direspon antara lain membuat kode etik atau membuat kode
perilaku. Schwartz (dalam Ludgido, 2007) menyebutkan kode etik sebagai

12
dokumen formal yang tertulis yang membedakan yang terdiri dari standar
moral untuk membantu mngerahkan perilaku karyawan  dan organisasi
sementara fungsinya adalah sebagai alat untuk mencapai standar etis yang
tinggi  dalam bisnis, atau secara prinsip sebagai petunjuk atau pengingat
untuk berperilaku secara terhormat dalam situasi-situasi tertentu
8. Salah, karena setiap tindakan dan kata-kata pelaku profesi menunjukan
sikap transparansi, kejujuran dan konsisten merupakan arti dari nilai etika
integritas
9. Benar, Sejak 2017 saat dimulai proses adaptasi dari Handbook IFAC 2016.
Kemudian ditranslasi ke bahasa Indonesia dan dianalisis apakah sudah
sejalan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Proses ini rampung pada 2018. Dan akhirnya, KEPAP ini mulai berlaku
efektif pada 1 Juli 2019.
10. Salah, seharusnya adalah prinsip objektivitas. Setiap Akuntan Publik atau
CPA harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan
dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Objektivitas adalah suatu
kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip
objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur
secara intelektual, tidak berprasangka serta bebas dari benturan
kepentingan atau di bawah pengaruh pihak lain. Sedangkan prinsip
Perilaku Profesional adalah kewajiban bagi setiap Akuntan Publik atau
CPA untuk mematuhi setiap ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, serta menghindari segala tindakan yang dapat
mendikreditkan profesi.

13

Anda mungkin juga menyukai