MAKALAH
Kelompok 4:
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kita
masih diberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik. Tak
lupa pula, saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam proses
penulisan makalah ini. Makalah ini membahas mengenai topik yang sangat penting dalam
kehidupan sosial, yaitu "Etika Nilai dan Norma". Dalam makalah ini, akan dijelaskan
mengenai pengertian dari etika nilai dan norma, serta bagaimana hubungan antara keduanya
dalam kehidupan sosial.
Selain itu, dalam makalah ini juga akan dibahas mengenai peran etika nilai dan norma dalam
membentuk perilaku yang baik, serta bagaimana nilai dan norma dapat berubah seiring
dengan perubahan zaman dan budaya. Penulisan makalah ini dilakukan sebagai upaya untuk
memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai pentingnya etika nilai dan norma dalam
kehidupan sosial, serta bagaimana cara kita dapat mengembangkan kesadaran akan nilai dan
norma yang berlaku dalam masyarakat.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengacu pada berbagai referensi yang relevan dan
terbaru dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Penulis berharap, makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca dan masyarakat pada umumnya. Akhir kata, penulis
menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar penulisan
makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Etika
2.1.1 Pengertian Etika
Secara Etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu
Ethos dan Ethikos. Ethos berarti sifat, watak, kebiasaan, dan tempat yang biasa. Ethikos
berarti susila, keadaban, kelakuan dan perbuatan yang baik. Istilah etika biasanya dikaitkan
dengan kata moral yang berasal dari bahasa Latin, yaitu Mos atau Mores yang merupakan
bentuk jamak dari Mos. Artinya adalah adat istiadat atau kebiasaan watak, kelakuan, tabiat,
dan cara hidup. Sedangkan dalam bahasa Arab, etika dikenal dengan istilah akhlak, artinya
budi pekerti. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, etika disebut sebagai tata susila.
Etika dan moral kurang lebih sama pengertiannya. Namun, dalam kegiatan sehari-hari
terdapat perbedaan. Moral atau moralitas digunakan untuk menilai perbuatan yang dilakukan,
sedangkan etika digunakan untuk mengkaji sistem nilai-nilai yang berlaku. Pengertian
moralitas sendiri adalah pedoman yang dimiliki oleh setiap individu atau kelompok mengenai
apa yang benar dan salah berdasarkan standar moral yang berlaku dalam masyarakat.
Pengertian etika adalah filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara tentang tindakan
manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan
bagaimana manusia harus bertindak berdasarkan norma-norma tertentu.
Berbeda lagi dengan etika dan etiket. Seperti yang sudah dijelaskan, etika adalah
moral, sedangkan etiket berarti sopan santun dan berkaitan dengan tata krama dalam
pergaulan formal. Keduanya tetaplah berbeda walaupun keduanya menyangkut perilaku
manusia secara normatif yaitu memberi norma bagi perilaku manusia dan menyatakan apa
yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Pengertian etika dan etiket sering
dicampuradukkan padahal kedua istilah tersebut terdapat arti yang berbeda, walaupun ada
persamaannya.
Persamaan etika dengan etiket adalah keduanya sama-sama berkaitan dengan perilaku
manusia secara normatif yang etis. Keduanya memberikan pedoman atau norma-norma
tertentu tentang bagaimana seharusnya seseorang melakukan perbuatan dan tidak melakukan
sesuatu perbuatan. Etiket berasal dari bahasa Perancis, yaitu etiquette yang berarti awal suatu
kartu undangan yang digunakan raja-raja di Perancis mengadakan pertemuan resmi, pesta dan
resepsi untuk kalangan para elite kerajaan atau bangsawan. Pengertian lain menyatakan
bahwa etiket adalah tata aturan sopan santun yang disetujui oleh masyarakat tertentu dan
menjadi norma serta panutan dalam bertingkah laku sebagai anggota masyarakat yang baik
dan menyenangkan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diberikan beberapa arti dari kata
etiket, yaitu:
● Etika adalah niat. Etika adalah tentang apakah suatu perbuatan boleh dilakukan
atau tidak sesuai dengan pertimbangan niat baik atau buruk sebagai akibatnya,
sedangkan etiket adalah menetapkan cara untuk melakukan perbuatan benar
sesuai dengan yang diharapkan.
● Etika adalah nurani atau batiniah, tentang bagaimana manusia harus bersikap etis
dan baik yang sesungguhnya timbul dari kesadaran dirinya, sedangkan etiket
adalah formalitas atau lahiriah yang tampak dari sikap luarnya penuh dengan
sopan santun dan kebaikan.
● Etika bersifat absolut yang artinya tidak dapat ditawar, dimana kalau perbuatan
baik akan mendapat pujian dan perbuatan buruk atau salah harus mendapat
sanksi, sedangkan etiket bersifat relatif, dimana sebuah hal yang dianggap tidak
sopan dalam suatu kebudayaan daerah tertentu belum tentu dianggap sama di
daerah lainnya. Jadi, etika berlakunya tidak tergantung pada ada atau tidaknya
orang lain yang hadir, sedangkan etiket hanya berlaku jika ada orang lain yang
hadir. Jika tidak ada orang lain, maka etiket itu tidak berlaku.
Contoh etika:
● Dilarang mengambil barang milik orang lain tanpa izin karena mengambil barang
milik orang lain tanpa izin sama artinya dengan mencuri. “Jangan mencuri”
merupakan suatu norma etika. Disini tidak dipersoalkan apakah pencuri tersebut
mencuri dengan tangan kanan atau tangan kiri.
● Larangan mencuri selalu berlaku, baik sedang sendiri atau ada orang lain. Barang
yang dipinjam selalu harus dikembalikan meskipun si empunya barang sudah
lupa.
● “Jangan membunuh” merupakan prinsip etika yang tidak bisa ditawar.
Contoh etiket:
b. Etika Normatif
Etika Normatif menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal yang
seharusnya dimiliki oleh manusia. Etika Normatif juga menetapkan akan apa
yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam
hidup ini. Jadi, Etika Normatif adalah norma-norma yang dapat menuntun
manusia supaya bertindak baik dan menghindari hal-hal yang buruk, sesuai
dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat. Dari
penjabaran definisi tentang Etika Normatif di atas, Etika Normatif dapat
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
- Etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus membicarakan tentang
nilai baik dan buruk perilaku manusia.
- Etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang menentukan baik buruknya
perilaku manusia dalam kehidupan bersama. Namun, karena melihat
kenyataan adanya keberagaman norma dan ketidaksamaan waktu dan tempat,
etika berubah menjadi ilmu yang deskriptif dan lebih bersifat sosiologis.
- Etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif dan
evaluatif yang hanya memberikan nilai baik atau buruk terhadap perilaku
manusia. Dalam hal ini, tidak ditunjukkan adanya fakta, hanya informasi yang
menganjurkan dan merefleksikan. Definisi etika ini lebih bersifat informatif,
direktif dan reflektif.
c. Etika Teleologi
Etika Teleologi menilai baik atau buruknya suatu tindakan dari tujuan atau akibat
dari tindakan tersebut. Suatu tindakan dinilai baik kalau bertujuan baik dan
mendatangkan akibat baik. Etika Teleologi lebih bersifat situasional dan
subjektif. Kita bisa bertindak berbeda dalam situasi yang lain tergantung dari
penilaian kita tentang akibat dari tindakan tersebut. Suatu tindakan yang jelas-
jelas bertentangan dengan norma dan nilai moral bisa dibenarkan hanya karena
tindakan itu membawa akibat yang baik. Etika Teleologi dibedakan menjadi dua,
yaitu:
- Teleologi Hedonisme (Tindakan yang bertujuan untuk mencari kenikmatan
dan kesenangan)
- Teleologi Eudamonisme (Tindakan yang bertujuan mencari kebahagiaan
yang hakiki)
d. Etika Deontologi
Etika Deontologi menilai suatu tindakan dinilai baik atau buruknya berdasarkan
apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Dengan kata lain, suatu
tindakan dianggap baik karena tindakan itu memang baik pada diri sendiri
sehingga merupakan kewajiban yang harus dilakukan. Sebaliknya, suatu tindakan
dinilai buruk secara moral karena tindakan itu memang buruk secara moral
sehingga tidak menjadi kewajiban untuk kita lakukan. Bersikap adil adalah
tindakan yang baik, dan sudah kewajiban kita untuk bertindak demikian. Etika
deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Jadi,
Etika Deontologi menilai tindakan dikatakan baik bukan karena tindakan itu
mendatangkan akibat baik, melainkan berdasarkan tindakan itu baik untuk diri
sendiri.
e. Etika Keutamaan
Etika Keutamaan lebih mengutamakan pengembangan karakter moral pada diri
sendiri. Etika Keutamaan sangat menekankan pentingnya sejarah kehebatan
moral para tokoh besar atau cerita dongeng dan sastra serta berusaha menghayati
dan mempraktikkannya seperti tokoh dalam sejarah, dalam cerita, atau dalam
kehidupan masyarakat. Tokoh dengan teladannya menjadi model untuk ditiru.
Etika Keutamaan sangat menghargai kebebasan dan rasionalitas manusia karena
pesan moral hanya disampaikan melalui cerita dan teladan hidup para tokoh lalu
membiarkan setiap orang untuk menangkap sendiri pesan moral itu. Setiap orang
dibiarkan untuk menggunakan akal budinya untuk menafsirkan pesan moral itu
yang artinya terbuka kemungkinan untuk setiap orang mengambil pesan moral
yang khas bagi dirinya.
➔ Etika Individual
Berkaitan dengan sikap dan kewajiban dari individu atas dirinya sendiri.
➔ Etika Sosial
Berkaitan dengan sikap, kewajiban, dan perilaku suatu individu sebagai
umat manusia.
2.2 Nilai
2.2.1 Pengertian Nilai
Kata "nilai" berasal dari bahasa Sanskerta "naya" yang berarti "pemikiran" atau
"pendapat". Kemudian, kata "naya" tersebut berkembang menjadi "niti" dalam bahasa
Prakerta dan kemudian menjadi "nila" dalam bahasa Jawa Kuno. Kemudian, kata "nila" ini
masuk ke dalam bahasa Indonesia dan berubah menjadi "nilai". Pada dasarnya, makna dari
"nilai" dalam bahasa Indonesia masih mengacu pada makna asalnya, yaitu sebagai pemikiran
atau pendapat yang dianggap penting dan berharga oleh individu atau masyarakat.
Nilai adalah prinsip atau keyakinan abstrak yang dianggap penting oleh individu atau
kelompok masyarakat. Nilai dapat memengaruhi tindakan, perilaku, dan keputusan
seseorang, serta membentuk pandangan dunia dan sistem moral mereka. Nilai juga dapat
mempengaruhi interaksi dan hubungan antarindividu dan antar budaya di dalam masyarakat.
Nilai dapat berasal dari berbagai sumber, seperti agama, budaya, pengalaman hidup, dan
lingkungan sosial. Proses pembentukan nilai juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
pendidikan, pengalaman hidup, dan konteks sosial. Nilai juga dapat diajarkan dan dipelajari
melalui pendidikan formal dan informal, interaksi sosial, dan pengalaman hidup.
nilai dapat menjadi acuan atau pedoman bagi individu atau masyarakat dalam bertindak dan
berperilaku. Berikut adalah beberapa alasan mengapa nilai memiliki arti penting dalam
1. Membentuk karakter dan kepribadian yang baik: Nilai dapat membantu individu
untuk membentuk karakter dan kepribadian yang baik, seperti kejujuran,
integritas, tanggung jawab, dan empati. Individu yang memiliki karakter dan
kepribadian yang baik dapat berkontribusi positif bagi masyarakat dan negara.
2. Menumbuhkan solidaritas dan persatuan: Nilai seperti toleransi, keberagaman,
dan kerjasama dapat menumbuhkan solidaritas dan persatuan di antara
masyarakat yang berbeda-beda. Solidaritas dan persatuan ini dapat memperkuat
kekuatan bangsa dan negara.
3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat: Nilai seperti keadilan dan kemanusiaan
dapat membantu negara dalam mengembangkan kebijakan-kebijakan yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
4. Mendorong partisipasi dan keterlibatan masyarakat: Nilai seperti partisipasi dan
kesetaraan dapat mendorong masyarakat untuk lebih aktif dalam proses
demokrasi dan pembangunan negara.
5. Mencegah terjadinya konflik dan kekerasan: Nilai seperti toleransi, damai, dan
keberagaman dapat membantu mencegah terjadinya konflik dan kekerasan antar
individu dan antar grup masyarakat.
6. Mengembangkan nilai-nilai nasional: Nilai seperti nasionalisme dan kecintaan
terhadap tanah air dapat membantu mengembangkan nilai-nilai nasional dan
memperkuat kebanggaan serta identitas nasional di dalam masyarakat.
Dengan demikian, nilai memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk
karakter, memperkuat persatuan dan kesatuan, meningkatkan kesejahteraan, dan mendorong
partisipasi aktif masyarakat di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Dengan memahami fungsi dan relevansi nilai, manusia dapat memahami pentingnya
untuk menghargai dan mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, kita dapat hidup dalam harmoni dan menciptakan masyarakat yang lebih
baik.
2.3 Norma
2.3.1. Pengertian Norma
Norma merupakan aturan atau standar yang digunakan oleh masyarakat atau
kelompok tertentu untuk mengatur perilaku anggotanya dalam kehidupan bersama. Norma
memiliki karakteristik yang jelas, yaitu bersifat baku, memiliki tujuan, dan berlaku dalam
jangka waktu tertentu. Norma dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu norma formal dan
norma informal. Norma formal ditetapkan oleh lembaga resmi, seperti pemerintah atau
organisasi, sedangkan norma informal ditetapkan oleh kelompok sosial yang tidak memiliki
wewenang formal.
Norma memiliki fungsi penting dalam kehidupan bermasyarakat, yaitu sebagai alat
untuk mengatur perilaku anggota masyarakat, sebagai pedoman dalam bertindak, dan sebagai
sarana untuk memelihara nilai-nilai sosial yang dianggap penting oleh masyarakat. Norma
juga dapat berupa norma positif, yang memberikan sanksi positif jika dipatuhi, atau norma
1. Norma agama: Norma agama mengacu pada aturan-aturan yang ditetapkan oleh
agama yang dianut oleh masyarakat di Indonesia, seperti Islam, Kristen, Katolik,
Hindu, dan Buddha. Norma agama ini berperan penting dalam mengatur perilaku
2. Norma moral: Norma moral berkaitan dengan nilai-nilai etika yang dianggap benar
atau salah oleh masyarakat Indonesia. Nilai-nilai moral ini berfungsi sebagai pedoman
Indonesia, seperti aturan sopan santun, adat istiadat, dan norma dalam hubungan
antara keluarga, teman, dan tetangga. Norma sosial ini berfungsi untuk menjaga
4. Norma hukum: Norma hukum merupakan aturan-aturan yang ditetapkan oleh negara
Indonesia dan diberlakukan melalui sistem peradilan. Norma hukum ini bertujuan
5. Norma kesopanan: Norma kesopanan adalah aturan yang berkaitan dengan tata cara
pergaulan dan berbicara dalam masyarakat Indonesia. Norma kesopanan ini berfungsi
sebagai pedoman dalam berkomunikasi agar tercipta hubungan yang baik antara
anggota masyarakat.
6. Norma lingkungan: Norma lingkungan adalah aturan yang berkaitan dengan upaya
penghijauan, dan pengurangan emisi gas rumah kaca. Norma lingkungan ini berfungsi
perilaku masyarakat dalam kehidupan bersama. Dengan menghormati dan mematuhi norma-
norma ini, diharapkan tercipta kehidupan bermasyarakat yang harmonis dan sejahtera.
Dalam kehidupan sehari-hari, norma juga seringkali berkaitan dengan adat istiadat dan
budaya masyarakat. Misalnya, dalam masyarakat adat, terdapat norma-norma yang harus
diikuti dalam upacara adat atau dalam hubungan antaranggota masyarakat. Dalam budaya
tertentu, norma dapat berkaitan dengan cara berpakaian atau tatacara dalam berkomunikasi.
Secara keseluruhan, norma memiliki peran yang penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan adanya norma, masyarakat dapat mengatur perilaku anggotanya sehingga tercipta
2.3.3. 5W + 1H
1. What (apa) - Norma adalah aturan atau kebiasaan yang diterima secara luas oleh
masyarakat. Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat berbagai norma yang
berkembang di masyarakat, seperti norma tentang penggunaan media sosial yang baik
dan benar, norma tentang toleransi dan menghargai perbedaan, norma tentang
menjaga kebersihan lingkungan, dan lain sebagainya.
2. Who (siapa) - Norma ini diikuti oleh masyarakat pada umumnya, tidak terbatas pada
kelompok tertentu. Namun, terdapat perbedaan dalam penerapan norma antara
kelompok masyarakat yang berbeda, seperti kelompok usia, kelompok etnis, dan
kelompok sosial-ekonomi.
3. Where (dimana) - Norma ini berlaku di berbagai tempat dan situasi, baik di ruang
publik maupun pribadi. Contohnya, norma tentang menghormati orang lain berlaku di
mana saja dan kapan saja, tidak terbatas pada situasi tertentu.
4. When (kapan) - Norma ini berlaku sepanjang waktu, tidak terbatas pada waktu
tertentu. Namun, terdapat perbedaan dalam penerapan norma pada waktu yang
berbeda, seperti norma tentang larangan merokok yang diterapkan di tempat umum
pada jam kerja.
5. Why (mengapa) - Norma ini ada untuk menjaga ketertiban dan keharmonisan
masyarakat. Norma juga berfungsi sebagai panduan perilaku yang benar dan sesuai
dengan nilai dan norma yang dianut oleh masyarakat.
6. How (bagaimana) - Norma ini diterapkan dengan cara yang berbeda-beda, tergantung
pada konteks dan situasi yang dihadapi. Cara penerapan norma juga dapat berubah
seiring dengan perubahan zaman dan nilai yang dipegang oleh masyarakat.
BAB III
PENUTUP
Penutup
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai etika nilai dan norma, dapat disimpulkan bahwa nilai dan
norma adalah bagian penting dalam kehidupan sosial dan berinteraksi dengan orang lain.
Etika nilai dan norma membantu kita untuk mengenal dan memahami apa yang dianggap
benar atau salah dalam masyarakat, serta memandu perilaku kita agar selaras dengan nilai dan
norma yang dipegang oleh masyarakat.
Namun, nilai dan norma tidaklah statis dan dapat berubah seiring dengan perubahan
zaman dan budaya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk senantiasa mengembangkan
kesadaran akan perubahan nilai dan norma dalam masyarakat, serta memahami bagaimana
cara berperilaku yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku pada masa kini.
3.2 Saran
Sebagai saran, kita dapat selalu berusaha untuk memahami nilai dan norma yang berlaku
dalam masyarakat, serta berupaya untuk menginternalisasikan nilai dan norma tersebut dalam
perilaku kita sehari-hari. Kita juga dapat memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi
dalam masyarakat dan mengikuti perkembangan nilai dan norma yang lebih sejalan dengan
perkembangan zaman. Dengan demikian, kita dapat membangun masyarakat yang lebih
harmonis dan saling menghargai satu sama lain.
DAFTAR PUSTAKA
Bertens, K. 2022. Pengantar Etika Bisnis, Edisi Digital. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Winarno. 2018. “Paradigma Baru Pendidikan Pancasila”. JRKA. Vol. 3, Issue 1. ISSN:
2621-3265