Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ETIKA DAN PROFESIONALITAS AKUNTAN

Dosen Pembimbing : Ibu Dr Annisaa Rahman, SE. Ak. M.Si

DISUSUN OLEH
1. Muhammad Khalqi
2. Nofpri Rivaldo
3. M. Oktavi Zikra
4. Rahman Syarif

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ANDALAS
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah kepada kita semua sebagai makhluk-Nya, sehingga dengan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Etika dan
Profesionalitas Akuntan dalam memenuhi Semiar Akuntansi Keuangan topik
pertam yang dibimbing oleh Ibu Dr Annisaa Rahman, SE. Ak. M.Si. Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk lebih mendalam mengetahui Etika dan
Profesionalitas bagi seorang akuntan

Penulis juga menyadari kekurangan dalam penulisan makalah ini oleh


karena itu kami sebagai penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun. Penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Padang, 5 Desember 2023


Daftar Isi
Kata Pengantar .................................................................................................................... 1
BAB I Pendahuluan ............................................................................................................ 4
1. Latar Belakang ........................................................................................................ 4
2. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5
3. Tujuan ..................................................................................................................... 5
BAB II Pembahasan............................................................................................................ 6
1. Konsep Dasar Etika................................................................................................. 6
2. Kebutuhan Khusus akan Perilaku Etis dalam Profesi ............................................. 9
3. Kode Perilaku Profesional .................................................................................... 10
4. Independensi ......................................................................................................... 13
BAB III Penutup ............................................................................................................... 18
1. Kesimpulan ........................................................................................................... 18
2. Saran ..................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 19
BAB I Pendahuluan
1. Latar Belakang
Akuntan memiliki peran krusial dalam menyediakan informasi
keuangan yang akurat dan dapat diandalkan, yang menjadi dasar bagi para
pemangku kepentingan untuk mengambil keputusan strategis. Kredibilitas
dan integritas informasi keuangan sangat bergantung pada etika dan
profesionalitas akuntan dalam menjalankan tugas mereka. Dalam
lingkungan bisnis yang kompleks dan dinamis, etika dan profesionalitas
menjadi pondasi utama yang memastikan bahwa akuntan bertindak dengan
integritas, kejujuran, dan mematuhi standar yang berlaku.

Peran akuntan tidak hanya terbatas pada pengolahan data keuangan,


tetapi juga melibatkan pengambilan keputusan yang memiliki dampak
signifikan terhadap kelangsungan operasional perusahaan. Oleh karena itu,
etika dan profesionalitas akuntan bukan hanya sekadar kewajiban moral,
tetapi juga merupakan aspek kritis dalam menjaga kepercayaan
stakeholders, seperti investor, kreditur, dan pemerintah. Dalam menghadapi
situasi yang kompleks dan seringkali penuh tekanan, akuntan yang
menjunjung tinggi etika dan profesionalitas dapat memberikan kontribusi
positif terhadap reputasi perusahaan serta keberlanjutan pasar keuangan
secara keseluruhan.

Selain itu, perkembangan teknologi dan globalisasi telah membawa


perubahan signifikan dalam praktik akuntansi. Etika dan profesionalitas
menjadi lebih penting daripada sebelumnya karena akuntan harus mengatasi
tantangan baru, seperti peningkatan kompleksitas transaksi keuangan dan
kebutuhan untuk mematuhi regulasi yang semakin ketat. Oleh karena itu,
pemahaman mendalam tentang etika dan profesionalitas akuntan tidak
hanya mendukung kelancaran operasional perusahaan, tetapi juga
membentuk dasar yang kokoh untuk adaptasi terhadap perubahan
lingkungan bisnis yang terus berkembang.
2. Rumusan Masalah
a) Bagaimana Konsep dasar Etika?
b) Bagaimana Kebutuhan Khusus akan Perilaku Etis dalam Profesi?
c) Bagaimana Kode Perilaku Profesi?
d) Bagaimana Independensi di terapkan?

3. Tujuan
a) Memahami lebih jelas Konsep dasar etika dalam profesi akuntan
b) Mengetahui kebutuhan khusu akan perilaku etis dalam profesi akuntan
c) Mengetahui lebih jauh mengenai kode perilaku profesi akuntan
d) Mengetahui terkait independensi seorang akuntan
BAB II Pembahasan
1. Konsep Dasar Etika
Etika (Ethics) secara garis besar dapat didefinisikan sebagai rangkaian
prinsisp atau nilai moral. Setiap orang memiliki rangkaian nilai seperti ini,
meskipun kita memperlihatkan atau tidak memperlihatkan secara eksplisit.
Para ahli filsafat, organisasi keagaman, serta kelompom lainnya telah
mendefinisikan serangkaian prinsip dan nilai moral ini dengan berbagai
cara. Contoh serangkaian pronsip atau nilai moral yang telah ditentukan
adalah UU dan peraturan, Doktrin Gereja, Kode etik bisnis bagi kelompok
profesi seperti akuntan publik, serta kode perilaku dalam organisasi.

Perilaku etis sangat diperlukan oleh masyarakat agar dapat berfungsi secara
teratur. Kita dapat berargumentasi bahwa etika adalah perekat yang dapat
mengikat anggota masyarakat. Bayangkan, misalnya, apa yang akan terjadi
jika kita tidak memiliki kepercataan akan kejujudan dari orang-orang yang
berintegritas dengan kita.

Sebagaian besar orang mendefinisikan perilaku tidak etis sebagai tindakan


yang berbeda dengan apa yang mereka anggap teapt dilakukan dalam situasi
tertentu. Masing-masing dari kita memutuskan bagu kita sendiri apa yang
akan kita anggap sebagai perilaku tidak etis, baik bagi diri kita sendiri
maupun orang lain. Jadi kita harus memahami apa yang menyebabkan
orang-orang bertindak dengan cara yang kita anggap sebagai tidak etis

Ada dua alasan utama mengapa seseorang bertindak tidak etis : Standar
etika seseorangan berbeda dengan standar etika yang berlaku di masyarakat
secara keseluruhan, atau orang itu memilih untuk bertindak mementingkat
diri sendiri. Seringkali, kedua alasan itu muncul bersamaan

Ilustrasi Prinsip-prinsip Etika yang Telah Ditentukan

Berikut ini adalah enam nilai inti etis mengenai perilaku etis menurut
Josephson Institute:

i. Dapat dipercaya (trustworthiness) men-cakup kejujuran, integritas,


reliabilitas, dan loyalitas. Kejujuran menuntut itikad baik untuk
mengemukakan kebenaran. Integritas berarti bahwa seseorang
bertindak sesuai dengan kesadaran yang tinggi, dalam situasi
apapun. Reliabilitas berarti melakukan semua usaha yang masuk
akal untuk memenuhi komitmennya. Loyalitas adalah tanggung
jawab untuk mengutamakan dan melindungi berbagai kepentingan
masyarakat dan organisasi tertentu.
ii. Penghargaan (respect) mencakup gagasan seperti kepantasan
(civility), kesopansantunan (courtesy), kehormatan, toleransi, dan
penerimaan. Seseorang yang terhormat akan memperlakukan pihak
lainnya dengan penuh pertimbangan dan menerima perbedaan serta
keyakinan pribadi tanpa berprasangka buruk.
iii. Pertanggungjawaban (responsibility) berarti bertanggung jawab atas
tindakan seseorang serta dapat menahan diri. Pertanggungjawaban
juga berarti berusaha sebaik mungkin dan memberi teladan dengan
contoh, mencakup juga ketekunan serta upaya untuk terus
melakukan perbaikan.
iv. Kelayakan (fairness) dan keadilan mencakup isu-isu tentang
kesamaan penilaian, sikap tidak memihak, proporsionalitas,
keterbukaan, dan keseksamaan. Perlakuan yang layak berarti bahwa
situasi yang serupa akan ditangani dengan cara yang konsisten.
v. Perhatian (caring) berarti sungguh-sungguh memperhatikan
kesejahteraan pihak lain dan mencakup tindakan yang
memperhatikan kepentingan sesama serta memperlihatkan
perbuatan baik.
vi. Kewarganegaraan (citizenship) termasuk kepatuhan pada undang-
undang serta melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara
agar proses dalam masyarakat berjalan dengan baik, antara lain
pemungutan suara, bertindak sebagai juri pengadilan di AS, dan
melindungi sumber daya alam yang ada.

Namun selain itu dalam konsep dasar etika, ada sesuatu fenomena
seseorang yang harus berada dalam situasi yang menentukan sesuatu
yang harus dilakukan berdasarkan etika yang ada. Hal tersebut disebut
sebagai Dilema Etika (ethical dilemma) adalah situasi yang dihadapi
oleh seseorang dimana ia harus mengambil keputusan tentang perilaku
yang tepat. Contoh sederhana dari dilema etika ini adalah penemuan
cincin berlian, di mana seseorang harus menentukan apakah akan
berusaha mencari pemilik cincin tersebut atau akan menyimpannya.

Para auditor, akuntan, serta pelaku bisnis lainnya menghadapi banyak


dilema etika dalam karier bisnisnya. Auditor yang menghadapi klien
yang mengancam akan mencari auditor baru kecuali bersedia
menerbitkan suatu pendapat wajar tanpa pengecualian, akan mengalami
dilema etika bila pendapat wajar tanpa pengecualian itu tidak tepat.
Memutuskan apakah akan berkonfrontasi dengan atasan yang telah
menyatakan lebih saji pendapatan departemennya secara material agar
dapat menerima bonus lebih besar merupakan suatu dilema etika. Tetap
menjadi bagian dari manajemen sebuah perusahaan yang
mempermalukan dan memperlakukan para pegawainya secara tidak
wajar atau tidak jujur melayani para pelanggan merupakan suatu dilema
etika, terutama jika karyawan tersebut mempunyai keluarga yang harus
ditanggung dan ketanya persaingan mencari pekerjaan baru.

Terdapat serangkaian kegiatan yang tepat agar bisa menjadi pendekatan


dalam penyelesaian dilema etika yaitu.

i. Memperoleh fakta yang relevan


ii. Mengidentifikasi isu-isu etis berdasarkan fakta tersebut
iii. Menentukan siapa yang akan terpengaruh oleh akibat dari
dilema tersebut dan bagaimana setiap orang atau kelompok itu
terpengaruhi
iv. Mengidentifikasi berbagai alternatif yang tersedia bagi orang
yang harus menyelesaikan dilema tersebut
v. Mengidentifikasi konsekuensi yang mungkin terjadi dari setiap
alternatif
vi. Memutuskan tindakan yang tepat
2. Kebutuhan Khusus akan Perilaku Etis dalam Profesi
Ciri pembeda profesi akuntansi adalah kesediaannya menerima
tanggung jawab untuk bertindak bagi kepentingan publik. Tanggung jawab
Akuntan tidak hanya terbatas pada kepentingan klien individu atau
organisasi tempatnya bekerja. Oleh karena itu, Kode Etik ini berisi
persyaratan dan materi aplikasi yang memungkinkan Akuntan untuk
memenuhi tanggung jawab mereka untuk bertindak dalam melindungi
kepentingan publik.

Dalam tanggung jawab tersebut seorang akuntan haruslah bersifat


profesional. Hal tersebut karena dengan keprofesional tersebut datanglah
tanggung jawab untuk bertindak lebih dari sekedar memenuhi tanggung
jawab diri sendiri maupun ketentuan hukum dan peraturan masyarakat.
Akuntan publik , sebagai Profesional, mengakui adanya tanggung jawab
kepada klien, serta rekan praktisi, termasuk perilaku yang terhormat,
meskipun itu berarti pengorbanan diri.

Alasan utama dalam mengharapkan seorang akuntan untuk bersifat


profesional karena perilaku profesional yang tinggi merupakan kebutuhan
untuk meningkatkan kepercayaan publik atas kualitas jasa yang diberikan
oleh profesi akuntansi itu tadi. Bagi seorang akuntan klien ataupun orang
yang berkepentingan atas pemakaian laporan keuangan eksternal yang
diaudit oleh mereka merupakan hal yang sangatlah penting.

Perusahaan KAP mempunyai hubungan yang berbeda dengan


pengguna laporan keuangan dibandingkan kebanyakan profesional lain
dengan pelanggannya. Pengacara, misalnya, biasanya dilibatkan dan
dibayar oleh klien dan mempunyai tanggung jawab utama untuk menjadi
advokat bagi klien tersebut. Kantor akuntan publik biasanya dilibatkan oleh
manajemen untuk perusahaan swasta dan komite audit untuk perusahaan
publik, dan dibayar oleh perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan,
namun penerima manfaat utama dari audit ini adalah pengguna laporan
keuangan. Seringkali, auditor tidak mengetahui atau mempunyai kontak
dengan pengguna laporan keuangan namun sering melakukan pertemuan
dan hubungan berkelanjutan dengan personel klien.
Penting bagi pengguna untuk menganggap KAP sebagai perusahaan
yang kompeten dan tidak memihak. Jika pengguna percaya bahwa KAP
tidak memberikan jasa yang berharga (mengurangi risiko informasi), maka
nilai audit KAP dan laporan pengesahan lainnya akan berkurang dan
permintaan akan jasa tersebut juga akan berkurang. Oleh karena itu, terdapat
insentif yang besar bagi kantor akuntan publik untuk berperilaku pada
tingkat profesional yang tinggi.
Pada penjelasan dibawah mengikhtisarkan cara-cara paling penting
dapat memperlakukan diri mereka secara profesional dan melaksanakan
audit serta jasa terkait yang bermutu tinggi

3. Kode Perilaku Profesional


Kode ini terdiri dari prinsip-prinsip dan aturan-aturan, serta
interpretasi. Prinsip-prinsip ini memberikan kerangka bagi peraturan yang
mengatur kinerja tanggung jawab profesional CPA. Anggaran rumah tangga
AICPA mengharuskan anggotanya mematuhi peraturan dari Kode.
Interpretasi peraturan ini membahas keadaan yang mungkin dihadapi
anggota yang merupakan ancaman terhadap kepatuhan terhadap peraturan
perilaku. Tabel 25-1 merangkum organisasi Kode Etik Profesional:
Beberapa definisi dari Kode AICPA:

a. Klien. Setiap orang atau badan, selain pemberi kerja dari


anggota, yang mempekerjakan anggota atau firma anggota untuk
melakukan jasa profesional.
b. Kantor Akuntan. Suatu bentuk organisasi yang diizinkan oleh
undang-undang atau peraturan yang karakteristiknya sesuai
dengan resolusi Dewan Institut Akuntan Publik Amerika yang
melakukan praktik publik. Suatu firma mencakup masing-
masing mitranya, kecuali untuk tujuan menerapkan aturan
independensi.
c. Institut. Institut Akuntan Publik Amerika.
d. Anggota. Seorang anggota, anggota asosiasi, atau asosiasi
internasional dari American Institute of Certified Public
Accountants.
e. Praktek Umum. Terdiri dari kinerja layanan profesional untuk
klien oleh anggota atau perusahaan anggota.

Prinsip Perilaku Profesional

Bagian dari Kode AICPA yang membahas prinsip-prinsip perilaku


profesional mencakup diskusi umum tentang karakteristik yang dibutuhkan
seorang CPA. Bagian Prinsip terdiri dari dua bagian utama: daftar enam
prinsip etika dan pembahasan prinsip-prinsip tersebut.
Prinsip-prinsip tersebut menunjukkan tanggung jawab profesi
kepada publik, klien, dan rekan profesional. Prinsip-prinsip ini
dirancang untuk memandu anggota dalam melaksanakan tanggung
jawab profesional mereka dan dalam memenuhi persyaratan dasar
perilaku etis dan profesional. Mereka menyerukan komitmen teguh
terhadap perilaku terhormat yang mengesampingkan keuntungan
pribadi. Pembahasan sepanjang bab ini mencakup ide-ide yang diambil
dari bagian Prinsip. Prinsip-prinsip etika tercantum pada Tabel 25-2:

Penjelasan dari prinsip-prinsip etika tersebut sebagai berikut:

a. Tanggung Jawab
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional,
anggota harus melatih kepekaan profesionalnya dan penilaian moral
dalam semua aktivitas mereka.
b. Kepentingan Umum
Anggota harus menerima kewajiban untuk bertindak dengan cara
yang melayani kepentingan publik, menghormati kepercayaan
publik, dan menunjukkan komitmen terhadap profesionalisme.
c. Integritas
Untuk menjaga dan memperluas kepercayaan publik, anggota harus
melaksanakan semua tanggung jawab professional dengan rasa
integritas tertinggi.
d. Objektivitas dan Independensi.
Seorang anggota harus menjaga objektivitas dan bebas dari konflik
kepentingan dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya.
Seorang anggota yang berpraktik publik harus independen dalam
fakta dan penampilan ketika memberikan layanan audit dan
pengesahan lainnya.
e. Kehati-hatian
Seorang anggota harus mematuhi standar teknis dan etika
profesinya, dan berusaha terus menerus untuk melakukannya
meningkatkan kompetensi dan mutu pelayanan, serta melaksanakan
tanggung jawab profesional sesuai kemampuan terbaik anggota.
f. Ruang lingkup dan Sifat Layanan
Seorang anggota yang menjalankan praktik publik harus
memperhatikan prinsip-prinsip Kode Etik Profesional dalam
menentukan ruang lingkup dan sifat layanan yang akan diberikan.

4. Independensi
Independensi terkait dengan prinsip objektivitas dan integritas.
Independensi terdiri atas:

a) Independensi dalam pemikiran memungkinkan seseorang


untuk bertindak secara jujur dan menerapkan skeptisisme
dan objektivitas profesional karena mereka dapat membuat
kesimpulan tanpa terpengaruh oleh tekanan yang dapat
mengganggu pertimbangan profesional mereka.
b) Independensi dalam penampilan penghindaran fakta dan
keadaan yang sangat signifikan sehingga pihak ketiga yang
rasional dan memiliki informasi yang cukup dengan
mempertimbangkan semua fakta dan keadaan tertentu,
menyimpulkan bahwa integritas, objektivitas, atau
skeptisisme profesional dari suatu Kantor atau personel dari
tim audit atau tim asurans telah berkurang.

Kode Etik Profesi Akuntan Publik memberikan kerangka


konseptual untuk independensi. Beberapa isu dan penafsiran mengenai
independensi dibahas sebagai berikut
a. Kepentingan finansial
Kepemilikan saham atau investasi langsung pada kliennya oleh
anggota audit tidak dibolehkan/dilarang, tanpa
mempertimbangkan materialitasnya. Hal ini dapat merusak
independensi audit yang sebenarnya (independensi pikiran) dan
juga mempengaruhi persepsi pengguna terhadap independensi
auditor. Investasi tidak langsung, seperti memiliki saham di
perusahaan klien oleh kakek nenek auditor, juga dilarang, tetapi
hanya jika terkait dengan kepentingan auditor secara substansial.
b. Penyediaan jasa nonasurans kepada klien audit
Kantor dan jaringannya kantornya dapat menyediakan berbagai
jenis layanan nonasurans kepada klien audit sesuai dengan
kemampuan dan keahliannya. Pemberian jasa nonasurans
kepada klien audit dapat memunculkan ancaman terhadap
kepatuhan pada prinsip dasar etika dan ancaman terhadap
independensi. antara lain
• jasa pembukuan dan akuntansi
• jasa penilaian
• jasa perpajakan
• jasa audit internal
• jasa sistem teknologi informasi
• jasa penunjang litigasi
• jasa hukum
• jasa rekrutmen,
• jasa keuangan korporat
c. Litigasi Antara Perusahaan CPA dan Klien
Hubungan antara manajemen klien dan anggota tim audit dharus
digambarkan dengan keterbukaan dan pengungkapan secara
lengkap mengenai semua aspek dari operasi bisnis klien. Posisi
berseberangan mungkin merupakan hasil dari litigasi aktual atau
litigasi yang mengancam antara klien audit dan Kantor, jaringan
Kantor atau anggota tim audit. Posisi berseberangan tersebut
dapat memengaruhi kemauan manajemen untuk membuat
pengungkapan lengkap dan memunculkan ancaman kepentingan
pribadi dan ancaman intimidasi.
Ketika Kantor Akuntan Publik dan kliennya terlibat dalam
litigasi atau mempunyai rencana untuk memulai litigasi, terdapat
keraguan bahwa kedua belah pihak dapat mempertahankan
objektivitasnya, dan risiko terhadap independensi auditor
mungkin tidak cukup besar. Perusahaan CPA tidak dianggap
independen untuk audit tahun berjalan jika manajemen
menggugat perusahaan tersebut, dengan tuduhan adanya cacat
dalam audit sebelumnya. Demikian pula, perusahaan audit
kehilangan independensinya jika kantor akuntan publik
mengajukan tuntutan hukum terhadap manajemen atas
pelaporan keuangan palsu atau ketidakjujuran. Perusahaan klien,
firma CPA, dan manajemen dapat disebut sebagai tergugat
dalam gugatan yang diajukan oleh pihak ketiga, misal adanya
gugatan dari kelompok sekuritas. Tuntutan hukum itu sendiri
tidak banyak berpengaruh pada independensi. Namun, jika
klaim silang dibuat antara auditor dan klien yang mempunyai
risiko besar yang menyebabkan kerugian moneter bagi klien atau
perusahaan CPA, independensi dapat dikompromikan.
d. Jaringan perusahaan
Untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam menawarkan jasa
profesional, perusahaan audit biasanya menjadi anggota
kelompok yang lebih besar atau afiliasi dari perusahaan lain.
Perusahaan jaringan diharuskan independen terhadap klien audit
dan peninjauan dari perusahaan jaringan lain ketika mereka
memiliki karakteristik tertentu yang sama, seperti nama merek,
pengendalian, strategi bisnis, atau prosedur pengendalian
kualitas yang sama, atau ketika mereka berbagi keuntungan,
biaya, atau sumber daya profesional. Anggota yang tercakup
harus menggunakan kerangka konseptual untuk menentukan
apakah ancaman terhadap independensi dapat diterima oleh
klien atestasi lainnya.
e. Pernah bekerja pada klien audit
Pekerjaan anggota tim audit dengan klien audit menimbulkan
kekhawatiran independensi. Misalnya, Individu yang berkaitan
dengan hal tersebut antara lain individu yang pernah menjabat
sebagai direktur, komisaris, atau pejabat eksekutif dari klien
audit; atau pernah bekerja sebagai karyawan dengan posisi untuk
memberikan pengaruh yang signifikan atas penyusunan catatan
akuntansi klien atau laporan keuangan yang akan diberikan opini
oleh Kantor. Jika jasa diberikan selama periode yang dicakup
oleh laporan audit, individu tersebut tidak boleh dimasukkan.
f. Hubungan keluarga dan pribadi
Ancaman kepentingan pribadi, ancaman kedekatan, atau
ancaman intimidasi dapat muncul dari hubungan keluarga dan
hubungan pribadi antara anggota tim audit dan direktur,
komisaris, atau pejabat eksekutif, atau bergantung pada
perannya, karyawan tertentu dari klien audit. Independensi
terganggu jika individu dalam tim perikatan, individu yang
memiliki posisi untuk mempengaruhi perikatan, atau rekan di
kantor rekan perikatan utama memiliki anggota keluarga inti
atau dekat yang memegang posisi penting di klien. Seseorang
berada pada posisi kunci jika dia mempunyai tanggung jawab
utama atas penyusunan laporan keuangan atau fungsi akuntansi
signifikan yang mendukung komponen material laporan
keuangan, atau mempunyai kemampuan untuk mempunyai
pengaruh terhadap isi laporan keuangan
g. Pinjaman dan jaminan
Kantor, jaringan Kantor, anggota tim audit, atau keluarga inti
tidak boleh memberikan atau menjaminkan suatu pinjaman
kepada klien audit kecuali pinjaman atau jaminan tersebut tidak
material untuk: (a) Kantor, Jaringan Kantor, atau individu yang
memberikan atau menjaminkan suatu jaminan, jika dapat
diterapkan; dan (b) Klien.
h. hadiah dan keramahtamahan
Kantor, jaringan Kantor, atau anggota tim audit tidak boleh
menerima hadiah dan keramahtamahan dari klien audit, kecuali
nilainya kecil dan tidak berdampak
i. Hubungan Bisnis
Kantor, jaringan Kantor atau anggota tim audit tidak boleh
memiliki hubungan bisnis yang erat dengan klien audit atau
manajemennya, kecuali jika kepentingan keuangan tersebut
tidak material dan hubungan bisnis tidak signifikan terhadap
klien atau manajemennya dan Kantor, jaringan Kantor atau
anggota tim audit, jika dapat diterapkan.
Kantor, jaringan Kantor, anggota tim audit, atau setiap anggota
keluarga inti dari individu tersebut tidak boleh memiliki
hubungan bisnis yang melibatkan kepemilikan atas suatu
kepentingan dalam entitas tertutup ketika klien audit, direktur
dan komisaris, atau pejabat eksekutif dari klien, atau kelompok
apa pun darinya, juga memiliki kepentingan dalam entitas
tersebut, kecuali: (a) Hubungan bisnis yang tidak signifikan
berlaku terhadap Kantor, jaringan Kantor, atau individu jika
dapat diterapkan, dan klien; (b) Kepentingan keuangan tidak
material bagi investor atau kelompok investor; dan (c)
Kepentingan keuangan tidak memberi investor, atau kelompok
investor, kemampuan untuk mengendalikan entitas yang
dimiliki.
j. Imbalan
Ketika total imbalan yang dihasilkan dari suatu klien audit dari
Kantor yang menyatakan opini audit merupakan sebagian besar
dari total imbalan Kantor tersebut, maka ketergantungan
terhadap klien tersebut dan kekhawatiran akankehilangan klien
tersebut akan memunculkan ancaman kepentingan pribadi atau
ancaman intimidasi.

BAB III Penutup


1. Kesimpulan
Dari makalah yang ini kita bisa mendapatkan kesimpulan
mengenai konsep dasar etika dan profesionalitas seorang akuntan yang
sangat penting untuk diperhatikan oleh perusahaan seorang akuntan. Hal
ini dikarenakan bahwa akuntan merupakan profesi yang melakukan
review terhadap laporan keuangan dengan tidak adanya keberpihakan
apapun terhadap siapapun untuk menjadikan hasil audit yang
dilaksanakan bersih dari sifat subjektifitas dari siapa orang yang diaudit
nantinya. Selain itu seorang akuntan harus berpegang teguh terhadap
kode etik yang ditentukan karena dengan hal itu mereka bisa terus
mempertahankan integritas dan kredibilitas untuk menjadi hal yang bisa
dipertanggungjawabkan. Etika seorang akuntan juga menjadi hal yang
sangat diperlukan karena tanggung jawab yang dimiliki juga sangat
penting berhubungan dengan kepentingan publik atas laporan keuangan
yang di audit.

2. Saran
Kepada Mahasiswa

Melakukakan Reviu lebih banyak lagi mengenai etika dan


profesionalitas akuntan pada jurnal, buku kode etik akuntan IAI dan
sumber lainnya untuk menjadi pegangang bagaimana aturan untuk
sebagai seorang akuntan
DAFTAR PUSTAKA
Arens, A. A. Et al (2020). Auditing and Assurance Services (17th ed.). England:
Pearson Education Limited.
Institut Akuntan Publik Indonesia. 2021. Kode Etik Profesi Akuntan Publik
2021. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai