Anda di halaman 1dari 3

Nama: Haryadi Budiman

NIM: F1314046
Kelas: B transfer S1 star
ETIKA PROFESI
Perilaku etis dan tidak etis
Etika secara garis besar dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai
moral. Perilaku etis sangat diperlukan masyarakat agar dapat berfungsi secara teratur,
atau etika dapat disebut juga sebagai perekat yang dapat mengikat anggota
masyarakat. Kebutuhan akan etika sangat penting sehingga banyak nilai etika umum
dimasukkan dalam undang-undang.
Perilaku tidak etis didefinisikan sebagian besar orang sebagai tindakan yang berbeda
dengan apa yang mereka anggap tepat dilakukan dalam situasi tertentu.
Enam nilai inti perilaku etis menurut josephson institute:
1. Dapat dipercaya
2. Penghargaan
3. Pertangungjawaban
4. Kelayakan
5. Perhatian
6. kewarganegaraan.
Dua alasan utama orang bertindak tidak etis:
1. standar etika seseorang berbeda dengan masyarakat umum
2. orang memilih untuk bertindak mementingkan diri sendiri
Dilema etika
Dilema etika adalah situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia harus mengambil
keputusan tentang perilaku yang tepat.
Cara-cara alternatif untuk menyelesaian dilema etika:
1. Merasionalkan perilaku tidak etis, contohnya dengan argumen seperti berikut:
- Setiap oang melakukannya
- Jika sah menurut hukum, hal tersebut etis
- Kemungkinan penemuan dan konsekuensi
2. Menyelesaiakn dilema etika dengan menggunakan pendekatan enam-langkah:
- Memperoleh fakta yang relevan
- Mengidentifikasi isu-isu etis berdasarkan fakta tersebut
- Menentukan siapa yang akan terpengaruh oleh akibat dari dilema tersebut
dan bagaimana setiap orang atau kelompok itu terpengaruh
- Mengidentifikasi berbagai alternatif yang tersedia bagi orang yang harus
menyelesaikan dilema tersebut
- Mengidentifikasi konsekuensi yang mungkin terjadi dari setiap alternatif
- Memutuskan tindakan yang tepat.

Perilaku etis dalam profesi


Profesional adalah tanggung jawab unutk bertindak lebih dari sekedar memenuhi
tanggung jawab diri sendiri maupun ketentuan hukum dan peraturan masyarakat agar
terciptanya kepercayaan publik atas kualitas jasa yang diberikan.
Cara-cara profesi dan masyarakat mendorong akuntan publik berperilaku pada tingkat
yang tinggi:
1. Kode perilaku profesional
2. Stadar etika dan independensi
3. Ujian CPA
4. PABU dan interpretasi
5. Pendidikan yang berkelanjutan
6. Kewajiban hukum
7. Seleksi praktik CPA
8. Pengendalian mutu
9. Peer review
Prinsip-prinsip etis bagi profesi:
1. Tanggung jawab
2. Kepentingan publik
3. Integritas
4. Objektivitas dan independensi
5. Keseksamaan
6. Ruang lingkup dan sifat jasa
Independensi
Independensi adalah peraturan perilaku pertama, dalam audit independensi dapat
digolongkan menjadi dua jenis yaitu:
1. Independensi dalam fakta / independence in fact yaitu apabila auditor dapat
mempertahankan sikap tidak bias sepanjang proses audit.
2. Independensi dalam penampilan / independence in appearance adalah hasil dari
intepretasi lain atas independensi ini.
Peraturan perilaku dan interpretasi independensi
Interpretasi penting yang melibatkan independensi yang dilarang dalam peraturan 101
adalah:
1. Kepentingan keuangan. Interpretasi peraturan 101 melarang anggota yang
terlibat untuk memiliki saham atau investasi langsung dalam klien yang diaudit.
2. Masalah kepentingan keuangan yang berkaitan. Berkaitan dengan aspek-aspek
khusus dari hubungan keuangan antara karyawan kantor akuntan publik dengan
kliennya.
3. Perkara hukum antara KAP dengan klien. Apabila terdapat tuntutan hukum dari
klien kepada KAP yang sedang mengaudit hal tersebut akan membuat
objektivitas KAP dipertanyakan.
4. Jasa pembukuan dan jasa lainnya. Jika KAP membantu klien untuk membuat
laporan keuangannya maka KAP tidak diperbolehkan untuk mengaudit klien
tersebut.

5. Fee yang belum dibayar. Apabila terdapat fee yang belum terbayar lebih dari 1
tahun sebelum tanggal laporan, fee tersebut dianggap sebagai pinjaman auditor
kepada klien jadi independensi auditor dapat diragukan kecuali fee yang belum
terbayar karena klien mengalami kebangkrutan.
Peraturan perilaku lainnya
Peraturan perilaku lainnya adalah:
1. Integritas dan objektivitas. Dalam pelaksanaan setiap jasa profesional, seorang
anggota harus dapat mempertahankan objektivitas dan integritas, harus bebas
dari konflik kepentingan dan tidak boleh dengan sengaja membuat kesalahan
penyajian atas fakta atau menyerahkan penilainnya kepada orang lain.
2. Standar teknis. Standar yang harus dipenuhi antara lain sebagai berikut:
- Kompetensi profesional
- Keseksamaan profesional
- Perncanaan dan supervisi
- Data relevan dan mencukupi
3. Kerahasiaan. Seorang akuntan tidak boleh mengungkapkan setiap rahasia klien
tanpa persetujuan kliennya. Kecuali:
- Kewajiban yang berhubungan dengan standar teknis
- Panggilan pengadilan dan ketaatan kepada hukum serta peraturan
- Peer review
- Respon terhadap divisi etika
4. Fee kontinjen. KAP dilarang mendasarkan fee kepada hasil penugasan. Anggota
akuntan publik tidak boleh melaksanakan jasa profesioanal apapun dengan fee
kontinjen.
5. Tindakan yang dapat didiskreditkan. KAP tidak boleh melakukan tindakan antara
lain:
- Penahanan catatan klien
- Diskriminasi dan gangguan dalam praktik karyawan
- Standar tentang audit pemerintah dan persyaratan badan serta agen
pemerintah
- Kelalaian dalam penyiapan laporan keuangan atau CALK
- Kelalaian mengikuti perstaratan dari badan pemerintah, komisi, atau lembaga
pengatur lainnya
- Permohonan atau pengungkapan pertanyaan dan jawaban ujian akuntan
publik
- Kelalaian mengisi SPT pajak atau membayar kewajiban pajak
6. Iklan dan permohonan. KAP tidak boleh berusaha memperoleh klien dari iklan
atau permohonan lainnya dengan cara yang palsu, menyesatkan atau menipu.
7. Komisi fee dan referal. KAP tidak boleh menerima komisi untuk
merekomendasikan atau mereferensi produk atau jasa kepada klien maupun
yang dipasok oleh kliennya.
8. Bentuk dan nama organisasi. KAP dapat berpraktik hanya dalam bentuk
organisasi yang diizinkan oleh hukum atau peraturan negara dimana KAP itu
berada.

Anda mungkin juga menyukai