Anda di halaman 1dari 11

PAPER ETIKA ADMINISTRASI PUBLIK

JENIS, SUMBER, DAN HIERARKI ETIKA

Dosen Pengampu: Dr. Drs. Mochammad rozikin, M.AP

Disusun oleh :
Aridhya Rahmanditha Parasu
205030100111139
Kelas B (Kurikulum 2015)

Fakultas Ilmu Administrasi


Universitas Brawijaya
Malang
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Secara terminologi etika bisa disebut sebagai ilmu tentang baik dan buruk
atau kata lainnya ialah teori tentang nilai. Dalam Islam teori nilai mengenal lima
kategori baik-buruk, yaitu baik sekali, baik, netral, buruk dan buruk sekali. Nilai
ditentukan oleh Tuhan, karena Tuhan adalah maha suci yang bebas dari noda apa
pun jenisnya. Etika sering diidentikkan dengan moral (atau moralitas). Namun,
meskipun sama-sama terkait dengan baik-buruk tindakan manusia, etika dan
moral memiliki perbedaan pengertian. Moralitas lebih condong pada pengertian
nilai baik dan buruk dari setiap perbuatan manusia itu sendiri, sedangkan etika
berarti ilmu yang mempelajari tentang baik dan buruk. Jadi bisa dikatakan, etika
berfungsi sebagai teori tentang perbuatan baik dan buruk. Etika disebut juga ilmu
normatif, karena didalamnya mengandung norma dan nilai-nilai yang dapat
digunakan dalam kehidupan. Sebagian orang menyebut etika dengan moral atau
budi pekerti. Ilmu etika adalah ilmu yang mencari keselarasan perbuatan-
perbuatan manusia dengan dasar yang sedalam-dalamnya yang diperoleh dengan
akal budi manusia. Pemikiran tentang etika berlandaskan pada tiga aspek,
yaitu filosofik, sejarah dan kategorial.

I.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja jenis-jenis dalam Etika?
2. Bagaimana dengan sumber-sumber dari Etika?
3. Bagaimana dengan hierarki yang ada dalam Etika?

I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis Etika.
2. Untuk mengetahui dan memahami mengenai sumber-sumber dalam Etika.
3. Untuk mengetahui dan memahami hierarki yang ada dalam Etika.
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Jenis-jenis Etika


Dalam memahami ukuran baik dan buruk suatu tingkah laku yang ada
dalam masyarakat kita bisa menggolongkan etika menjadi beragam jenis, berikut
jenis-jenis etika tersebut.

1. Etika Deskriptif
Etika deskriptif yaitu etika yang berusaha menyorot secara kritis
dan rasional sikap dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh
manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif
memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang
perilaku atau sikap yang akan diambil. Berdasarkan hal tersebut Etika
deskriptif dapat diartikan berbicara mengenai fakta secara apa adanya,
yaitu mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait
dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa
tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu
masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan
manusia dapat bertindak secara etis.

2. Etika Normatif
Etika normatif yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai
sikap dan pola perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam
hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian
sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan
diputuskan. Etika normatif ini berusaha menelaah dan memberikan
penilaian suatu tindakan etis atau tidak, tergantung dengan kesesuaiannya
terhadap norma-norma yang sudah dilakukan dalam suatu masyarakat.
Norma rujukan yang digunakan untuk menilai tindakan, wujudnya bisa
berupa tata tertib, dan juga kode etik profesi.

3. Etika Umum
Etika umum memiliki pengertian kondisi-kondisi dasar bagaimana
manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan
etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yg menjadi pegangan
bagi manusia dalam bertindak juga tolak ukur dalam menilai baik atau
buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat dianalogkan dengan ilmu
pengetahuan, yg membahas mengenai pengertian umum & teori-teori.

4. Etika Khusus
Etika khusus ini merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar
dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini dapat berwujud
bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang
kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh
cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Yang termasuk dalam etika
khusus ini ada etika keluarga, etika profesi, etika politik, etika lingkungan
dan juga etika pelayanan publik atau etika administrasi publik. Etika
pelayanan publik dalam artiannya bermaksud pemberian jasa baik oleh
pemerintah, pihak swasta atas nama pemerintah ataupun pihak swasta
kepada masyarakat, dengan atau tanpa pembayaran guna memenuhi
kebutuhan dan atau kepentingan masyarakat. Selama memberikan layanan
kepada masyarakat, seorang aparat harus memegang prinsip nilai etika
pelayanan yang dibangun dan dikembangkan oleh pemerintah.

Berikutnya jenis etika berdasarkan teori etika.

5. Etika Deontologi
Etika deontologi merupakan suatu tindakan dinilai baik buruk
berdasarkan apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban.
Dengan kata lain, suatu tindakan dianggap baik karena tindakan itu
memang baik pada dirinya sendiri, sehingga merupakan kewajiban yang
harus kita lakukan. Sebaliknya suatu tindakan dinilai buruk secara moral
karena tindakan itu memang buruk secara moral sehingga tidak menjadi
kewajiban untuk kita lakukan. Etika deontologi menekankan kewajiban
manusia untuk bertindak secara baik. Jadi, etika deontologi yaitu tindakan
dikatakan baik bukan karena tindakan itu mendatangkan akibat baik,
melainkan berdasarkan tindakan itu baik untuk dirinya sendiri.

6. Etika Teleologi
Etika teleologi menilai baik buruk suatu tindakan berdasarkan
tujuan atau akibat dari tindakan tersebut. suatu tindakan dinilai baik kalau
bertujuan baik dan mendatangkan akibat baik. Jadi, terhadap pertanyaan,
bagaimana harus bertindak dalam situasi kongkret tertentu, jawaban dari
etika teleologi ini adalah pilihlah tindakan yang membawa akibat baik.
Suatu tindakan dikatakan baik jika tujuannya baik dan membawa akibat
yang baik dan berguna juga dari sudut pandang apa tujuaannya. Dengan
demikian, bisa dikatakan bahwa etika teleologi lebih bersifat situasional
dan subjektif. Kita bisa bertindak berbeda dalam situasi yang lain
tergantung dari penilaian kita tentang akibat dari tindakan tersebut. Maka
dari itu, suatu tindakan yang jelas-jelas bertentangan dengan norma dan
nilai moral bisa di benarkan oleh teleologi hanya karena tindakan itu
membawa akibat yang baik.

7. Etika Keutamaan
Etika keutamaan tidak mempersoalkan akibat suatu tindakan. Juga,
tidak mendasarkan penilaian moral pada kewajiban terhadap hukum moral
universal. Etika keutamaan lebih mengutamakan pengembangan karakter
moral pada diri setiap orang. Etika keutamaan ini sangat menghargai
kebebasan dan rasionalitas manusia, karena dalam etika ini pesan moral
hanya di sampaikan melalui cerita dan teladan hidup para tokoh lalu
membiarkan setiap orang untuk mengungkap sendiri pesan moral itu. Juga
setiap orang dibiarkan untuk menggunakan akal budinya untuk
menafsirkan pesan moral itu. Artinya, itu terbuka kemungkinan setiap
orang mengambil pesan moral yang khas bagi dirinya, dan melalui itu
kehidupan moral menjadi sangat kaya oleh berbagai penafsiran.
II.2 Sumber-sumber Etika
a) Filosofi
Filosofi menjadi acuan-acuan yang berkembang dalam proses
pengambilan keputusan yang bersumber dari nilai-nilai etika. Ajaran-
ajaran ini berkembang dari hasil pemikiran manusia dan terus berkembang
dari tahun ke tahun.
Berikut adalah perkembangan ajaran filosofi terhadap kemunculan etika.
1. Socrates (470 -399 SM)
Socrates percaya bahwa kebaikan berasal dari pengetahuan terhadap
diri dan pada dasarnya manusia itu jujur. Munculnya sikap jahat
merupakan sebuah bentuk salah pengarahan terhadap diri sesorang.
Dia juga memperkenalkan ide-ide hukum moral, bahwa hukum moral
lebih tinggi kedudukan nya dibanding hukum manusia.
2. Plato (428-348 SM)
Dalam bukunya, Plato menjelaskan bahwa pemerintahan yang ideal
mengalami pergantian dalam lima tahun sekali, dimana sistem ini
banyak diterapkan oleh kehidupan bernegara saat sekarang ini. Plato
berpendapat bahwa keadaan ideal muncul sebagai hasil dari pemikiran
yang bersifat intelektual dengan mendasarkan nilai-nilai kebajikan dan
konsep kebenaran.
3. Aristoteles
Etika menurut Aristoteles adalah perilaku jiwa yang baik yang
menuntun kepada kebahagiaan dan kebenaran. Keterbatasan
pengetahuan tentang jiwa manusia tidak menjadi sebuah hambatan
untuk mendalami konsep etika.
4. Nabi Muhammad SAW
Perilaku yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dianggap
sebagai salah satu sumber tauladan dalam perilaku etika bisnis.
Sebelum menjadi rasul, Nabi Muhammad SAW berprofesi sebagai
pedagang dimulai ketika beliau berusia 12 tahun. Dalam berdagang,
beliau menerapkan prinsip kejujuran sehingga beliau mendapat gelar
Al-Amien.
b) Hukum
Hukum merupakan perangkat aturan yang dibuat oleh pemerintah
untuk menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Hukum
menentukan ekspektasi-ekspektasi etika yang diharapkan dalam komunitas
dan mencoba mengatur serta mendorong pada perbaikan-perbaikan
masalah yang dipandang buruk atau tidak baik dalam komunitas. Sebagai
contoh bisa dilihat bahwa Indonesia menganut sistem hukum campuran
dengan sistem hukum utama yaitu sistem hukum eropa kontinental yang
dibawa oleh Belanda ketika menjajah Indonesia, sedangkan dibeberapa
daerah juga ada penerapan hukum yang berdasarkan hukum adat dan
hukum agama seperti di daerah Aceh. Pada umumnya pebisnis lebih
menerapkan hukum sebagai cermin etika mereka, hal ini disebabkan oleh
kejelasan mengenai aturanaturan serta hukuman yang diberikan oleh
perangkat hukum memiliki kedudukan yang lebih konkrit ketimbang
hukum yang hanya bersifat moral.

c) Perkembangan budaya
Budaya adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-
kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan lain yang didapatkan oleh manusia
sebagai anggota masyarakat. Sebagaimana ciri khas bangsa Asia, ciri khas
yang paling menonjol adalah budaya kekeluargaan, kerjasama dan
hubungan kekeluargaan yang erat. Hal ini juga berlaku sebagai budaya di
Indonesia. Semangat gotong royong diyakini menjadi salah satu akar
budaya di Indonesia. Diperkuat dengan semboyan kenegaraan kita
Bhinneka Tunggal Ika yang berarti walaupun berbeda namun tetap satu.
Budaya merupakan sebuah warisan dari satu generasi ke generasi yang
lain. Dimana nilai-nilai atau aturan yang telah ada sebelumnya menjadi
acuan dan dilestarikan sesuai dengan ajaran-ajaran pendahulunya dan
kemudian akan menjadi sebuah standar dalam berperilaku sehari-hari.
Seiring dengan perkembangan pembangunan dan ekonomi, nilainilai
gotong royong sudah banyak mengalami pergeseran. Nilai individualistis
dan mengutamakan kepentingan pribadi lebih menonjol dan menjadi
mayoritas perilaku bangsa kita saat ini.

d) Agama
Agama mengajarkan hal yang baik dan benar, mengajarkan hakikat
kebaikan dan kebenaran serta mengajarkan manusia untuk menghindari
perbuatan salah, jahat dan buruk, yang bersumber kepada wahyu Tuhan.
Objek dan sasaran etika adalah juga perbuatan yang baik buruk yang
menjadi perilaku manusia, yang antara lain bersumber pada agama.
Sehingga dari segi etika maka agama menjadi sumber utamanya. Max
Weber mengatakan dalam bukunya The Protestant Ethic and The Spirit of
Capitalism (1904) menjadi awal keyakinan adanya hubungan erat antara
ajaran agama dan etika kerja atau antara penerapan ajaran agama dengan
pembangunan ekonomi. Quddus, Bailey, dan White (2009) menyatakan
bahwa standar moral dan persepsi etis orang berasal dari konsep latar
belakang dan nilai agama mereka. Oleh karena itu, apa yang orang pahami
dari istilah "etika" dan bagaimana penerapannya dalam rutinitas dan
kehidupan bisnis mereka mewakili pemikiran, moral dan kepercayaan
religius mereka.

II.3 Hierarki Etika

Berikut adalah empat hierarki etika.

 Moralitas Pribadi
1. Konsep baik-buruk, benar-salah yang telah terinternalisasi dalam diri
individu.
2. Produk dari sosialisasi nilai masa lalu.
3. Moralitas pribadi adalah superego atau hati nurani yang hidup dalam
jiwa dan menuntun perilaku individu.
4. Konsistensi pada nilai mencerminkan kualitas kepribadian individu.
5. Moralitas pribadi menjadi basis penting dalam kehidupan sosial dan
organisasi.

 Etika Profesi
1. Nilai benar-salah dan baik-buruk yang terkait dengan pekerjaan
profesional.
2. Nilai-nilai tersebut terkait dengan prinsip-prinsip profesionalisme
(kapabilitas teknis, kualitas kerja, komitmen pada profesi).
3. Dapat dirumuskan ke dalam kode etik profesional yang berlaku secara
universal (contoh: PP No. 42 tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa
Korps dan Kode Etik PNS).
4. Penegakan etika profesi melalui sanksi profesi (pencabutan lisensi).

 Etika Organisasi
1. Konsep baik-buruk dan benar-salah yang terkait dengan kehidupan
organisasi.
2. Nilai tersebut terkait dengan prinsip-prinsip pengelolaan organisasi
modern (efisiensi, efektivitas, keadilan, transparansi, akuntabilitas,
demokrasi).
3. Dapat dirumuskan ke dalam kode etik organisasi yang berlaku secara
universal.
4. Dalam praktek penegakan kode etik organisasi dipengaruhi oleh
kepentingan sempit organisasi, kepentingan birokrat, atau kepentingan
politik dari politisi yang membawahi birokrat.
5. Penegakan etika organisasi melalui sanksi organisasi.

 Etika Sosial
1. Konsep benar-salah dan baik-buruk yang terkait dengan hubungan-
hubungan sosial.
2. Nilai bersumber dari agama, tradisi, dan dinamika sosial.
3. Pada umumnya etika sosial tidak tertulis, tetapi hidup dalam memori
publik, dan terinternalisasi melalui sosialisasi nilai di masyarakat.
4. Etika sosial menjadi basis tertib sosial (Jepang, tidak boleh
mengganggu dan merepotkan orang lain).
5. Masyarakat memiliki mekanisme penegakan etika sosial, yaitu melalui
penerapan sanksi-sanksi sosial (diberitakan sebagai tersangka).
BAB III
PENUTUP
III. Kesimpulan

Penerapan etika dalam administrasi Publik memiliki banyak aspek yang harus
dijalankan dengan sebaik-baiknya, seperti menjalankan asas-asas birokrasi
pemerintahan yang baik, dengan mewujudkan prinsip demokratis, keadilan sosial
dan pemerataan, serta mewujudkan kesejahteraan umum. Penerapan etika sendiri
dalam administrasi pemerintahan perlu kesadaran aparat birokrasi untuk benar-
benar menjalankan tupoksi. Perlunya aturan-aturan untuk mengatur birokrat demi
konsistensi menerapkan etika dalam administrasi pemerintah. Melihat fakta yang
ada, tak sedikit penyelenggara negara (pejabat publik) belum mampu menerapkan
prinsip etika dalam administrasi publik yang baik.
Daftar Pustaka

Dr. Harbani Pasolong, M.Si. 2017. Teori Administrasi Publik. Edisi Revisi,
ALFABETA. Bandung.

Bertens, K. 2005. Etika. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

NH Kistanto, N Lestari, S Subekti. Pengantar Etika. Modul 1, Universitas


Terbuka. Jakarta.

Dr. Drs. Ismail, M.Si. 2017. Etika Pemerintahan. Lintang Rasi Aksara Books.
Yogyakarta.

Yuniar, Alfin S. 2018. Etika Administrasi Publik. Institut Ilmu Sosial dan
Manajemen STIAMI. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai