Anda di halaman 1dari 8

PAPER ETIKA ADMINISTRASI PUBLIK

ETIKA, MORAL HUBUNGANNYA DENGAN MANUSIA SEBAGAI


MAKHLUK ETIS

Dosen Pengampu: Dr. Drs. Mochammad rozikin, M.AP

Disusun oleh :
Aridhya Rahmanditha Parasu
205030100111139
Kelas B (Kurikulum 2015)

Fakultas Ilmu Administrasi


Universitas Brawijaya
Malang
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Etika atau dalam bahasa Inggris disebut Ethics yang mengandung arti :
Ilmu tentang kesusilaan, yang menentukan bagaimana patutnya manusia hidup
dalam masyarakat; ilmu tentang apa yang baik dan buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral; kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dgn akhlak; nilai
mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Secara
etimologis etika berasal dari bahasa Yunani kuno Ethos yang berarti kebiasaan,
adat, akhlak, watak, perasaan, sikap. Aristoteles adalah filsuf pertama yang
berbicara tentang etika secara kritis, reflektif, dan komprehensif. aristoles pula
filsuf pertama yang menempatkan etika sebagai cabang filsafat tersendiri.
Aristoteles dalam konteks ini lebih menyoal tentang hidup yang baik dan
bagaimana pula mencapai hidup yang baik itu. yakni hidup yang
bermutu/bermakna ketika manusia itu mencapai apa yang menjadi tujuan
hidupnya. menurut Aristoteles denaih apa yang mencapai tujuan hidupnya berarti
manusia itu mencapai dirinya sepenuh-penuhnya. manusia ingin meraih apa yang
apa yang disebut nilai (value), dan yang menjadi tujuan akhir hidup manusia
adalah kebahagiaan, eudaimonia. Etika berkaitan dengan maslaah nilai, karena
dalam pokoknya etika membicarakan mengenai bagaimana manusia seharusnya
berbuat dan bertindak, baik-buruk atau benar-tidaknya tindakan manusia tersebut.
Berbicara mengenai etika, tidak jauh berhubungan dengan moral. Perbedaannya,
etika lebih condong ke arah ilmu tentang baik atau buruk. Moralitas adalah sifat
moral atau keseluruhan asas dan atau nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Etika dan Moral


Salah satu yang berkaitan dengan akhlak atau tingkah laku adalah etika
dan moral. Ketiga mempunyai hubungan satu sama lain. Pada dasarnya tingkah
laku atau akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga ia akan
muncul secara spontan tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih
dahulu. Tingkah laku ini di ukur dari wujud perbuatan atau kelakuannya. Bila
kelakuan baik yang keluar karena adanya dorongan jiwa untuk melakukan hal
yang baik. Kemudian disamping akhlak, adanya istilah etika dan moral. Ketiganya
menentukan nilai baik dan buruk sikap dan perbatan manusia. Perbedaannya bila
akhlak standartnya al-quran dan hadits, etika standartnya akal dan pikiran,
sedangkan moral standartanya adat kebiasaan yang mum berlaku di masyarakat.

Istilah “moral” berasal dari bahasa Latin mos (jamak: mores) yang berarti:
kebiasaan, adat. Dalam bahasa Inggris dan banyak bahasa lain, termasuk dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988), kata mores dipakai dalam arti yang sama.
Jadi, etimologi kata “etika” sama dengan etimologi kata “moral”, karena
keduanya berasal dari kata yang berarti adat kebiasaan (Bertens, 2005: 4).
Perbedaannya terletak pada asal bahasa: etika berasal dari bahasa Yunani,
sedangkan moral berasal dari bahasa Latin. Istilah ”moralitas” (dari kata sifat
Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan “moral”, hanya
bernada lebih abstrak. Bila kita berbicara tentang “moralitas suatu perbuatan”,
artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya. Moralitas adalah sistem
nilai tentang bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia.

Etika bukan sumber tambahan moralitas, melainkan merupakan filsafat


yang merefleksikan ajaran-ajaran moral. Pemikiran filsafat mempunyai lima ciri
khas, yaitu; bersifat rasional, kritis, mendasar, sistematik, dan normatif. Rasional
berarti mendasarkan diri pada nalar, pada argumentasi yang bersedia untuk
dipersoalkan tanpa kecuali. Kritis berarti bahwa filsafat ingin mengerti sebuah
masalah sampai ke akar-akarnya, tidak puas dengan pengertian dangkal.
Sistematis adalah ciri khas pemikiran ilmiah: penyelidikan rasional, kritis dan
mendasar, dilakukan langkah demi langkah, secara teratur. Normatif berarti: tidak
sekedar melaporkan pandanganpandangan moral, melainkan menyelidiki
bagaimana pandangan moral yang seharusnya. Oleh karena itu, etika di sini
dimaksudkan sebagai filsafat moral, atau pemikiran rasional, kritis, mendasar dan
sistematis tentang ajaran-ajaran moral.

II.2 Etika, Moral Hubungannya Dengan Manusia Sebagai Makhluk Etis


Etika dan moral merupakan salah satu bentuk perilaku manusia yang
menentukan baik buruknya sifat maupun watak manusia tersebut. Etika adalah
filsafat moral. Antara etika dan moral mempunyai hubungan yang sangat erat,
karena antara etika dan moral memiliki obyek yang sama yaitu sama-sama
membahas tentang perbuatan manusia untuk menentukan baik atau buruk dari
suatu perbuatan. Namun demikian dalam hal tertentu etika dan moral memiliki
perbedaan, dengan demikian tolak ukur yang digunakan moral adalah untuk
mengukur tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan, dan lainnya yang
berlaku di masyarakat. Etika dan moral pada dasarnya memiliki kesamaan makna,
namun dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral dipakai untuk
perbuatan yang sedang di nilai, sedangkan etika di pakai untuk system nilai yang
ada.

Manusia bertindak dan harus bertindak. “Harus bertindak” artinya bahwa


tindakan itu harus memenuhi standar atau kriteria normative tertentu. Bahwa
manusia bertindak, itu normal (harus dengan sendirinya). Bertindak adalah ciri
khas setiap makhluk hidup. Bahwa manusia “harus” bertindak, itu melukiskan
eksistensi manusia secara mendalam, karena tindakan manusia tidak hanya
berkaitan dengan eksistensinya sebagai makhluk hidup, melainkan juga
mencetuskan nilai-nilai manusiawi. Makna termilologi “harus” mengedepankan
pemahaman bahwa tindakan manusia harus memenuhi syarat moral atau etis
tertentu. Tindakan manusia adalah pencetusan dirinya. Jika disimak secara sekilas
saja, jelas manusia secara konkret dipresentasi dan ditentukan oleh tindakannya
atau autentisitas manusia sangat berurusan dengan perbuatannya.
Dalam tindakan manusia, kata hati akan menilai tindakan itu baik atau
buruk. Kata hati merupakan pengetrapan kesadaran moral tindakan etis tertentu
dalam segala situasinya. Dalam hal ini kata hati bertindak sebagai hakim yang
selalu memtuskan salah tidaknya seseorang. Terkadang kata hati juga keliru dalam
mengatakan baik-buruknya tindakan tertentu disebabkan karena situasi dan
pendidikan yang keliru. Namun meskipun begitu kata hati selalu jujur, ia ia selalu
memberikan putusannya menurut keyakinannya. Maka dari itu bahwa penilaian
baik-buruk tindakan seseorang dilakukan oleh mereka sendiri dengan kata
hatinya. Manusia adalah makhluk yang berbeda dengan yang lainya, mereka
mempunyai sifat yang memliki keistimewaan yakni budi dan kehendaknya,
sehingga ia disebut pribadi. Pribadi adalah individu yang berbudi dan
berkehendak.

Sehingga kepribadian itu berarti dasar keseluruhan dan kesatuan tindakan


manusia yang berbudi dan berkehendak itu. namun dalam kenyataanya, terkadang
manusia selalu ada yang menarik pada tindakan yang buruk. yang disebut dengan
nafsu. Nafsu merupakan perasaan atau kecenderungan untuk memuaskan
keinginan kita misalnya nafsu makan yang terus menerus. Sehingga manusia
hanya menghiraukan enak dan senang saja sehinggakan dapat merugikan manusia
itu sendiri. Hal ini merupakan tindakan yang buruk bagi tingkah laku manusia
karena terbawa oleh nafsu yang tidak baik dan tanpa kesadaran hati.

Dari itu maka manusia yang baik adalah manusia yang bertingkah laku
baik dan bertanggung jawab kepada kata hatinya, karena ia selalu memilih
menurut petunjuk kata hatinya itu, ia pun selalu bertanggung jawab terhadap
siapapun yang berhak menuntut jawab atas perbuatannya. Dalam hal kepribadian
ia selalu yakin bahwa tindakan tingkah lakunya baik karena berpedoman pada
kata hatinya juga berkata baik. Sehingga orang yang demikian hidupnya tidak
akan terombang ambing dalam penderian etis.

Dengan hubungannya Etika dan Moral bermaksud membantu manusia


untuk bertindak secara bebas dan dapat dipertanggungjawabkan, karena setiap
tindakannya selalu lahir dari keputusan pribadi yang bebas dengan selalu bersedia
untuk mempertanggungjawabankan tindakannya itu, karena memang ada alasan-
alasan dan pertimbangan-pertimbangan yang kuat mengapa ia betindak begitu.
Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalankan hidupnya melalui
rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk
mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup. Etika pada
akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang
patut dilakukan. Dengan begitu menyangkut tentang hal penting terkait dengan
makna hidup manusia sebagai makhluk yang etis.

Dengan demikian etika berada dalam wilayah teoritis bukan praktis.


Sebalikanya moral pun juga bisa disebut sebagai wilayah teoritis jika merupakan
filsafat moral. Akan tetapi antara etika dan moral dapat dijadikan sebagai bentuk
konsep yang dapat mengarahkan manusia kepada tatanan nilai yang berbudi luhur
dalam bentuk perilaku yang mengarah kepada kebaikan sesuai aturan yang telah
ditetapkan. Dengan adanya etika atau tingkah laku maka pribadi manusia dapat
tercapai dengan baik sesuai dengan kaidah dan norma-norma yang telah
ditetapkan oleh ajaran agama. Etika tersebut akan membawa pada tata derajat
manusia yang sempurna apabila mereka taat dan patuh pada aturan itu serta tidak
menyimpang dari padanya. Menyangkut hubungan manusia dengan manusia, baik
secara langsung maupun dalam bentuk kelembagaan. Etika sosial bertujuan
membantu manusia untuk semakin sadar akan taanggung jawab sebagai manusia
dalam kehidupan bersama menurut semua dimensinya. Etika mengandung nilai-
nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah laku; sistem nilai. Kumpulan asas atau nilai
moral; juga dapat berarti kode etik.
BAB III
PENUTUP
III. Kesimpulan

Etika ingin mengerti mengapa kita harus mengikuti moralitas tertentu, atau
bagaimana kita harus mengikuti moralitas tertentu, atau bagaimana kita dapat
mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai moralitas.
Perlu diperhatikan pula bahwa etika kadang kala dipakai dalam arti yang lebih
longgar, yaitu untuk mengacu pada keseluruhan pandangan moral sebuah
kelompok sejauh merupakan kesatuan sistematis. Di era modernisasi dengan
segala kecanggihan yang membawa perubahan dan pengaruh terhadap nilai-nilai
moral, adanya berbagai pandangan ideologi yang menawarkan untuk menjadi
penuntun hidup tentang bagaimana harus hidup dan tentunya kita hidup dalam
masyarakat yang semakin pluralistik, juga dalam bidang moral sehingga bingung
harus mengikuti moralitas yang mana. Ini sesuai dengan fungsi etika itu sendiri,
yaitu untuk membantu kita mencari orientasi secara kritis dalam berhadapan
dengan moralitas yang membingungkan. Manusia sebagai makhluk etis akan
memiliki kesadaran susila (etika), memahami norma-norma sosial, mampu
berbuat sesuai dengan aturan dan norma.
Daftar Pustaka

Dr. Harbani Pasolong, M.Si. 2017. Teori Administrasi Publik. Edisi Revisi,
ALFABETA. Bandung.

NH Kistanto, N Lestari, S Subekti. Pengantar Etika. Modul 1, Universitas


Terbuka. Jakarta.

Dr. I Ketut Wirawan., SH.,MHUM. I Nyoman Bagiastra, S.H., M.H. 2016.


Manusia dan Etika. Universitas Udayana. Denpasar.

Djoko Adi Prasetyo. Cerminan Etika Dalam Hubungan Antar-Manusia.


Universitas Airlangga. Surabaya.

Yuliana Dewi. 2019. Tindakan Manusia Dalam Kehidupan Sehari-hari Untuk


Menjaga Kelestarian Negara Indonesia Dikaitkan Dengan Teori Etika Moral.
Universitas Katolik Widya Mandala. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai