ETIKA PROFESIONAL
Nama : Fitri
NIM : 16634015
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Saya panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah kepada
saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang Etika Profesional.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang Etika Profesional dan manfaatnya bagi
pembaca dan masyarakat.
Penyusun
Etika Profesional i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………........... ii
BAB I : PENDAHULUAN.
A. LATAR BELAKANG…………………………………...………………………………… 1
B. RUMUSAN MASALAH……………………………...…………………………………… 1
C. TUJUAN…………………………………………...…...………………………………….. 1
BAB II : PEMBAHASAN.
A. PENGERTIAN ETIKA……………………………………...…………………………….. 2
B. DILEMA ETIKA……….………………………………………………………………….. 4
C. KEBUTUHAN KHUSUS AKAN PERILAKU ETIS DALAM PROFESI……..………… 5
D. KODE PERILAKU PROFESIONAL…...………………………………………………… 6
E. INDEPENDENSI………….……………………………………………………………….. 9
F. PERATURAN PERILAKU DAN INTERPRETASI INDEPENDENSI……………… ........ 12
G. PERATURAN PERILAKU LAINNYA…………………………………………………...... 16
A. KESIMPULAN ........................................................................................................................ 23
B. SARAN……………………………………………………………… .................................... 23
DAFTAR PUSTAKA
Etika Profesional ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris "Profess", yang
dalam bahasa Yunani adalah"Επαγγελια", yang bermakna: "Janji untuk memenuhi
kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara tetap atau permanen". Profesi juga
sebagai pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap
suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik,
serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh
profesi adalah pada bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer,teknik desainer, tenaga
pendidik.
Kode etik profesi dalam bidang apapun merupakan bagian dari etika profesi.
Kode etik profesi merupakan lanjutan dari norma-norma yang lebih umum yang telah
dibahas dan dirumuskna dalam etika profesi. Kode etik lebih memperjelas,
memepertegas, dan merinci norma-norma ke bentuk yang lebih sempurna walaupun
sebenarnya norma-norma tersebut sudah tersira dalam etika profesi. Tujuan utama dari
kode etik adalah memberi pelayanan khusus dalam masyarakat tanpa mementingkan
kepentingan pribadi atau kelompok.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian profesi dan lingkup etika?
2. Apa pengertian etika profesi?
3. Bagaimana peranan dan prinsip etika profesi?
4. Apa saja kode etik profesi dan standar profesi?
C. Tujuan.
Tujuan penyusunan makalah ini bertujuan agar pembaca dapat mengetahui dan
memahami tentang pengertian profesi dan lingkup etika, pengertian etika profesi, peranan
dan prinsip etika profesi dan kode etik profesi serta standar profesi
Etika Profesional 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ETIKA.
Etika (ethics) secara garis besar dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip
atau nilai moral. Setiap orang memiliki rangkaian nilai seperti itu, meskipun kita
memperhatikan atau tidak memperhatikannya secara eksplisit. Para ahli filsafat ,
organisasi keagamaan serta kelompok lainnya telah mendefinisikan serangkaian prinsip
dan nilai moral ini dengan berbagai cara. Contoh serangkaian prinsip atau nilai moral
yang telah ditentukan adalah UU dan peraturan,doktrin gereja, kode etik bisnis bagi
kelompok profesi seperti akuntan publik, serta sebagai kode perilaku dalam organisasi.
Berikut ini adalah enam nilai inti etis mengenai perilaku etis menurut josephson Institute:
1. Dapat di percaya (trustworthiness), mencangkup kejujuran reliabilitas,Dan
loyalitas. Kejujuran menuntut itikad baik untuk mengemukakan kebenaran. Integritas
berarti bahwa seseorang bertindak sesuai dengan kesadaran yang tinggi dalam situasi
apapun. Reliabilitas berarti melakukan semua usaha yang masuk akal untuk
memenuhi komitmennya. Loyalitas adalah tanggungjawab untuk mengutamakan dan
melindungi sebagai kepentingan masyarakat dan organisasi tertentu.
2. Penghargaan (Respect), mencangkup gagasan seperti kepantasan (civility),
kesopansantunan (Coursety), kehormatan, toleransi dan penerimaan. Seseorang yang
terhormat akan memperlakukan pihak lainnya dengan penuh pertimbangan dan
menerima perbedaan serta keyakinan pribadi tampa berprasangka buruk.
3. Pertanggungjawaban (responsibility), berarti bertanggungjawab atas tindakan
seseorang serta dapat menahan diri. Pertanggungjawaban juga berarti berusaha sebaik
mungkin dan memberi teladan dengan contoh, mencangkup juga ketekunan serta
upaya untuk terus melakukan perbaikan.
4. Kelayakan (fairness), dan keadilan mencangkup isu isu tentang kesamaan penilaian,
sikap tidak memihak, proposionalitas, keterbukaan dan keseksamaan.perlakuan yang
layak berarti bahwa situasi yang serupa dan ditangani dengan cara serupa pula.
5. Perhatian (caring), berarti sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan pihak
lain dan mencangkup tindakan yang memperhatikan kepentingan sesama serta
memperlihatkan perbuatan baik.
6. Kewarganegaraan (citizenship), termasuk kepatuhan pada undang-undang serta
melaksanakan kewajibannya sebagai warga Negara agar proses dalam masyarakat
berjalan dengan baik, antara lain pemungutan suara, bertindak sebagai juri pengadilan
di AS, dan melindungi sumberdaya alam yang ada.
Etika Profesional 2
Prinsip dan nilai moral seseorang serta kepentingan relatif prinsip tersebut bagi
mereka pasti berbeda dengan orang-orang lainnya. Perbedaan ini merefleksikan
pengalaman hidup, kesuksesan dan kegagalan yang dialami, serta pengaruh dari orang
tua, guru, dan teman.
Perilaku etis sangat diperlukan oleh masyarakat agar dapat berfungsi secara teratur.
Kita dapat berargumentasi bahwa etika adalah perekat yang dapat mengikat anggota
masyarakat. Bayangkan, apa yang akan terjadi jika kita tidak memiliki kepercayaan akan
kejujuran dari orang-orang yang berintegrasi dengan kita. Jika para orang tua, guru,
pemilik perusahaan, saudara kita, rekan kerja, serta teman-teman kita semuanya berkata
bohong, hampir tidak mungkin untuk mempunyai komunikasi yang efektif. Kebutuhan
akan etika dalam masyarakat cukup penting, sehingga banyak nilai etika yang umum
dimasukkan kedalam undang-undang.
Sebagian besar orang mendefinisikan perilaku tidak etis sebagai tindakan yang
berbeda dengan apa yang mereka anggap tepat dilakukan dalam situasi tertentu. Masing-
masing dari kita memutuskan bagi kita sendiri apa yang kita anggap sebagai perilaku
tidak etis, baik bagi kita sendiri maupun bagi orang lain. Jadi kita harus memahami apa
yang menyebabkan orang-orang bertindak dengan cara yang kita anggap sebagai tidak
etis.
Ada dua alasan mengapa seseorang bertindak tidak etis yaitu :
1. Standar etika seseorang berbeda dengan masyarakan umum, Contoh ekstrem
orang-orang yang perilakunya melanggar hampir semua standar etika yang dianut
oleh setiap orang adalah para pengedar obat terlarang, perampok bank dan pencuri.
Sebagian besar orang melakukan tindakan tersebut tidak menunjukkan rasa
penyesalan saat mereka tertangkap, karena standard etika mereka berbeda dengan
yang berlaku di masyarakat dan keseluruhan.
Etika Profesional 3
terlalu berharga untuk dilewatkan. B memilih untuk bertindak untuk mementingkn
dirinya sendiri.
Sebagian besar perilaku etis disebabkan oleh tindakan yang mementingkan diri
sendiri. Seperti, skandal politik terjadi akibat adanya keinginan untuk mendapatkan
kekuasaan politik, kecurangan dalam mengisi SPT pajak laporan pengeluaran
dimotivasi oleh ketamakan atas uang, bertindak dibawah kemampuan sebenarnya dan
berlaku curang dalam ujian yang diikuti umumnya terjadi akibat rasa malas. Dalam
setiap kasus, orang tersebut mengetahui bahwa perilakunya tidak benar tetapi ia
memilih untuk tetap melakukan itu karena diperlukan pengorbanan pribadi untuk
bertindak secara etis.
B. DILEMA ETIKA.
Dilema Etika (ethical dilemma) adalah situasi yang dihadapi oleh seseorang
dimana ia merasa bingung untuk mengambil suatu keputusan tentang perilaku apa yang
seharusnya dilakukan. Contoh sederhana dari dilema etika ini adalah penemuan cincin
berlian, dimana seseorang harus menentukan apakah akan berusaha mencari pemilik
cincin tersebut atau akan menyimpannya.
Para auditor, akuntan, serta pelaku bisnis lainnya menghadapi banyak dilema
etika dalam karir bisnis mereka. Auditor yang menghadapi klien yang mengancam akan
mencari auditor baru kecuali bersedia menerbitkan suatu pendapat wajar tanpa
pengecualian, akan mengalami dilema etika bila pendapat wajar tanpa pengecualian itu
tidak tepat.
Ada cara-cara alternatif untuk menyelesaikan dilema etika, tetapi kita harus
berhati-hati untuk menghindari metode yang merasionalkan perilaku tidak etis. Berikut
ini adalah metode-metode rasionalisasi yang sering digunakan, yang dengan mudah
dapat mengakibatkan tindakan tidak etis.
1. Setiap orang melakukannya Argumen bahwa memalsukan SPT Pajak, mencontek
saat ujian,atau menjual produk yang cacat merupakan perilaku yang dapat diterima
umumnya didasarkan pada rasionalisasi bahwa setiap orang lain juga melakukan hal
yang sama dan karena ini merupakan perilaku yang dapat diterima.
2. Kemungkinan penemuan dan konsekuensinya filosofi ini bergantung pada
evaluasi atau kemungkinan bahwa orang lain akan menemukan perilaku tersebut.
Biasanya orang lain itu juga akan menilai besarnya kerugian (konsekuensi) yang akan
diterimanya bila hal tersebut akan terbongkar. Salah satu contoh nya adalah
memutuskan apakah akan mengoreksi kelebihan tagihan yang tidak sengaja kepada
seorang pelanggan ketika pelanggan tersebut telah membayar seluruh tagihannya. jika
si penjual yakin bahwa pelanggan itu akan mendeteksi kekeliruan ini dan
memutuskan untuk tidak akan membeli lagi kepadanya, maka penjual akan segera
menginformasikan kesalahan yang terjadi sekarang. sebaliknya, penjual akan
menunggu hingga pelanggan tersebut menyampaikan keberatan.
Etika Profesional 4
Dalam tahun-tahun terakhir, telah dikembangkan kerangka kerja formal untuk
membantu orang-orang menyelesaikan dilema etika. Tujuan dari kerangka kerja seperti
itu adalah membantu mangidentifikasi isu-isu etis dan memutuskan serangkaian tindakan
yang tepat dengan menggunakan nilai dari orang itu sendiri.
Pendekatan enam langkah berikut ini merupakan pendekatan sederhana untuk
memecahkan dilema etika:
1. Memperoleh fakta yang relevan
2. Mengidentifikasi isu-isu etis berdasarkan fakta tersebut
3. Menentukan siapa yang akan terpengaruh oleh akibat dari dilema tersebut dan
bagaimana setiap orang atau kelompok itu terpengaruh
4. Mengidentifikasi sebagai alternatif yang tersedia bagi orang yang harus
menyelesaikan dilema tersebut
5. Mengidentifikasi konsekuensi yang mungkin terjadi dari setiap alternatif
6. Memutuskan tindakan yang tepat
Etika Profesional 5
pertemuan dan sering mengadakan hubungan yang berkesinambungan dengan
personil klien.
Sangat penting bahwa pemakai laporan memandang kantor akuntan publik
sebagai pihak yang kompeten dan objektif. Jika pemakai laporan yakin bahwa kantor
akuntan publik tidak memberikan jasa yang bernilai (mengurangi risiko informasi),
maka nilai laporan audit serta laporan jasa atestasi lainnya dari kantor akuntan publik
tersebut akan berkurang dan karenanya, permintaan akan jasa audit juga berkurang.
Karena itu, ada insentif yang cukup banyak bagi kantor akuntan publik untuk
berperilaku pada tingkat profesionalisme yang tinggi.
Cara-cara profesi dan masyarakat mendorong akuntan pulik berperilaku pada tingkat yang tinggi
Etika Profesional 6
Kode perilaku professional
PENJELASANNYA :
a) Prinsip-prinsip etis
1. Tanggung jawab dalam mengemban tanggung jawabnya sebagai professional,
para anggota harus melaksanakan pertimbangan profesional dan moral yang
sensitif dalam semua aktivitas mereka.
2. Kepentingan publik Para anggota harus menerima kewajiban untuk bertindak
sedemikian rupa agar dapat melayani kepentingan publik, menghargai
kepercayaan publik, serta menunjukkan komitmennya pada profesionalisme.
3. Integritas untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik, para
anggota harus melaksanakan seluruh tanggungjawab profesionalnya dengan
tingkat integritas tertinggi.
4. Objektivitas dan independensi anggota harus mempertahankan objectivitas dan
bebas dari konflik kepentingan dalam melaksanakan tanggungjawab
profesionalnya.
5. Keseksamaan anggota harus memperhatikan standar teknis dan etis profesi,
terus berusaha keras meningkatkan kompetensi dan mutu jasa yang diberikanya,
serta melaksanakan tanggungjawab profesional sesuai dengan kemampuan
terbaiknya.
6. Ruang lingkup dan sifat jasa Anggota yang berpraktik bagi publik harus
memperhatikan prinsip-prinsip Kode Perilaku Profesional dalam menentukan
lingkup dan sikap jasa yang akan disediakannya.
Etika Profesional 7
Kelima prinsip pertama diterapkan secara merata ke seluruh anggota AICPA,
tanpa mempedulikan apaka mereka bakerja bagi kantor akuntan publik, bekerja
sebagai akuntan dalam perusahaan atau pemerintahaan, terlibat dalam beberapa aspek
bisnis lainnya, atau terlibat dalam dunia pendidikan. Satu pengecualiaan adalah
dalam kalimat terakhir dari prinsip obyektivitas dan independensi. Kalimat tersebut
hanya berlaku bagi para anggota yang bekerja bagi publik, dan hanya jika mereka
menyediakan jasa-jasa atestasi seperti audit.
Prinsip keenam, ruang lingkup dan sifat jasa, hanya diterapkan pada para anggota
yang bekerja bagi publik. Prinsip tersebut menyatakan apakah seorang praktisi harus
menyediakan jasa tertentu, seperti menyediakan jasa konsultasi karyawan ketika klien
audit bermaksud mengangkat chief information officer / CIO untuk fungsi TI klien
penyediaan jasa semacam itu dapat menghilangkan independensi jika kantor akuntan
publik merekomendasikan seorang CIO yang kemudian diangkat oleh klien dan tidak
menunjukkan kompetensinya.
b) Peraturan perilaku.
Bagian dari kode ini mencakup peraturan khusus yang harus dipatuhi oleh setiap
akuntan publik dalam praktik akuntansi publik. Mereka yang memegang sertifikat
akuntan publik tetapi tidak berpraktik sebagai akuntan pablik harus mematuhi
sebagian besar, tetapi tidak semua, ketentuan tersebut. Karena bagian tentang
peraturan perilaku ini merupakan satu-satunya bagian kode etik yang dapat
diberlakukan. Maka peraturan perilaku ini dinyatakan dalam ungkapan yang lebih
spesifik daripada ungkapan yang tercantum dalam bagian prinsip. Karena sifatnya
yang dapat diberlakukan, banyak praktisi merujuk peraturan ini sebagai kode perilaku
professional AICPA.
Perbedaan antara standar perilaku yang tersusun dalam prinsip-prinsip dengan
standar perilaku yang tersusun dalam peraturan perilaku ditunjukkan pada gambar 4-4
Etika Profesional 8
Apabila para praktisi berperilaku pada tingkat minimum dalam gambar 4-4, maka
hal itu tidak menyiratkan perilaku yang tidak memuaskan. Profesi telah menyusun
standar yang cukup tinggi agar standar perilaku yang minimumpun dapat
memuaskan.
d) Kaidah etika.
Kaidah (ruling) adalah penjelasan oleh komite eksekutif dari devisi etika
profesional tentang situasi faktual khusus (specific Factual circumstances). Sejumlah
besar kaidah etika dipublikasikan dalam fersi yang dipeluas dari Kode Perilaku
Profesional AICPA. Berikut ini adalah contoh (Peraturan 101-Independensi: Kaidah
No. 16) :
Pertanyaan : Seorang anggota bertindak sebagai dewan direksi sebuah klub sosial
nirlaba. Apakah indepensi anggota tersebut dianggap akan terganggu berkaitan
dengan klub itu?
Jawaban : Independensi anggota dianggap terganggu karena dewan direksi
memiliki tanggungjawab akhir atas maslah klub.
Hanya ada 2 peraturan yang dikecualikan bagi jasa-jasa non atestasi tertentu :
1. Peraturan 101 Independensi.peraturan ini mensyaratkan Independensi hanya jika
AICPA telah menetapkan ketentuan Independensi melalui badan penyusun
peraturan yang ada dibawahnya, seperti Auditing Standard Board. Sebagai contoh
“sebuah kantor akuntan publik (KAP) dapat memberikan jasa manajemen kepada
perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh Partner KAP itu. Tentu saja
jika kantor akuntan publik itu juga memberikan jasa audit kepada perusahaan
tersebut, hal itu melanggar persyaratan Independensi bagi jasa-jasa atestasi.
2. Peraturan 203 prinsip-prinsip akuntansi. Peraturan ini hanya berlaku pada saat
menerbitkan suatu pendapat audit atau laporan jasa riview atas laporan keuangan.
E. INDEPENDENSI.
Independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh
akuntan publik. Independensi berarti bahwa auditor harus jujur, tidak mudah dipengaruhi
dan tidak memihak kepentingan siapapun, karena ia melakukan pekerjaannya untuk
kepentingan umum. Auditor berkewajiban untuk jujur tidak hanya pada manajemen dan
pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan
Etika Profesional 9
kepercayaan pada pekerjaan auditor tersebut. Independensi adalah peraturan perilaku
yang pertama. Sebelum membahas persyaratan independensi khusus, kita pertama akan
membahas factor-faktor eksternal yang mungkin mempengaruhi independensi auditor.
Nilai auditing sangat bergantung pada persepsi publik atas independensi auditor.
Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias. Auditor
tidak hanya harus Independen dalam fakta , tetapi juga harus independen dalam
penampilan. Independensi dalam fakta (independen in fact) apabila auditor benar-
benar mampu mempertahankan sikap yang tidak bias sepanjang audit, sedangkan
Independensi dalam penampilan (independence in appearance) adalah hasil dari
interpretasi lain atas independensi ini. Bila auditor independen dalam fakta tetapi
pemakai yakin bahwa mereka menjadi penasehat untuk klien, sebagian besar nilai dari
fungsi audit telah hilang.
2) Komite Audit, adalah sejumlah anggota dewan direksi perusahaan yang tanggung
jawabnya termasuk membantu auditor agar tetap independen dari manajemen.
Sarbanes-Oxley Act mewajibkan semua anggota komite audit bersikap independen,
dan perusahaan harus mengungkapkan apakah dalam komite audit paling sedikit ada
satu pakar keuangan. Komite audit perusahaan publik juga bertanggung jawab atas
penunjukan, kompensasi, dan pengawasan atas pekerjaan auditor. Komite audit harus
menyetujui terlebih dahulu semua jasa audit dan nonaudit, serta bertanggung jawab
untuk mengawasi pekerjaan auditor, termasuk penyelesaian ketidaksepakatan yang
Etika Profesional 10
melibatkan pelaporan keuangan antara manajemen dan auditor. Auditor bertanggung
jawab untuk mengomunikasikan semua hal yang signifikan yang dapat diidentifikasi
selama audit kepada komite audit.
3) Konflik yang timbul dari hubungan personalia, Penerimaan karyawan dari mantan
anggota tim audit pada sebuah klien meningkatkan masalah independensi. Menurut
peraturan SEC, kantor akuntan publik dianggap tidak independen berkenaan dengan
klien audit jika mantan partner, principal, pemegang saham, atau karyawan
profesional dari kantor tersebut diterima bekerja pada klien dan mempunyai
kepentingan keuangan yang berkelanjutan dalam kantor akuntan bersangkutan atau
dalam posisi yang mempengaruhi kebijakan operasi atau keuangan kantor akuntan
tersebut.
4) Rotasi partner Seperti disyaratkan oleh Sabarnes-Oxley, aturan independensi SEC,
mengharuskan pimpinan dan partner audit merotasi penugasan audit sesudah lima
tahun. (Partner yang sama tidak akan terlibat dengan kinerja aktual audit tertentu dan
kemudian kembali terlibat dengan review pekerjaan sesudah penyelesaian audit
tersebut).
5) Kepentingan Kepemilikan Aturan SEC tentang hubungan keuangan berfokus pada
perspektif penugasan dan melarang kepemilikan pada klien audit bagi orang-orang
yang dapat mempengaruhi audit. Aturan itu melarang setiap kepemilikan oleh orang-
orang yang terlibat dalam audit dan keluarga dekat mereka termasuk :
a) Anggota tim penugasan audit
b) Mereka yang dapat mempengaruhi penugasan audit dalam rantai komando
perusahaan
c) Partner dan para manajer yang memberikan lebih dari 10 jam jasa nonaudit
kepada klien
d) Partner dalam kantor partner yang terutama bertanggungjawab atas penugasan
audit.
Etika Profesional 11
mengkonfirmasikan secara tertulis bahwa menurut penilaian profesionalnya, kantor
akuntan itu independen terhadap perusahaan. Auditor juga diwajibkan untuk membahas
independensi kantor akuntan publik dengan komite audit.
ISB Standard no.3 merekomendasikan perlindungan yang harus
diimplementasikan KAP ketika profesional mereka mempertimbangkan atau menerima
pekerjaan dari klien audit.
Etika Profesional 12
a) Anggota yang tercakup.
Peraturan 101 berlaku untuk anggota yang terlibat yang dapat
mempengaruhi penugasan atestasi. Anggota yang tercakup meliputi yang berikut
ini:
1) Orang – orang pada tim penugasan atestasi
2) Orang – orang yang dapat mempengaruhi penugasan atestasi, seperti orang
yang mengawasi atau mengevaluasi partner penugasan
3) Partner atau manager yang memberikan jasa nonatestasi kepada klien
4) Partner di kantor partner yang bertanggung jawab atas penugasan atestasi
5) Kantor akuntan dan program tunjangan karyawannya
6) Entitas yang dapat dikendalikan oleh setiap anggota yang terlibat tersebut
diatas atau oleh dua orang atau lebih anggota yang terlibat atau entitas yang
beroperasi bersama
Etika Profesional 13
2. Prosedur Pemberian Pinjaman yang Normal.
Umumnya, tidak diperkenankan adanya perjanjian kredit antara kantor
akuntan publik atau para karyawannya dengan klien audit karena hal itu
merupakan hubungan keuangan. Namun, terdapat beberapa pengecualian atas
peraturan tersebut termasuk kredit mobil,kredit yang sepenuhnya dijamin dengan
simpanan tunai pada lembaga keuangan tersebut, serta saldo kartu kredit yang
nilai totalnya tidak melebihi $10.000. selain itu juga diperkenankan menerima
lembaga keuangan sebagai klien walaupun ada anggota yang teribat dari kantor
akuntan publik memiliki hipotik rumah, pinjaman lain yang dijamin sepenuhnya
dengan agunan serta kredit atau pinjaman tidak material lainnya pada lembaga
keuangan tersebut. Namun, tidak diperkenankan adanya pengajuan kredit baru.
Pembatasan dan pengecualian ini dinilai wajar, dengan mempertimbangkan trade-
off antara independensi dan kebutuhan untuk mengizinkan para akuntan publik
bertindak sebagai pelaku bisnis dan pribadi
3. Kepentingan Keuangan dan Penerimaan Bekerja Anggota Keluarga Inti
serta Keluarga Terdekat.
Kepentingan keuangan dari anggota keluarga inti, umumnya diperlakukan
seolah-olah merupakan kepentingan keuangan dari anggota itu sendiri.
Independensi akan terganggu bila anggota keluarga dekat menduduki posisi kunci
seperti pejabat keuangan atau CEO pada klien yang memungkinkannya
mempengaruhi fungsi akuntansi, penyiapan laporan keuangan, atau isi dari
laporan keuangan. Kepentingan kepemilikan dari anggota keluarga dekat,
biasanya tidak mengganggu independensi kecuali kepentingan kepemilikannya
material bagi keluarga dekat itu. Peraturan yang serupa juga diterapkan untuk
orang lain yang dapat mempengaruhi penugasan audit atau partner dalam kantor
penugasan audit.
Etika Profesional 14
terganggu kecuali jika investasi akuntan public dalam non klien
memungkinkan akuntan publik itu mempengaruhi non klien.
Etika Profesional 15
transaksi, memiliki tanggung jawab atas aktiva, dan menjalankan wewenang atas
klien. Klien itu harus menyiapkan dokumen sumber tentang semua transaksi dengan
rincian yang cukup untuk mengidentifikasikan sifat dan jumlah transaksi tersebut
serta menyelenggarakan pengendalian akuntan atas data yang diproses oleh akuntan
publik, seperti pengendalian total dan perhitungan dokumen.
3. Akuntan publik, dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan yang disusun dari
pembukuan dan catatan yang telah disiapkan sepenuhnya atau sebagian oleh akuntan
publik, harus sesuai dengan GAAS. Fakta bahwa akuntan publik telah memproses
atau mempertahankan catatan tertentu tidak menghilangkan kebutuhan untuk
melakukan pengujian audit yang mencukupi.
Etika Profesional 16
dalam semua hal yang berkaitan dengan penugasan. Peraturan 102 tentang integritas dan
objektivitas disajikan berikut ini :
Peraturan 102-integritas dan objektivitas dalam pelaksanaan setiap jasa professional,
seorang anggota harus dapat mempertahankan objektivitas dan integritas, harus bebas
dari konflik kepentingan, dan tidak boleh dengan sengaja membuat kesalahan penyajian
atas fakta atau menyerahkan penilaiannya kepada orang lain.
Standar teknis
Ketiga kode standar berikutnya berhubungan dengan kepatuhan auditor pada persyaratan
standar teknis. Berikut uni adalah persyaratan dari standar teknis:
Peraturan 201 – Standar Umum seorang anggota harus mematuhi standar berikut dan
interpretasinya yang ditetapkan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Dewan.
a. Kompetensi Profesional. Harus melaksanakan jasa rofesional yang diyakini dapat
diselesaikan oleh anggota atau kantor akuntan publik dengan kompetensi profesional.
b. Penggunaan Kemahiran Profesional. Mempergunakan kemahiran profesional dengan
cermat dan seksama dalam melaksanakan setiap jasa profesional
c. Perencanaan dan Supervisi. Merencanakan dengan cermat dan mengawasi jalannya
pelaksanaan jasa profesional.
d. Data Relevan yang Mencukupi. Memperoleh data relevan yang mencukupi agar
mendapatkan dasar yang layak untuk membuat kesimpulan atau memberi
rekomendasi yang berkaitan dengan setiap jasa profesional yang dilaksanakan.
Peraturan 202 – Kepatuhan Terhadap Standar Seorang anggota yang melaksanakan
auditing, review, kompilasi, konsultasi manajemen, perpajakan, atau jasa profesional
lainnya harus mematuhi standar-standar dan setiap interprestasi yang diterbitkan oleh
badan-badan yang ditunjuk dewan.
Peraturan 203 – Prinsip-prinsip Akuntansi Seorang CPA tidak dibenarkan untuk (1)
memberikan pendapat atau menyatakan bahwa laporan keuangan atau data keuangan lain
dari setiap entitas yang diauditnya telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum atau (2) menyatakan bahwa ia tidak mengetahui setiap modifikasi
material yang telah dilakukan pada laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum, apabila laporan atau data tersebut mengandung
penyimpangan dari prinsip akuntansi yang telah ditetapkan oleh badan berwenang yang
ditungju oleh Dewan untuk menyusun prinsip-prinsip yang mempunyai dampak material
terhadap keseluruhan laporan atau data. Namun, apabila CPA mampu menunjukkan
adanya penyimpangan pada laporan atau dara yang dapat menimbulkan keadaan yang
menyesatkan, maka CPA tersebut harus emamtuhi peraturan ini dengan menjelaskan
dalam laporannya yang menguraikan tentang penyimpangan tersebut, perkiraan akibat
yang akan ditimbulkan, dan sepanjang dianggap praktis, akan menyebutkan juga alasan-
alasan mengapa kepatuhan terhadap prinsp-prinsip tersebut dapat menimbulkan kesesatan
Etika Profesional 17
Tujuan utama persyaratan dari peraturan 201 hingga 203 adalah untuk memberikan
dukungan kepada ASB, PCAOB, FASB, dan badan penyusun standar teknis lainnya.
Kerahasiaan
Para praktisi dilarang keras mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dari
setiap jenis penugasan tanpa persetujuan klien. Persyaratan spesifik dari peraturan 301
yang berkaitan dengan informasi rahasia klien adalah sebagai berikut:
Peraturan 301- informasi rahasia klien Setiap anggota yang melakukanpraktik publik
tidak diperkenankan untuk mengungkapkan semua informasi rahasia klien tanpa izin
khusus dari klien.
Peraturan ini tidak boleh diartikan sebagai (1) membebaskan seorang anggota dari
kewajiban profesionalnya sesuai peraturan 202 dan 203, (2) untuk mempengaruhi dengan
cara apapun kewajiban anggota untuk mematuhi permintaan atau panggilan pengadilan
yang sah dan berlaku, atau untuk melarang anggota mematuhi ketentuan dan peraturan
pemerintah yang berlaku, (3) untuk menghalangi review atas praktik profesional anggota
menurut wewenag AICPA atau masyarakat CPA negara bagian, atau Dewan Akuntansi,
atau (4) menghindarkan seorang anggota dari pernyataan keberatan atau kewajiban untuk
menjawab permintaan keterangan yang diajukan divisi etika profesional atau badan
pengendalian institut atau badan investigasi dan disiplin dari masyarakat CPA negara
bagian atau Dewan Akuntansi.
Setiap anggota dari badan-badan yang disebutkan dalam angka (4) diatas serta
para anggota yang terlibat dalam praktik review profesional yang disebut dalam angka (3)
diatas tidak diperkenankan memepergunakan untuk kepentigan sendiri atau
mengungkapkan informasi rahasia klien anggota yang menarik perhatiannya dalam
melaksanakan kegiatan tersebut. Namun demikian, larangan tersebut tidak boleh
membatasi pertukaran informasi dalam kaitannya dengan kegiatan investigasi dan
disiplin yang dilakukan oleh badan-badan tersebut pada angka (4) atau kegiatan praktik
review profesional yang disebut dalam angka (3) diatas.
Etika Profesional 18
1. Kewajiban yang berhubungan dengan standar teknis. Auditor bertanggung jawab
untuk berpegang pada standar profesional lebih besar daripada kerahasian.
Andaikan 3 bulan setelah laporan audit wajar tanpa pengecualian dikeluarkan,
auditor menemukan bahwa laporan keuangan tersebut mengandung salah saji
material. Ketika CEO dikonfrontasikan, ia menanggapi bahwa walaupun ia setuju
bahwa laporan keuangan tersebut salah saji, namun persyaratan kerahasian
mencegah akuntan publik untuk memberitahu siapapun.
2. Panggilan pengadilan dan ketaatan pada hukum serta peraturan. Secara hukum,
informasi ini disebut informasi istimewa bila tuntutan hukum tidak dapat
mewajibkan seseorang untuk memberikan informasi,meskipun sudah ada surat
panggilan pengadilan. Informasi yang dikomunikasikan oleh klien kepada
pengacara adalah hak istimewa.
3. Peer review. Apabila akuntan publik melakukan peer review atas pengendalian
mutu kantor akuntan publik lainnya, sudah menjadi praktik yang biasa untuk
memeriksa beberapa file atau arsip audit. Jika disetujui oleh AICPA, masyarakat
akuntan publik negara bagian, atau Dewan Akuntansi negara bagian, ijin dari
klien untuk menguji dokumentasi audit tidak diperlukan.
4. Respon terhadap divisi etika. Jika serorang praktisi digugat karena menampilkan
kinerja teknis yang tidak memadai oleh dewan pengadilan Divisi Etika AICPA,
kemungkinan besar anggota dewan ingin memeriksa dokumentasi audit.
Demikian pula, KAP yang mereview dokumentasi audit sub standar dari KAP lain
tidak dapat menggunakan kerahasiaan sebagai alasan untuk tidak mengajukan
keberatan atas kinerja sub standar terhadap perusahaan itu.
Fee kontinjen.
Peraturan 302 fee kontinjen Setiap anggota yang melakukan praktik publik tidak
diperkenankan untuk :
1. Melaksanakan jasa profesional dengan menerima honor kontinjen atau imbalan
semacam itu dari klien CPA atau kantor akuntan publiknya juga melaksanakan:
a. Suatu audit atau revew atas laporan keuangan,
b. Suatu kompilasi laporan keuangan, dimana anggotanya mengharapkan atau
mungkin mengharapkan adanya pihak ketiga yang akan menggunakan laporan
keuangan dan laporan kompilasi yang tidak mengungkapkan kurangnya
independensi,
c. Pemeriksaan atas informasi keuanga prospektif.
2. Membuat surat pemberitahuan pajak penghasilan perdana atau yang telah diperbaiki
atau klaim atas pengembalian pajak untuk honor kontinjen.
Larangan (1) di atas berlaku selama periode dimana anggota atau kantor anggota
ditugaskan untuk melaksanakan setiap jasa diatas dan periode yang dicakup dalam
Etika Profesional 19
laporan keuangan historis tercakup juga dalam jasa-jasa diatas. Kecuali seperti yang
dinyatakan dalam kalimat berikut, honor kontinjen (contingent fee) adalah imbalan yang
ditetapkan berdasarkan kinerja jasa yang diberikan, dimana imbalan tidak akan diberikan
apabila tidak diperoleh hasil atau temuan tertentu, atau di mana jumlah imbalan akan
tergantung temuan atau hasil jasa tersebut. Hanya imbalan tersebut ditetapkan oleh
pengadilan atau lembaga-lembaga yang berwenang lainnya, atau dalam masalah pajak,
apabila penetapan tersebut berdasarkan hasil keputusan pengadilan atau temuan dari
pejabat pajak. Honor anggota dapat beragam tergantung pada kerumitan jasa yang
diberikan.
Etika Profesional 20
pajak pribadi atau pajak penghasilan dari kantor anggota secara tepat waktu, atau
pembayaran semua penggajian dan pajak lain yang ditagihkan atas nama orang lain
secara tepat waktu dianggap telah melakukan tindakan yang dapat didiskreditkan.
Pengungkapan komisi yang diperkenankan. Seorang CPA dalam praktik publik yang
tergolong tidak terlarang oleh peraturan ini untuk melaksanakan jasa dengan imbalan
komisi atau menerima komisti tau yang dibayar atau mengharapkan untuk dibayar
dengan komisi harus mengungkapkan fakta ini kepada setiap orang atau entitas kepada
siapa CPA merekomendasikan atau merujuk produk dan jasa yang berkatan dengan
komisi tersebut.
Etika Profesional 21
Honor Referal. Seorang CPA yang menerima honor referral (referral fee) karena
merekomendasikan atau merujuk jasa CPA apapun kepada setiap orang atau entitas, atau
yang membayar honor referral untuk mendapatkan klien, harus mengungkapkan hal
tersebut kepada klien.
Etika Profesional 22
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN.
Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku.
Kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu
kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun
bila ada kode etik yang memiliki sangsi yang agak berat, maka masuk dalam kategori
norma hukum. Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda,
pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan.
Dalam pelaksanaannya profesi merupakan suatu pekerjaan tertentu yang
dilakukan sebagai kegiatan pokok, dengan mengandalkan keterampilan khusu,
dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup dan dilaksanakan dengan keterlibatan
pribadi yang mendalam. Karena itulah seorang profesional pada suatu bidang kerja
tertentu adalah orang yang benar-benar terampil dengan bidang kerjanya, lebih terampil
dibandingkan dengan masyarakat umum. Untuk menyeimbangkan serta sebagai penunjuk
arah bagi para profesional itu diperlukan adanya suatu kode etik profesi yang dibuat
dalam suatu kelompok profesi dan diharapkan akan dipegang teguh oleh setiap
profesional yang tergabung didalamnya.
B. SARAN.
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber -
sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Pada
kesempatan lain akan saya jelaskan tentang makalah.
Etika Profesional 23
DAFTAR PUSTAKA
http://auditbab4.blogspot.co.id/2015/03/bab-4.html
http://eprints.undip.ac.id/4907/1/Etika_Profesi.pdf
Etika Profesional 24