DISUSUSN OLEH :
KELOMPOK 1
1. DESI DESTI ARIYANTI P
2. EANI GUSTI SAPALILIE
3. HENNY MARDIANA
4. MIRA KARMILA
5. RANNI ANGGARA SAKTI
6. RESI NOVITA SARI
7. RIZA LORENZA
8. SHINTA MAHARANI
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang
berjudul “Prinsip Etika Moral Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan ”, dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi mahasiswa.
Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para mahasiswa, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.Penulis tentu menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen mata
kuliah Etika Profesi Dan Perundang Undangan kami yang telah membimbing dalam
menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar belakang .........................................................................................1
B. Rumusan masalah...........................................................................................2
C. Tujuan ...........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................4
A. Konsep Etika..................................................................................................
B. Pengertian Etika.............................................................................................3
C. Macam-Macam Etika.....................................................................................4
E. Teori Etika......................................................................................................7
1. Pengertian moral......................................................................................13
2. Unsur-unsur Moralitas.............................................................................14
G. Moral dalam kebidanan .................................................................................16
A. Latar Belakang
Tuntutan terhadap kualitas pelayanan kebidanan semakin meningkat
seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan era globalisasi.
Pemahaman yang baik mengenai etika profesi merupakan landasan yang kuat
bagi profesi bidan agar mampu menerapkan dan memberikan pelayanan
kebidanan yang profesional dalam melakukan profesi kebidanan, dan dalam
berkarya di pelayanan kebidanan, baik kepada individu, keluarga dan
masyarakat.
Oleh karena itu para bidan maupun calon bidan, harus mampu memahami
kondisi masyarakat yang semakin kritis dalam memandang kualitas pelayanan
kebidanan, termasuk pula ketidakpuasan dalam pelayanan. Etika dalam
pelayanan kebidanan merupakan isu utama diberbagai tempat, dimana sering
terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap
etika. Pelayanan kebidanan adalah proses dari berbagai dimensi.
Bidan sebagai praktisi pelayanan harus menjaga perkembangan praktik
berdasarkan evidence based. etika adalah penerapan dan proses dan teori filsafat
moral pada situasi nyata. Etika atau teori moral untuk memformulasikan prosedur
atau mekanisme untuk memecahkan masalah etika. Guna etika adalah memberi
arah bagi perilaku manusia tentan apa yang baik atau apa yang buruk, apa yang
benar atau salah, hak dan kewajiban moral, apa yang boleh atau tidak boleh
dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian konsep Etika?
2. Bagaimana pendekatan dalam etika?
3. Apa saja teori etika?
4. Definisi konsep moral?
5. Bagaimana Moral dalam kebidanan?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuannya adalah untuk mengetahui prinsip etika moral dalam memberikan
pelayanan kebidanan.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui :
a. Pengertian konsep Etika.
b. Pendekatan dalam etika.
c. Macam-macam teori etika.
d. Definisi konsep moral.
e. Moral dalam kebidanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Etika
1. Pengertian Etika
Etika (etimologi), berasal dari bahasa Yunani “Ethos” yang berarti
watak kesusilaan atau adat (Hawi, 2014). Pengertian umum etika dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah: (1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang
buruk, dan tentang hak dan kewajuban moral (akhlak), (2) kumpulan asas
atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, (3) nilai mengenai benar dan salah
yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat (Marno, 2014).
Etika (Yunani Kuno: ethikos, berarti timbul dari kebiasaan) adalah
cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi
mengenai standar penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan
konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
Sementara itu, Bertens (1993:4) mengartikan etika sebagai ilmu yang
mempelajari adat kebiasaan, termasuk di dalamnya moral yang mengandung
nilai dan norma yang menjadi pegangan hidup seseorang atau sekelompok
orang bagi pengaturan tingkah lakunya (Zuriah, 2008).
2. Macam-Macam Etika
Dalam menelaah ukuran baik dan buruk suatu tingkah laku yang ada dalam
masyarakat kita bisa menggolongkan etika, yakni terdapat dua macam etika
yaitu.
a. Etika Deskriptif
Etika deskriptif merupakan usaha menilai tindakan atau prilaku
berdasarkan pada ketentuan atau norma baik buruk yang tumbuh dalam
kehidupan bersama di dalam masyarakat. Kerangka etika ini pada
hakikatnya menempatkan kebiasaan yang sudah ada di dalam masyarakat
sebagai acuan etis. Suatu tindakan seseorang disebut etis atau tidak.
Tergantung pada kesesuaiannya dengan yang dilakukan kebanyakan
orang.
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan
perilaku manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam
hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut
berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan
perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan
realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan
dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang
dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat
bertindak secara etis.
b. Etika Normatif
Kelompok ini mendasarkan diri pada sifat hakiki kesusilaan bahwa
di dalam perilaku serta tanggapan-tanggapan kesusilaannya, manusia
menjadikan norma- norma kesusilaan sebagai panutannya. Etika
menetapkan bahwa manusia memakai norma-norma sebagai panutannya,
tetapi tidak memberikan tanggapan mengenai kelayakan ukuran-ukuran
kesusilaan. Sah atau tidaknya norma-norma tetap tidak dipersoalkan yang
di perhatikan hanya berlakunya.
Etika normatif tidak dapat sekedar melukiskan susunan-susunan
formal kesusilaan. Ia menunjukkan prilaku manakah yang baik dan
prilaku manakah yang buruk. Yang demikian ini kadang-kadang yang
disebut ajaran kesusilaan, sedangkan etika deskriptif disebut juga ilmu
kesusilaan. Yang pertama senantiasa merupakan etika material. Etika
normatif memperhatikan kenyataan-kenyataan, yang tidak dapat di
tangkap dan diverifikasi secara empirik.
Etika yang berusaha menelaah dan memberikan penilaian suatu
tindakan etis atau tidak, tergantung dengan kesesuaiannya terhadap
norma-norma yang sudah dilakukan dalam suatu masyarakat. Norma
rujukan yang digunakan untuk menilai tindakan wujudnya bisa berupa
tata tertib, dan juga kode etik profesi.
Etika normatif dikelompokkan menjadi:
1) Etika umum, yang membahas berbagai hal yang berhubungan dengan
kondisi manusia untuk bertindak etis dalam mengambil kebijakan
berdasarkan teori-teori dan prinsip-prinsip moral.
2) Etika khusus, terdiri dari:
a) Etika sosial, menekankan tanggung jawab sosial dan hubungan
antar sesama manusia dalam aktivitasnya,
b) Etika individu, lebih menekankan pada kewajiban-kewajiban
manusia sebagai pribadi,
c) Etika terapan, adalah etika yang diterapkan pada profesi
(Sujiyatini,2011).
3. Pendekatan dalam etika
Bidan harus memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan
asuhan kebidanan yang berkualitas berdasarkan standar perilaku yang etis
dalam praktik asuhan kebidanan. Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai
dari pendidikan bidan dan berlanjut pada forum atau kegiatan ilmiah baik
formal atau non formal dengan teman, sejawat, profesi lain maupun
masyarakat. Bidan menggunakan 2 pendekatan dalam asuhan kebidanan,
yaitu:
a. Pendekatan berdasarkan prinsip
Pendekatan berdasarkan prinsip sering dilakukan dalam etika kedokteran
atau kesehatan untuk menawarkan bimbingan tindakan khusus.
b. Utilitarianisme
Menurut teori ini, suatu tindakan dikatakan baik jika membawa manfaat
bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat (the greatest happiness of
the greatest number). Paham utilitarianisme sebagai berikut:
1) Ukuran baik tidaknya suatu tindakan dilihat dari akibat, konsekuensi,
atau tujuan dari tindakan itu, apakah memberi manfaat atau tidak,
2) Dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya parameter
yang penting adalah jumlah kebahagiaan atau jumlah
ketidakbahagiaan,
3) Kesejahteraan setiap orang sama pentingnya. Perbedaan paham
utilitarianisme dengan paham egoisme etis terletak pada siapa yang
memperoleh manfaat. Egoisme etis melihat dari sudut pandang
kepentingan individu, sedangkan paham utilitarianisme melihat dari
sudut pandang kepentingan orang banyak (kepentingan orang
banyak).
c. Deontologi
Paradigma teori deontologi adalah pandangan etika normatif yang
menilai moralitas suatu tindakan berdasarkan kepatuhan pada peraturan.
sangat berbeda dengan paham egoisme dan utilitarianisme, yang
keduanya sama-sama menilai baik buruknya suatu tindakan memberikan
manfaat entah untuk individu (egoisme) atau untuk banyak
orang/kelompok masyarakat (utilitarianisme), maka tindakan itu
dikatakan etis. Sebaliknya, jika akibat suatu tindakan merugikan individu
atau sebagian besar kelompok masyarakat, maka tindakan tersebut
dikatakan tidak etis. Teori yang menilai suatu tindakan berdasarkan hasil,
konsekuensi, atau tujuan dari tindakan tersebut disebut teori teleologi.
Sangat berbeda dengan paham teleologi yang menilai etis atau
tidaknya suatu tindakan berdasarkan hasil, tujuan, atau konsekuensi dari
tindakan tersebut, paham deontologi justru mengatakan bahwa etis
tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya sama sekali dengan tujuan,
konsekuensi, atau akibat dari tindakan tersebut. Konsekuensi suatu
tindakan tidak boleh menjdi pertimbangan untuk menilai etis atau
tidaknya suatu tindakan.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan
manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani
hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika
membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat
dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk
mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan
yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam
segala aspek atau sisi kehidupan manusia. Begitu halnya dengan profesi
kebidanan, diperlukan suatu petunjuk bagi anggota profesi tentang
bagaimana mereka harus menjalankan profesinya, yaitu ketentuan tentang
apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anggota profesi, tidak saja
dalam menjalankan tugas profesinya melainkan juga menyangkut tingkah
laku dalam pergaulan sehari-hari dimayarakat, yang dalam hal ini kode
etik profesi kebidanan.
Berdasarkan teori Deontologi, memiliki tanggung jawab sama
dengan memiliki tugas moral. Tugas moral selalu diiringi dengan
tanggung jawab moral. Dalam dunia profesi, istilah tanggung jawab
moral disebut etika dan selama menjalankan perannya, bidan sering kali
bersinggungan dengan masalah etika.
d. Teori Hak
Suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik bila perbuatan atau
tindakan tersebut sesuai dengan HAM. Menurut Bentens, teori hak
merupakan suatu aspek dari deontologi (teori kewajiban) karena hak tidak
dapat dipisahkan dengan kewajiban. Bila suatu tindakan merupakan hak
bagi seseorang, maka sebenarnya tindakan yang sama merupakan
kewajiban bagi orang lain.
Teori hak sebenarnya didasarkan atas asumsi bahwa manusia
mempunyai martabat dan semua manusia mempunyai martabat yang
sama. Hak asasi manusia didasarkan atas beberapa sumber otoritas, yaitu:
1) Hak hukum (legal right), adalah hak yang didasarkan atas
sistem/yurisdiksi hukum suatu negara, di mana sumber hukum
tertinggi suatu negara adalah Undang-Undang Dasar negara yang
bersangkutan.
2) Hak moral atau kemanusiaan (moral, human right), dihubungkan
dengan pribadi manusia secara individu, atau dalam beberapa kasus
dihubungkan dengan kelompok bukan dengan masyarakat dalam arti
luas. Hak moral berkaitan dengan kepentingan individu sepanjang
kepentingan individu itu tidak melanggar hak-hak orang lain
3) Hak kontraktual (contractual right), mengikat individu-individu yang
membuat kesepakatan/kontrak bersama dalam wujud hak dan
kewajiban masing-masing kontrak.
e. Teori Keutamaan (Virtue Theory)
Teori keutamaan berangkat dari manusianya (Bertens, 2000). Teori
keutamaan tidak menanyakan tindakan mana yang etis dan tindakan mana
yang tidak etis. Teori ini tidak lagi mempertanyakan suatu tindakan, tetapi
berangkat dari pertanyaan mengenai sifat-sifat atau karakter yang harus
dimiliki oleh seseorang agar bisa disebut sebagai manusia utama, dan
sifat-sifat atau karakter yang mencerminkan manusia hina. Karakter/sifat
utama dapat didefinisikan sebagai disposisi sifat/watak yang telah
melekat/dimiliki oleh seseorang dan memungkinkan dia untuk selalu
bertingkah laku yang secara moral dinilai baik. Mereka yang selalu
melakukan tingkah laku buruk secar amoral disebut manusia hina.
Bertens memberikan contoh sifat keutamaan, antara lain: kebijaksanaan,
keadilan, dan kerendahan hati. Sedangkan untuk pelaku bisnis, sifat
utama yang perlu dimiliki antara lain: kejujuran, kewajaran (fairness),
kepercayaan dan keuletan.