Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ETIKA PROFESI DAN PERUNDANG UNDANGAN


“PRINSIP ETIKA MORAL DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN
KEBIDANAN”

DISUSUSN OLEH :
KELOMPOK 1
1. DESI DESTI ARIYANTI P
2. EANI GUSTI SAPALILIE
3. HENNY MARDIANA
4. MIRA KARMILA
5. RANNI ANGGARA SAKTI
6. RESI NOVITA SARI
7. RIZA LORENZA
8. SHINTA MAHARANI

DOSEN PENGAMPUH : EVA SUSANTI, SST.M.Keb

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN
ALIH JENJANG CURUP
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang
berjudul “Prinsip Etika Moral Dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan ”, dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi mahasiswa.
Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para mahasiswa, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.Penulis tentu menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen mata
kuliah Etika Profesi Dan Perundang Undangan kami yang telah membimbing dalam
menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Curup, 6 Februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar belakang .........................................................................................1
B. Rumusan masalah...........................................................................................2
C. Tujuan ...........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................4
A. Konsep Etika..................................................................................................

B. Pengertian Etika.............................................................................................3

C. Macam-Macam Etika.....................................................................................4

D. Pendekatan dalam etika..................................................................................6

E. Teori Etika......................................................................................................7

F. Definisi konsep moral....................................................................................13

1. Pengertian moral......................................................................................13

2. Unsur-unsur Moralitas.............................................................................14
G. Moral dalam kebidanan .................................................................................16

BAB III PENUTUP............................................................................................................


A. Kesimpulan ...................................................................................................18
B. Saran...............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuntutan terhadap kualitas pelayanan kebidanan semakin meningkat
seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan era globalisasi.
Pemahaman yang baik mengenai etika profesi merupakan landasan yang kuat
bagi profesi bidan agar mampu menerapkan dan memberikan pelayanan
kebidanan yang profesional dalam melakukan profesi kebidanan, dan dalam
berkarya di pelayanan kebidanan, baik kepada individu, keluarga dan
masyarakat.
Oleh karena itu para bidan maupun calon bidan, harus mampu memahami
kondisi masyarakat yang semakin kritis dalam memandang kualitas pelayanan
kebidanan, termasuk pula ketidakpuasan dalam pelayanan. Etika dalam
pelayanan kebidanan merupakan isu utama diberbagai tempat, dimana sering
terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap
etika. Pelayanan kebidanan adalah proses dari berbagai dimensi.
Bidan sebagai praktisi pelayanan harus menjaga perkembangan praktik
berdasarkan evidence based. etika adalah penerapan dan proses dan teori filsafat
moral pada situasi nyata. Etika atau teori moral untuk memformulasikan prosedur
atau mekanisme untuk memecahkan masalah etika. Guna etika adalah memberi
arah bagi perilaku manusia tentan apa yang baik atau apa yang buruk, apa yang
benar atau salah, hak dan kewajiban moral, apa yang boleh atau tidak boleh
dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian konsep Etika?
2. Bagaimana pendekatan dalam etika?
3. Apa saja teori etika?
4. Definisi konsep moral?
5. Bagaimana Moral dalam kebidanan?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuannya adalah untuk mengetahui prinsip etika moral dalam memberikan
pelayanan kebidanan.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui :
a. Pengertian konsep Etika.
b. Pendekatan dalam etika.
c. Macam-macam teori etika.
d. Definisi konsep moral.
e. Moral dalam kebidanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Etika
1. Pengertian Etika
Etika (etimologi), berasal dari bahasa Yunani “Ethos” yang berarti
watak kesusilaan atau adat (Hawi, 2014). Pengertian umum etika dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah: (1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang
buruk, dan tentang hak dan kewajuban moral (akhlak), (2) kumpulan asas
atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, (3) nilai mengenai benar dan salah
yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat (Marno, 2014).
Etika (Yunani Kuno: ethikos, berarti timbul dari kebiasaan) adalah
cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi
mengenai standar penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan
konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
Sementara itu, Bertens (1993:4) mengartikan etika sebagai ilmu yang
mempelajari adat kebiasaan, termasuk di dalamnya moral yang mengandung
nilai dan norma yang menjadi pegangan hidup seseorang atau sekelompok
orang bagi pengaturan tingkah lakunya (Zuriah, 2008).

2. Macam-Macam Etika
Dalam menelaah ukuran baik dan buruk suatu tingkah laku yang ada dalam
masyarakat kita bisa menggolongkan etika, yakni terdapat dua macam etika
yaitu.
a. Etika Deskriptif
Etika deskriptif merupakan usaha menilai tindakan atau prilaku
berdasarkan pada ketentuan atau norma baik buruk yang tumbuh dalam
kehidupan bersama di dalam masyarakat. Kerangka etika ini pada
hakikatnya menempatkan kebiasaan yang sudah ada di dalam masyarakat
sebagai acuan etis. Suatu tindakan seseorang disebut etis atau tidak.
Tergantung pada kesesuaiannya dengan yang dilakukan kebanyakan
orang.
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan
perilaku manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam
hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut
berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan
perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan
realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan
dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang
dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat
bertindak secara etis.

b. Etika Normatif
Kelompok ini mendasarkan diri pada sifat hakiki kesusilaan bahwa
di dalam perilaku serta tanggapan-tanggapan kesusilaannya, manusia
menjadikan norma- norma kesusilaan sebagai panutannya. Etika
menetapkan bahwa manusia memakai norma-norma sebagai panutannya,
tetapi tidak memberikan tanggapan mengenai kelayakan ukuran-ukuran
kesusilaan. Sah atau tidaknya norma-norma tetap tidak dipersoalkan yang
di perhatikan hanya berlakunya.
Etika normatif tidak dapat sekedar melukiskan susunan-susunan
formal kesusilaan. Ia menunjukkan prilaku manakah yang baik dan
prilaku manakah yang buruk. Yang demikian ini kadang-kadang yang
disebut ajaran kesusilaan, sedangkan etika deskriptif disebut juga ilmu
kesusilaan. Yang pertama senantiasa merupakan etika material. Etika
normatif memperhatikan kenyataan-kenyataan, yang tidak dapat di
tangkap dan diverifikasi secara empirik.
Etika yang berusaha menelaah dan memberikan penilaian suatu
tindakan etis atau tidak, tergantung dengan kesesuaiannya terhadap
norma-norma yang sudah dilakukan dalam suatu masyarakat. Norma
rujukan yang digunakan untuk menilai tindakan wujudnya bisa berupa
tata tertib, dan juga kode etik profesi.
Etika normatif dikelompokkan menjadi:
1) Etika umum, yang membahas berbagai hal yang berhubungan dengan
kondisi manusia untuk bertindak etis dalam mengambil kebijakan
berdasarkan teori-teori dan prinsip-prinsip moral.
2) Etika khusus, terdiri dari:
a) Etika sosial, menekankan tanggung jawab sosial dan hubungan
antar sesama manusia dalam aktivitasnya,
b) Etika individu, lebih menekankan pada kewajiban-kewajiban
manusia sebagai pribadi,
c) Etika terapan, adalah etika yang diterapkan pada profesi
(Sujiyatini,2011).
3. Pendekatan dalam etika
Bidan harus memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan
asuhan kebidanan yang berkualitas berdasarkan standar perilaku yang etis
dalam praktik asuhan kebidanan. Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai
dari pendidikan bidan dan berlanjut pada forum atau kegiatan ilmiah baik
formal atau non formal dengan teman, sejawat, profesi lain maupun
masyarakat. Bidan menggunakan 2 pendekatan dalam asuhan kebidanan,
yaitu:
a. Pendekatan berdasarkan prinsip
Pendekatan berdasarkan prinsip sering dilakukan dalam etika kedokteran
atau kesehatan untuk menawarkan bimbingan tindakan khusus.

b. Pendekatan berdasarkan asuhan atau pelayanan


Bidan memandang care atau asuhan sebagai dasar dan kewajiban moral.
Hubungan bidan dengan pasien merupakan pusat pendekatan berdasarkan
asuhan, dimana memberikan perhatian khusus kepada pasien.
4. Teori Etika
a. Egoisme
Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan
egoisme.
1) Egoisme psikologis, adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa
semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri
(self servis). Menurut teori ini, orang boleh saja yakin ada tindakan
mereka yang bersifat luhur dan suka berkorban, namun semua
tindakan yang terkesan luhur dan atau tindakan yang suka berkorban
tersebut hanyalah sebuah ilusi. Pada kenyataannya, setiap orang
hanya peduli pada dirinya sendiri. Menurut teori ini, tidak ada
tindakan yang sesungguhnya bersifat altruisme, yaitusuatu tindakan
yang peduli pada orang lain atau mengutamakan kepentingan orang
lain dengan mengorbankan kepentingan dirinya.
2) Egoisme etis, adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri
sendiri (self-interest). Tindakan berkutat diri ditandai dengan ciri
mengabaikan atau merugikan kepentingan orang lain, sedangkan
tindakan mementingkan diri sendiri tidak selalu merugikan
kepentingan orang lain. Berikut adalah pokok-pokok pandangan
egoisme etis:
a) Egoisme etis tidak mengatakan bahwa orang harus membela
kepentingannya sendiri maupun kepentingan orang lain.
b) Egoisme etis hanya berkeyakinan bahwa satu-satunya tuga
adalah kepentingan diri.
c) Meski egois etis berkeyakinan bahwa satu-satunya tugas adalah
membela kepentingan diri, tetapi egoisme etis juga tidak
mengatakan bahwa anda harus menghindari tindakan menolong
orang lain
d) Menurut paham egoisme etis, tindakan menolong orang lain
dianggap sebagai tindakan untuk menolong diri sendiri karena
mungkin saja kepentingan orang lain tersebut bertautan dengan
kepentingan diri sehingga dalam menolong orang lain
sebenarnya juga dalam rangka memenuhi kepentingan diri.
e) Inti dari paham egoisme etis adalah apabila ada tindakan yang
menguntungkan orang lain, maka keuntungan bagi orang lain ini
bukanlah alasan yang membuat tindakan itu benar. Yang
membuat tindakan itu benar adalah kenyataan bahwa tindakan
itu menguntungkan diri sendiri.

b. Utilitarianisme
Menurut teori ini, suatu tindakan dikatakan baik jika membawa manfaat
bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat (the greatest happiness of
the greatest number). Paham utilitarianisme sebagai berikut:
1) Ukuran baik tidaknya suatu tindakan dilihat dari akibat, konsekuensi,
atau tujuan dari tindakan itu, apakah memberi manfaat atau tidak,
2) Dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya parameter
yang penting adalah jumlah kebahagiaan atau jumlah
ketidakbahagiaan,
3) Kesejahteraan setiap orang sama pentingnya. Perbedaan paham
utilitarianisme dengan paham egoisme etis terletak pada siapa yang
memperoleh manfaat. Egoisme etis melihat dari sudut pandang
kepentingan individu, sedangkan paham utilitarianisme melihat dari
sudut pandang kepentingan orang banyak (kepentingan orang
banyak).
c. Deontologi
Paradigma teori deontologi adalah pandangan etika normatif yang
menilai moralitas suatu tindakan berdasarkan kepatuhan pada peraturan.
sangat berbeda dengan paham egoisme dan utilitarianisme, yang
keduanya sama-sama menilai baik buruknya suatu tindakan memberikan
manfaat entah untuk individu (egoisme) atau untuk banyak
orang/kelompok masyarakat (utilitarianisme), maka tindakan itu
dikatakan etis. Sebaliknya, jika akibat suatu tindakan merugikan individu
atau sebagian besar kelompok masyarakat, maka tindakan tersebut
dikatakan tidak etis. Teori yang menilai suatu tindakan berdasarkan hasil,
konsekuensi, atau tujuan dari tindakan tersebut disebut teori teleologi.
Sangat berbeda dengan paham teleologi yang menilai etis atau
tidaknya suatu tindakan berdasarkan hasil, tujuan, atau konsekuensi dari
tindakan tersebut, paham deontologi justru mengatakan bahwa etis
tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya sama sekali dengan tujuan,
konsekuensi, atau akibat dari tindakan tersebut. Konsekuensi suatu
tindakan tidak boleh menjdi pertimbangan untuk menilai etis atau
tidaknya suatu tindakan.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan
manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani
hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika
membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat
dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk
mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan
yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam
segala aspek atau sisi kehidupan manusia. Begitu halnya dengan profesi
kebidanan, diperlukan suatu petunjuk bagi anggota profesi tentang
bagaimana mereka harus menjalankan profesinya, yaitu ketentuan tentang
apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anggota profesi, tidak saja
dalam menjalankan tugas profesinya melainkan juga menyangkut tingkah
laku dalam pergaulan sehari-hari dimayarakat, yang dalam hal ini kode
etik profesi kebidanan.
Berdasarkan teori Deontologi, memiliki tanggung jawab sama
dengan memiliki tugas moral. Tugas moral selalu diiringi dengan
tanggung jawab moral. Dalam dunia profesi, istilah tanggung jawab
moral disebut etika dan selama menjalankan perannya, bidan sering kali
bersinggungan dengan masalah etika.
d. Teori Hak
Suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik bila perbuatan atau
tindakan tersebut sesuai dengan HAM. Menurut Bentens, teori hak
merupakan suatu aspek dari deontologi (teori kewajiban) karena hak tidak
dapat dipisahkan dengan kewajiban. Bila suatu tindakan merupakan hak
bagi seseorang, maka sebenarnya tindakan yang sama merupakan
kewajiban bagi orang lain.
Teori hak sebenarnya didasarkan atas asumsi bahwa manusia
mempunyai martabat dan semua manusia mempunyai martabat yang
sama. Hak asasi manusia didasarkan atas beberapa sumber otoritas, yaitu:
1) Hak hukum (legal right), adalah hak yang didasarkan atas
sistem/yurisdiksi hukum suatu negara, di mana sumber hukum
tertinggi suatu negara adalah Undang-Undang Dasar negara yang
bersangkutan.
2) Hak moral atau kemanusiaan (moral, human right), dihubungkan
dengan pribadi manusia secara individu, atau dalam beberapa kasus
dihubungkan dengan kelompok bukan dengan masyarakat dalam arti
luas. Hak moral berkaitan dengan kepentingan individu sepanjang
kepentingan individu itu tidak melanggar hak-hak orang lain
3) Hak kontraktual (contractual right), mengikat individu-individu yang
membuat kesepakatan/kontrak bersama dalam wujud hak dan
kewajiban masing-masing kontrak.
e. Teori Keutamaan (Virtue Theory)
Teori keutamaan berangkat dari manusianya (Bertens, 2000). Teori
keutamaan tidak menanyakan tindakan mana yang etis dan tindakan mana
yang tidak etis. Teori ini tidak lagi mempertanyakan suatu tindakan, tetapi
berangkat dari pertanyaan mengenai sifat-sifat atau karakter yang harus
dimiliki oleh seseorang agar bisa disebut sebagai manusia utama, dan
sifat-sifat atau karakter yang mencerminkan manusia hina. Karakter/sifat
utama dapat didefinisikan sebagai disposisi sifat/watak yang telah
melekat/dimiliki oleh seseorang dan memungkinkan dia untuk selalu
bertingkah laku yang secara moral dinilai baik. Mereka yang selalu
melakukan tingkah laku buruk secar amoral disebut manusia hina.
Bertens memberikan contoh sifat keutamaan, antara lain: kebijaksanaan,
keadilan, dan kerendahan hati. Sedangkan untuk pelaku bisnis, sifat
utama yang perlu dimiliki antara lain: kejujuran, kewajaran (fairness),
kepercayaan dan keuletan.

B. Definisi konsep moral.


1. Pengertian moral
Moral adalah nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Moral juga
berarti mengenai apa yang dianggap baik atau buruk di masyarakat dalam
suatu kurun waktu tertentu sesuai perkembangan atau perubahan norma/ nilai.
(Ristica, 2014:4). Moralitas berasal dari bahasa latin “Moralis”yang artinya :
a. Segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya.
b. Sifat moral atau keseluruhan atas dan nilai yang berkenaan dengan baik
buruk
Moralitas merupakan suatu gambaran manusiawi yang menyeluruh,
moralitas hanya terdapat pada manusia serta tidak terdapat pada makhluk lain
selain manusia. Moralitas pada dasarnya sama dengan moral, moralitas suatu
perbuatan, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya. Moralitas
adalah sifat moral atau seluruh asas dan nilai yang menyangkut baik dan
buruk. Kaitan etika dan moralitas adalah bahwa etika merupakan ilmu yang
mempelajari tentang tingkah laku moral atau ilmu yang membahas tentang
Moralitas (Ristica, 2014:4).
2. Unsur-unsur Moralitas
Kualitas norma moral telah ditentukan oleh beberapa unsur pokok,
yaitu kebebasan, tanggung jawab, dan suara hati. Semakin tinggi derajat
kebebasan, tanggung jawab, dan kemurnian suara hatinya, semakin baik
kualitas moral yang bersangkutan.
a. Kebebasan
Kebebasan merupakan unsur penting dalam norma moral. Hal
ini sangat esensial mengingat norma moral itu adalah yang otonom,
yang disebut oleh Kelsen dengan regulations of internal behavior.
Jadi selalu ada pilihan (alternative) bagi manusia untuk bersikap dan
berperilaku berdasarkan nilai-nilai yang diyakininya. Adapun
kebebasan manusia itu dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu:
1) Kebebasan sosial
2) Kebebasan eksistensial
Kebebasan sosial adalah kebebasan yang diterima dari orang
lain (sesama manusia), yang berarti bersifat heteronom. Kebebasan
eksistensial adalah kemampuan manusia untuk menentukan sikap dan
perilaku dirinya sendiri yang berarti bersifat otonom.
Kebebasan sosial dapat dibatasi oleh tiga jenis, yaitu:
a. Keterbatasan fisik
b. Keterbatasan psikis
c. Adanya pemerintah/larangan (normatif)
b. Tanggung jawab
Kebebasan memberikan pilihan bagi manusia untuk bersikap
dan berperilaku. Pertimbangan moral, baru akan mempunyai arti
apabila manusia tersebut mampu dan mau bertanggung jawab atas
pilihan yang dibuatnya. Pertimbangan-pertimbangan moral hanya
mungkin ditujukan bagi orang yang dapat dan mau bertanggung
jawab. Itulah sebabnya kita tidak pernah meminta pertanggung
jawaban atas sikap dan perilaku orang gila atau ank di bawah umur,
sekalipun kita mengetahui menurut moralitas kita yang wajar, sikap
dan perilaku orang itu tidak dapat diterima. Dengan deamikian
tanggung jawab dapat diartikan sebagai kesediaan dasariah untuk
melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya. Kewajiban merupakan
beban yang harus dilaksanakan. Pengertian beban disini tentu dalam
arti luas, tidak selalu berkonotasi tidak menyenangkan. Setiap bentuk
tanggng jawab senantiasa menuntut pertanggungjawaban apabila
perbuatan itu sudah selesai dilakukan. Pertanggungjawaban ini adalah
suatu tindakan member penjelasan yang dapat dibenarkan baik secara
moral maupun secara hukum. Hal inilah yang yang disebut dengan
akuntabilitas.
c. Suara Hati
Suara hati sering kali disebut dengan hati nurani. Kata synteresis lebih
tepat diartikan sebagai hati nurani, yaitu pengetahuan intuitif tentang
prinsip-prinsip moral. Menurut Aquinas, hati nurani berasal langsung dari
Tuhan dan oleh karena itu tidak mungkin keliru. Apabila manusia
menghadapi situasi konkret yang mengharuskannya memilih sikap-sikap
moral tertentu, maka yang hadir pada saat itu adalah suara hati. Suara
hati memang suara kejujuran, tetapi tidak identik dengan hakikat
kebenaran itu sendiri. Artinya suara hari mungkin saja salah, tetapi
kesalahan suara hati itu karena ketidaktahuan si pemilik suara hati itu,
bukan karena ia sengaja berbuat salah. Franz Magnis suseni menyebutkan
tiga lembaga normatif yang mengajukan norma-norma (dalam arti yang
lebih abstrak berupa nilai-nilai) mereka kepada kita. Pertama, adalah
masyarakat, termsuk pemerintah, guru, orang tua, teman sebaya, dan
pemuka agama. Lembaga normative tersebut baik secara implicit maupun
eksplisit, akan menyatakan apa yang baik dan tidak baik menurut mereka.
Kedua, adalah ideologi termasuk agama di dalamnya. Kode etik
profesi juga ada dalam kategori lembaga normatif kedua ini. Ketiga,
adalah superego pribadi. Seperti perasaan malu pada diri seseorang
apabila yang bersangkutan melakukan suatu perilaku tidak terpuji.
C. Moral dalam kebidanan
Fungsi Etika Dan Moralitas Dalam Pelayanan Kebidanan
1. Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya Bidan dan Klien
2. Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah tindakan yg
merugikan/membahayakan orang lain
3. Menjaga privacy setiap individu
4. Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan porsinya
5. Dengan etik kita mengatahui apakah suatu tindakan itu dapat diterima dan apa
alasannya
6. Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam menganalisis
suatu masalah
7. Menghasilkan tindakan yg benar
8. Mendapatkan informasi tentang hal yg sebenarnya
9. Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku/perilaku manusia antara baik,
buruk, benar atau salah sesuai dengan moral yg berlaku pada umumnya
10. Berhubungan dengans pengaturan hal-hal yg bersifat abstrak
11. Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik
12. Mengatur hal-hal yang bersifat praktik
13. Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat maupun tata
cara di dalam organisasi profesi
14. Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya yg
biasa disebut kode etik profesi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika sebagai ilmu yang mempelajari adat kebiasaan, termasuk di dalamnya
moral yang mengandung nilai dan norma yang menjadi pegangan hidup seseorang
atau sekelompok orang bagi pengaturan tingkah lakunya. Sedangkan moral adalah
nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok
dalam mengatur tingkah lakunya. Moral juga berarti mengenai apa yang dianggap
baik atau buruk di masyarakat dalam suatu kurun waktu tertentu sesuai
perkembangan atau perubahan norma/ nilai. fungsi etika dan moralitas dalam
pelayanan kebidanan adalah menjaga otonomi dari setiap individu khususnya
bidan dan klien, menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah
tindakan yang merugikan/ membahayakan orang lain, menjaga privacy setiap
individu, mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan
porsinya , dengan etik kita mengatahui apakah suatu tindakan itu dapat diterima
dan apa alasannya.
B. Saran
Etika dan moral adalah nilai yang saling berhubungan anatara satu sama lain.
Sehingga kita sebagai bidan khususnya harus memberikan contoh dan juga etika
dan moral yang baik karena kita bertugas untuk melayanani.
DAFTAR PUSTAKA

Gita, Nurrivikha.2018.Etikologal Dalam Pelayanan Kebidanan.Jogya: CV BUDI UTAMA.


Hawi, Akmal. 2014. Kompetensi Guru: Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali
Pers
Marno & M.Idris. 2014. Strategi, Metode, dan Tekhnik Mengajar: Menciptakan
Keterampilan Mengajar yang Efektif dan Edukatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Zuriah, Nurul. 2008. Pendidikan moral dan budi pekerti dalam perspektif
perubahan: menggagas platform pendidikan budi pekerti secara kontekstual
dan futuristik. Jakarta: Bumi Aksara
Rina, Tantu.2017. Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Tingkat Ii Tentang Etika
Kebidanan Di Diii Kebidanan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya Tahun
2017.Diakses dari Journal.umtas.ac.id BIMTAS: Jurnal Kebidanan UMTAS/
Vol. 1/ Nomor 2/ Nopember 2017. Pada tanggla 6 februari 2020. Pukul 19.00
WIB
Ristica D,Juliarti W. 2014. Prinsip Etika dan Moralitas dalam pelayanan

Kebidanan. Yogyakarta : Deepublish

Anda mungkin juga menyukai