Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan Rahmat dan karunia kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mahasiswa pada mata
kuliah Etik Keperawatan dan hukum Kesehatan yang berjudul
”Konsep Nilai,Norma,etik dan moral” Segala puji dan syukur kami
panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkatnya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Kami
juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Kami bapak Indra Hizkia P,S.Kep,NS,M.Kep kami sangat berharap
makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi
siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun
ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...............................................................
1.1 latar belakang ................................................................
BAB II PEMBAHASAN................................................................
Pengertian etika................................................................................
Pengertian nilai................................................................................
Pengertian norma.............................................................................
Pengertian moral..............................................................................
Pengertian agama.............................................................................
Pengertian budaya............................................................................
Pengertian HAM..............................................................................
BAB III PENUTUP........................................................................
Kesimpulan......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.latar belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya salah satunya
budaya kita dalam berprilaku di tengah masayarakat, bagaimana kita
bersikap kepada yang lebih tua, bersikap dengan yang sebaya dan
bersikap dengan yang lebih muda dari kita atau bisa disebut dengan
etika. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “etika” adalah
ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan
kewajiban moral. Kumpulan asas/nilai yang berkenaan dengan
akhlak, nilai mengenai yang benar dan salah yang dianut masyarakat.
Jika diteliti dengan baik, etika tidak hanya sekadar sebuah ilmu
tentang yang baik dan buruk ataupun bukan hanya sekadar sebuah
nilai, tetapi lebih dari itu bahwa etika adalah sebuah kebiasaan yang
baik dan sebuah kesepakatan yang diambil berdasarkan suatu yang
baik dan benar. Ada dua pengertian etika yaitu sebagai praktis dan
sebagai refleksi. Sebagai praktis, etika berarti nilai- nilai dan norma-
norma moral yang baik yang dipraktikkan atau justru tidak
dipraktikkan, walaupun seharusnya dipraktikkan. Etika sebagai
praktis sama artinya dengan moral atau moralitas yaitu apa yang harus
dilakukan, tidak boleh dilakukan, pantas dilakukan, dan sebgainya.
Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral (K. Bertenz
2007:22)Etika dapat dibedakan menjadi dua macam (Keraf: 1991:
23), yaitu sebagai berikut: 1) Etika Deskriptif Etika yang menelaah
secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta
apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu
yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai
fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia
sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang
membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam
penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang
dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat
bertindak secara etis.
2) Etika Normatif Etika yang menetapkan berbagai sikap dan
perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa
yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang
bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan normanorma
yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan
menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma
yang disepakati dan berlaku di masyarakat.Etika normatif tidak dapat
sekedar melukiskan susunan - susunan formal kesusilaan. Ia
menunjukkan prilaku manakah yang baik dan prilaku manakah yang
buruk. Yang demikian ini kadangkadang yang disebut ajaran
kesusilaan, sedangkan etika deskriptif disebut juga ilmu kesusilaan.
Yang pertama senantiasa merupakan etika material. Etika normatif
memperhatikan kenyataan-kenyataan, yang tidak dapat di tangkap dan
diverifikasi secara empirik
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu ethos yang dalam bentuk
tunggal mempunyai arti tempat tinggal yang biasa, padang rumput,
kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara
berpikir. Dalam bentuk jamak berarti adat kebiasaan. Arti terakhir
inilah yang menurut Aristoteles menjadi latar belakang bagi
terbentuknya istilah "etika". Jika kita membatasi diri pada asal-usul
kata ini, "Etika" berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau
ilmu tentang adat kebiasaan.
Kata yang cukup dekat dengan "etika" adalah "moral," yang berasal
dari bahasa Latin mos (jamak: mores) yang berarti juga kebiasaan,
adat. Dalam bahasa Inggris dan banyak bahasa lain, termasuk bahasa
Indonesia, kata mores masih digunakan dalam arti yang sama. Jadi
etimologi kata "etika" sama dengan etimologi kata "moral," karena
keduanya berasal dari kata yang berarti adat kebiasaan, hanya bahasa
asalnya berbeda (etika berasal dari bahasa Yunani, sedangkan moral
berasal dari bahasa Latin).
Setelah kita mempelajari asal-usulnya, kita dapat menyimak arti etika.
Etika mempunyai tiga arti. Pertama, kata "etika" dapat dipakai dalam
arti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Misalnya etika su- ku Indian, etika agama Budha, dan etika Protestan,
tidak dimaksudkan "ilmu" melainkan sebagai "sistem nilai" artinya
dapat berfungsi dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf
sosial. Kedua, "etika" ber- arti juga kumpulan asas atau nilai moral,
yang dimaksud di sini adalah kode etik, misalnya etika rumah sakit
Indonesia, etika profesi gizi dan etika keperawatart. Ketiga, "etika"
mempunyai arti ilmu tentang yang baik atau buruk, yaitu etika baru
menjadi ilmu bila kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang
yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu
masyarakat sering kali tanpa disadari menjadi bahan refleksi bagi
suatu penelitian sistematis dan metodis: (Sama artinya dengan filsafat
moral).
Persamaan dan Perbedaan Etika dan Etiket
Dua istilah ini (etika dan etiket) sering kali dicampur adukkan,
padahal perbedaan diantaranya sangat hakiki. Etika berarti moral dan
"etiket" berarti "sopan santun". Jika dilihat dari asal-usulnya,
sebenarnya tidak ada hubungan antara dua istilah ini. Hal ini menjadi
jelas, jika kita memban- dingkan bentuk kata dalam bahasa Inggris,
yaitu ethics dan etiquette. Akan tetapi dipandang menurut artinya, dua
istilah ini memang saling berdekatan. Berikut ini persamaan dan
perbedaan etika dan etiket.
a. Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia, istilah ini hanya di-
gunakan untuk manusia. Hewan tidak mengenal etika dan etiket.
b. Baik etika maupun etiket mengatur perilaku manusia secara nor-
matif, artinya memberi norma bagi perilaku manusia dan dengan
demikian menyatakan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh
dilakukan. Sifat normatif inilah yang menyebabkan kedua istilah
tersebut mudah dicampuradukkan. pengambilan keputusan klinis yang
memengaruhi kesehatan pasiennya. Oleh sebab itu, pihak lain tidak
boleh memaksakan kehendaknya atas diri tenaga kesehatan.
Keberadaan etika dalam strata kehidupan sosial tidak terlepas dari sis-
tem kemasyarakatan manusia yang terdiri atas aspek jasmaniah dan
aspek rohaniah. Aspek yang terakhir terdiri atas kodrat alamiah,
kodrat budaya, dan dunia nilai. Kodrat alamiah manusia terdiri atas
cipta (pikiran, rasio), karsa (kehendak, kemauan), dan rasa (perasaan,
emosi). Cipta melalui logika menciptakan ilmu pengetahuan,
sedangkan karsa melalui etika menciptakan religi, akhlak, sopan
santun, dan hukum. Sementara rasa menciptakan kesenian melalui
estetika. Hal-hal yang diciptakan tersebut merupakan kodrat budaya,
sedang dunia nilai yang masing-masing di- hasilkannya adalah
kebenaran, keserasian, dan keindahan.
c.Etiket bersifat relatif. Hal yang dianggap tidak sopan dalam satu
kebudayaan, dapat saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain.
Contoh makan dengan tangan atau bersendawa pada waktu makan.
Lain halnya dengan etika yang jauh lebih absolut. "Jangan mencuri",
"jangan berbohong", "jangan membunuh" merupakan prinsip- prinsip
etika yang tidak dapat ditawar-tawar atau mudah diberi dispensasi.
Pengertian Nilai
Nilai merupakan hak manusia dan pertimbangan etis yang mengatur
perilaku seseorang. Nilai merupakan milik setiap pribadi yang
mengatur langkah-langkah yang seharusnya dilakukan karena
merupakan cetusan dari hati nurani yang dalam dan diperoleh
seseorang sejak kecil.
Nilai adalah sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan
hakikatnya, sifat-sifat (sesuatu) yang penting atau berguna bagi
kemanusiaan, misalnya kejujuran. Ada beberapa pengertian nilai,
yaitu:
1. Nilai adalah sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang
sedemi- kian rupa oleh seseorang sesuai dengan tuntutan hati
nuraninya.
2. Nilai adalah seperangkat keyakinan dan sikap pribadi seseorang
tentang kebenaran, keindahan, dan penghargaan dari suatu pemikiran,
objek atau perilaku yang berorientasi pada tindakan dan pemberian
arah serta makna pada kehidupan seseorang (Simon dalam Nila
Ismani, 2001).
3. Nilai adalah keyakinan seseorang tentang sesuatu yang berharga,
kebe- naran, atau keinginan mengenai ide-ide, objek, atau perilaku
khusus (Znowski dalam Nila Ismani, 2001).
Nilai muncul dari pengalaman pribadi seseorang dan akan berbeda
untuk setiap orang.
Nilai memiliki karakteristik, yaitu:
1. Nilai membentuk dasar perilaku seseorang.
2. Nilai nyata dari seseorang diperlihatkan melalui pola perilaku yang
konsisten.
3. Nilai menjadi kontrol internal bagi perilaku seseorang.
4. Nilai merupakan komponen intelektual dan emosional dari
seseorang yang secara intelektual diyakinkan tentang suatu nilai serta
memegang teguh dan mempertahankannya.
PRINSIP DASAR KONSEP NILAI
- Menghargai Otonomi
Otonomi adalah kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur
diri sendiri, menghargai otonomi menghargai manusia sebagai
seseorang yang mempunyai harga diri dan martabat yang mampu
menentukan sesuatu bagi dirinya.
Perawat harus menghargai harkat dan martabat manusia sebagai
individu yang dapat memutuskan hal yang terbaik bagi dirinya, harus
melibatkan klien, untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan
yang berhubungan dengan asuhan keperawatan. Pe- rawatan
menghargai manusia dalam penerapan otonomi, termasuk menghargai
profesi lain dalam lingkup tugas perawat misalnya: dokter, ahli
farmasi, ahli gizi, dan lain-lain.
- Kedermawanan (Beneficiensi)
Beneficience: merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan
tidak merugikan orang lain. Contoh: seorang klien mempunyai
kepercayaan bahwa pemberian transfusi darah bertentangan dengan
keyakinannya, mengalami pendarahan hebat akibat penyakit hati yang
kronis.
- Manifestasi
Melukai atau menimbulkan bahaya/cedera bagi orang lain. Me-
nyatakan bahwa melukai orang lain berarti melakukan hal yang tidak
baik dan merugikan pada klien atau orang lain.
- Keadilan (justice)
Adil pada hakikatnya berarti membawa kita memberikan kepada siapa
saja yang menjadi haknya, semua orang sama nilainya sebagai
manusia, maka tuntutan paling dasar keadilan adalah perlakuan yang
sama terhadap semua orang, tentu dalam situasi yang sama, misalnya
kalau pemerintah membagi beras didaerah yang kurang pangan semua
kepala keluarga berhak atas bagian beras yang sama dengan
perhitungan jumlah warga keluarga, tetapi penduduk yang cukup
berada yang tidak membutuhkan tidak berhak untuk dibantu.
Pengertian Norma
Norma/Kaedah
Norma berasal dari kata "norm" yang artinya pedoman atau patokan
bagi setiap orang dalam bersikap tindak baik terhadap diri orang lain
ataupun terhadap dirinya sendiri. Dalam bahasa Belanda istilah norma
disebut juga "maatregel", maat artinya sama dengan kaidah yang
berasal dari kata "aqidah". Norma yang menjadi pedoman untuk
bersikap tindak terhadap orang lain adalah norma sopan santun,
norma hukum, dan norma tata tertib. Norma-norma ini disebut norma
insubjektif. Norma yang diperlukan sebagai pedoman untuk bersikap
tindak ter- hadap diri sendiri misalnya pola hidup yang baik dan
benar, baik dalam berpikir, berkehendak dan berbuat, norma
pemeliharaan kesehatan tubuh, dan norma tata busana. Norma yang
menjadi patokan/pedoman untuk bersikap tindak terhadap diri sendiri
disebut norma reflektif.
Norma yang menjadi pedoman atau patokan bagi manusia dalam
bersi- kap tindak menurut bidang pengaturannya dalam kehidupan
bermasyara- kat maupun masing-masing secara individual meliputi
empat bidang utama yaitu: bidang kepercayaan/agama, kesusilaan,
sopan santun, dan bidang hukum. Ke empat bidang kehidupan
manusia tersebut dapat dikatakan ca- tur tunggal bidang kehidupan
manusia jika ditinjau dari perspektif sosial budaya (sosio-kultural).
Dikatakan demikian karena ke empat bidang tersebut pasti selalu ada
dan merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat sehingga tidak
dapat dipisah-pisahkan satu sama lain.
Kaedah kepercayaan/keagamaan
Kaedah kepercayaan atau keagamaan berkaitan dengan kehidupan ber
iman. Kaedah ini mengacu pada kewajiban manusia kepada Tuhan
dan ke- pada dirinya sendiri. Sumber atau asal kaedah ini adalah
ajaran keperca yaan atau agama yang oleh pengikutnya dianggap
sebagai perintah Tuhan Tuhan yang mengancam pelanggaran-
pelanggaran kaedah kepercayaan atau agama itu dengan sanksi.
Kaedah kepercayaan ini tidak ditujukan ka pada sikap lahir, tetapi
kepada sikap batin manusia. Manusia diharapkan memiliki sikap batin
sesuai dengan isi kaedah kepercayaan atau keagama an. Kaedah ini
hanya membebani manusia dengan kewajiban semata dan tidak
memberi hak.
Contoh:
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk (Surat Al Isra
ayat 32)
Janganlah kamu membunuh, janganlah kamu berbuat zina (Keluaran
20:13,14), dan lain-lain.
Kaedah kesusilaan
Kaedah kesusilaan berhubungan dengan manusia sebagai individu
karena menyangkut kehidupan pribadi manusia. Sebagai pendukung
kaedah ke- susilaan adalah nurani individu dan bukan manusia
sebagai mahluk sosial atau sebagai anggota masyarakat yang
terorganisir. Kaedah ini dapat me lengkapi ketidakseimbangan hidup
pribadi dan mencegah kegelisahan diri sendiri.
Kaedah kesusilaan ini ditujukan kepada umat manusia agar terbentuk
kebaikan akhlak pribadi guna penyempurnaan manusia dan melarang
manusia melakukan perbuatan jahat. Membunuh, berzinah, dan
mencuri tidak hanya dilarang oleh kaedah kepercayaan atau
keagamaan saja, tetapi dirasakan juga bertentangan dengan kaedah
kesusilaan di dalam setiap hati nurani manusia. Kaedah kesusilaan
hanya membebani manusia dengan kewajiban saja. Asal atau sumber
kaedah kesusilaan adalah dari manusia sendiri, jadi bersifat otonom
dan tidak ditujukan kepada sikap lahir, tetapi ditujukan kepada sikap
batin manusia juga. Batinnya sendirilah yang mengancam perbuatan
yang melanggar kaedah kesusilaan dengan sanksi. Tidak ada
kekuasaan di luar dirinya yang memaksakan sanksi itu. Jika terjadi
pelang garan kaedah kesusilaan, misalnya pencurian atau penipuan,
akan muncul rasa penyesalan, rasa malu, takut, dan rasa bersalah di
dalam hati nurani si pelanggar sebagai sanksi atau reaksi terhadap
pelanggaran kaedah ke- susilaan tersebut.
Kaedah sopan santun (tata krama/adat)
Kaedah sopan santun didasarkan pada kebiasaan, kepatutan, atau
kepan- fasan yang berlaku dalam masyarakat. Kaedah sopan santun
merupakan sikap lahir pelakunya yang konkret demi penyempurnaan
atau ketertiban masyarakat dan bertujuan menciptakan perdamaian,
tata tertib atau mem- buat "sedap" lalu lintas antarmanusia yang
bersifat lahiriah. Sopan santun lebih mementingkan lahiriah atau hal
yang formal, misalnya pergaulan, pakaian, dan bahasa kaidah ini tidak
semata-mata terkait individu, tetapi juga terkait mahluk sosial, jadi
menyentuh kehidupan bersama. Kaedah sopan santun hanya
membebani manusia dengan kewajiban. Kekuasaan masyarakat secara
tidak resmi memberikan ancaman sanksi jika kaedah sopan santun itu
dilanggar. Kekuasaan di luar diri kita yang memak- sa kita
(heteronom). Sanksi ini dapat berupa teguran, cemoohan, celaan, dan
pengucilan, yang tidak dilakukan oleh masyarakat secara terorganisir,
tetapi oleh setiap orang secara terpisah yang menghendaki memberi
sanksi. Daerah berlakunya kaedah sopan santun ini sempit, terbatas
secara lokal atau pribadi. Sopan santun di suatu daerah tidak sama
dengan di daerah lain. Berbeda lapisan masyarakat, berbeda pula
sopan santunnya.
Kaedah hukum
Kaedah hukum melindungi lebih lanjut kepentingan manusia yang
sudah mendapat perlindungan dari ketiga kaedah lainnya. Selain itu,
hukum me lindungi kepentingan-kepentingan manusia yang belum
mendapat per- lindungan dari ketiga kaedah tersebut Kaedah hukum
ditujukan terutama kepada pelakunya yang konkret, yaitu si pelaku
pelanggaran yang jelas-jelas berbuat, bukan untuk penyem purnaan
manusia, melainkan untuk ketertiban masyarakat agar masyarakat
tertib, tidak ada korban kejahatan, dan tidak terjadi kejahatan. Isi
kaedah hukum ini ditujukan kepada sikap lahir manusia,
mengutamakan perbuatan lahir.
Kaedah hukum berasal dari luar diri manusia yang memaksakan
kepada kita (heteronom). Masyarakatlah secara resmi diberi kuasa
untuk memben sanksi atau menjatuhkan hukuman. Dalam hal ini,
pengadilan sebagai lem baga yang mewakili masyarakat menjatuhkan
hukuman.
Pengertian Moral
BAB III
PENUTUP
Ketiga, "etika" mempunyai arti ilmu tentang yang baik atau buruk,
yaitu etika baru menjadi ilmu bila kemungkinan etis (asas-asas dan
nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja
diterima dalam suatu masyarakat sering kali tanpa disadari menjadi
bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis: (Sama
artinya dengan filsafat moral). Baik etika maupun etiket mengatur
perilaku manusia secara nor- matif, artinya memberi norma bagi
perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yang harus
dilakukan atau tidak boleh dilakukan.Perbedaan etika dan etiket Etiket
menyangkut cara suatu perbuatan yang harus dilakukan manusia yang
telah ditentukan dalam suatu kalangan tertentu. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan.
Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat
bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan
kesehatan.
Nilai merupakan milik setiap pribadi yang mengatur langkah-langkah
yang seharusnya dilakukan karena merupakan cetusan dari hati nurani
yang dalam dan diperoleh seseorang sejak kecil.sama nilainya sebagai
manusia, maka tuntutan paling dasar keadilan adalah perlakuan yang
sama terhadap semua orang, tentu dalam situasi yang sama, misalnya
kalau pemerintah membagi beras didaerah yang kurang pangan semua
kepala keluarga berhak atas bagian beras yang sama dengan
perhitungan jumlah warga keluarga, tetapi penduduk yang cukup
berada yang tidak membutuhkan tidak berhak untuk dibantu.
DAFTAR PUSTAKA