Anda di halaman 1dari 11

JENIS, SUMBER DAN HIERARKI ETIKA

Tugas Paper Mata Kuliah Etika Administrasi Publik


Dosen Pengampu : Dr.Drs. Mochammad Rozikin, M.AP.

Disusun oleh:
Shela Febri Anggraini
NIM. 205030100111093
Mata Kuliah Etika Administrasi Publik
Kelas B

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK
MALANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di era globalisasi seperti sekarang ini, sudah banyak orang yang kehilangan pegangan
hidup mereka. Banyak orang yang mengikuti arus barat tanpa menyaring apa yang
seharusnya boleh dan tidak boleh dilakukan. Mereka kehilangan identitas diri mereka sendiri.
Identitas diri yang dimaksud adalah moral atau etika yang seharusnya dipegang teguh oleh
setiap orang.

Sebagai makhluk sosial, tidak dapat dipungkiri manusia tidak bisa terlepas dari
manusia yang lain. Artinya ia mutlak membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Di sinilah,
manusia tidak bisa dipisahkan dari kehidupan bertetangga dan bermasyarakat. Nilai moral
dan etika sebenarnya tumbuh dari proses kemasyarakatan dan hasil dari kehidupan
bermasyarakat. Individu dilahirkan dalam suatu masyarakat dan bersosialisasi untuk
menerima aturan-aturan masyarakat yang sudah ada. Dalam hal ini, etika dan moral sangat
berperan penting dalam menjalankan hubungan yang ada dalam masyarakat.

Etika merupakan salah satu hal yang harus dipegang teguh oleh setiap individu. Etika
dapat mencerminkan pribadi seseorang. Bagaimana seseorang bersikap dan bertindak bisa
ditentukan oleh etika yang dimilikinya. Jika seseorang berpegang teguh pada etika, maka
orang tersebut juga akan menunjukkan perilaku yang baik, sesuai dengan norma dan aturan
yang ada, serta tidak melalukan suatu hal yang melanggar hukum.

Etika (tatakrama) merupakan kebiasaan yang benar dalam pergaulan. Kunci utama
penerapan etika adalah memperlihatkan sikap penuh sopan santun, rasa hormat terhadap
keberadaan orang lain dan mematuhi tatakrama yang berlaku pada lingkungan tempat kita
berada.

Dalam melakukan hubungan sosial di masyarakat diperlukan etika sebagai pedoman


hidup dan kebiasaan yang baik untuk dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Fakta tersebut menguatkan anggapan bahwa masyarakat Indonesia dikenal
sebagai masyarakat yang berbudaya dan memiliki etika luhur dalam kehidupan bersosial dan
bermasyarakat. Maka dari itu, pemahaman akan etika dalam kehidupan bertetangga dan
bermasyarakat sangat penting untuk dalam mengimplementasikannya dalam kehidupan
sehari-hari di masyarakat.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan etika?
2. Apa saja jenis-jenis dari etika?
3. Apa saja sumber-sumber dari etika?
4. Bagaimana hierarki etika?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi etika
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari etika
3. Untuk mengetahui sumber dari etika
4. Untuk mengetahui hierarki etika
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani ethos, yang berarti kebiasaan atau watak. Secara
sederhana hal itu kemudian diartikan sebagai ajaran tentang perikelakuan yang didasarkan
pada perbandingan mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika diartikan sebagai : 1) ilmu tentang apa yang baik dan
apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak); 2) kumpulan asas atau nilai
yang berkenaan dengan akhlak; dan 3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu
golongan atau masyarakat.

Etika juga bisa diartikan sebagai norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-
ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti pendapat para ahli berikut :

- Drs. O.P. Simorangkir mengatakan bahwa etika atau etik sebagai pandangan
manusia dalam berperilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
- Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat, etika adalah teori tentang tingkah laku
perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat
ditentukan oleh akal.
- Drs. H. Burhanudin Salam mengatakan etika adalah cabang filsafat yang berbicara
mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam
hidupnya,

2.2. Jenis-Jenis Etika

Etika dapat dikelompokkan dalam berbagai macam. Jenis-jenis etika sangat banyak,
namun secara umum etika dapat dibedakan menjadi etika deskriptif, etika normatif, etika
teleologi, dan etika deontologi.

A. Etika Deskriptif

Etika deskriptif menggambarkan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya adat
kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang
diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Etika deskriptif juga mempelajari tentang moralitas
yang ada pada individu-individu tertentu, dalam kebudayaan-kebudayaan atau subkultur-
subkultur tertentu, dalam suatu periode sejarah, dan sebagainya. Etika deskriptif hanya
menggambarkan, tetapi tidak memberikan penilaian.

Etika deskriptif menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku
manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap individu dalam hidupnya sebagai sesuatu yang
bernilai. Etika deskriptif berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yaitu mengenai nilai
dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang
membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau
tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan
manusia dapat bertindak secara etis.

B. Etika Normatif

Etika normatif merupakan etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang
ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh
manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi, dapat disimpulkan bahwa etika
normatif merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik
dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati
dan berlaku di masyarakat.

Etika normatif tidak deskriptif melainkan preskriptif (memerintahkan), tidak


menggambarkan melainkan menentukan benar tidaknya tingkah laku atau anggapan moral.
Etika normatif bertujuan untuk merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat
dipertanggungjawabkan dengan cara rasional dan dapat digunakan dalam praktek.

Etika normatif dapat dibagi dalam dua bentuk, yaitu etika umum dan etika khusus.

1. Etika umum memandang tema-tema umum, seperti: apa itu norma etis? Jika
banyak norma etis, bagaimana hubungannya satu sama lain? Mengapa norma
moral mengikat? Apa itu nilai dan apakah kekhususan nilai moral? Tema-tema
seperti itulah yang menjadi obyek penyelidikan etika umum.
2. Etika khusus berusaha untuk menerapkan prinsip-prinsip etis yang umum atas
wilayah perilaku manusai yang khusus. Dapat dikatakan juga bahwa etika khusus
merupakan premis normatif dikaitkan dengan premis factual untuk sampai pada
suatu kesimpulan etis yang bersifat normatif juga. Etika khusus mempunyai tradisi
panjang dalam sejarah filsafat moral. Kini tradisi tersebut disebut dengan nama
baru, yaitu “etika terapan”.
C. Etika Teleologi

Etika teologi menilai baik buruk suatu tindakan berdasarkan tujuan atau akibat dari
tindakan tersebut. Suatu tindakan dinilai baik kalau bertujuan baik dan mendatangkan akibat
baik. Etika teologi lebih bersifat situasional dan subyektif. Suatu tindakan yang jelas-jelas
bertentangan dengan norma dan nilai moral bisa dibenarkan oleh etika teologi hanya karena
tindakan itu membawa akibat yang baik.

Suatu tindakan dapat dikatakan baik jika tujuannya baik dan membawa akibat yang
baik dan berguna. Dari sudut pandang “apa tujuannya”, etika teleologi dibedakan menjadi
dua, yaitu :

- Teleologi Hedonisme, yaitu tindakan yang bertujuan untuk mencari kenikmatan dan
kesenangan.
- Teleologi Eudamonisme, yaitu tindakan yang bertujuan mencari kebahagiaan
hakiki.

D. Etika Deontologi

Etika deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Etika
deontologi adalah suatu tindakan dinilai baik buruk berdasarkan apakah tindakan itu sesuai
atau tidak dengan kewajiban. Dengan kata lain, suatu tindakan dianggap baik karena tindakan
itu memang baik pada dirinya sendiri, sehingga merupakan kewajiban yang harus kita
lakukan. Sebaliknya suatu tindakan dinilai buruk secara moral karena tindakan itu memang
buruk secara moral sehingga tidak menjadi kewajiban untuk kita lakukan.

Etika deontologi tidak mempersoalkan akibat dari tindakan tersebut, entah baik atau
buruk. Akibat dari suatu tindakan tidak pernah diperhitungkan untuk menentukan kualitas
moral suatu tindakan. Atas dasar itu, etika deontologi sangat menekankan motivasi, kemauan
baik dan watak yang kuat untuk bertindak sesuai dengan kewajiban.

2.3. Sumber-Sumber Etika

Etika dapat diperoleh dari berbagai sumber. Namun, ada empat sumber utama dalam
etika, yaitu etika dapat bersumber dari agama, filosofi, budaya dan hukum.

1. Agama
Agama merupakan sumber dari segala moral maupun etika dengan kebenaran yang
absolut. Agama berkorelasi kuat dengan etika. Setiap agama mengandung ajaran etika atau
moral yang dijadikan pegangan bagi penganutnya. Pada umumnya, kehidupan beragama yang
baik akan menghasilkan kehidupan moral yang baik pula.

Banyak ajaran dan paham pada masing-masing agama. Dengan maksud pengertian
Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan
dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari kehidupan. Banyak agama
memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup
dan / atau menjelaskan asal usul kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka
tentang kosmos dan sifat manusia, orang memperoleh moralitas, etika, hukum agama atau
gaya hidup yang disukai.

2. Filosofi

Filosofi merupakan studi mengenai kebijaksanaan, dasar-dasar pengetahuan dan


proses yang digunakan untuk mengembangkan dan merancang pandangan mengenai suatu
kehidupan. Filosofi memberi pandangan dan menyatakan secara tidak langsung mengenai
sistem keyakinan dan kepercayaan. Setiap filosfi individu akan dikembangkan dan akan
mempengaruhi perilaku dan sikap individu tersebut. Seseorang akan mengembangkan
filosofinya melalui belajar dari hubungan interpersonal, pengalaman pendidikan formal dan
informal, keagamaan, budaya, dan lingkungannya.

3. Budaya

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang serta diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur, termasuk sistem agama dan politik, adat-istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan
dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri
manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwarikan secara genetis. Ketika
seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya, dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya
adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak
aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar,
dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

4. Hukum
Biasanya hukum dibuat setelah pelanggaran – pelanggaran terjadi dalam komunitas.
Arti hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan
kelembagaan. Dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan
masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan
sosial antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum pidana, hukum pidana yang
berupayakan cara negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan
kerangka kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas
kekuasaan politik serta cara perwakilan mereka yang akan dipilih.

2.4. Hierarki Etika

Etika dapat digunakan dalam berbagai bidang kehidupan. Salah satu bentuk etika
adalah etika dalam pelayanan publik. Pelayanan publik memiliki empat tingkatan etika.
Pertama, etika atau moral pribadi, yaitu pengaruh dari orang tua, budaya, adat istiadat,
keyakinan agama, dan pengalaman masa lalu. Kedua, etika profesi yang merupakan
serangkaian norma atau aturan yang menuntun perilaku kalangan profesi tertentu. Ketiga
adalah etika organisasi, yaitu serangkaian aturan dan norma yang bersifat formal dan tidak
formal yang menuntun perilaku dan tindakan anggota organisasi yang bersangkutan.
Keempat, etika sosial, yaitu norma-norma yang menuntun perilaku dan tindakan anggota
masyarakat agar keutuhan kelompok dan anggota masyarakat selalu terjaga atau terpelihara.

Adanya hierarki etika justru sering menimbulkan kebingunan bagi aktor pelayanan
publik dikarenakan nilai etika dari keempat tingkatan tersebut cenderung saling bersaing.
Contohnya, pada fungsi penempatan, apabila atasan dipengaruhi oleh etika sosial, maka
atasan akan mendahulukan orang yang berasal dari daerah yang sama dengan dirinya
sehingga akan menimbulkan kesan adanya penyalahgunaan wewenang. Namun, apabila
atasan didominasi oleh etika organisasi, atasan akan melihat aturan yang berlaku di dalam
organisasi, seperti sistem merit yang berarti ia akan mendahulukan orang yang memang
paling berprestasi diantara yang lainnya. Persoalan etika dalam konteks ini akhirnya
tergantung kepada tingkatan etika yang paling mendominasi keputusan aktor kunci pelayanan
publik.

Sesuai dengan penilain tersebut, Jabbra dan Dwivedi (1989) mengatakan bahwa untuk
menjamin kinerja pegawai sesuai dengan standar dan untuk meminimalisir penyalahgunaan
kekuasaan oleh para aparat pemerintah, maka aparat harus mampu mengembangkan lima
macam akuntabilitas. Pertama, akuntabilitas administrative (organisasional). Akuntabilitas ini
diperlukan karena ada hubungan hierarkis pertanggungjawaban yang tegas antara pusat
dengan unit-unit di bawahnya. Hubungan hierarkis ini biasanya telah ditetapkan dengan jelas
dalam aturan organisasi baik secara formal maupun informal. Kedua, akuntabilitas legal,
yaitu bentuk pertanggungjawaban setiap tindakan administrative dari birokrat. Ketiga,
akuntabilitas politik. Para birokrat menjalankan tugasnya berdasarkan kewenangan pemegang
kekuasaan politik untuk mengatur, menetapkan prioritas, pendistribusian sumber dan
menjamin kepatuhan pelaksanaan perintah. Pejabat politik juga harus menerima tanggung
jawab administratif dan legal karena mereka mempunyai kewajiban untuk menjalankan tugas
dengan baik. Keempat, akuntabilitas professional. Profesionalisme di dalam organisasi publik
sangat diperlukan agar para aparat professional dapat memperoleh kebebasan dalam
melaksanakan tugas dan dalam melayani kepentingan publik. Namun, mereka juga harus bisa
menyeimbangkan antara kode etik profesinya dengan kepentingan publik. Mereka harus tetap
mengutamakan akuntabilitasnya kepada kepentingan publik. Kelima, akuntabilitas moral.
Setiap tindakan birokrat harus sesuai dengan moral dan etika sebagai bentuk profesionalisme
mereka.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik
dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. Etika mempunyai jenis-jenis yang berbeda
dan bersumber dari beberapa hal, yaitu bersumber dari agama, filsafat, budaya, dan hukum.

Jenis-jenis etika ada 4 macam, yaitu etika deskriptif, etika normatif, etika teologis, dan
etika deontologis. Keempatnya mempunyai ciri khas yang berbeda antara satu dengan
lainnya. Meskipun jenis-jenis etika dapat berbeda, namun pada dasarnya adalah sama, yaitu
etika sebagai kebiasaan atau watak yang dapat menjadi acuan baik buruk tingkah laku
individu.

Hierarki etika dalam pelaksanaan pelayanan publik terbagi dalam empat tingkatan.
Pertama, etika moral atau pribadi, yaitu etika yang ada dalam diri seseorang. Kedua, etika
profesi, yang menjadi acuan perilaku pada profesi tertentu. Ketiga, etika organisasi, yaitu
serangkaian aturan atau norma untuk menuntun perilaku anggota organisasi. Terakhir adalah
etika sosial, yaitu norma untuk mengatur perilaku anggota agar keutuhan kelompok selalu
terjaga dan terpelihara.
DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K. (2007). Etika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Bisri, M. dan Asmoro, B. (2019). Etika Pelayanan Publik di Indonesia. Journal of


Governance Innovation. Vol.1(1) : 59-76.

Fahmi, N. (2014). Etika. Makalah.

Prasetyo, A. (2020). Sumber Etika dan Faktor yang Mempengaruhi Etika Manajerial.
Makalah.

Setiadi, Elly dkk. (2010). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Group.

Anda mungkin juga menyukai