Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KELOMPOK 5

ETIKA, MORAL, DAN SUSILA


Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tasawuf
Dosen Pengampu: Lutfi Zainuddin. As. M. Pd. I
disusun oleh
Dewi Rahmawati

: 1501010031

Ria Fransiska

: 1501010103

Yeni

: 1501010142

Prodi: Pendidikan Agama Islam


Kelas/ Semester: D/ III

JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
JURAI SIWO METRO
T.A. 2016/2017

KATA PENGANTAR


Alhamdulillah, bersyukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul ETIKA, MORAL, DAN SUSILA. Makalah ini disusun dalam
rangka memenuhi tugas mata kuliah Tasawuf.
Adapun ide penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dari
Bapak Lutfi Zainuddin. As. selaku dosen kami, dan para rekan-rekan yang telah
membantu kami. Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan
makalah ini jauh dari sempurna.
Seperti pepatah tiada gading yang tak retak, sehingga masih banyak
kekurangan dan kelemahan-kelemahan karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman. Untuk itu, Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna menyempurnakan makalah ini. Penyusun berharap semoga
makalah ilmiah ini dapat bermanfaat bagi Penyusun khususnya dan bagi pembaca
umumnya.

Metro, September 2016


Tim Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................ii
Kata Pengantar..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. RumusanMasalah.........................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
A. Pengertian Etika, Moral, dan Susila...............................................................8
1. Pengertian Etika.......................................................................................
2. Pengertian Moral......................................................................................
3. Pengertian Susila......................................................................................
B. Hubungan Antara Etika, Moral, dan Susila....................................................8
BAB III KESIMPULAN...................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai
dengan menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya
akhlak yang baik. Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang
Allah Yang Maha Esa, ibadah yang dilakukan hanya sebagai formalitas belaka.
Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya
adalah pangkalan yang menetukan corak hidup manusia. Di dalam akhlak
terdapat etika, moral, dan susila yang mengacu pada pola tindakan yang
didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan
susila adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup
yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang
kesadaran itu. Oleh karena itu dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman
terhadap etika, moral, dan susila.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari etika, moral, dan susila?
2. Apa saja persamaan dan perbedaan antara etika, moral, dan susila?
3. Bagaimana hubungan antara etika, moral, dan akhlak?
C. Tujuan
Mengetahui dan menjelaskan tentang pengertian, persamaan dan
perbedaan, serta hubungan antara etika, moral, dan susila.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika, Moral, dan Susila
1. Pengertian Etika
Etika, secara etimologi berasal dari kata Yunani Kuno yaitu, ethos
yang berarti watak kesusilaan atau adat. 1 Ada pendapat dari Dr. H.
Hamzah Yaqub bahwa etika adalah ilmu yang menyelediki makna yang
1Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (PT Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2009), h. 89.

baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia
sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.2 Dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia etika berarti ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak
(moral).
Etika sebagai salah satu cabang dari filsafat yang mempelajari
tingkah laku manusia untuk menentukan nilai perbuatan baik dan buruk, 3
maka ukuran untuk menentukan nilai itu adalah akal pikiran. Atau dengan
kata lain, dengan akal orang dapat menentukan baik buruknya perbuatan
manusia. Baik karena akal menentukan yang baik atau buruk karena akal
memutuskannnya untuk buruk.
Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang
sama bagi seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran
tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal
pikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai tujuan itu, etika
mengalami kesulitan, karena pandangan masing-masing golongan dunia ini
tentang baik dan buruk mempunyai ukuran (kriteria) yang berlainan.
Secara metodologi, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat
dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan
sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu
ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia.
Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku
manusia, etika memiliki sudut pandang normatif, yaitu melihat perbuatan
manusia dari sudut baik dan buruk.
Dari definisi etika tersebut diatas, dapat segera diketahui bahwa etika
berhubungan dengan empat hal sebagai berikut. Pertama, dilihat dari segi
objek pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang
dilakukan oleh manusia. Kedua dilihat dari segi sumbernya, etika
bersumber pada akal pikiran atau filsafat. Sebagai hasil pemikiran, etika
terbatas, dapat berubah, memiliki kekurangan, kelebihan dan sebagainya.
Selain itu, etika juga memanfaatkan berbagai ilmu yang membahas
perilaku manusia seperti ilmu antropologi, psikologi, sosiologi, ilmu
2Hamzah Yaqub, Etika Islam, (CV. Diponegoro: Bandung, 1983) h. 12.
3Nur Hidayat, Akhlak Tasawuf, (Penerbit Ombak: Yogyakarta, 2013), h. 11.

politik, ilmu ekonomi dan sebagainya. Ketiga, dilihat dari segi fungsinya,
etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap sesuatu
perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut
akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya. Dengan
demikian etika lebih berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah
perilaku yang dilaksanakan oleh manusia. Etika lebih mengacu kepada
pengkajian sistem nilai-nilai yang ada. Keempat, dilihat dari segi sifatnya,
etika bersifat relatif yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan
zaman.
Dengan ciri-cirinya yang demikian itu, maka etika lebih merupakan
ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan
yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Berbagai
pemikiran yang dikemukakan para filosof barat mengenai perbuatan baik
atau buruk dapat dikelompokkan kepada pemikiran etika, karena berasal
dari hasil berfikir. Dengan demikian etika sifatnya humanistis dan
antroposentris yakni bersifat pada pemikiran manusia dan diarahkan pada
manusia. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang
dihasilkan oleh akal manusia.

2. Pengertian Moral
Pengertian moral secara etimologi berasal dari bahasa latin, yaitu
jamak dari mose yang berarti adat kebiasaan.4 Dalam kamus umum bahasa
indonesia dikatakan bahwa moral adalah ketentuan baik-buruk terhadap
perbuatan dan tingkah laku seseorang.
Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang
digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak,
pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar atau salah,
baik atau buruk. Dalam pengertian lain arti moral adalah5:
a. Prinsip-prinsip yang berkenaaan dengan benar dan salah, baik dan buruk
b. Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah
4 Nur Hidayat, Akhlak Tasawuf.., h. 13.
5 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf.., h. 93.

c. Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik


Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral
adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas
manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Moral
merupakan penjabaran dari nilai yang diyakini sebagai suatu identitas yang
memberikan corak khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan dan
perilaku. Maka, moral lebih bersifat praktis dan membutuhkan tolak ukur.
Dalam pembahasan moral tolak ukur yang digunakan adalah norma-norma
yang hidup dalam masyarakat, yang berupa adat istiadat, agama, dan aturanaturan tertentu.
Menurut Hamzah Yaqub bahwa moral adalah sesuai dengan ide-ide
umum tentang tindakan manusia mana yang baik dan yang wajar. Setuju
dengan Hamzah Yaqub, secara detail dalam Ensiklopedia Pendidikan
disebutkan bahwa moral adalah nilai dasar dalam masyarakat untuk memilih
antara nilai hidup (moral) juga adat istiadat yang menjadi dasar untuk
menunjukkan baik dan buruk. Maka untuk mengukur tingkah laku manusia
tersebut dapat dilihat dari penyesuaiannya dengan adat istiadat yang umum
diterima masyarakat, yang meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu.
Karena itu dapat dikatakan, baik atau buruk yang diberikan secara moral
hanya bersifat lokal dan merealisasikannya melalui perbuatan itu.
3. Pengertian Susila
Pengertian susila atau kesusilaan secara etimologi berasal dari
bahasa Sansakerta yaitu Su berarti baik, dan sila berarti prinsip, dasar, atau
aturan. Susila atau kesusilaan diartikan sebagai aturan hidup yang lebih
sopan, baik dan beradab. Orang yang susila adalah orang yang berkelakuan
baik. Sedangkan orang yang asusila adalah orang yang berkelakuan buruk.
Kesusilaan sama dengan kesopanan. Oleh sebab itu, kesusilaan lebih
mengacu pada upaya membimbing, memasyarakatkan hidup yang sesuai
dengan norma atau aturan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

Istilah kesusilaan menggambarkan dimana orang selalu menerapkan


nilai-nilai yang dipandang baik.6 Istilah tersebut hampir sama dengan moral,
yaitu pedoman untuk membimbing orang agar berjalan dengan baik juga
berdasarkan pada nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat serta
mengacu kepada sesuatu yang dipandang baik oleh masyarakat.
B. Hubungan antara Etika, Moral. dan Susila
Penjelasan mengenai pengertian di atas ternyata memiliki persamaan
dan perbedaan antara ketiganya. Dilihat dari persamaannnya, pertama, etika,
moral dan susila mengacu kepada ajaran atau gambaran tentang perbuatan,
tingkah laku, sifat, dan perangkai yang baik.
Kedua, etika, moral dan susila merupakan prinsip atau aturan hidup
manusia untuk menakar martabat dan harkat kemanusiaannya. Sebaliknya
semakin rendah kualitas etika, moral dan susila seseorang atau sekelompok
orang, maka semakin rendah pula kualitas kemanusiaannya.
Ketiga, etika, moral dan susila seseorang atau sekelompok orang tidak
semata-mata merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap, stastis, dan
konstan, tetapi merupakan potensi positif yang dimiliki setiap orang. Untuk
pengembangan potensi positif tersebut diperlukan pendidikan, pembiasaan, dan
keteladanan, serta dukungan lingkungan, mulai dari lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat secara terus menerus, berkesinambungan, dengan
tingkat konsistensi yang tinggi.
Sedangkan perbedaan antara etika, moral, dan susila terletak pada
sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Dalam etika
penilaian baik dan buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, bersifat teoritis
dan memandang tingkah laku secara umum yang dinyatakan dalam ukuran
baik dan buruk. Moral dan susila berdasarkan pada kebiasaan yang berlaku
umum di masyarakat, bersivat lokal, dan individual. Moral dan susila
menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan.

6Fachri Faul, Etika, Moral, dan Susila dalam http://www.fachrifaul.net/2011/07/etikamoral-dan-susila-akhlak-tasawuf diunduh pada 27 September 2016.

Berikutnya, antara etika, moral, dan susila tetap saling berhubungan dan
membutuhkan. Ketiganya berasal dari produk rasio dan budaya masyarakat
yang secara selektif diakui sebagai yang terbaik dan bermanfaat bagi
kelangsungan hidup manusia. Demikian juga kedudukan etika, moral, dan
susila sangat dibutuhkan dalam menerapkan ketentuan perbuatan atau akhlak
manusia sesuai ajaran Al-Quran dan Hadits.

BAB III
KESIMPULAN
Etika, secara etimologi berasal dari kata Yunani Kuno yaitu, ethos yang
berarti watak kesusilaan atau adat. Etika sebagai salah satu cabang dari filsafat
yang mempelajari tingkah laku manusia untuk menentukan nilai perbuatan baik
dan buruk, maka ukuran untuk menentukan nilai itu adalah akal pikiran.

Secara bahasa moral berasal dari bahasa Latin yaitu Mos yang dalam
bentuk jamaknya mose yang berarti adat kebiasaan. Moral dan etika sama artinya,
tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan.
Etika, moral, dan susila sangat berhubungan karena sama-sama
mempelajari tentang tingkah laku manusia yang dilihat dari segi baik dan
buruknya. Perbedaan antara ketiganya ada pada sumber atau yang menjadi tolak
ukurnya. Oleh karena itu, dalam menjalani kehidupan yang lebih baik harus
menyeimbangkan antara ketiganya sesuai perintah Allah yang telah diajarkan
dalam Al-Quran dan Hadits.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Nur. 2013. Akhlak Tasawuf. Yogyakarta: Penerbit Ombak.


Nata, Abuddin. 2009. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Yaqub, Hamzah. 1983. Etika Islam. Bandung: CV. Diponegoro.

Web:
Fachri Faul, Etika, Moral, dan Susila dalam http://www.fachrifaul.net/
2011/07/etika-moral-dan-susila-akhlak-tasawuf
diunduh
pada
27
September 2016.

Anda mungkin juga menyukai