Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

ETIKA PROFESIONAL & KEWAJIBAN HUKUM

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah :

Pemeriksaan Akuntansi
(KODE/SKS:ABKA3604/3SKS)

Dosen Pembimbing:
H. Maula Rizky, M.Acc, Ak.
Disusun Oleh:
Kelompok 2

Lukmini 1610113120010
Normina 1610113120015
Siti Nor Arika 1610113120020
M. Hadiyanto 1610113210008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan tepat pada waktunya. Guna memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
Pemeriksaan Akuntansi yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang
“Etika Profesional & Kewajiban Hukum”

Dengan selesainya makalah ini tentu tidak terlepas dari bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak, untuk itu kami ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:

1. H. Maulana Rizky, M.Acc, Ak., selaku dosen pembimbing yang telah


memberikan bimbingannya dengan sabar dan teliti.
2. Orang tua kami yang telah mendidik dan memberikan doa restu.
3. Teman-teman dari RB1 Pendidikan Ekonomi, khusunya kepada anggota
kelompok 2.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada


makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat
diharapkan demi perbaikan yang semestinya pada makalah ini. Akhir kata kami
ucapkan terimakasih,

Banjarmasin, 15 Maret 2019

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH..............................................................1

1.2. RUMUSAN MASALAH..............................................................................3

1.3. TUJUAN PENULISAN................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4

2.1. ETIKA PROFESI AUDITOR.......................................................................4

2.2. KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA......................................8

2.3. KERANGKA KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA...............................9

2.4. PERLUNYA ETIKA PROFESI....................................................................9

2.5. KEWAJIBAN HUKUM AUDITOR...........................................................10

2.6. TANGGAPAN PROFESI TERHADAP KEWAJIBAN HUKUM............20

2.7. TANGGAPAN AKUNTAN PUBLIK TERHADAP KEWAJIBAN


HUKUM.............................................................................................................21

BAB III PENUTUP...............................................................................................22

3.1. KESIMPULAN...........................................................................................22

3.2. SARAN.......................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH


Profesi akuntan publik merupakan suatu hal yang sangat penting,
khususnya bagi aktivitas berbisnis secara sehat di Indonesia. Analisa serta
pendapat dari akuntan publik terhadap suatu laporan keuangan sebuah perusahaan
akan sangat menentukan dasar pertimbangan dan pengambilan keputusan bagi
seluruh pihak ataupun publik yang menggunakannya. Misalnya para investor
dalam mempertimbangkan bahkan memutuskan kebijakan investasinya, para
penasehat keuangan ataupun investasi dalam memberikan arahan pada para
investor terhadap keadaan dan prospek dari perusahaan tersebut, serta para
pemberi pinjaman dalam mempertimbangkan serta memutuskan langkah
pemberian ataupun penghentian pinjaman bagi perusahaan tersebut.
Para professional diharuskan memiliki kemampuan dan keahlian khusus
dalam suatu profesi, dan selain menjalankan suatu profesi sangat penting adanya
etika profesi. Etika profesi meliputi suatu standar dari sikap para anggota profesi
yang dirancang agar terlihat praktis dan realistis namun tetap idealistis. Setiap
akuntan harus mematuhi etika profesi mereka agar tidak menyimpangi aturan
dalam menyelesaikan laporan keuangan kliennya dan diharapkan berperilaku
secara benar dan tidak melakukan perbuatan yang melanggar aturan. Dalam
Mukadimah Kode Etik Akuntan Indonesia tahun 1998 ditekankan pentingnya
prinsip etika bagi akuntan. Dengan menjadi anggota, seorang akuntan mempunyai
kewajiban untuk menjaga disiplin dan memenuhi segala hukum dan peraturan
yang telah disyaratkan.
Selama beberapa tahun terakhir ini, kasus pelanggaran auditing terjadi di
Indonesia. Contohnya saja kasus Kantor Akuntan Publik  (KAP) Drs. Dadi
Muchidin melalui KMK Nomor: 1103/KM. 1/2009 tanggal 4 September 2009,
dengan sanksi pembekuan selama tiga bulan karena KAP tersebut telah dikenakan
sanksi peringatan sebanyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 48 (empat puluh
delapan) bulan terakhir. Bahkan sampai saat ini, KAP Drs. Dadi Muchidin masih
melakukan pelanggaran berikutnya, yaitu tidak menyampaikan laporan tahunan
KAP tahun takwin 2008.

1
Untuk mencegah pelanggaran tersebut terulang kembali, maka seorang
calon akuntan publik dan seorang akuntan publik harus mengetahui etika profesi
dan kewajiban hukum auditor, serta standar profesional akuntan publik.
Kita hidup di masyarakat hukum. Saat ini auditor patut berhati-hati karena
setiap tindakan tidak terlepas apakah hal itu benar atau salah dapat dipersoalkan
secara hukum dan mungkin menimbulkan kerugian yang substansial. Akuntan
publik bertanggung jawab atas setiap aspek tugasnya, termasuk audit, pajak,
konsultasi manajemen, dan pelayanan akuntansi, sehingga jika benar-benar terjadi
kesalahan yang diakibatkan oleh pihak akuntan publik dapat diminta
pertanggungjawabannya secara hukum. Meningkatnya kesadaran pemakai laporan
keuangan akan tanggung jawab akuntan publik dapat manearik perhatian pihak-
pihak yang terkait dengan pasar modal sehubungan dengan tanggung jawab untuk
melindungi kepentingan investor. Pemahaman terhadap hukum tidaklah mudah
mengingat pemahaman tersebut menuntut suatu kesadaran dari perilaku-perilaku
yang terlibat di dalamnya dan juga adanya kemungkinan interpretasi yang
berbeda-beda terhadap keberadaan suatu hukum.
Hal ini juga yang terjadi pada profesi akuntan publik di mana perilaku-
perilaku yang terlibat terkadang kurang memahami secara benar apa yang telah
menjadi kewajiban yang nantinya akan mempunyai konsekuensi terhadap
hukum. Suatu pemahaman yang baik terhadap hukum akan membawa profesi
akuntan publik ke dalam praktek-praktek yang sehat, yang dapat meningkatkan
kredibilitas publik yang lebih baik. Sebaliknya apabila akuntan publik kurang
memahaminya pada iklim keterbukaan di era reformasi seperti sekarang ini maka
akan dapat membawa perkembangan fenomena ke dalam konteks yang lebih luas
pada publik yang sudah mulai berani melakukan tuntutan hukum terhadap
berbagai profesi termasuk profesi akuntan publik. Dapat disimpulkan bahwa
kewajiban hukum bagi seorang akuntan publik adalah bertanggung jawab atas
setiap aspek tugasnya sehingga jika memang terjadi kesalahan yang diakibatkan
oleh kelalaian pihak auditor.

2
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan etika profesi auditor?
2. Apa yang dimaksud dengan kode etik Ikatan Akuntan Indonesia?
3. Apa saja kerangka kode etik Ikatan Akuntan Indonesia?
4. Mengapa perlu etika profesi
5. Apa saja kewajiban hukum bagi auditor?
6. Bagaimana tanggapan profesi terhadap kewajiban hukum?
7. Bagaiamana tanggapan akuntan publik terhadap kewajiban hukum?

1.3. TUJUAN PENULISAN


Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi. Selain itu juga :
1. Untuk mengetahui etika profesi auditor.
2. Untuk mengetahui kode etik Ikatan Akuntan Indonesia.
3. Untuk mengetahui kerangka kode etik Ikatan Akuntan Indonesia.
4. Untuk mengetahui perlunya etika profesi
5. Untuk mengetahui kewajiban hukum auditor
6. Untuk mengetahui tanggapan profesi terhadap kewajiban hukum.
7. Untuk mengetahui tanggapan akuntan publik terhadap kewajiban hukum

3
BAB II PEMBAHASAN

2.1. ETIKA PROFESI AUDITOR


A. Definisi Etika Profesi
Etika profesi berasal dari dua kata yaitu etika (adat istiadat atau kebiasaan
baik) dan profesi (bidang kerja). Etika dapat didefinisikan secara luas sebagai
seperangkat prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai. Setiap profesi memiliki
seperangkat nilai, meskipun belum menyakininya secara nyata. Jadi, etika profesi
adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam menjalankan
kehidupan sebagai pengemban profesi. Etika profesi dikeluarkan oleh organisasi
profesi untuk mengatur perilaku anggotanya dalam menjalankan praktik
profesinya bagi masyarakat. Etika profesi adalah cabang filsafat yang mempelajari
penerapan prinsip-prinsip moral dasar atau norma-norma etis umum pada bidang-
bidang khusus (profesi) kehidupan manusia.

B. Peranan Etika dalam Profesi Auditor


Etika profesi sangat diperlukan dalam profesi seorang auditor, hal ini
dikarenakan peranan etika profesi yang sangat penting bagi seorang auditor.
Adapun peranan etika dalam profesi auditor adalah sebagai berikut:
1. Audit membutuhkan pengabdian yang besar pada masyarakat dan
komitmen moral yang tinggi.
2. Masyarakat menuntut untuk memperoleh jasa para auditor publik
dengan  standar kualitas yang tinggi, dan menuntut mereka untuk bersedia
mengorbankan diri. Itulah sebabnya profesi auditor menetapkan standar
teknis dan standar etika yang harus dijadikan panduan oleh para auditor
dalam melaksanakan audit.
3. Standar etika diperlukan bagi profesi audit karena auditor memiliki posisi
sebagai orang kepercayaan dan menghadapi kemungkinan benturan-
benturan kepentingan.

4
4. Kode etik atau aturan etika profesi audit menyediakan panduan bagi para
auditor profesional dalam mempertahankan diri dari godaan dan dalam
mengambil keputusan-keputusan sulit.

C. Prinsip Etika Akuntan


Etika sudah menjadi kebutuhan setiap orang dalam menjalankan aktivitas
mereka. Etika merupakan serangkaian prinsip atau nilai moral yang dimiliki oleh
setiap orang. Kegiatan material dan immaterial pasti mempunyai etika tersendiri,
termasuk etika dalam menjalankan profesi. Salah satu profesi yang mempunyai
etika adalah akuntan publik.
Prinsip etika akuntan atau kode etik akuntan itu sendiri meliputi delapan
butir pernyataan (IAI, 1998, dalam Ludigdo, 2007). Kedelapan butir pernyataan
tersebut merupakan hal-hal yang seharusnya dimiliki oleh seorang akuntan.
Delapan butir tersebut sebagai berikut:
1. Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap
anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional
dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Anggota juga harus selalu
bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk
mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan
menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha
kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi
profesi.
2. Kepentingan Publik
Anggota harus menerima kewajiban mereka untuk bertindak sedemikian
rupa demi melayani kepentingan publik, menghormati kepercayaan publik, dan
menunjukan komitmen atas profesionalisme.
3. Integritas
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang

5
diambilnya. Untuk memelihara dan memperluas keyakinan publik, anggota harus
melaksanakan semua tanggung jawab profesinal dengan integritas tertinggi.
4. Objektivitas
Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak,
jujur secara intelektual, tidak berprasangka , serta bebas dari benturan kepentingan
atau dibawah pengaruh pihak lain. Seorang anggota harus memelihara objektivitas
dan bebas dari konflik kepentingan dalam menunaikan tanggung jawab
profesional. Seorang anggota dalam praktik publik seharusnya menjaga
independensi dalam fakta dan penampilan saat memberikan jasa auditing dan
atestasi lainnya
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Seorang anggota profesi harus selalu mengikuti standar-standar etika dan
teknis profesi terdorong untuk secara terus menerus mengembangkan kompetensi
dan kualitas jasa, dan menunaikan tanggung jawab profesional sampai tingkat
tertinggi kemampuan anggota yang bersangkutan.
6. Kerahasiaan
Seorang akuntan profesional harus menghormati kerhasiaanin formasi
yang diperolehnya sebagai hasil dari hubungan profesional dan bisnis serta tidak
boleh mengungapkan informasi apa pun kepada pihak ketiga tanpa izin yang
benar dan spesifik, kecuali terdapat kewajiban hukum atau terdapat hak
profesional untuk mengungkapkannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan
setelah hubungan antara anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.
7. Perilaku Profesional
Seorang akuntan profesional harus patuh pada hukum dan perundang-
undangan yang relevan dan harus menghindari tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi.
8. Standar Teknis
Sebagai profesional setiap anggota dalam melaksanakan tugasnya harus
sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan
keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk

6
melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan
dengan prinsip integritas dan obyektivitas.

D. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Sektor Publik


Aturan etika merupakan penjabaran lebih lanjut dari prinsip-prinsip etika
dan ditetapkan untuk masing-masing kompartemen. Untuk akuntan sektor publik,
aturan etika ditetapkan oleh IAI Kompartemen Akuntan Sektor Publik (IAI-
KASP). Sampai saat ini, aturan etika ini masih dalam bentuk exposure draft, yang
penyusunannya mengacu pada Standard of Professional Practice on Ethics  yang
diterbitkan oleh the International Federation of Accountants (IFAC).
Berdasarkan aturan etika ini, seorang profesional akuntan sektor publik
harus memiliki karakteristik dengan cakupan sebagai berikut.
a) Penguasaan keahlian intelektual yang diperoleh melalui pendidikan dan
pelatihan.
b) Kesediaan melakukan tugas untuk masyarakat secara luas di
tempat instansi kerja maupun untuk audit.
c) Berpandangan obyektif.
d) Penyediaan layanan dengan standar pelaksanaan tugas dan kinerja
yang tinggi.

Penerapan aturan etika ini dilakukan untuk mendukung  tercapainya tujuan


profesi akuntan yaitu sebagai berikut.
a) Bekerja dengan standar profesi yang tinggi.
b) Mencapai tingkat kinerja yang diharapkan.
c) Mencapai tingkat kinerja yang memenuhi persyaratan kepentingan
masyarakat.

Oleh karena itu, menurut aturan etika IAI-KASP, ada 3 kebutuhan


mendasar yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut.
a) Kredibilitas akan informasi dan sistem informasi.
b) Kualitas layanan yang didasarkan pada standar kinerja yang tinggi.

7
c) Keyakinan pengguna layanan bahwa adanya kerangka etika profesional
dan standar teknis yang mengatur persyaratan-persyaratan layanan yang
tidak dapat dikompromikan.

E. Contoh Etika Profesi


Seperangkat prinsip moral atau nilai yang termasuk hukum dan peraturan,
doktrin, agama dan kode etik bisnis untuk kelompok-kelompok profesional,
seperti akuntan publik dan kode etik dalam organisasi. Perangkat-perangkat inilah
yang akan dapat membedakan perilaku beretika dan tidak beretika dalam konteks
pribadi maupun profesi. Kualitas etika masyarakat merupakan hal yang umum
bila setiap orang memiliki perbedaan dalam prinsip moral dan nilai serta
kepentingan relatif yang terkait dengan prinsip prinsipnya, perbedaan ini
merupakan pengalaman hidup, kesuksesan dan kegagalan serta pengaruh dari
orang tua dan teman teman.

2.2. KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Sebelum Tahun 1986, Etika Profesional yang dikeluarkan oleh IAI diberi
nama Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dan di tahun 1986 nama diubah
menjadi Kode Etik Akuntan Indonesia. Kode Etik Akuntan Indonesia dibagi
Menjadi 9 (sembilan) bagian yaitu sebagai berikut.
1. Pembukaan
2. Kepribadian
3. Kecakapan Profesional
4. Tanggung Jawab
5. Ketentuan Khusus
6. Pelaksanaan Kode Etik
7. Suplemen dan Penyempurnaan
8. Penutup
9. Pengesahan

8
Mulai tahun 1998 sampai sekarang nama tersebut diubah kembali ke Kode
Etik Ikatan Akuntan Indonesia (Kode Etik IAI). Tidak hanya perubahan nama
yang terjadi, namun juga terjadi perubahan Struktur Etika Profesional yang
dipakai oleh IAI. Organisani IAI menetapkan 8 (delapan) prinsip etika yang
berlaku bagi seluruh anggota IAI yaitu sebagai berikut.
1. Tanggung Jawab Profesi
2. Kepentingan Publik
3. Integritas
4. Objektivitas
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
6. Kerahasiaan
7. Perilaku Profesional
8. Standar Teknis

2.3. KERANGKA KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA


Kode etik dibagi menjadi 4 bagian, yaitu sebagai berikut.
1. Prinsip Etika
Memberikan rerangka dasar bagi aturan etika yang mengatur pelaksanaan
pemberian jasa professional oleh anggota.
2. Aturan Etika
Disahkan oleh rapat anggota kompartemen dan hanya mengikat anggota
kompartemen yang bersangkutan.
3. Interpretasi Etika
Interpretasi yang dikeluarkan oleh pengurus kompartemen setelah
memperhatikan tanggapan dari anggota dan pihak-pihak yang
berkepentingan lainnya, sebagai panduan penetapan aturan etika, tanpa
dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.
4. Tanya dan Jawab
Memberikan penjelasan atas setiap pertanyaan dari anggota kompartemen
tentang aturan etika beserta interpretasinya.

9
2.4. PERLUNYA ETIKA PROFESI
Dasar pemikiran yang melandasi penyusuanan etika profesional setiap
profesi adalah kebutuhan proses tersebut tentang kepercayaan masyarakat
terhadap mutu jasa yang diserahkan oleh profesi. Terlepas dari anggota profesi
yang menyerahkan jasa tersebut. Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada
masyarakat yang di layaninya. Umumnya masyarakat sangat awam mengenai
pekerjaan yang dilakukan oleh suatu profesi karena kompleknya pekerjaan yang
dilaksanakan oleh profesi. Masyarakat akan sangat menghargai profesi yang
menerapkan standar mutu tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan anggota
profesinya, karena dengan demikian masyarakat akan terjamin untuk memperoleh
jasa yang dapat diandalkan dari profesi yang bersangkutan. Jika masyarakat
pemakai jasa tidak memiliki kepercayaan terhadap profesi akuntan publik, dokter
atau pengacara maka layanan profesi tersebut kepada klien dan masyarakat
umumnya menjadi tidak efektif. Kepercayaan masyarakat terhadap mutu audit
akan menjadi lebih tinggi jika profesi akuntan publik mererapkan standar mutu
yang tinggi terhadap pelaksanaan perkerjaan audit yang dilakukan oleh anggota
profesi tersebut.
Perilaku beretika merupakan hal yang penting bagi masyarakat agar
kehidupan berjalan dengan tertib. Hal ini sangat beralasan karena etika merupakan
perekat untuk menyatukan masyarakat. Bayangkan, apa yang akan terjadi bila kita
tidak dapat mempercayai orang lain yang berhubungan dengan kita untuk berlaku
jujur.
Berbicara mengenai pentingnya etika profesi, dalam bidang akuntansi
etika profesi sangatlah penting. Mengapa? Alasannya adalah sebagai berikut.
a) Karena etika profesi berisi ketentuan mengenai apa yang baik dan yang
tidak baik serta apakah suatu kegiatan yang dilakukan oleh profesi itu
dapat dikatakan bertanggung jawab atau tidak.
b) Profesi akuntan publik memerlukan etika karena akuntan publik
merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk
menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.

10
Dimana keahlian yang dikerjakan dan dihasilkan itu harus berpedoman
dengan sebuah etika.

2.5. KEWAJIBAN HUKUM AUDITOR


A. Tanggung Jawab Auditor
Dalam hal terjadinya pelangaran yang dilakukan oleh seorang Akuntan
Publik dalam memberikan jasanya, baik atas temuan-temuan bukti pelanggaran
apapun yang bersifat pelanggaran ringan hingga yang bersifat pelanggaran berat,
berdasarkan PMK No. 17/PMK.01/2008 hanya dikenakan sanksi administratif,
berupa sanksi peringatan, sanksi pembekuan izin dan sanksi pencabutan izin.
Penghukuman dalam pemberian sanksi hingga pencabutan izin baru
dilakukan jika seorang Akuntan Publik tersebut telah melanggar ketentuan-
ketentuan yang diatur dalam SPAP dan termasuk juga pelanggaran kode etik yang
ditetapkan oleh IAPI, serta melakukan pelanggaran peraturan perundang-
undangan yang berlaku yang berhubungan dengan bidang jasa yang diberikan,
atau juga diakibatkan dari pelanggaran yang terus dilakukan walaupun telah
mendapatkan sanksi pembekuan izin sebelumya, ataupun tindakan-tindakan yang
menentang langkah pemeriksaan sehubungan dengan adanya dugaan pelanggaran
profesionalisme akuntan publik.
Akan tetapi, hukuman yang bersifat administratif tersebut walaupun diakui
merupakan suatu hukuman yang cukup berat bagi eksistensi dan masa depan dari
seorang Akuntan Publik, ternyata masih belum menjawab penyelesaian
permasalahan ataupun resiko kerugian yang telah diderita oleh anggota
masyarakat, sebagai akibat dari penggunaan hasil audit dari Akuntan Publik
tersebut.
Selama melakukan audit, auditor juga bertanggungjawab atas hal-hal
sebagai berikut (Boynton, 2003:68).
a) Mendeteksi kecurangan
 Tanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan ataupun kesalahan-
kesalahan yang tidak disengaja, diwujudkan dalam perencanaan dan
pelaksanaan audit untuk mendapatkan keyakinan yang memadai tentang

11
apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material yang disebabkan
oleh kesalahan ataupun kecurangan.
 Tanggung jawab untuk melaporkan kecurangan jika terdapat bukti adanya
kecurangan. Laporan ini dilaporkan oleh auditor kepada pihak manajemen,
komite audit, dewan direksi.
b) Tindakan pelanggaran hukum oleh klien
 Tanggung jawab untuk mendeteksi pelanggaran hukum yang dilakukan
oleh klien. Auditor bertanggung jawab atas salah saji yang berasal dari
tindakan melanggar hukum yang memiliki pengaruh langsung dan material
pada penentuan jumlah laporan keuangan. Untuk itu auditor harus
merencanakan suatu audit untuk mendeteksi adanya tindakan melanggar
hukum serta mengimplementasikan rencana tersebut dengan kemahiran
yang cermat dan seksama.
 Tanggung jawab untuk melaporkan tindakan melanggar hukum. Apabila
suatu tindakan melanggar hukum berpengaruh material terhadap laporan
keuangan, auditor harus mendesak manajemen untuk melakukan revisi
atas laporan keuangan tersebut. Apabila revisi atas laporan keuangan
tersebut kurang tepat, auditor bertanggung jawab untuk
menginformasikannya kepada para pengguna laporan keuangan melalui
suatu pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar
bahwa laporan keuangan disajikan tidak sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum.

Lebih jauh lagi Soedarjono (2003) mengungkapkan bahwa auditor


memiliki beberapa tanggung jawab yaitu sebagai berikut.
a) Tanggung jawab terhadap opini yang diberikan.
Tanggung jawab ini hanya sebatas opini yang diberikan, sedangkan laporan
keuangan merupakan tanggung jawab manajemen. Hal ini disebabkan
pengetahuan auditor terbatas pada apa yang diperolehnya melalui audit. Oleh
karena itu penyajian yang wajar posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas sesuai

12
dengan standar akuntansi yang berlaku umum, menyiratkan bagian terpadu
tanggung jawab manajemen.
b) Tanggung jawab terhadap profesi.
Tanggung jawab ini mengenai mematuhi standar/ketentuan yang telah disepakati
IAI, termasuk mematuhi prinsip akuntansi yang berlaku, standar auditing dan
kode etik akuntan Indonesia.
c) Tanggung jawab terhadap klien.
Auditor berkewajiban melaksanakan pekerjaan dengan seksama dan
menggunakan kemahiran profesionalnya, jika tidak dia akan dianggap lalai dan
bisa dikenakan sanksi.
d) Tanggung jawab untuk mengungkapkan kecurangan.
Bila ada kecurangan yang begitu besar tidak ditemukan, sehingga menyesatkan,
akuntan publik harus bertanggung jawab.
e) Tanggung jawab terhadap pihak ketiga
Tanggung jawab ini seperti investor, pemberi kredit dan sebagainya. Contoh dari
tanggung jawab ini adalah tanggung jawab atas kelalaiannya yang bisa
menimbulkan kerugian yang cukup besar, seperti pendapat yang tidak didasari
dengan dasar yang cukup.

f) Tanggung jawab terhadap pihak ketiga atas kecurangan yang tidak


ditemukan.
Dengan melihat lebih jauh penyebabnya, jika kecurangan karena prosedur
auditnya tidak cukup, maka auditor harus bertanggung jawab.

B. Pemahaman Hukum dan Kewajiban Auditor


Banyak profesional akuntansi dan hukum percaya bahwa penyebab utama
tuntutan hukum terhadap kantor akuntan publik adalah kurangnya pemahaman
pemakai laporan keuangan tentang perbedaan antara kegagalan bisnis dan
kegagalan audit, dan antara kegagalan audit serta risiko audit. Berikut ini defenisi

13
mengenai kegagalan bisnis, kegagalan audit dan risiko audit menurut Loebbecke
dan Arens (1999:787).
1) Kegagalan bisnis
Adalah kegagalan yang terjadi jika perusahaan tidak mampu membayar kembali
utangnya atau tidak mampu memenuhi harapan para investornya, karena kondisi
ekonomi atau bisnis, seperti resesi, keputusan manajemen yang buruk, atau
persaingan yang tak terduga dalam industri itu.
2) Kegagalan audit
Adalah kegagalan yang terjadi jika auditor mengeluarkan pendapat audit yang
salah karena gagal dalam memenuhi persyaratan-persyaratan standar auditing
yang berlaku umum.
3) Risiko Audit
Adalah risiko dimana auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan disajikan
dengan wajar tanpa pengecualian, sedangkan dalam kenyataannya laporan
tersebut disajikan salah secara material.
Bila di dalam melaksanakan audit, akuntan publik telah gagal mematuhi
standar profesinya, maka besar kemungkinannya bahwa business failure juga
dibarengi oleh audit failure. Dalam hal yang terakhir ini, akuntan publik harus
bertanggung jawab. Sementara, dalam menjalankan tugasnya, akuntan publik
tidak luput dari kesalahan. Kegagalan audit yang dilakukan dapat dikelompokkan
menjadi ordinary negligence, gross negligence dan fraud (Toruan, 2001:28).
Ordinary negligence merupakan kesalahan yang dilakukan akuntan publik,
ketika menjalankan tugas audit, dia tidak mengikuti pikiran sehat (reasonable
care). Dengan kata lain setelah mematuhi standar yang berlaku ada kalanya
auditor menghadapi situasi yang belum diatur standar. Dalam hal ini auditor harus
menggunakan “common sense” dan mengambil keputusan yang sama seperti
seorang (typical) akuntan publik bertindak.
Sedangkan gross negligence merupakan kegagalan akuntan publik
mematuhi standar profesional dan standar etika. Standar ini minimal yang harus
dipenuhi. Bila akuntan publik gagal mematuhi standar minimal (gross negligence)
dan pikiran sehat dalam situasi tertentu (ordinary negligence), yang dilakukan

14
dengan sengaja demi motif tertentu maka akuntan publik dianggap telah
melakukan fraud (adanya kelalaian yang ekstrim atau luar biasa meskipun tidak
ada maksud untuk menipu atau merugikan) yang mengakibatkan akuntan publik
dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana.
Sebagian besar profesional akuntan setuju bahwa bila suatu audit gagal
mengungkapkan kesalahan yang material dan oleh karenanya dikeluarkan jenis
pendapat yang salah, maka kantor akuntan publik yang bersangkutan harus
diminta mempertahankan kualitas auditnya. Jika auditor gagal menggunakan
keahliannya dalam pelaksanaan auditnya, berarti terjadi kegagalan audit, dan
kantor akuntan publik tersebut atau perusahaan asuransinya harus membayar
kepada mereka yang menderita kerugian akibat kelalaian auditor tersebut.
Kesulitan timbul bila terjadi kegagalan bisnis, tetapi bukan kegagalan
audit. Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan bangkrut, atau tidak dapat
membayar hutangnya, maka umumnya pemakai laporan keuangan akan
mengklaim bahwa telah terjadi kegagalan audit, khususnya bila laporan audit
paling akhir menunjukkan bahwa laporan itu dinyatakan secara wajar. Lebih
buruk jika terdapat kegagalan bisnis dan laporan keuangan yang kemudian
diterbitkan salah saji, para pemakai akan mengklaim auditor telah lalai sekalipun
telah melaksanakannya sesuai dengan standar auditing yang berlaku umum.
Akuntan publik bertanggung jawab atas setiap aspek tugasnya, termasuk
audit, pajak, konsultasi manajemen, dan pelayanan akuntansi, sehingga jika benar-
benar terjadi kesalahan yang diakibatkan oleh pihak akuntan publik dapat diminta
pertanggungjawabannya secara hukum. Beberapa faktor utama yang
menimbulkan kewajiban hukum bagi profesi audit diantaranya adalah sebagai
berikut (Loebbecke dan Arens, 1999:786).
1) Meningkatnya kesadaran pemakai laporan keuangan akan tanggung jawab
akuntan publik.
2) Meningkatnya perhatian pihak-pihak yang terkait dengan pasar modal
sehubungan dengan tanggung jawab untuk melindungi kepentingan
investor.

15
3) Bertambahnya kompleksitas audit yang disebabkan adanya perubahan
lingkungan yang begitu pesat diberbagai sektor bisnis, sistem informasi,
dsb.
4) Kesediaan kantor akuntan publik untuk menyelesaikan masalah hukum
diluar pengadilan, untuk menghindari biaya yang tinggi.

Kantor Akuntan Publik biasanya menggunakan satu atau kombinasi dari


empat pembelaan berikut bila terdapat tuntutan hukum oleh klien yaitu:

1) Tidak ada kewajiban (Lack of duty)

Tidak ada kewajiban untuk melakukan jasa berarti kantor akuntan publik
mengklaim bahwa tidak ada kontrak yang tersirat atau yang dinyatakan. Misalnya
KAP mengklaim bahwa kekeliruan itu tidak dapat diungkapkan karena kantornya
hanya melakukan jasa penelaahan, bukan audit yaitu dengan penggunaan surat
penugasan yang menunjukkan tidak adanya kewajiban untuk melaksanakan tugas.

2) Tidak ada kelalaian dalam pelaksanaan pekerjaan (Nonnegligent


performance)

Untuk pelaksanaan kerja yang tidak mengandung kelalaian di dalam suatu


audit, KAP mengklaim bahwa auditnya itu dilaksanakan sesuai dengan standar
auditing yang berlaku umum. Seandainya terdapat kesalahan, salah saji yang
disengaja atau salah pernyataan yang tidak ditemukan, auditor tidak bertanggung
jawab jika auditnya dilakukan secara benar.

3) Kelalaian kontribusi (Contributory negligence)

Pembelaan terhadap kelalaian kontribusi yang dilakukan oleh klien


mengandung arti bahwa KAP menjamin jika klien telah melaksanakan kewajiban
tertentu , tidak akan terjadi kerugian

4) Ketiadaan hubungan timbal balik (Absence of causal connection)

16
Agar sukses dalam tuntutan terhadap auditor, klien harus mampu
menunjukkan terdapat hubungan timbal balik yang dekat antara pelanggaran
auditor terhadap standar kesungguhan dengan kerugian yang dialami klien.

Pemahaman terhadap hukum tidaklah mudah mengingat pemahaman


tersebut menuntut suatu kesadaran dari perilaku-perilaku yang terlibat di
dalamnya dan juga adanya kemungkinan interpretasi yang berbeda-beda terhadap
keberadaan suatu hukum. Hal ini juga yang terjadi pada profesi akuntan publik di
mana perilaku-perilaku yang terlibat terkadang kurang memahami secara benar
apa yang telah menjadi kewajiban yang nantinya akan mempunyai konsekuensi
terhadap hukum. Suatu pemahaman yang baik terhadap hukum akan membawa
profesi akuntan publik minimal ke dalam praktek-praktek yang sehat, yang dapat
meningkatkan performance dan kredibilitas publik yang lebih baik.
Sebaliknya apabila akuntan publik kurang memahaminya pada iklim
keterbukaan di era reformasi seperti sekarang ini maka akan dapat membawa
perkembangan fenomena ke dalam konteks yang lebih luas pada publik yang
sudah mulai berani melakukan tuntutan hukum terhadap berbagai profesi
termasuk profesi akuntan publik.

C. Kewajiban Hukum Bagi Auditor


Auditor secara umum sama dengan profesi lainnya merupakan subjek
hukum dan peraturan lainnya. Auditor akan terkena sanksi atas kelalaiannya,
seperti kegagalan untuk mematuhi standar profesional di dalam kinerjanya.
Profesi ini sangat rentan terhadap penuntutan perkara (lawsuits) atas kelalaiannya
yang digambarkan sebagai sebuah krisis (Huakanala dan Shinneke, 2003:69).
Lebih lanjut Palmrose dalam Huanakala dan Shinneka menjelaskan bahwa litigasi
terhadap kantor akuntan publik dapat merusak citra atau reputasi bagi kualitas dari
jasa-jasa yang disediakan kantor akuntan publik tersebut.
Menurut Rachmad Saleh AS dan Saiful Anuar Syahdan (Media akuntansi,
2003) tanggung jawab profesi akuntan publik di Indonesia terhadap kepercayaan
yang diberikan publik seharusnya akuntan publik dapat memberikan kualitas jasa

17
yang dapat dipertanggungjawabkan dengan mengedepankan kepentingan publik
yaitu selalu bersifat obyektif dan independen dalam setiap melakukan analisa serta
berkompeten dalam teknis pekerjaannya.
Terlebih-lebih tanggung jawab yang dimaksud mengandung kewajiban
hukum terhadap kliennya. Sumber kewajiban hukum auditor dalam pelaksanaan
audit apabila adanya tuntutan ke pengadilan yang menyangkut laporan keuangan
menurut Loebbecke dan Arens serta Boynton dan Kell yang telah diolah oleh
Azizul Kholis, I Nengah Rata, Sri Sulistiyowati dan Endah Prepti Lestari (2001)
adalah sebagai berikut.
1) Kewajiban kepada klien (Liabilities to Client)
Kewajiban akuntan publik terhadap klien karena kegagalan untuk
melaksanakan tugas audit sesuai waktu yang disepakati, pelaksanaan audit
yang tidak memadai, gagal menemui kesalahan, dan pelanggaran
kerahasiaan oleh akuntan publik. Contoh: Klien menuntut auditor karena
tidak menemukan penggelapan selama audit.
2) Kewajiban kepada pihak ketiga menurut Common Law (Liabilities to
Third party) Kewajiban akuntan publik kepada pihak ketiga jika terjadi
kerugian pada pihak penggugat karena mengandalkan laporan keuangan
yang menyesatkan. Contoh: Bank menuntut auditor karena tidak
menemukan salah saji yang material dalam laporan keuangan.
3) Kewajiban Perdata menurut hukum sekuritas federal (Liabilities under
securities laws)
Kewajiban hukum yang diatur menurut sekuritas federal dengan standar
yang ketat. Contoh: Pada pemegang saham menuntut auditor kerana tidak
menemukan salah saji yang material dalam laporan keuangan.
4) Kewajiban kriminal (Crime Liabilities)
Kewajiban hukum yang timbul sebagai akibat kemungkinan akuntan
publik disalahkan karena tindakan kriminal menurut undang-undang.
Contoh: Pemerintah federal menuntut auditor kerena secara sadar
menerbitkan laporan audit yang tidak benar.

18
Sedangkan kewajiban hukum yang mengatur akuntan publik di Indonesia
secara eksplisit memang belum ada, akan tetapi secara implisit hal tersebut sudah
ada seperti tertuang dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), Standar
Akuntansi Keuangan (SAK), Peraturan-Peraturan mengenai Pasar Modal atau
Bapepam, UU Perpajakan dan lain sebagainya yang berkenaan dengan kewajiban
hukum akuntan (Rachmad Saleh dan Saiful Anuar Syahdan, 2003).
Keberadaan perangkat hukum yang mengatur akuntan publik di Indonesia
sangat dibutuhkan oleh masyarakat termasuk kalangan profesi untuk melengkapi
aturan main yang sudah ada. Hal ini dibutuhkan agar disatu sisi kalangan profesi
dapat menjalankan tanggung jawab profesionalnya dengan tingkat kepatuhan yang
tinggi, dan disisi lain masyarakat akan mempunyai landasan yang kuat bila
sewaktu-waktu akan melakukan penuntutan tanggung jawab profesional terhadap
akuntan publik.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kewajiban hukum bagi
seorang akuntan publik adalah bertanggung jawab atas setiap aspek tugasnya
sehingga jika memang terjadi kesalahan yang diakibatkan oleh kelalaian pihak
auditor, maka akuntan publik dapat dimintai pertanggung jawaban secara hukum
sebagai bentuk kewajiban hukum auditor.
Selain itu, terdapat pula faktor-faktor yang mendorong makin
meningkatnya jumlah tuntutan hukum maupun besarnya tuntutan yakni sebagai
berikut.
1) Meningkatnya kesadaran pemakai laporan keuangan akan tanggung jawab
akuntan publik.
2) Meningkatnya perhatian Bapepam sehubungan dengan tanggung jawab
melindungi kepentingan investor.
3) Bertambahnya kompleksitas masalah auditing dan akuntansi.
4) Meningkatnya penerimaan masyarakat atas gugatan-gugatan oleh pihak
yang dirugikan terhadap siapa saja yang dapat memberikan ganti rugi
tanpa memandang siapa yang bersalah (konsep kewajiban "deep pocket").
5) Kesediaan banyak kantor akuntan publik untuk menyelesaikan masalah
hukum di luar pengadilan.

19
6) Banyaknya alternatif prinsip akuntansi yang dapat dipilih oleh klien.

Akuntan publik bertanggung jawab atas setiap aspek dari tugasnya,


termasuk audit, pajak, konsultansi manajemen, dan pelayanan akuntansi serta
pembukuan. beberapa konsep hukum dapat diterapkan pada segala macam
gugatan terhadap akuntan publik. Konsep-konsep ini adalah konsep kehati-hatian,
kewajiban atas tindakan orang lain, dan terbatasnya hak komunukasi istimewa.

1) Konsep Kehati-Hatian (Prudent Person)

Ada perjanjian antara profesi akuntan dan pengadilan bahwa auditor bukan
penjamin atau penanggung jawab laporan keuangan. Auditor hanya berkewajiaban
untuk melakuakan audit secara teliti. Meskipun demikian, auditor bukan tanpa
cela. Standar ketelitian yang dapat diharapkan dari auditor sering disebut sebagai
konsep prudent person.

2) Konsep Kewajiban Atas Tindakan Orang Lain

Para partner atau pemegang saham dalam perseroan professional secara bersama-
sama bertanggungjawab atas tindakan perdata yang ditujukan terhadap salah
seorang anggotanya.

3) Kurangnya Hak Komunikasi Istimewa

Menurut common law, akuntan publik tidak berhak untuk menahan informasi jika
diminta oleh pengadilan dengan alas an bahwa informasi itu dirahasiakan. Seperti
informasi dalam kertas kerja seorang auditor dapat diminta dan diwajibkan oleh
pengadilan jika diperlukan. Pembicaraan rahasia klien dan auditor tidak dapat
ditutupi dalam pengadilan.

2.6. TANGGAPAN PROFESI TERHADAP KEWAJIBAN HUKUM


AICPA dan profesi mengurangi resiko terkena sanksi hukum dengan
langkah-langkah berikut.
1) Riset dalam auditing.

20
2) Penetapan standar dan aturan.
3) Menetapkan persyaratan untuk melindungi auditor.
4) Menetapkan persyaratan penelaahan sejawat.
5) Melawan tuntutan hukum.
6) Pendidikan bagi pemakai laporan.
7) Memberi sanksi kepada anggota karena hasil kerja yang tak pantas.
8) Perundingan untuk perubahan hukum.

2.7. TANGGAPAN AKUNTAN PUBLIK TERHADAP KEWAJIBAN


HUKUM
Dalam meringankan kewajibannya auditor dapat melakukan langkah-
langkah berikut.
1) Hanya berurusan dengan klien yang memiliki integritas.
2) Mempekerjakan staf yang kompeten dan melatih serta mengawasi  dengan
pantas.
3) Mengikuti standar profesi.
4) Mempertahankan independensi.
5) Memahami usaha klien.
6) Melaksanakan audit yang bermutu.
7) Mendokumentasika pekerjaan secara memadai.
8) Mendapatkan surat penugasan dan surat pernyataan.
9) Mempertahankan hubungan yang bersifat rahasia.
10) Perlunya asuransi yang memadai.
11) Mencari bantuan hukum.

21
BAB III PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Mengingat profesi akuntan publik sangat penting perannya dalam dunia
bisnis di Indonesia, maka Akuntan Publik harus selalu menjaga integritas
(integrity) dan profesionalisme melalui pelaksanaan standar dan kode etik profesi
secara konsekuen dan konsisten. Dalam setiap penugasan yang diberikan,
Akuntan Publik harus selalu bersikap independen dan menggunakan kemahiran
jabatannya secara profesional (due professional care).
Akuntan Publik dan KAP agar menghindarkan diri dari tindakan tercela,
seperti kolusi (collusion) dengan klien atau menutupi terjadinya tindak
kecurangan (fraud) yang sangat merugikan berbagai pihak. Semoga Rancangan
Undang-Undang Akuntan Publik (RUU-AP) yang telah disusun cukup lama
tersebut, segera dapat ditetapkan oleh Pemerintah beserta Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) menjadi UU-AP, sehingga akuntan publik memiliki landasan
operasional (aspek legal) yang kuat dan masyarakat (publik) mendapatkan
perlindungan hukum dari tindakan malpraktik yang melanggar kode etik profesi.

3.2. SARAN
Dalam penyusunan makalah ini, banyak hal yang perlu adanya perbaikan-
perbaikan dalam penyusunan makalah ini. Tak ada gading yang tak retak. Untuk
itu penyusun menyadari atas kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Antara
lain masih banyaknya penulisan ejaan yang tidak sesuai, bahasa yang terlalu
kasar, banyak menyinggung orang lain, dan banyak yang bukan dari pemikiran
pribadi tertuang dalam penyusunan makalah ini. Harap dijadikan maklum dan
kritik serta saran yang membangun sangat saya harapkan untuk perbaikan-
perbaikan selanjutnya. Akhir kata dengan kerendahan hati mohon maaf yang
sebesar-besarnya dan disampaikan terima kasih.

22
DAFTAR PUSTAKA

 Agoes, Sukrisno. 2016. Auditing. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.


 Mulyadi. 2014. Auditing. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
https://www.academia.edu/35007456/Makalah_Etika_Profesi_dan_Tangg
ung_Jawab_Auditor_1

23
Soal
1. Apa yang dimaksud dengan etika profesi auditor ?
2. Sebutkan apa saja peran etika dalam profesi auditor ?
3. Jelaskan 8 prinsip etika professional yang berlaku bagi seluruh anggota IAI ?
4. Apa saja karakteristik seorang yang professional di bidang akuntan dari
sektor publik berdasarkan aturan etika ?
5. Mengapa etika profesi itu penting dalam bidang akuntansi?

Jawaban
1. Etika profesi berasal dari dua kata yaitu etika (adat istiadat atau kebiasaan
baik) dan profesi (bidang kerja). . Etika profesi adalah cabang filsafat yang
mempelajari penerapan prinsip-prinsip moral dasar atau norma-norma etis
umum pada bidang-bidang khusus (profesi) kehidupan manusia.
2. Peran etika dalam profesi auditor yaitu :
a. Audit membutuhkan pengabdian yang besar pada masyarakat dan
komitmen moral yang tinggi.
b. Masyarakat menuntut untuk memperoleh jasa para auditor publik
dengan  standar kualitas yang tinggi, dan menuntut mereka untuk bersedia
mengorbankan diri. Itulah sebabnya profesi auditor menetapkan standar
teknis dan standar etika yang harus dijadikan panduan oleh para auditor
dalam melaksanakan audit.
c. Standar etika diperlukan bagi profesi audit karena auditor memiliki posisi
sebagai orang kepercayaan dan menghadapi kemungkinan benturan-
benturan kepentingan.
d. Kode etik atau aturan etika profesi audit menyediakan panduan bagi para
auditor profesional dalam mempertahankan diri dari godaan dan dalam
mengambil keputusan-keputusan sulit.
3. Delapan prinsip etika professional yang berlaku bagi seluruh anggota IAI
yaitu:
a. Tanggung Jawab Profesi

24
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap
anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan
profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
b. Kepentingan Publik
Anggota harus menerima kewajiban mereka untuk bertindak sedemikian
rupa demi melayani kepentingan publik, menghormati kepercayaan publik,
dan menunjukan komitmen atas profesionalisme.
c. Integritas
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan
yang diambilnya.
d. Objektivitas
Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak,
jujur secara intelektual, tidak berprasangka , serta bebas dari benturan
kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.
e. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Seorang anggota profesi harus selalu mengikuti standar-standar etika dan
teknis profesi terdorong untuk secara terus menerus mengembangkan
kompetensi dan kualitas jasa, dan menunaikan tanggung jawab profesional
sampai tingkat tertinggi kemampuan anggota yang bersangkutan.
f. Kerahasiaan
Seorang akuntan profesional harus menghormati kerhasiaanin formasi
yang diperolehnya sebagai hasil dari hubungan profesional dan bisnis serta
tidak boleh mengungapkan informasi apa pun kepada pihak ketiga tanpa
izin yang benar dan spesifik, kecuali terdapat kewajiban hukum atau
terdapat hak profesional untuk mengungkapkannya. Kewajiban
kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antara anggota dan klien
atau pemberi jasa berakhir.
g. Perilaku Profesional\

25
Seorang akuntan profesional harus patuh pada hukum dan perundang-
undangan yang relevan dan harus menghindari tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi.
h. Standar Teknis
Sebagai profesional setiap anggota dalam melaksanakan tugasnya harus
sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai
dengan keahliannya

4. Karakteristik seorang professional di bidang akuntan dari sektor publik


berdasarkan aturan etika yaitu :
a. Penguasaan keahlian intelektual yang diperoleh melalui pendidikan dan
pelatihan.
b. Kesediaan melakukan tugas untuk masyarakat secara luas tempat instansi
kerja maupun untuk audit.
c. Berpandangan obyektif.
d. Penyediaan layanan dengan standar pelaksanaan tugas dan kinerja
yang tinggi.
5. Etika profesi itu penting dalam bidang akuntansi yaitu karena :
a. Etika profesi berisi ketentuan mengenai apa yang baik dan yang tidak baik
serta apakah suatu kegiatan yang dilakukan oleh profesi itu dapat
dikatakan bertanggung jawab atau tidak.
b. Profesi akuntan publik memerlukan etika karena akuntan publik
merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk
menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.
Dimana keahlian yang dikerjakan dan dihasilkan itu harus berpedoman
dengan sebuah etika.

26

Anda mungkin juga menyukai