Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

KONSEP NILAI NORMA,ETIK DAN MORAL

Disusun oleh : Kelompok 1

Lia Komalasari Tumanggor


Meilin Angelia Simarmata
Yemima Teopany Sianipar

Dosen pengampu Mata kuliah : Indra Hizkia Perangin-


angin,S.Kep, NS,M.Kep

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


STIKes SANTA ELISABETH MEDAN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan Rahmat dan karunia kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mahasiswa pada mata
kuliah Etik Keperawatan dan hukum Kesehatan yang berjudul
”Konsep Nilai,Norma,etik dan moral” Segala puji dan syukur kami
panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkatnya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Kami
juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Kami bapak Indra Hizkia P,S.Kep,NS,M.Kep kami sangat berharap
makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi
siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun
ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN...............................................................
1.1 latar belakang ................................................................
BAB II PEMBAHASAN................................................................
Pengertian etika................................................................................
Pengertian nilai................................................................................
Pengertian norma.............................................................................
Pengertian moral..............................................................................
Pengertian agama.............................................................................
Pengertian budaya............................................................................
Pengertian HAM..............................................................................
BAB III PENUTUP........................................................................
Kesimpulan......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.latar belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya salah satunya
budaya kita dalam berprilaku di tengah masayarakat, bagaimana kita
bersikap kepada yang lebih tua, bersikap dengan yang sebaya dan
bersikap dengan yang lebih muda dari kita atau bisa disebut dengan
etika. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “etika” adalah
ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan
kewajiban moral. Kumpulan asas/nilai yang berkenaan dengan
akhlak, nilai mengenai yang benar dan salah yang dianut masyarakat.
Jika diteliti dengan baik, etika tidak hanya sekadar sebuah ilmu
tentang yang baik dan buruk ataupun bukan hanya sekadar sebuah
nilai, tetapi lebih dari itu bahwa etika adalah sebuah kebiasaan yang
baik dan sebuah kesepakatan yang diambil berdasarkan suatu yang
baik dan benar. Ada dua pengertian etika yaitu sebagai praktis dan
sebagai refleksi. Sebagai praktis, etika berarti nilai- nilai dan norma-
norma moral yang baik yang dipraktikkan atau justru tidak
dipraktikkan, walaupun seharusnya dipraktikkan. Etika sebagai
praktis sama artinya dengan moral atau moralitas yaitu apa yang harus
dilakukan, tidak boleh dilakukan, pantas dilakukan, dan sebgainya.
Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral (K. Bertenz
2007:22)Etika dapat dibedakan menjadi dua macam (Keraf: 1991:
23), yaitu sebagai berikut: 1) Etika Deskriptif Etika yang menelaah
secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta
apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu
yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai
fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia
sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang
membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam
penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang
dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat
bertindak secara etis.
2) Etika Normatif Etika yang menetapkan berbagai sikap dan
perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa
yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang
bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan normanorma
yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan
menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma
yang disepakati dan berlaku di masyarakat.Etika normatif tidak dapat
sekedar melukiskan susunan - susunan formal kesusilaan. Ia
menunjukkan prilaku manakah yang baik dan prilaku manakah yang
buruk. Yang demikian ini kadangkadang yang disebut ajaran
kesusilaan, sedangkan etika deskriptif disebut juga ilmu kesusilaan.
Yang pertama senantiasa merupakan etika material. Etika normatif
memperhatikan kenyataan-kenyataan, yang tidak dapat di tangkap dan
diverifikasi secara empirik
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Etika,Nilai, Norma, Moral,Agama,budaya dan


Hak azasi Manusia

Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu ethos yang dalam bentuk
tunggal mempunyai arti tempat tinggal yang biasa, padang rumput,
kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara
berpikir. Dalam bentuk jamak berarti adat kebiasaan. Arti terakhir
inilah yang menurut Aristoteles menjadi latar belakang bagi
terbentuknya istilah "etika". Jika kita membatasi diri pada asal-usul
kata ini, "Etika" berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau
ilmu tentang adat kebiasaan.
Kata yang cukup dekat dengan "etika" adalah "moral," yang berasal
dari bahasa Latin mos (jamak: mores) yang berarti juga kebiasaan,
adat. Dalam bahasa Inggris dan banyak bahasa lain, termasuk bahasa
Indonesia, kata mores masih digunakan dalam arti yang sama. Jadi
etimologi kata "etika" sama dengan etimologi kata "moral," karena
keduanya berasal dari kata yang berarti adat kebiasaan, hanya bahasa
asalnya berbeda (etika berasal dari bahasa Yunani, sedangkan moral
berasal dari bahasa Latin).
Setelah kita mempelajari asal-usulnya, kita dapat menyimak arti etika.
Etika mempunyai tiga arti. Pertama, kata "etika" dapat dipakai dalam
arti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Misalnya etika su- ku Indian, etika agama Budha, dan etika Protestan,
tidak dimaksudkan "ilmu" melainkan sebagai "sistem nilai" artinya
dapat berfungsi dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf
sosial. Kedua, "etika" ber- arti juga kumpulan asas atau nilai moral,
yang dimaksud di sini adalah kode etik, misalnya etika rumah sakit
Indonesia, etika profesi gizi dan etika keperawatart. Ketiga, "etika"
mempunyai arti ilmu tentang yang baik atau buruk, yaitu etika baru
menjadi ilmu bila kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang
yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu
masyarakat sering kali tanpa disadari menjadi bahan refleksi bagi
suatu penelitian sistematis dan metodis: (Sama artinya dengan filsafat
moral).
Persamaan dan Perbedaan Etika dan Etiket

Dua istilah ini (etika dan etiket) sering kali dicampur adukkan,
padahal perbedaan diantaranya sangat hakiki. Etika berarti moral dan
"etiket" berarti "sopan santun". Jika dilihat dari asal-usulnya,
sebenarnya tidak ada hubungan antara dua istilah ini. Hal ini menjadi
jelas, jika kita memban- dingkan bentuk kata dalam bahasa Inggris,
yaitu ethics dan etiquette. Akan tetapi dipandang menurut artinya, dua
istilah ini memang saling berdekatan. Berikut ini persamaan dan
perbedaan etika dan etiket.

1. Persamaan etika dan etiket

a. Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia, istilah ini hanya di-
gunakan untuk manusia. Hewan tidak mengenal etika dan etiket.
b. Baik etika maupun etiket mengatur perilaku manusia secara nor-
matif, artinya memberi norma bagi perilaku manusia dan dengan
demikian menyatakan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh
dilakukan. Sifat normatif inilah yang menyebabkan kedua istilah
tersebut mudah dicampuradukkan. pengambilan keputusan klinis yang
memengaruhi kesehatan pasiennya. Oleh sebab itu, pihak lain tidak
boleh memaksakan kehendaknya atas diri tenaga kesehatan.
Keberadaan etika dalam strata kehidupan sosial tidak terlepas dari sis-
tem kemasyarakatan manusia yang terdiri atas aspek jasmaniah dan
aspek rohaniah. Aspek yang terakhir terdiri atas kodrat alamiah,
kodrat budaya, dan dunia nilai. Kodrat alamiah manusia terdiri atas
cipta (pikiran, rasio), karsa (kehendak, kemauan), dan rasa (perasaan,
emosi). Cipta melalui logika menciptakan ilmu pengetahuan,
sedangkan karsa melalui etika menciptakan religi, akhlak, sopan
santun, dan hukum. Sementara rasa menciptakan kesenian melalui
estetika. Hal-hal yang diciptakan tersebut merupakan kodrat budaya,
sedang dunia nilai yang masing-masing di- hasilkannya adalah
kebenaran, keserasian, dan keindahan.

Menurut Leenen (dalam Indar, 2006), etika kesehatan adalah suatu


pengkhususan dari etika umum, suatu penerapan dari nilai etika
terhadap bidang pemeliharaan/pelayanan kesehatan. Soerjono
Soekamto (1987) me- nyatakan bahwa etika kesehatan jelas
mencakup penilaian terhadap gejala kesehatan yang disetujui dan juga
mencakup suatu rekomendasi bagai- mana bersikap tindak secara
pantas dalam bidang kesehatan.

2. Perbedaan etika dan etiket


a. Etiket menyangkut cara suatu perbuatan yang harus dilakukan
manusia yang telah ditentukan dalam suatu kalangan tertentu.
Misalnya, saya menyerahkan sesuatu kepada atasan, saya harus
menyerahkan nya dengan menggunakan tangan kanan. Dianggap
melanggar etiket bila menyerahkan sesuatu dengan tangan kiri. Akan
tetapi, etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan
melainkan memberi norma tentang perbuatan itu sendiri, artinya
apakah suatu perbuatan boleh dilakukan atau tidak. Mengambil
barang milik orang lain tanpa izin tidak pernah diperbolehkan.
"Jangan mencuri" merupakan norma etika. Apakah orang mencuri
dengan tangan kanan atau tangan kiri sama sekali tidak relevan.
b.Etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Jika tidak ada orang lain
hadir atau tidak ada saksi mata, etiket tidak berlaku. Misalnya
peraturan etiket yang mengatur cara kita makan. Sebaliknya etika
selalu ber- laku. Etika tidak bergantung pada hadir tidaknya orang
lain. La- rangan untuk mencuri selalu berlaku, entah orang lain hadir
atau tidak. Barang yang dipinjam selalu harus dikembalikan, juga jika
pemiliknya sudah lupa.

c.Etiket bersifat relatif. Hal yang dianggap tidak sopan dalam satu
kebudayaan, dapat saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain.
Contoh makan dengan tangan atau bersendawa pada waktu makan.
Lain halnya dengan etika yang jauh lebih absolut. "Jangan mencuri",
"jangan berbohong", "jangan membunuh" merupakan prinsip- prinsip
etika yang tidak dapat ditawar-tawar atau mudah diberi dispensasi.

d. Etiket hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja, sedang-


kan etika menyangkut manusia dari segi dalam. Dapat saja orang
tampil sebagai "musang berbulu ayam" yang berarti dari luar sa- ngat
sopan dan halus, tetapi di dalam penuh kebusukan. Bukan me-
rupakan kontradiksi, jika seseorang selalu berpegang pada etiket dan
sekaligus bersifat munafik. Akan tetapi, orang yang etis sifatnya tidak
mungkin bersikap munafik.
Etika pada umumnya mengajarkan bahwa setiap pribadi manusia
mem- punyai otonomi moral, artinya ia mempunyai hak dan
kewajiban untuk menentukan sendiri tindakannya dan
mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan.
Tenaga kesehatan mempunyai otonomi klinis, artinya tenaga
kesehatan mempunyai hak dan kewajiban untuk bertanggung jawab
dalam pengambilan keputusan klinis yang memengaruhi kesehatan
pasiennya. Oleh sebab itu, pihak lain tidak boleh memaksakan
kehendaknya atas diri tenaga kesehatan.
Keberadaan etika dalam strata kehidupan sosial tidak terlepas dari sis-
tem kemasyarakatan manusia yang terdiri atas aspek jasmaniah dan
aspek rohaniah. Aspek yang terakhir terdiri atas kodrat alamiah,
kodrat budaya, dan dunia nilai. Kodrat alamiah manusia terdiri atas
cipta (pikiran, rasio), karsa (kehendak, kemauan), dan rasa (perasaan,
emosi). Cipta melalui logika menciptakan ilmu pengetahuan,
sedangkan karsa melalui etika menciptakan religi, akhlak, sopan
santun, dan hukum. Sementara rasa menciptakan kesenian melalui
estetika. Hal-hal yang diciptakan tersebut merupakan kodrat budaya,
sedang dunia nilai yang masing-masing dihasilkannya adalah
kebenaran, keserasian, dan keindahan.

Menurut Leenen (dalam Indar, 2006), etika kesehatan adalah suatu


pengkhususan dari etika umum, suatu penerapan dari nilai etika
terhadap bidang pemeliharaan/pelayanan kesehatan. Soerjono
Soekamto (1987) menyatakan bahwa etika kesehatan jelas mencakup
penilaian terhadap gejala kesehatan yang disetujui dan juga mencakup
suatu rekomendasi bagaimana bersikap tindak secara pantas dalam
bidang kesehatan.
Prinsip-prinsip Etik
a. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa
dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih
dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai
oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap
seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan
bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan
kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek
professional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak
klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
b. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan
orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi
konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
c. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika
perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar
praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan.
d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan
psikologis pada klien.
e. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan
oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran
pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.
Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya
kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun demikian,
terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk
kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk
pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows
best” sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk
mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran
merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
f. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya
dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan,
kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan
komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan
perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab
dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
g. Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien
harus dijaga privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam
dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka
pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi
tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan.
Diskusi tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikan pada
teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga Kesehatan lain harus
dihindari.
h. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang
profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa
terkecuali.

Pengertian Nilai
Nilai merupakan hak manusia dan pertimbangan etis yang mengatur
perilaku seseorang. Nilai merupakan milik setiap pribadi yang
mengatur langkah-langkah yang seharusnya dilakukan karena
merupakan cetusan dari hati nurani yang dalam dan diperoleh
seseorang sejak kecil.
Nilai adalah sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan
hakikatnya, sifat-sifat (sesuatu) yang penting atau berguna bagi
kemanusiaan, misalnya kejujuran. Ada beberapa pengertian nilai,
yaitu:
1. Nilai adalah sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang
sedemi- kian rupa oleh seseorang sesuai dengan tuntutan hati
nuraninya.
2. Nilai adalah seperangkat keyakinan dan sikap pribadi seseorang
tentang kebenaran, keindahan, dan penghargaan dari suatu pemikiran,
objek atau perilaku yang berorientasi pada tindakan dan pemberian
arah serta makna pada kehidupan seseorang (Simon dalam Nila
Ismani, 2001).
3. Nilai adalah keyakinan seseorang tentang sesuatu yang berharga,
kebe- naran, atau keinginan mengenai ide-ide, objek, atau perilaku
khusus (Znowski dalam Nila Ismani, 2001).
Nilai muncul dari pengalaman pribadi seseorang dan akan berbeda
untuk setiap orang.
Nilai memiliki karakteristik, yaitu:
1. Nilai membentuk dasar perilaku seseorang.
2. Nilai nyata dari seseorang diperlihatkan melalui pola perilaku yang
konsisten.
3. Nilai menjadi kontrol internal bagi perilaku seseorang.
4. Nilai merupakan komponen intelektual dan emosional dari
seseorang yang secara intelektual diyakinkan tentang suatu nilai serta
memegang teguh dan mempertahankannya.
PRINSIP DASAR KONSEP NILAI
- Menghargai Otonomi
Otonomi adalah kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur
diri sendiri, menghargai otonomi menghargai manusia sebagai
seseorang yang mempunyai harga diri dan martabat yang mampu
menentukan sesuatu bagi dirinya.
Perawat harus menghargai harkat dan martabat manusia sebagai
individu yang dapat memutuskan hal yang terbaik bagi dirinya, harus
melibatkan klien, untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan
yang berhubungan dengan asuhan keperawatan. Pe- rawatan
menghargai manusia dalam penerapan otonomi, termasuk menghargai
profesi lain dalam lingkup tugas perawat misalnya: dokter, ahli
farmasi, ahli gizi, dan lain-lain.

- Kedermawanan (Beneficiensi)
Beneficience: merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan
tidak merugikan orang lain. Contoh: seorang klien mempunyai
kepercayaan bahwa pemberian transfusi darah bertentangan dengan
keyakinannya, mengalami pendarahan hebat akibat penyakit hati yang
kronis.

- Manifestasi
Melukai atau menimbulkan bahaya/cedera bagi orang lain. Me-
nyatakan bahwa melukai orang lain berarti melakukan hal yang tidak
baik dan merugikan pada klien atau orang lain.

- Keadilan (justice)
Adil pada hakikatnya berarti membawa kita memberikan kepada siapa
saja yang menjadi haknya, semua orang sama nilainya sebagai
manusia, maka tuntutan paling dasar keadilan adalah perlakuan yang
sama terhadap semua orang, tentu dalam situasi yang sama, misalnya
kalau pemerintah membagi beras didaerah yang kurang pangan semua
kepala keluarga berhak atas bagian beras yang sama dengan
perhitungan jumlah warga keluarga, tetapi penduduk yang cukup
berada yang tidak membutuhkan tidak berhak untuk dibantu.

Pengertian Norma
Norma/Kaedah
Norma berasal dari kata "norm" yang artinya pedoman atau patokan
bagi setiap orang dalam bersikap tindak baik terhadap diri orang lain
ataupun terhadap dirinya sendiri. Dalam bahasa Belanda istilah norma
disebut juga "maatregel", maat artinya sama dengan kaidah yang
berasal dari kata "aqidah". Norma yang menjadi pedoman untuk
bersikap tindak terhadap orang lain adalah norma sopan santun,
norma hukum, dan norma tata tertib. Norma-norma ini disebut norma
insubjektif. Norma yang diperlukan sebagai pedoman untuk bersikap
tindak ter- hadap diri sendiri misalnya pola hidup yang baik dan
benar, baik dalam berpikir, berkehendak dan berbuat, norma
pemeliharaan kesehatan tubuh, dan norma tata busana. Norma yang
menjadi patokan/pedoman untuk bersikap tindak terhadap diri sendiri
disebut norma reflektif.
Norma yang menjadi pedoman atau patokan bagi manusia dalam
bersi- kap tindak menurut bidang pengaturannya dalam kehidupan
bermasyara- kat maupun masing-masing secara individual meliputi
empat bidang utama yaitu: bidang kepercayaan/agama, kesusilaan,
sopan santun, dan bidang hukum. Ke empat bidang kehidupan
manusia tersebut dapat dikatakan ca- tur tunggal bidang kehidupan
manusia jika ditinjau dari perspektif sosial budaya (sosio-kultural).
Dikatakan demikian karena ke empat bidang tersebut pasti selalu ada
dan merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat sehingga tidak
dapat dipisah-pisahkan satu sama lain.

Kaedah kepercayaan/keagamaan
Kaedah kepercayaan atau keagamaan berkaitan dengan kehidupan ber
iman. Kaedah ini mengacu pada kewajiban manusia kepada Tuhan
dan ke- pada dirinya sendiri. Sumber atau asal kaedah ini adalah
ajaran keperca yaan atau agama yang oleh pengikutnya dianggap
sebagai perintah Tuhan Tuhan yang mengancam pelanggaran-
pelanggaran kaedah kepercayaan atau agama itu dengan sanksi.
Kaedah kepercayaan ini tidak ditujukan ka pada sikap lahir, tetapi
kepada sikap batin manusia. Manusia diharapkan memiliki sikap batin
sesuai dengan isi kaedah kepercayaan atau keagama an. Kaedah ini
hanya membebani manusia dengan kewajiban semata dan tidak
memberi hak.
Contoh:
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk (Surat Al Isra
ayat 32)
Janganlah kamu membunuh, janganlah kamu berbuat zina (Keluaran
20:13,14), dan lain-lain.
Kaedah kesusilaan
Kaedah kesusilaan berhubungan dengan manusia sebagai individu
karena menyangkut kehidupan pribadi manusia. Sebagai pendukung
kaedah ke- susilaan adalah nurani individu dan bukan manusia
sebagai mahluk sosial atau sebagai anggota masyarakat yang
terorganisir. Kaedah ini dapat me lengkapi ketidakseimbangan hidup
pribadi dan mencegah kegelisahan diri sendiri.
Kaedah kesusilaan ini ditujukan kepada umat manusia agar terbentuk
kebaikan akhlak pribadi guna penyempurnaan manusia dan melarang
manusia melakukan perbuatan jahat. Membunuh, berzinah, dan
mencuri tidak hanya dilarang oleh kaedah kepercayaan atau
keagamaan saja, tetapi dirasakan juga bertentangan dengan kaedah
kesusilaan di dalam setiap hati nurani manusia. Kaedah kesusilaan
hanya membebani manusia dengan kewajiban saja. Asal atau sumber
kaedah kesusilaan adalah dari manusia sendiri, jadi bersifat otonom
dan tidak ditujukan kepada sikap lahir, tetapi ditujukan kepada sikap
batin manusia juga. Batinnya sendirilah yang mengancam perbuatan
yang melanggar kaedah kesusilaan dengan sanksi. Tidak ada
kekuasaan di luar dirinya yang memaksakan sanksi itu. Jika terjadi
pelang garan kaedah kesusilaan, misalnya pencurian atau penipuan,
akan muncul rasa penyesalan, rasa malu, takut, dan rasa bersalah di
dalam hati nurani si pelanggar sebagai sanksi atau reaksi terhadap
pelanggaran kaedah ke- susilaan tersebut.
Kaedah sopan santun (tata krama/adat)
Kaedah sopan santun didasarkan pada kebiasaan, kepatutan, atau
kepan- fasan yang berlaku dalam masyarakat. Kaedah sopan santun
merupakan sikap lahir pelakunya yang konkret demi penyempurnaan
atau ketertiban masyarakat dan bertujuan menciptakan perdamaian,
tata tertib atau mem- buat "sedap" lalu lintas antarmanusia yang
bersifat lahiriah. Sopan santun lebih mementingkan lahiriah atau hal
yang formal, misalnya pergaulan, pakaian, dan bahasa kaidah ini tidak
semata-mata terkait individu, tetapi juga terkait mahluk sosial, jadi
menyentuh kehidupan bersama. Kaedah sopan santun hanya
membebani manusia dengan kewajiban. Kekuasaan masyarakat secara
tidak resmi memberikan ancaman sanksi jika kaedah sopan santun itu
dilanggar. Kekuasaan di luar diri kita yang memak- sa kita
(heteronom). Sanksi ini dapat berupa teguran, cemoohan, celaan, dan
pengucilan, yang tidak dilakukan oleh masyarakat secara terorganisir,
tetapi oleh setiap orang secara terpisah yang menghendaki memberi
sanksi. Daerah berlakunya kaedah sopan santun ini sempit, terbatas
secara lokal atau pribadi. Sopan santun di suatu daerah tidak sama
dengan di daerah lain. Berbeda lapisan masyarakat, berbeda pula
sopan santunnya.

Kaedah hukum
Kaedah hukum melindungi lebih lanjut kepentingan manusia yang
sudah mendapat perlindungan dari ketiga kaedah lainnya. Selain itu,
hukum me lindungi kepentingan-kepentingan manusia yang belum
mendapat per- lindungan dari ketiga kaedah tersebut Kaedah hukum
ditujukan terutama kepada pelakunya yang konkret, yaitu si pelaku
pelanggaran yang jelas-jelas berbuat, bukan untuk penyem purnaan
manusia, melainkan untuk ketertiban masyarakat agar masyarakat
tertib, tidak ada korban kejahatan, dan tidak terjadi kejahatan. Isi
kaedah hukum ini ditujukan kepada sikap lahir manusia,
mengutamakan perbuatan lahir.
Kaedah hukum berasal dari luar diri manusia yang memaksakan
kepada kita (heteronom). Masyarakatlah secara resmi diberi kuasa
untuk memben sanksi atau menjatuhkan hukuman. Dalam hal ini,
pengadilan sebagai lem baga yang mewakili masyarakat menjatuhkan
hukuman.

Pengertian Moral

Kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai


manusia, Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia yang dilihat
dari segi kebaikannya sebagai manusia. Norma moral adalah tolok
ukur untuk menentukan benar salahnya sikap dan tindakan manusia
dilihat dari segi baik-buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai
pelaku peran tertentu dan terbatas.
Norma moral adalah tolok ukur yang dipakai masyarakat untuk meng-
ukur kebaikan seseorang, oleh sebab itu dengan norma moral kita
benar- benar dinilai. Dengan norma moral, kita dilihat sebagai
manusia seutuhnya.

Nilai Moral Profesi


Etika keperawatan erat hubungannya dengan profesi keperawatan
/Kesehatan. Nilai suatu etika profesi tidak sama dengan nilai etika
yang berlaku umum, namun kedua etika itu mempunyai kesamaan
pada kesadaran moral yang menjadi landasan setiap perbuatan
manusia. Moralitas adalah kualitas per- buatan manusiawi untuk
berperilaku benar atau salah, baik atau buruk dan perbuatan yang
demikian itu dikehendaki atau tidak (objektif) serta per- buatan itu
sesuai atau tidak dengan suara hati nuraninya (subjektif).
Pembicaraan mengenai etika adalah studi tentang nilai-nilai manu-
siawi yang berhubungan dengan nilai kebenaran dan ketidakbenaran
yang didasarkan atas kodrat manusia serta manifestasinya di dalam
kehendak dan perilaku manusia. Oleh sebab itu, etika mencoba
merangsang timbul- nya kesadaran moral, mencoba menemukan nilai-
nilai hidup yang baik dan benar serta mengilhami manusia agar
berusaha mencari nilai-nilai terse- but. Profesi adalah kelompok
terbatas pada orang-orang yang mempunyai keahlian khusus yang
diperoleh dari pendidikan tinggi atau pengalaman khusus dan dengan
keahlian itu mereka dapat berfungsi dalam masyarakat untuk
berperilaku atau memberi pelayanan yang lebih baik dibandingkan
dengan masyarakat lain pada umumnya. Seorang profesional harus
ter- tarik pada pengembangan sumber daya manusia dan kesejahteraan
sosial dan penuh kerelaan menerima kewajiban atas dasar norma-
norma moral dan untuk itu pasti akan lebih mengutamakan perilaku
yang baik atau pelayanan yang baik terhadap sesamanya.
Di dalam masyarakat, sering terjadi simpang siur atau tumpang tindih
antara norma lama yang sudah memudar dengan tumbuhnya norma
baru, atau datangnya nilai baru karena percampuran keanekaragaman
kelompok kultural yang ada (akulturasi). Keadaan yang demikian itu
menyebabkan pola sikap hidup dalam masyarakat yang cenderung
bersifat membatasi untuk mempertahankan nilai-nilai dan norma-
norma yang berlaku sesuai dengan kesepakatan dari masyarakat yang
bersangkutan. Apabila ada ang- gota masyarakat menentang
pembatasan tersebut, akan dianggap terjadi pelanggaran dan oleh
masyarakat yang bersangkutan menganggap sebagai sikap tidak
bermoral (imoral) yang dapat menumbuhkan demoralisasi.
Pengertian Budaya
Ada beberapa pengertian nilai, yaitu a) nilai adalah sesuatu yang
berharga, keyakinan yang dipegang sedemikian rupa oleh seseorang
sesuai dengan tuntutan hati nuraninya (pengertian secara umum); b)
nilai adalah seperangkat keyakinan dan sikap pribadi seseorang
tentang kebenaran, keindahan dan penghargaan diri dari suatu
pemikiran, objek, atau perilaku yang berorientasi pada tindakan dan
pemberian arah serta makna pada kehidupan seseorang (Simon,
1974); c) nilai adalah keyakinan seseorang tentang sesuatu yang
berharga, kebenaran, atau keyakinan mengenai ide-ide, objek, atau
perilaku khusus (Znowski).
Setiap perawat memiliki nilai dan perilaku pribadi masing-masing.
Kode etik profesi membawa perubahan perilaku professional dan
menjadi pedoman bagi tanggung jawab perorangan sebagai anggota
profesi dan tanggung jawab sebagai warga Negara. Tanggung jawab
professional berdasarkan anggapan bahwa profesi keperawatan
bekerja sama dengan kelompok asuhan kesehatan (kelompok asuhan
yang dimaksud adalah profesi dokter, ahli gizi, tenaga farmasi, tenaga
laboratorium, kesehatan lingkungan, dan sebagainya) untuk
meningkatkan kesehatan, mengurangi penderitaan, dan menemukan
pencapaian tujuan berdasarkan kebutuhan manusiawi.

Pengertian Hak Azasi Manusia


Istilah hak mempunyai banyak arti. Hak dapat dikatakan sebagai
sesuatu yang benar, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu,
atau dapat juga diartikan sebagai kekuasaan untuk tidak berbuat
sesuatu dan lain sebagainya. Sedangkan asasi berarti bersifat dasar
atau pokok atau dapat juga diartikan sebagai fundamental.
Dengan demikian hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki
oleh manusia karena martabatnya sebagai manusia dan bukan
diberikan oleh masyarakat atau negara. Hak asasi manusia tidak dapat
dihilangkan atau dinyatakan tidak berlaku oleh negara. Sehingga hak
asasi itu perlu mendapatkan perlindungan dan jaminan oleh negara
atau pemerintah, dan bagi siapa saja yang melanggarnya maka harus
mendapatkan sangsi yang tegas tanpa kecuali.
Ada beberapa pengertian Hak Asasi Manusia menurut undang-undang
dan para ahli:
a. Menurut John Locke, Hak Asasi Manusia adalah hak yang secara
kodrati melekat pada setiap manusia.
b. Menurut Undang-Undang No.39 tahun 1999 tentang HAM,
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa dan merupakan anugrahNya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap
orang demi kehormatan dan perlindungan harkat dan martabat
manusia.
c. Menurut Miriam Budiarjo, bahwa hak asasi manusia adalah hak
manusia yang telah diperoleh dan dibawahnya bersama dengan
kelahiran atau kehadirannya dimasyarakat.
Dari pengertian hak asasi manusia di atas dapat disimpulkan:
a. Hak Asasi Manusia bersifat universal, artinya berlaku dimana saja
dan kapan saja serta untuk siapa saja dan tidak dapat diambil oleh
siapapun.
b. Hak asasi dibutuhkan manusia untuk melindungi martabat
kemanusiaannya dan digunakan sebagai landasan moral dalam
bergaul dan berkomunikasi dengan orang lain.
c. Konsep Hak Asasi Manusia mencakup seluruh segi kehidupan, baik
hak hukum, hak sosial budaya, hak ekonomi, maupun hak dalam
pembangunan
2. Jenis-jenis hak asasi manusia
Adapun jenis-jenis hak asasi manusia baik yang bersifat individual
maupun yang bersifat kolektif adalah sebagai berikut:
a. Hak-hak asasi pribadi (Personal rights) yang meliputi:
1) Kebebasan menyatakan pendapat
2) Kebebasan memeluk agama
3) Kebebasan bergerak
b. Hak-hak Asasi ekonomi (Proporty rights) yang meliputi:
1) Kebebasan memiliki sesuatu, membeli, menjual, serta
memanfaatkan
2) Hak mendapat tunjangan hidup bagi orang miskin dan anak
terlantar
c. Hak-hak asasi politik (Political rights) yang meliputi:
1) Hak ikut serta dalam pemerintahan
2) Hak pilih (dipilih dan memilih) dalam pemilihan umum
3) Hak mendirikan partai politik, ormas, dan organisasi lainnya
d. Hak-hak asasi hukum (rights of logal equality) yang meliputi:
1) Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hokum
2) Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam pemerintahan.
Peraturan Yang Mengatur Hak Asasi Manusia di Indonesia
1. Undang-undang yang mengatur HAM
Hak asasi manusia juga diatur dalam UU No. 39 Tahun 1999, dimana
dalam ketentuan umumnya yaitu yang tercantum dalam pasal 1
dinyatakan sebagai berikut:
a. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum dan Pemerintah, dan setiap
orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia;
b. Kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang
apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksananya dan
tegaknya hak asasi manusia.
c. Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan
yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada pembedaan
manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan,
status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa,
keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan, atau
penghapusan pengakuan, pelaksanaan, atau penggunaan hak asasi
manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual
maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial,
budaya dan aspek kehidupan lainnya.
d. Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan
sengaja, sehingga menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang
hebat, baik jasmani, maupun rohani, pada seseorang untuk
memperoleh pengakuan atau keterangan dari seseorang atau dari
orang ketiga, dengan menghukumnya atas suatu perbuatan yang telah
dilakukan atau diduga telah dilakukan oleh seseorang atau orang
ketiga, atau untuk suatu alasan yang didasarkan pada setiap bentuk
diskriminasi, apabila rasa sakit atau penderitaan tersebut ditimbulkan
oleh, atas hasutan dari, dengan persetujuan, atau sepengetahuan
siapapun dan atau pejabat politik.
e. Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 (delapan
belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam
kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya.
f. Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang
atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun
tidak sengaja, atau kelalaian yang secara melawan hukum
mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi
manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-
undang ini, dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak
akanmemperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar,
berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
g. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang selanjutnya disebut
Komnas HAM adalah lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat
dengan lembaga negara lainnya yang berfungsi melaksanakan
pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi hak
asasi manusia.
Pasal 9 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
menyatakan bahwa:
a. Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan
meningkatkan taraf kehidupannya.
b. Setiap orang berhak hidup tenteram, aman, damai, bahagia,
sejahtera, lahir dan batin.
c. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
2. Hak Atas Kesehatan
Kesehatan merupakan keadaan sehat baik secara fisik, mental,
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis (Pasal 1 ayat (1) UU Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan). Karena itu kesehatan merupakan
dasar dari diakuinya derajat kemanusiaan. Tanpa kesehatan, seseorang
menjadi tidak sederajat secara kondisional. Tanpa kesehatan,
seseorang tidak akan mampu memperoleh hak-haknya yang lain.
Seseorang yang tidak sehat dengan sendirinya akan berkurang haknya
atas hidup, tidak bisa memperoleh dan menjalani pekerjaan yang
layak, tidak bisa menikmati haknya untuk berserikat dan berkumpul
serta mengeluarkan pendapat, dan tidak bisa memperoleh pendidikan
demi masa depannya. Singkatnya, seseorang tidak bisa menikmati
sepenuhnya kehidupan sebagaimanusia. Pentingnya kesehatan sebagai
hak asasi manusia dan sebagai kondisi yang diperlukan untuk
terpenuhinya hak-hak lain telah diakui secara internasioal.Hak atas
kesehatan meliputi hak untuk mendapatkan kehidupan dan pekerjaan
yang sehat, hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, dan
perhatian khusus terhadap kesehatan ibu dan anak. Pasal 25 Universal
Declaration of Human Rights (UDHR) yang menyatakan setiap orang
berhak atas taraf kehidupan yang memadai untuk kesehatan dan
kesejahteraan dirinya sendiri dan keluarganya, termasuk hak atas
pangan, sandang, papan, dan pelayanan kesehatan, pelayanan sosial
yang diperlukan, serta hak atas keamanan pada saat menganggur,
sakit, cacat, ditinggalkan oleh pasangannya, lanjut usia, atau keadaan-
keadaan lain yang mengakibatkan merosotnya taraf kehidupan yang
terjadi diluar kekuasaannya. Ibu dan anak berhak mendapatkan
perhatian dan bantuan khusus. Semua anak, baik yang dilahirkan di
dalam maupun di luar perkawinan, harus menikmati perlindungan
sosial yang sama. Jaminan hak atas kesehatan juga terdapat dalam
Pasal 12 ayat (1) Konvrensi Internasional tentang Hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya yang ditetapkan oleh Majelis Umum PBB 2200 A
(XXI) tanggal 16 Desember1966, yaitu bahwa negara peserta
konvenan tersebut mengakui hak setiap orang untuk menikmati
standar tertinggi yang dapat dicapai dalam hal kesehatan fisik dan
mental. Perlindungan terhadap hak-hak Ibu dan anak juga mendapat
perhatian terutama dalam Konvrensi Hak Anak. Instrumen
internasional lain tentang hak atas kesehatan juga terdapat pada Pasal
12 dan 14 Konvrensi Internasional tentang penghapusan semua
bentuk diskriminasi terhadap perempuan, dan ayat 1 Deklarasi
Universal tentang Pemberantasan Kelaparan dan kekurangan
Gizi.Pada lingkup nasional, Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945
menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Jaminan atas hak memperoleh kesehatan yang optimal juga terdapat
dalam pasal 4 UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan.
B.Pembentukan Nilai dan Moral
Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan
kualitas pelaksanaan Pendidikan Nilai pada lembaga pendidikan
formal. Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang
berkembang, yakni kekerasan yang ditunjuk kan oleh kenakalan
remaja dalam masyarakat seperti perkelahian massal, perusakan
lingkungan hidup, dan korupsi merupakan tiga contoh permasalahan
yang semakin lama dirasakan sebagai permasalahan yang paling
banyak terjadi di Indonesia. Perilaku seseorang ditentukan oleh faktor
lingkungan dengan landasan teori kondisioning, ada fungsi bahwa
karakter ditentukan oleh lingkungan. Seseorang akan menjadi pribadi
yang berkarakter apabila dapat tumbuh pada lingkungan yang
berkarakter. Tentunya ini memerlukan usaha secara menyeluruh yang
dilakukan semua pihak: keluarga, sekolah, dan seluruh komponen
yang terdapat dalam masyarakat. Nilai moral ini memiliki kualitas
baik-buruk yang sudah dimanifestasikan dalam tindakan sebagai adat
kebiasaan seseorang. Nilai dan moral ini diyakini dapat mendasari
prinsip dan norma yang memandu sikap dan perilaku dalam hidup
sebagai pembentuk karakter seseorang.
Untuk mengantisipasi, perlu dibangun character building yang
didasari dengan nilai-nilai dan moral kemanusiaan di kalangan
masyarakat, baik sebagai individu maupun kelompok. Nilai-nilai dan
moral yang kokoh serta etika standar yang kuat sangat diperlukan
bagi individu maupun masyarakat melalui pendidikan nilai pada
proses pendidikan, khususnya di sekolah secara eksplisit (terencana),
terfokus, dan komprehensip untuk menghadapi tantangan-tantangan
masa depan agar pembentukan masyarakat yang berkarakter.
Langkah utama yang mendesak harus dilakukan adalah melakukan
pemberdayaan masyarakat sebagai masyarakat yang memiliki nilai
dan norma yang baik melalui pembinaan dan pendidikan atau yang
sering dikenal dengan mengedukasi. Hal tersebut mendesak untuk
diterapkan karena pendidikan nilai dan moral tidak hanya sekedar
menawarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan, melainkan juga
meningkatkan kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan
tindakan yang merupakan ciri-ciri individu yang berkarakter.
A. Perolehan Pembentukan Nilai dan Moral
melalui Beberapa Faktor Pendidikan nilai tanggung jawab, bijaksana,
kritis, sederhana. dan menghargai uang menurut siswa sering
diperoleh melalui pengaruh keluarga, sekolah, teman sebaya, dan
media masa. (Jurnal Pembentukan Karakter Bangsa melalui
Pendidikan Nilai).Rahman (2013: 188) mengemukakan
"Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku moral. yaitu faktor
kognitif. faktor Emosi, Faktor kepribadian. dan faktor situasional".

B. Pengembangan Pembentukan Nilai-nilai dan Moral

Berdasarkan hasil refleksi guru melalui kegiatan FGD, teridentifikasi


17 nilai-nilai kehidupan. Nilai-nilai kehidupan tersebut berketerkaitan
dengan seluruh dimensi pembentuk karakter, yaitu:
Nilai kesadaran diri dan tanggung jawab dengan nilai kepercayaan:
nilai bijaksana dan toleransi sosial dengan nilai menghargai orang;
kesadaran diri. tanggung jawab, menghargai dan nasionalisme dengan
tanggung jawab: nilai bijaksana dan keadilan dengan nilai keadilan;
nilai toleransi sosial, peduli dan sadar lingkungan dengan nilai
kepedulian; nilai tanggung jawab dan nasionalisme dengan nilai
kewarganegaraan; nilai tanggung jawab dengan nilai kejujuran; nilai
kritis dengan nilai keberanian; nilai kesadaran diri, tanggung jawab,
hemat, teliti, produktif dan menghargai dengan nilai kerajinan:
kesadaran diri dan tanggung jawab dengan nilai totalitas
C. Upaya Pembentukan Nilai dan Moral
Dengan pendidikan karakter, peradaban mulia suatu bangsa dapat
tercapai karena seperti yang dikatakan pendidikan karakter lebih
menekankan kepada pembentukan potensi dasar seperti:
1. Membangun imam.
2. Memupuk akhlak.
3. Pendidikan berbasis minat dan bakat.
4. Pendidikan berbasis doa.

mengajarkan bahwa doa merupakan sesuatu yang penting bagi setiap


insan. Menurut Diknas mulai tahun ajaran 2011. seluruh pendidikan di
Indonesia harus menyisipkan nilai-nilai pendidikan berkarakter
kepada para siswa dalam proses pendidikannya. Ada 18 nilai-nilai
pendidikan karakter, yaitu: Religius Sikap dan perilaku yang patuh
dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan
pemelukagama lain. Dan sisanya yaitu.
1. Jujur
2. Kerja Keras, berfikir kreatif
3. Rasa ingin tahu
4. Semangat kebangsaan
5. Cinta Tanah air
6. Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. 7.
Bersahabat/Komunikatif Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. 8. Cinta Damai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
9. Gemar Membaca
10. Peduli Lingkungan
11. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
12. Tanggung Jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan
budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Jika seorang siswa
berkarakter maka akan menjadi pribadi yang berkualitas, cerdas
secara intelektual dan juga bermoral.

3) Manfaat mengetahui Pembentukan Nilai dan Moral


Manfaat umum yaitu, agar kita mengetahui dan mendalami
pembentukan nilai dan moral yang ada di masyarakat sehingga tecipta
masyarakat yang lebih baik, khususnya pada beberapa profesi.

4) Tujuan Mengetahui Pembentukan Nilai dan Moral


Tujuan penulisan ini adalah untuk
(1) mengembangkan dimensi pembentuk nilai dan norma, yaitu nilai-
nilai kehidupan masyarakat
(2) menelaah perolehan dimensi pendidikan nilai sebagai pembentuk
karakter melalui beberapa factor.

BAB III
PENUTUP
Ketiga, "etika" mempunyai arti ilmu tentang yang baik atau buruk,
yaitu etika baru menjadi ilmu bila kemungkinan etis (asas-asas dan
nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja
diterima dalam suatu masyarakat sering kali tanpa disadari menjadi
bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis: (Sama
artinya dengan filsafat moral). Baik etika maupun etiket mengatur
perilaku manusia secara nor- matif, artinya memberi norma bagi
perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yang harus
dilakukan atau tidak boleh dilakukan.Perbedaan etika dan etiket Etiket
menyangkut cara suatu perbuatan yang harus dilakukan manusia yang
telah ditentukan dalam suatu kalangan tertentu. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan.
Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat
bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan
kesehatan.
Nilai merupakan milik setiap pribadi yang mengatur langkah-langkah
yang seharusnya dilakukan karena merupakan cetusan dari hati nurani
yang dalam dan diperoleh seseorang sejak kecil.sama nilainya sebagai
manusia, maka tuntutan paling dasar keadilan adalah perlakuan yang
sama terhadap semua orang, tentu dalam situasi yang sama, misalnya
kalau pemerintah membagi beras didaerah yang kurang pangan semua
kepala keluarga berhak atas bagian beras yang sama dengan
perhitungan jumlah warga keluarga, tetapi penduduk yang cukup
berada yang tidak membutuhkan tidak berhak untuk dibantu.
DAFTAR PUSTAKA

Ermawati Dalami, S. N. (2010). Etika Keperawatan. DKI Jakarta: CV.


Trans Info Media.
hendrik, S. (2010). Etika dan Hukum Kesehatan. Jakata: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
J.SUDARMINTA. (2013). ETIKA UMUM. Yogyakarta: Penerbit kanisius.

Anda mungkin juga menyukai