Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENGANTAR ETIKA DAN HUKUM TERKAIT KEBIDANAN


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika dan Hukum Kesehatan
Dosen
Dr. Dra. Suryani.,Dipl.Mid.MM

Disusun Oleh :
Della Miranda (4008210006)
Diana Nurfadilla (4008210034)
Eliza Putri (4008210051)
Erika Nopiani (4008210019)
Helfani Zahra NF (4008210044)
Intan Dwi Hidayat (4008210009)

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN DAN PROFESI


STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Pengantar Etika dan Hukum Terkait Kebidanan”. Penulisan makalah ini
merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Etika dan Hukum
Kesehatan.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak
yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.

Akhirul kalam, Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, aamiin.

Bandung, 29 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................

1.3 Tujuan Penulisan................................................................................

1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertiam etika dan hukum terkait kebidanan..................................

2.2 Pengertian etika,etika, moral dan hukum............................................

2.3 Sistemmatika etika.............................................................................

2.4 Fungsi etika dan moralitas dalam pelayanan kebidanan.....................

2.5 Sumber etika.......................................................................................

2.6 Hak, kewajiban dan tanggung jawab..................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.........................................................................................

3.2 Saran...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

i
i
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuntutan terhadap kualitas pelayanan kebidanan semakin meningkat seiring


dengan kemajuanilmu pengetahuan dan teknologi dan era globalisasi.
Pemahaman yang baik mengenai etika profesimerupakan landasan yang kuat
bagi profesi bidan agar mampu menerapkan dan memberikanpelayanan
kebidanan yang profesional dalam melakukan profesi kebidanan, dan dalam
berkarya dipelayanan kebidanan, baik kepada individu, keluarga dan masyarakat.
Pengkajian dan pembahasantentang etika tidak selalu berhubungan dengan moral
dan norma. Kadang etika diidentikandengan moral, walaupun sebenamya
terdapat perbedaan dalam aplikasinya. Moral lebih menunjukpada perbuatan
yang sedang dinilai, sedangkan Etika dipakai sebagai kajian terhadap sistem nilai
yangberlaku. Etika juga sering dinamakan filsafat moral yaitu cabang filsafat
sistematis yangmembahas dan mengkaji nilai baik buruknya tindakan manusia
yang dilaksanakan dengansadar serta menyoroti kewajiban kewajiban yang
seharusnya dilakukan oleh manusia. Perbuatanyang dilakukan sesuai dengan
norma moral maka akan memperoleh pujian sebagai rewardnya, namun
perbuatan yang melanggar norma moral, maka si pelaku akan memperoleh
celaan sebagai punishmentnya. Oleh karena itu, para bidan maupun calon bidan,
harus mampu memahami kondisimasyarakat yang semakin kritis dalam
memandang kualitas pelayanan kebidanan, termasuk pulaketidakpuasan dalam
pelayanan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian etika, etiket, moral dan hukum ?

2. Apa yang dimaksud dengan sistematika etika ?

3. Apa saja fungsi etika dan moralitas dalam pelayanan kebidanan ?

4. Apa saja sumber etika dalam praktek kebidanan ?

5. Apa saja hak, kewajiban, dan tanggung jawab

1.3 Tujuan Penulisan


1
Tujuan pembuatan makalah ini adalah :

1. Mengetahuan pengertian etika, etika, moral dan hukum-hukum

2. Memahami sitematika etika

3. Mengetahui fungsi etika dan moralitas dalam pelayanan kebidanan.

4. Mengetahui tugas kelompok mata kuliah etikolegal dalam praktek kebidanan.

5. Mengetahui hak, kewajiban dan tanggung jawab sebagai bidan

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini antara lain :

1. Mengetahui arti dari etika, etiket, moral serta tanggung jawab profesional
seorang bidan.

2. Mengetahui arti tentang hukum dalam profesional kebidanan.

3. Mengetahui fungsi dan tanggung jawab seorang bidan profesional

BAB II

PEMBAHASAN
2
2.1 Pengertian Etika, Etiket, Moral, dan Hukum

a. Pengertian Etika

Diartikan “sebagai ilmu yang mempelajari kebaikan dan keburukan


dalam hidup manusia khususnya perbuatan manusia yang didorong oleh
kehendak dengan didasari pikiran yang jernih dengan pertimbangan perasaan.”

Menurut bahasa, etik diartiak sebagai :

 YUNANI Ethos, kebiasaan atau tingkah laku

 INGGRIS Ethis, tingkah laku/perilaku manusia yang baik : tindakan yang


harus dilaksanakan manusia sesuai dengan moral pada umumnya.

Menurt K. Bertens etika dirumuskan sebagai berikut :

 Kata etika dapat digunakan dalam arti nilai dan norma moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang/suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

 Etika berarti kumpulan asas/moral, yang dimaksud disini adalah kode etik.

Menurut konteks lain secara luas dinyatakan bahwa :

 Etik adalah aplikasi dari proses dan teori filsafat moral terhadap kenyataan
yang sebenarnya. Hal ini berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar, konsep
yang membingbing makhluk hidup dalam berpikir, dan bertindak serta
menekankan nilai-nilai mereka.

Menurut Shirley R Jones (2000,etika terbagi dalam 3 bagian :

 Meta-Ethics ( Ethics) : bentuk filsafah moral yang paling abstrak, mencakup


pemikiran moral manusia mengenai suatu kejadian.
 Ethical/ Moral Theory : mekanisme untuk menyelesaikan masalah etika atau
pengambilan keputusan yang cepat dan tepat untuk menghadapi konsekuensi
dari keputusan tersebut.
 Practical Ethics : mengaplikasikan bentuk etika dalam wujud sikap/ perilaku
untuk menghadapi masalah etika yang dihadapi.
b. Pengertian Etiket
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diberikan beberapa arti dari kata
“etiket”, yaitu :
3
 Etiket berasal dari bahasa inggris Etiquette. Etika berarti moral sedangkan
etiket berarti sopan santun.
 Etiket (Perancis) adat sopan santun atau tata krama yang perlu selalu
diperhatikan dalam pergaulan agar hubungan selalu baik.

 Perbedaan Etika dan Etiket


 Etiket menyangkut suatu perbuatan yang dilakukan manusia,
Misal :
Jika saya menyerahkan sesuatu ke atasan harus menggunakan tangan
kanan. Dianggap melanggar etiket bila menyerahkan dengan tangan kiri.
Tetapi etika memberi norma tentang perbuatan itu sendiri. Jangan mencuri
merupakan norma etika. Apakah orang mencuri pakai tangan kanan atau kiri

 Etiket hanya berlaku dalam pergaulan


Misal :
Bila tidak ada saksi mata etiket tidak berlaku misal ; dianggap
melanggar jika kita makan berbunyi / dengan meletakkan kaki di atas meja.
Tapi jika makan sendirian tidak melanggar etiket. Etika tidak tergantung pada
hadir tidaknya orang lain. Larangan untuk mencuri selalu berlaku entah ada
orang / tidak ada. Barang yang dipinjam juga harus dikembalikan meskipun
pemiliknya sudah lupa.
 Etiket bersifat relatif.
Misal : Makan dengan tangan atau bersendawa
 Etika bersifat absolut ,

Misal : jangan mencuri , jangan berbohong dan jangan membunuh.


Merupakan prinsip-prinsip etika yang tidak bisa ditawar-tawar

 Etiket hanya memandang manusia dari segi lahiriah sedang etika


menyangkut manusia lebih dalam.

Misal : Bisa saja orang tampil sebagai “musang berbulu ayam” : dari luar
sangat sopan dan halus tapi di dalam penuh kebusukan.

 Orang yang bersikap etis adalah orang yang sungguh-sungguh baik.

 Persamaan etika dengan etiket :

4
 Sama-sama menyangkut perilaku manusia
 Memberi norma bagi perilaku manusia, yaitu menyatakan tentang apa
yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan

c. Pengertian Moral
Moral adalah nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Moral juga
berarti mengenai apa yang dianggap baik atau buruk di masyarakat dalam
suatu kurun waktu tertentu sesuai perkembangan atau perubahan norma atau
nilai. Moralitas berasal dari bahasa Latin Moralis, artinya:
 Segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya.
 Sifat moral atau keseluruhan azas dan nilai yang berkenaan dengan baik
buruk.

d. Pengertian Hukum
Segala peraturan-peraturan atau kaedah-kaedah dalam kehidupan
bersama yang dapat dipaksakan dengan suatu sanksi dalam pelaksanaannya.
Hukum berhubungan erat dengan moral. Hukum membutuhkan moral.
Hukum tidak mempunyai arti, kalau tidak dijiwai oleh moralitas. Sebaliknya
moral juga berhubungan erat dengan hukum. Moral hanya sebatas hal yang
abstrak saja tanpa adanya hukum.

Contoh : bahwa mencuri itu adalah moral yang tidak baik, supaya prinsip
etis ini berakar di masyarakat maka harus diatur dengan hukum.

Berikut pendapat para tokoh mengenai definisi hukum:

Menurut Aristoteles :

 Particular law is that which each community lays down and applies to
its own member. Universal law is the law of nature.

Menurut Grotius :

 Law is a rule of moral action obliging to that which is right.

Menurut Hobbes :

5
 Where as law, properly is the word of him, that by right had command
over others.

Menurut Prof. Mr Dr C. van Vollenhoven :

 Recht is een verschijnsel in rusteloze wisselwerking van stuw en


tegenstuw.

Menurut Bertens, ada beberapa perbedaan antar hukum dan moral:


 Hukum ditulis sistematis, disusun dalam kitab undang-undang,
mempunyai kepastian lebih besar dan bersifat obyektif.
 Moral bersifat subyektif, tidak tertulis dan mempunyai ketidak pastian
lebih besar.
 Hukum membatasi pada tingkah laku lahiriah saja dan hukum
meminta legalitas.
 Moral menyangkut sikap batin seseorang.
 Hukum bersifat memaksa dan mempunyai sanksi.
 Moral tidak bersifat memaksa, sanksi moral adalah hati nurani tidak
tenang, sanksi dari Tuhan.
 Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan negara, masyarakat
atau negara dapat merubah hukum. Hukum tidak menilai moral.
 Moral didasarkan pada norma-norma moral yang melebihi masyarakat
dan negara, masyarakat dan negara tidak dapat merubah moral. Moral
menilai hukum.
Menurut Immanuel Kant

 Keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang


yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang
lain, menuruti hukum tentang kebebasan.

Menurut Leon Duguit

 Aturan tingkah laku para anggota masyarakat , aturan yang daya


penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat
sebagai jaminan dari kepentingan bersama dan yang jika dilanggar
menimbulkan reaksi bersama terhadap orang yang melakukan
pelanggaran.

6
Pada dasarnya hukum merupakan cerminan nilai-nilai yang berlaku
dimasyarakat dan memegang nilai-nilai secara konsisten merupakan tindakan
yang etis , sehingga antara hukum dan etika juga memiliki keterkaitan
.Digunakan sebagai pedoman bagi Bidan dalam menjalankan tugas
profesinya. Tujuan adanya hukum adalah

a. Menjamin pelayanan yang aman dan berkualitas.

b. Sebagai landasan untuk standarisasi dan perkembangan profesi

2.2 Sistematika Etika


a. Etika Deskriptif
Sebuah pemahaman tentang etika dimana seseorang berusaha melihat sikap
dan pola perilaku orang lain secara kritis dan rasional, dengan tujuan untuk
mengetahui apakah yang dikejar oleh orang tersebut memiliki nilai disebut
etika deskriptif. Etika deskriptif lebih menekankan kepada fakta mengenai
nilai dan pola perilaku manusia atau seseorang yang memilikikaitan dengan
situasi dan realitas yang sudah ada.
b. Etika Normatif
Etika normatif adalah sebuah pemahaman tentang etika dimana sebuah
kelompok masyarakat atau seseorang menetapkan sikap dan pola perilaku
yang idealnya dimiliki oleh seorang individu. Etika ini lebih menekankan
pada norma-norma yang menuntut tingkah laku manusia agar bertindak
sesuai dengan norma yang ada. Norma-norma tersebut bertujuan untuk
menghimbau manusia agar bertindak yang baik dan menghindari yang buruk
atau jelek (Hutajulu, 2011).
Selanjutnya, menurut sistematika etika, etika dapat dibagi menjadi etika
umum dan etika khusus. Etika umum menekankan pada kondisi dasar
manusia untuk bertindak secara etis, mengambil keputusan etis, serta
memiliki tolak ukur 26 dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan.
Pengertian sederhananya adalah etika umum membahas mengenai
pengertian umum dan teori-teori etika. Sedangkan, etika khusus adalah
penerapan prinsip-prinsip moral dalam bidang kehidupan yang khusus.
Untuk lebih jelasnya pembagian etika secara sistematika

7
2.3 Fungsi Etika dan Moralitas dalam Pelayanan Kebidanan

1. Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya Bidan dan Klien

2. Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah tindakan


yang merugikan atau membahayakan orang lain

3. Menjaga privacy setiap individu

4. Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan porsinya

5. Dengan etik kita mengatahui apakah suatu tindakan itu dapat diterima dan apa
alasannya

6. Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam menganalisis


suatu masalah

7. Menghasilkan tindakan yg benar

8. Mendapatkan informasi tenfang hal yg sebenarnya

9. Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku atau perilaku manusia antara


baik, buruk, benar atau salah sesuai dengan moral yg berlaku pada umumnya

10. Berhubungan dengans pengaturan hal-hal yg bersifat abstrak

11. Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik

12. Mengatur hal-hal yang bersifat praktik

13. Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat maupun
tata cara di dalam organisasi profesi

14. Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya
yang biasa disebut kode etik profesi.

8
2.4. Sumber Etika
Pancasila adalah sumber sumber nilai, maka nilai dasar Pancasila dapat
dijadikan sebagai sumber pembentukan norma etik (norma moral) dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai pancasila adalah
nilai moral. Oleh karena itu, nilai pancasila juga dapat diwujudkan kedalam
norma-norma moral (etik). Norma-norma etik tersebut selanjutnya dapat
digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam bersikap dan bertingkah laku
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem etika yang baik
di negara ini. Disetiap saat dan dimana saja kita berada kita diwajibkan untuk
beretika disetiap tingkah laku kita. Seperti tercantum di sila ke dua “ kemanusian
yang adil dan beadab” tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam
membangun etika bangsa ini sangat berandil besar.

2.5 Hak dan Kewajiban serta tanggung jawab


a. Hak bidan
 Berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
sesuai dengan profesinya.
 Berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap
tingkat/jenjang pelayanan kesehatan.
 Berhak menolak keinginan pasien/klien dan keluarga yang
bertentangan dengan peraturan perundangan, dan kode etik profesi.
 Berhak atas privasi/kedirian dan menuntut apabila nama baiknya
dicemarkan baik oleh pasien, keluarga maupun profesi lain.
 Berhak atas kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan jabatan
yang sesuai.
 Berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui
pendidikan maupun pelatihan.
 Berhak mendapat kompensasi dan keseahteraan yang sesuai

9
b. Kewajiban bidan
 Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan
hukum antara bidan tersebut dengan rumah bersalin dan sarana
pelayanan dimana ia bekerja.
 Bidan waib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan
standar profesi dengan menghormati hak-hak pasien.
 Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang
mempunyai kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan
pasien.
 Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk didampingi
oleh suami atau keluarga.
 Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menjalankan ibadah sesuia dengan keyakinan.
 Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang
seorang pasien.
 Bidan wajib memberi informasi yang akurat tentang tindakan yang
akan dilakukan serta resiko yang mungkin dapat timbul.
 Bidan wajib meminta persetujuan tertulis atau tindakan yang akan
dilakukan.
 Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan.
 Bidan wajib mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
tehnologi serta menambah ilmu pengetahuannya melalui pendidikan
formal atau non formal.
 Bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dan pihak yang terkait
secara timbal balik dalam memberikan asuhan kebidanan
c. Tanggung jawab
 Tanggung jawab terhadap peraturan perundang-undangan
 Tanggung jawab terhadap pengembangan kompetensi
 Tanggung jawab terhadap penyimpanan perdokumentasian
 Tanggung jawab terhadap klien dan keluarganya
 Tanggung jawab terhadap profesi
 Tanggung jawab terhadap masyarakat

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah kumpulan asas
atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, sedangkan etiket adalah sopan
santun. Moral merupakan nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Hukum
berhubungan erat dengan moral. Hukum membutuhkan moral, hukum tidak
mempunyai arti, kalau tidak dijiwai oleh moralitas. Etika dalam pelayanan
kebidanan merupakan issue utama di berbaai tempat, dimana sering terjadi
karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap etika.
Pelayanan kebidanan adalah proses dari berbagai dimensi.
Hal tersebut membutuhkan bidan yang mampu menyatu dengan ibu dan
keluarganya. Screening antenatal, pelayanan intrapartum, perawatan intensive
pada neonatal, dan pengakhiran yang profesional dan akuntabilitas serta aspek
legal dalam pelayanan kebidanan kode etik profesi bidan merupakan suatu
pedoman dalam tata cara dan keselarasan dalam pelaksanaan pelayanan
profesional bidan.

3.2 Saran
Melalui makalah ini, penulis berharap agar para bidan maupun calon
bidan menjalankan profesionalitas pekerjaannya sesuai kode etik kebidanan,
antara lain menjunjung tinggi martabat dan citra profesi, menjaga dan
memelihara kesejahteraan para anggota, meningkatkan pengabdian para anggoa
profesi, dan meningkatkan mutu profesi.

11
DAFTAR PUSTAKA
Hadiwardoyo, Purwa, 1989. Etika Medis, Yogyakarta, Balai Pustaka
Heni, 2009. Etika Profesi Kebidanan, Yogyakarta. Fitramaya
Puji Heni, Yetty Asmar, 2005. Etika Profesi Kebidanan, Yogyakarta.
Fitramaya

12
13
DAFTAR PUSTAKA

14

Anda mungkin juga menyukai