Anda di halaman 1dari 3

Nama : Salwa Khaerunniza

Nim : 105731121119
Kelas : Akuntansi 19F
Dosen : Amir, SE.,M.Si,Ak.,CA

RESUME MATERI BAB I (KONSEP ETIKA), BAB II (ETIKA DALAM AGAMA) DAN
BAB III (FILOSOFI ETIKA)
A. MATERI BAB I (KONSEP ETIKA)
DEFENISI ETIKA
Etika merupakan cabang filsafat yang membicarakan perilaku benar dan baik.perspektik filsafat
dalam hukum cenderung etika berupa benar atau salah,kurang memperhatikan etika sebagai baik atau
buruk.Tujuan dari etika merupakan kehidupan yang lebih baik, tidak sekedar kehidupan yang selalu benar
dan terdapat tanggung jawab sosial.
KONSEP ETIKA
Konsep etika yaitu terdapat hak dan kepentingan pihak lain yang harus di perhitungkan saat memutuskan
untuk melakukan suatu tindakan. Etika berhubungan dengan perilaku etis. Pengentahuan dan emosi
seseorang tentang etika diperoleh melalui : Pengalaman, Pembelajaran dan Pendidikan.
SUMBER ETIKA
1. Sumber dan profesi sebagai sumber etika
2. Lingkungan sebagai sumber etika
3. Negara sebagai sumber etika
4. Agama sebagai sumber etika.
ETIKA BISNIS
Etika bisnis adalah segmen etika terapan yang mencoba untuk mengontrol dan memeriksa
pengaturan moral dan etika perusahaan. Ia juga mendalami seberapa baik atau buruk badan usaha
membahas masalah-masalah moral dan etika dan menunjukkan apa yang salah dalam proses alami
mereka. Ini mencakup semua aspek bisnis dari produksi untuk administrasi, keuangan dan pemasaran.
Hal ini juga berlaku untuk berbagai industri dan dapat deskriptif atau normatif dalam disiplin. Tiga aspek
pokok dari bisnis yaitu : Sudut pandang ekonomi, hukum dan etika.
ETIKA PROFESI
Etika profesi ini merupakan suatu sikap etis yang dimiliki seorang profesional yakni sebagai
bagian integral dari sikap hidup dalam mengembang tugasnya dan juga menerapkan norma-norma etis
umum pada bidang-bidang khusus (profesi) didalam kehidupan manusia.
Fungsi Etika Profesi yaitu :
1. Sebagai pedoman bagi seluruh anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang ditetapkan.
2. Sebagai sebuah alat kontrol sosial bagi masyarakat umum terhadap profesi tertentu
3. Sebagai sarana untuk dapat mencegah campur tangan dari pihak lain di luar organisasi, terkait
hubungan etika didalam keanggotaan suatu profesi.
PENGENDALIAN DIRI
Pengendalian diri (self control) merupakan kemampuan seseorang dalam mengendalikan perilaku
mereka guna mencapai tujuan tertentu. Seorang individu dengan kendali diri yang baik, memahami benar
konsekuensi akibat tindakan yang akan mereka lakukan.
Pengendalian diri terdiri atas :
1. Kemampuan Nalar. Kemampuan nalar merupakan kemampuan untuk menilai perilaku atau
perbuatan benar salah yang memerlukan rasionalitas
2. Kata Hati Nurani. Menilai baik buruknya terhadap pengabdian kepada Tuhan, hubungan antara
manusia dan kepedulian
B. MATERI BAB II (ETIKA DALAM AGAMA)
PENGERTIAN AGAMA, HUKUM DAN ETIKA
Agama adalah ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan
kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya
Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan yang dibuat oleh yang berwenang, dengan tujuan
untuk mengatur tata kehidupan bermasyarakat yang mempunyai ciri memerintah dan melarang serta
mempunyai sifat memaksa dengan menjatuhkan sanksi hukuman bagi mereka yang melanggarnya.
Etika secara umum adalah aturan, norma, kaidah, ataupun tata cara yang biasa digunakan sebagai
pedoman atau asas suatu individu dalam melakukan perbuatan dan tingkah laku. Penerapan norma ini
sangat erat kaitannya dengan sifat baik dan buruknya individu di dalam bermasyarakat.
HUBUNGAN ANTARA AGAMA, HUKUM DAN ETIKA
1. Hubungan antara Etika dan Agama
Etika dan agama adalah dua hal yang saling membutuhkan, atau dalam bahasa Sudiarja “agama
dan etika saling melengkapi satu sama lain”. Agama membutuhkan etika untuk secara kritis melihat
tindakan moral yang mungkin tidak rasional. Sedangkan etika sendiri membutuhkan agama agar manusia
tidak mengabaikan kepekaan rasa dalam dirinya. Etika menjadi berbahaya ketika memutlakan racio,
karena racio bisa merelatifkan segala tindakan moral yang dilihatnya termasuk tindakan moral yang ada
pada agama tertentu.
2. Hubungan antara Etika dan Hukum
Hukum dan etika merupakan dua wilayah yang berbeda. Hukum berlaku dalam kehidupan
masyarakat, dimana etika merupakan sesuatu yang bersifat pribadi. Hukum secara jelas didefinisikan
seperangkat aturan yang mengikat yang diterapkan kepada setiap orang, sedangkan etika merupakan opini
yang bersifat pribadi yang mengarahkan kehidupan kita sendiri. Sebagai bentuk dari kontrol sosial,
hukum memiliki berbagai keunggulan jika dibandingkan dengan etika. Hukum menyediakan aturan yang
tepat dan terinci dibandingkan etika dan aparat penegak hukum tidak hanya melaksanakan aturan-aturan
tersebut dengan kekuasaan dari pemerintah tetapi juga menginterpretasikan ketika kalimatnya tidak jelas.
PANDANGAN AGAMA HINDU TERHADAP ETIKA
Etika dalam agama Hindu dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari tata nilai, tentang baik dan
buruknya suatu perbuatan manusia, mengenai apa yang harus dikerjakan dan apa yang harus ditinggalkan,
sehingga dengan demikian akan tercipta kehidupan yang rukun dan damai dalam kehidupan manusia.
Pada dasarnya etika merupakan rasa cinta kasih, rasa kasih sayang, dimana seseorang yang menjalani dan
melaksanakan etika itu karena ia mencintai dirinya sendiri dan menghargai orang lain.
PANDANGAN AGAMA BUDHA TERHADAP ETIKA
Dalam agama Buddha secara tradisional didasarkan pada perspektif Sang Buddha, atau makhluk
pautan yang mengikutinya. Ajaran yang didapat moral termasuk dalam kitab suci agama Buddha atau
diturunkan melewati tradisi. Kebanyakan sarjana etika Buddha bergantung pada pemeriksaan kitab suci
agama Buddha, dan penggunaan bukti antropologis dari masyarakat Buddhis tradisional, untuk
membenarkan klaim tentang sifat etika Buddhis.
Menurut agama Buddha tradisional, landasan etika Buddha untuk orang awam yaitu Pancasila:
tak membunuh, mencuri, berbohong, pelecehan seksual, atau minuman keras. Dalam menjadi seorang
Buddhis, atau menegaskan komitmen seseorang terhadap agama Buddha, orang awam ditampik untuk
bersumpah untuk menjauhkan diri dari tindakan-tindakan negatif. Rahib dan biarawati mengambil ratusan
semakin sumpah (lihat vinaya).
PANDANGAN AGAMA KRISTEN TERHADAP ETIKA
Dalam pandangan agama kristen etika terbagi atas beberapa macam. Yaitu
1. Etika Filosofis
Kata filosofis berasal dari Bahasa Yunani “philos” yang berarti cinta. Etika filosofis adalah
pengelompokan perbuatan-perbuatan yang menyangkut moralitas yang dipandang dari sudut filsafat.
Hubungan antara etika, moral, dan kemanusiaan akan dianalisa secara mendalam melalui sebuah rasio
perbuatan menurut hukum Kristiani. (baca juga: Bertumbuh dan Berbuah di dalam Kristus).
2. Etika Siosologis
Etika yang satu ini lebih fokus pada keselamatan dan kesejahteraan hidup manusia. Secara luas,
etika sosiologis ini akan membahas hubungan seseorang dengan masyarakat dalam menjalankan
hidupnya.
3. Etika Deontologis
Merupakan etika yang berlaku secra mutlak di dalam kehidupan. Etika ini harus dijalankan, tanpa
memperhatikan kondisi dan situasi yang terjadi. Dampak dari etika ini tidak memperhitungkan
keuntungan, namun lebih kepada terciptanya perbuatan baik dalam kehidupan masyarakat.
PANDANGAN AGAMA ISLAM TERHADAP ETIKA
Mengingat etika Islam merupakan etika yang berdasarkan pada alQur’an dan hadish, maka di
sana pula seseorang akan dinilai baik dan buruk perbuatannya, apakah sesuai atau tidak dengan dua
sumber tersebut. Kaitannya dengan etika Islam adalah etika yang didasarkan pada pokok-pokok agama
Islam, yaitu al-Qur’andan hadits atau sunnah Nabi, kebiasaan sahabat, serta ijma ulama.
Berdasarkan petunjuk al-Qur’an dan hadits etika atau akhlak merupakan bukti pengangkatan Nabi
Muhammad SAW, di mana Nabi Muhammad SAW mempunyai akhlak terpuji, terpilih. Sebagimana al-
Qur’an menyatakan:

ٍ ُ‫َواِنَّكَ لَ َع ٰلى ُخل‬


‫ق َع ِظ ۡي ٍم‬
Wa innaka la'alaa khuluqin 'aziim
Artinya:
Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Q.S. AL-Qalam :4)

C. MATERI BAB III (FILOSOFI ETIKA)


KERANGKA ETIS
Konsekuensi, Prinsip, Karakter Kerangka kerja etis (Ethical Framework) tidak lebih dari upaya
untuk memberikan jawaban yang sistematis terhadap pertanyaan etika mendasar. Etika berupaya
memberikan pembenaran rasional mengapa kita harus bertindak dan memutuskan dengan cara tertentu
yang ditentukan. Etika tidak terdiri dari satu prinsip atau kerangka kerja tunggal. Kerangka kerja etika
yang berbeda telah berkembang dari waktu ke waktu dan telah disempurnakan dan dikembangkan oleh
banyak pemikir yang berbeda.
Terdapat tiga kerangka kerja etis yang telah terbukti berpengaruh dalam pengembangan etika
bisnis dan yang memiliki relevansi yang sangat praktis dalam mengevaluasi masalah etika dalam bisnis
modern yaitu:
1. Utilitarianisme, adalah tradisi etis yang mengarahkan kita untuk memutuskan berdasarkan
konsekuensi keseluruhan dari tindakan kita.
2. Kerangka kerja berbasis prinsip, mengarahkan kita untuk bertindak berdasarkan prinsip moral
seperti menghormati hak asasi manusia.
3. Etika moralitas, memberi tahu kita untuk mempertimbangkan karakter moral individu dan
bagaimana berbagai karakter dapat berkontribusi, atau menghalangi, kehidupan manusia yang
bahagia dan bermakna.
MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK ETIKA BISNIS
Proses pengambilan keputusan yang diperkenalkan di sini bertujuan untuk membantu Anda
membuat keputusan bisnis yang bertanggung jawab secara etis.
Proses pengambilan keputusan secara lebih rinci yaitu: .
1. Tentukan fakta
2. Identifikasi masalah etis yang terlibat
3. Identifikasi pemangku kepentingan.
4. Pertimbangkan alternatif yang tersedia
5. Bandingkan dan pertimbangkan alternatifnya.
6. Membuat sebuah keputusan.
7. Monitoring dan Belajar.

Anda mungkin juga menyukai