Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KELOMPOK PENDIDIKAN AGAMA

“ SELUK BELUK PEMBAHASAN EMSA DALAM ISLAM ”

DOSEN PENGAMPU : Dr. Syar’I Sumin, M. Ag

Dibuat Oleh :

KELOMPOK 1

Siska Mayerni 1911211044

Suci Rahmawani 1911212008

Annisa Alifha Putri 1911212020

Adinda Ismira 1911212026

Reta Prima Taiwa 1911212036

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah
kelompok mata kuliah Pendidikan Agama. Shalawat serta salam kita sampaikan
kepada junjungan umat Islam, Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita ke
dunia yang penuh dengan ilmu pengetahuan bersama Al-Qur’an dan sunnah.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama
dalam program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
dengan judul makalah " Seluk Beluk Pembahasan EMSA Dalam Islam ".
Kami memohon maaf apabila masih ada kesalahan dalam penulisan makalah
kelompok ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca agar ke depannya makalah ini menjadi lebih baik.

Padang, 23 Oktober 2019

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................i

DAFTAR ISI ..........................................................................................ii

PEMBAHASAN

1. Definisi EMSA...................................................................................1

2. Ruang Lingkup EMSA.......................................................................5

3. Perbedaan Etika, Moral, Susila, dan Akhlak ....................................10

4. Keunggulan Akhlak Islami ...............................................................12

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….15

ii
PEMBAHASAN

1. Definisi dan Ciri EMSA


A. ETIKA
Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat. Dalam KBBI etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas-
asas akhlaq (moral). Secara terminologi, etika mempunyai banyak ungkapan yang
semuanya itu tergantung pada sudut pandang masing-masing ahli. Ahmad Amin
mengartikan etika sebagai ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia di dalam perbuatan
mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.
Soegarda Poerbakawatja mengartikan etika sebagai filsafat nilai, kesusilaan
tentang baik-buruk, serta berusaha mempelajari nilai-nilai dan merupakan juga
nilai-nilai itu sendiri Ki Hajar Dewantara menjelaskan etika merupakan ilmu
yang mempelajari soal kebaikan (dan keburukan) di dalam hidup manusia
semuanya, teristimewa yang mengenai gerak gerik pikiran dan rasa yang dapat
merupakan pertimbangan dan perasaan sdampai mengenai tujuan yang dapat
merupakan perbuatan. Austin Fogothey (seperti yang dikutip Ahmad Charris
Zubair) mengatakan bahwa etika berhubungan dengan seluruh ilmu pengetahuan
tentang manusia dan masyarakat sebagi antropologi, psikologi, sosiologi,
ekonomi, ilmu politik dan hukum.
Dari beberapa definisi etika tersebut dapat segera diketahui bahwa etika
berhubungan dengan empat hal sebagai berikut :
Ø  Dilihat dari segi obyek pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan
yang dilakukan oleh manusia.

Ø   Dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal fikiran atau filsafat.
Sebagai hasil pemikiran maka etika tidak bersifat mutlak, absolute dan tidak pula
universal. Ia terbatas, dapat berubah, memilki kekurangan dan kelebihan. Selain
itu etika juga memanfaatkan berbagai ilmu yang membahas prilaku manusia
seperti ilmu antropologi,psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi dan
sebagainya. Hal ini dimungkinkan, karena berbagai ilmu yang disebutkan itu

1
sama-sama memiliki obyek pembahasan yang sama dengan etika, yaitu perbuatan
manusia.
Ø  Dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan
penetap
terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan
tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya. Dengan
demikian etika lebih berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah prilaku yang
dilaksanakan oleh manusia. Peranan etika dalam hal ini tampak sebagai wasit
atau hakim, dan bukan sebagai pemain. Ia merupakan konsep atau pemikiran
mengenai nilai-nilai untuk digunakan dalam menentukan posisi atau status
perbuatan yang dilakukan manusia. Etika lebih mengacu kepada pengkajian
system nilai-nilai yang ada.

Ø  Dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah
sesuai dengan tuntunan zaman.
Dengan ciri-cirinya yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang
dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Berbagai pemikiran yang
dikemukakan para filosof barat mengenai perbuatan yang baik atau buruk dapat
dikelompokkan kepada pemikiran etika, karena berasal dari hasil berpikir.
Dengan demikian etika sifatnya humanistis dan anthropocentris ,yakni
berdasarkan pada pemikiran manusia dan diarahkan pada manusia.Dengan kata
lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yangdihasilkan oleh akal manusia.
Etika Qurani mempunyai ciri-ciri tersendiri yang membedakannya dengan
etika lain. Etika Qurani sekurang-kurangnya mempunyai lima ciri utama, yaitu:
pertama, Rabbani; kedua, manusiawi; ketiga, universal; keempat, keseimbangan;
dan kelima, realistik (Ilyas, 2002: 12). Ciri Rabbani menegaskan bahwa etika
Qurani adalah etika yang membimbing kepada arah yang baik dan benar (Surat
Al-An’am/6: 153). Ciri manusiawi adalah memperhatikan dan memenuhi fitrah
manusia serta menuntun agar memperoleh kebahagian dunia dan akhirat (Surat
Ar-Rum/30: 30). Ciri universal adalah membawa misi rahmatan lil alamin di
seluruh penjuru (Surat Al-Anbiya’/21: 107). Ciri keseimbangan adalah menjaga
hubungan baik kepada Allah dan hubungan baik kepada manusia (Surat Al-

2
Baqarah/2: 201). Ciri realistik adalah memperhatikan kenyataan yang ada
(kehidupan manusia) dan memberikan keringanan bagi yang tidak mampu
melakukannya (Surat Al-Baqarah/2: 173 dan 286).
B. MORAL
Kata Moral berasal dari kata latin “mos” yang berarti kebiasaan. Moral
berasal dari Bahasa Latin yaitu Moralitas adalah istilah manusiamenyebut ke
manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif.
Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan
tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal
mutlak yang harus dimiliki oleh manusia.
Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses
sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan prosessosialisasi.
Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai implisit karena banyak orang
yang mempunyai moral atau sikap moral itu dari sudut pandang yang sempit.
Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus
mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-
absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral
diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.
Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam berinteraksi
dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa
yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan
lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik,
begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Moral juga
dapat diartikan sebagai sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan
seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman,
tafsiran, suara hati, serta nasihat, dll.
Adapun pengertian moral dalam kamus filsafat dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1) Menyangkut kegiatan-kegiatan yang dipandang baik atau buruk, benar atau
salah, tepat atau tidak tepat.
2) Sesuai dengan kaidah-kaidah yang diterima, menyangkut apa yang dianggap
benar, baik, adil dan pantas.

3
3) Memiliki Kemampuan untuk diarahkan oleh (dipengaruhi oleh) keinsyafan
benar atau salah. Kemampuan untuk mengarahkan (mempengaruhi) orang lain sesuai
dengan kaidah- kaidah perilaku nilai benar dan salah.
4) Menyangkut cara seseorang bertingkah laku dalam berhubungan dengan orang
lain
Secara umum, MORAL dapat diartikan sebagai batasan pikiran, prinsip,
perasaan,ucapan, dan perilaku manusia tentang nilai-nilai baik dan buruk atau
benar dan salah. Moral merupakan suatu tata nilai yang mengajak seorang
manusia untuk berperilaku positif dan tidak merugikan orang lain. Seseorang
dikatakan telah bermoral jika ucapan, prinsip, dan perilaku dirinya dinilai baik
dan benar oleh standar-standar nilai yang berlaku di lingkungan masyarakatnya.

C. SUSILA
Susila atau kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan
akhiran an. Kata tersebut berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Su dan Sila. Su
berarti  baik, bagus dan Sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma.
Kata Susila selanjutnya digunakan untuk arti sebagai aturan hidup yang lebih
baik. Orang yang susila adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang
yang a susila adalah orang yang berkelakuan buruk. Pada pelaku Zina (pelacur)
misalnya sering diberi gelar sebagai Tuna Susila.
Selanjutnya kata susila dapat pula berarti sopan, beradab, baik budi
bahasanya. Dan kesusilaan sama dengan kesopanan. Dengan demikian kesusilaan
lebih mengacu kepada upaya membimbing, memandu, mengarahkan,
membiasakan dan memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-
nilai yang berlaku dalam masyarakat. Kesusilaan menggambarkan keadaan
dimana orang selalu menerapkan nilai-nilai yang dipandang baik. Sama halnya
dengan moral, pedoman untuk membimbing orang agar berjalan dengan baik juga
berdasarkan pada nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat dan mengacu
kepada sesuatu yang dipandang baik oleh masyarakat.
 
D. AKHLAK
ٌ K ُ‫ ُخل‬yang
Kata “Akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun ‫ق‬
menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata
ٌ ‫ َخ ْل‬yang
tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun ‫ق‬
4
berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliq‫ق‬ ٌ ِ‫ ال‬K َ‫ خ‬ yang berarti
pencipta; demikian pula dengan akhluqun ‫ق‬ٌ ْ‫و‬KKُ‫ َم ْخل‬yang berarti yang diciptakan..
Jadi akhlak
seseorang diartikan sebagai budi pekerti yang dimiliki oleh seseorang terkait
dengan sifat-sifat yang ada pada dirinya.
Kata akhlak menurut istilah khususnya dalam islam diartikan sebagai sifat
atau perangai seseorang yang telah melekat dan biasanya akan tercermin dari
perilaku orang tersebut. Seseorang yang mmeiliki sifat baik biasanya akan
memiliki perangai atau akhlak yang baik juga dan sebaliknya seseorang yang
memiliki perangai yang tidak baik cenderung memiliki akhlak yang tercela. Kata
akhlak disebutkan dalam firman Allah pada ayat berikut ini

َ ِ‫إِنَّا أَ ْخلَصْ نَاهُ ْم بِخَال‬


ِ ‫ص ٍة ِذ ْك َرى ال َّد‬
‫ار‬
Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan
kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada
negeri akhirat.(QS Shad : 46)
Dari beberapa pengertian di atas juga dapat disimpulkan bahwa terdapat 5
ciri-ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu:
1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa
seseorang sehingga telah menjadi kepribbadiannya
2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa
pemikiran.
3. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dalam diri orang yang
mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
4. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya,
bukan main-main atau karena sandiwara.
5. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas ssemata-
mata karena Allah.

2. Ruang Lingkup EMSA


A. Ruang Lingkup Etika
o Etika Perangai dan Etika Moral

5
Etika perangai adalah adat-istiadat atau kebiasaan yang menggambarkan
perangai manusia dalam hidup bermasyarakat di daerah-daerah tertentu, pada
waktu tertentu pula. Etika perangai tersebut diakui dan berlaku karena
disepakati masyarakat berdasarkan hasil penilain perilaku.
 Berbusana adat
 Pergaulan muda-mudi
 Perkawinan semenda
 Upacara adat

o Etika Moral
Etika moral berkenaan dengan kebiasaan berperilaku yang baik dan benar
berdasarkan kodrat manusia. Apabila Etika ini dilanggar timbullah kejahatan,
yaitu perbuatan yang tidak baik dan tidak benar. Kebiasaan ini berasal dari
kodrat manusia yang disebut moral.
 Berkata dan berbuat jujur
 Menghargai hak orang lain
 Menghormati orangtua dan guru
 Membela kebenaran dan keadilan
 Menyantuni anak yatim/yatim piatu.

o Etika pribadi.
 Misalnya seseorang yang berhasil dibidang usaha (wiraswasta) dan
menjadi seseorang yang kaya raya (jutawan).
 Ia disibukkan dengan usahanya sehingga ia lupa akan diri pribadinya
sebagai umat Tuhan. Ia mempergunakan kekayaannya untuk keperluan
hal-hal yang tidak terpuji dimata masyarakat (mabuk-mabukan, suka
menganggu ketentraman keluarga orang lain).
 Dari segi usaha ia memang berhasil memperkembangkan usahanya
sehingga ia menjadi jutawan, tetapi ia tidak berhasil (gagal) dalam
mengembangkan etika pribadinya.

o Etika sosial.

6
 Misalnya seorang pejabat pemerintah (negara) dipercaya untuk
mengelola keuangan negara. Uang milik negara berasal dari rakyat dan
untuk rakyat. Pejabat tersebut ternyata melakukan penggelapan uang
negara untuk kepentingan pribadinya, dan tidak dapat
mempertanggungjawabkan uang yang dipakainya itu kepada pemerintah.
Perbuatan pejabat yang mempergunakan uang negara untuk kepentingan
diri pribadi tersebut, adalah perbuatan yang merusak etika sosial.

B. Ruang Lingkup Moral


o Moral Ketuhanan
Moral Ketuhanan adalah semua hal yang berhubungan dengan keagamaan/
religius berdasarkan ajaran agama tertentu dan pengaruhnya terhadap diri
seseorang. Wujud moral ketuhanan, misalnya melaksanakan ajaran agama
yang dianut dengan sebaik-baiknya. Contoh; menghargai sesama manusia,
menghargai agama lain, dan hidup rukun dengan yang berbeda agama.

o Moral Ideologi dan Filsafat


Moral ideologi dan filsafat adalah semua hal yang berhubungan dengan
semangat kebangsaan, loyalitas kepada cita-cita bangsa dan negara. Wujud
moral ideologi dan filsafat, misalnya menjunjung tinggi dasar negara
Indonesia yaitu Pancasila. Contoh; menolak ideologi asing yang ingin
mengubah dasar negara Indonesia.

o Moral Etika dan Kesusilaan


Moral Etika dan Kesusilaan adalah semua hal yang berkaitan dengan etika
dan kesusilaan yang dijunjung oleh suatu masyarakat, bangsa, dan negara
secara budaya dan tradisi. Wujud moral etika dan kesusilaan, misalnya
menghargai orang lain yang berbeda pendapat, baik dalam perkataan maupun
perbuatan. Contoh; mengucapkan salam kepada orang lain ketika bertemu atau
berpapasan.

o Moral Disiplin dan Hukum

7
Moral Disiplin dan Hukum adalah segala hal yang berhubungan dengan kode
etika profesional dan hukum yang berlaku di masyarakat dan negara. Wujud
moral disiplin dan hukum, misalnya melakukan suatu aktivitas sesuai dengan
aturan yang berlaku. Contoh; selalu menggunakan perlengkapan yang
diharuskan dan mematuhi rambu-rambu lalu lintas ketika berkendara di jalan
raya.

C. Ruang Lingkup Sosial


Pembentukan Struktur Sosial Masayarakat Islam (Masyarakat Madani)
memiliki dua ciri yaitu masyarakat theosentris (berpusat kepada Tuhan) dan
masyarakat etiko religius (hidup dengan nilai-nilai Agama Islam) yang
dilestarikan dalam upaya kebajikan, karena Allah SWT.
o Masyarakat Theosentris
Pembentukan sosial masyarakat Islam menjadikan theosentris (Tuhan
sebagai pusat kekuasaan) sebagai falsafah sosialnya yang didasarkan pada
sistem nilai yang paling tinggi dan paling penting, karena mengimani dan
menyembah Allah SWT. sebagaimana dalam QS.:112:1-2: 1. Katakanlah:
"Dia-lah Allah, yang Maha Esa. 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. Kandungan falsafah surat al-Ikhlash ini memberi
prinsip yang sempurna dan lengkap untuk mencapai ideal-ideal iserta nilai-
nilai tertinggi. Dalam kenyataannya, masyarakat inilah yang mengeluarkan
sangsi-sangsi yang murni dan penting bagi upaya kebenaran, keadilan,
keindahan, kasih sayang serta pelayanan dan memuaskan terhadap sesama,
masyarakat yang jauh dari segala perbuatan maksiyat.

o Masyarakat Etiko Religius


Pembentukan sosial masyarakat Islam bertujuan untuk membentuk
masyarakat yang etiko religius yang didasarkan pada idealisme etika
theosentris yang bertopang pada: Pertama, cinta pada Allah SWT. Yang
dicerminkan dengan kecintaan kepada sesama manusia. Kedua, rasa takut
pada Allah SWT. yang dicerminkan pada rasa takut pada pengadilan Allah
SWT.Masyarakat madani menjadikan nilai spiritual sebagai etika dan

8
moralnya, yang disebut dengan akhlak al-karimah, karena masyarakat madani
didasarkan pada pengakuan kesatuan umat dan cita-cita persaudaraaan umat
manusia (Q.S. 4:1), Islam menganggap rasionalisme, sukuisme, kastaisme,
klasisme dan dinatisme sebagai suatu pengkhianatan terhadap umat manusia.
Oleh karena itu semua anggota masyarakat Islam tanpa mempedulikan ras,
suku, kasta, dinasti, warna kulit, bahasa adalah sama dan pada dasarnya
memiliki hak-hak asasi yang sama. Dengan demikian, masyarakat madani
adalah masyarakat yang non-rasial, non-suku, non-kasta dan non-kelas (Q.S.
49:13). Bisa juga dikatakan sebagai
Egalitarian siciety (masyarakat yang sama di bidang sosial, politik dan
ekonomi).

D. Ruang Lingkup pembahasan tentang Islam.


1. Aqidah (Iman)
Iman yang disebut dalam hadits Nabi SAW. di atas kemudian oleh para
ulama dinamakan aqidah. Secara bahasa, kata aqidah mengandung beberapa
arti, diantaranya adalah: ikatan, janji.45 Sedangkan secara terminologi, aqidah
adalah kepercayaan yang dianut oleh orang-orang yang beragama atau tali
yang mengokohkan hubungan manusia dengan Tuhan. Menurut W.
Montgomery Watt, seorang pakar study Arab dan keislaman mengatakan
aqidah sebagai salah satu istilah dalam Islam mengalami perkembangan
dalam penggunaannya. Pada permulaan Islam, aqidah belum digunakan untuk
menyebut pokok kepercayaan umat Islam yang bersumber dari syahadat,
kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Istilah aqidah baru disebut-
sebut dalam diskusi para mutakallimun, ulama ilmu kalam, yang
membicarakan secara luas kepercayaan-kepercayaan yang terkandung dalam
prinsip syahadatain, dua kesaksian, tidak ada tuhan selain Allah dan
Muhammad itu utusan Allah, yang kemudian bermuara pada munculnya
beberapa aliran (firqah) dalam Islam.
2. Syari‟at (Islam)
Sementara itu, yang dimaksud dengan istilah Islamdalam hadits Nabi
SAW. di atas adalah syariah. Istilah syariah menurut bahasa berarti jalan,
yakni jalan besar di sebuah kota. Syari‟ah juga berarti apa yang diturunkan
Allah kepada para Rasul-Nya meliputi aqidah dan hukum-hukum Islam.52
9
Syari‟ah juga mempunyai arti sumber mata air yang dimaksudkan untuk
minum. Makna ini yang dipergunakan Bangsa Arab saat mengatakan:
(syara‟a al-ibl) yang berarti unta itu minum dari mata air yang mengalir tidak
terputus. Syari‟ah dalam arti luas adalah din, agama yang diturunkan Allah
kepada para Nabi (Q.S. al-Syura [42]:13.53 Sedangkan dalam pengertian
terminologinya versi kalangan hukum Islam (fuqaha), kata syariat
dipergunakan dalam pengertian sebagai hukum-hukum yang ditetapkan oleh
Allah SWT bagi hamba-Nya. Dengan pengertian
ini, syariat berarti mencakup seluruh syariat samawi yang diturunkan bagi
manusia lewat para Nabi yang hadir ditengah-tengah mereka.
3. Akhlak (Ihsan)
Ihsan dalam arti khusus sering disamakan dengan akhlak, yaitu tingkah
laku dan budi pekerti yang baik menurut Islam.60 Akhlak berasal dari kata
khalaqa (menjadikan, membuat). Dari kata dasar itu dijumpai kata khuluqun
(bentuk jamak), yang artinya perangai, tabiat, adat atau sistem perilaku yang
dibuat.61Adapun yang dimaksud dengan ihsan dalam hadits Nabi SAW. di
atas adalah seperti terlihat pada penggalan hadist yang berarti: Lalu malaikat
Jibril bertanya, “Apakah ihsan itu? Rasulullah menjawab, “Engkau beribadah
kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, meskipun engkau tidak
sanggup melihat-Nya, karena Dia senantiasa melihat kamu. Ada dua bentuk
cara ibadah: a. Melaksanakan ibadah dengan menyempurnakan syarat dan
rukun atas dasar ikhlas karena Allah semata b. Melaksanakan ibadah dengan
perasaan bahwasanya Allah melihat. Inilah yang dinamakan maqam
muraqabah.

3. Persamaan dan Perbedaan EMSA


a. Persamaan antara akhlak, etika, moral dan susila.
Akhlaq, Etika, Moral , dan Susila secara konseptual memiliki makna yang
berbeda, namun pada aras praktis, memiliki prinsip-prinsip yang sama, yakni
sama-sama berkaitan dengan nilai perbuatan manusia. Seseorang yang sering
kali berkelakuan baik kita sebut sebagai orang yang berakhlaq, beretika,
bermoral, dan sekaligus orang yang mengerti susila. Sebaliknya, orang yang
perilakunnya buruk disebut orang yang tidak berakhlaq, tidak bermoral, tidak
tahu etika atau orang yang tidak berasusila. Konotasi baik dan buruk dalam hal

10
ini sangat bergantung pada sifat positif atau negatif dari suatu perbuatan
manusia.
Dalam perspektif agama, perbuatan manusia didunia ini hanya ada dua
pilihan yaitu baik dan benar. Jalan yang di tempuh manusia adalah jalan lurus
yang sesuai dengan petunjuk ajaran agama dan keyakinannya, atau sebaliknya,
yakni jalan menyimpang atau jalan setan, kebenaran atau kesesatan. Tidak
boleh ada jalan ketiga sebagai jalan tengah antara keduanya. Keempat istilah
tersebut sama-sama mengacu pada perbuatan manusia yang selanjutnya ia
diberikan kebebasan untuk menentukan apakah mau memilih jalan yang
bernilai baik atau
buruk, benar atau salah berdasarkan keputusannya. Tentu saja, masing-
masing pilihan mempunyai konsekuensi berbeda.
Ditinjau dari aspek pembentukan karakter, keempat istilah itu merupakan
suatu proses yang tidak pernah ada kata berhenti di dalamnya. Proses itu harus
terus-menerus di dorong untuk terus menginspirasi terwujudnya manusia –
manusia yang memiliki karakter yang baik dan mulia, yang kemudian
terefleksikan ke dalam bentuk perilaku pada tataran fakta empiris di lapangan
sosial dimana manusia tinggal. Kesadaran terhadap arah yang positif ini
menjadi penting ditanamkan, agar tugas manusia sebagai khalifatullah fi al-
ardi menjadi kenyataan sesuai titah Allah swt.
Dilihat dari fungsi dan peranannya, dapat dikatakan bahwa akhlak, etika,
moral, kesusilaan dan kesopanan sama, yaitu menentukan hukum atau nilai
dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya.
Kesemua istilah tersebut sama sama menghendaki terciptanya keadaan
masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tentram sehingga sejahtera
batiniah dan lahiriahnya. Objek dari akhlak, etika, moral, kesusilaan dan
kesopanan yaitu perbuatan manusia, ukurannya yaitu baik dan buruk.
Ada beberapa persamaan antara akhlak, etika, susila, dan moral yaitu
Pertama, akhlak, etika, susila, dan moral mengacu kepada ajaran atau
gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangai yang baik.
Kedua, akhlak, etika, moral, dan susila merupakan prinsip atau aturan
hidup manusia untuk menakar martabat dan harakat kemanusiaannya.
Sebaliknya semakin rendah kualitas akhlak, etika, moral seseorang atau
sekelompok orang, maka semakin rendah pula kualitas kemanusiaannya.
11
Ketiga, akhlak, etika, moral, dan susila seseorang atau sekelompok orang
tidak semata-mata merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap, stastis, dan
konstan, tetapi merupakan potensi positif yang dimiliki setiap orang. Untuk
pengembangan dan aktualisasi potensi positif tersebut diperlukan pendidikan,
pembiasaan, dan keteladanan, serta dukungan lingkungan, mulai dari
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara tersu menerus,
berkesinambungan, dengan tingkat konsistensi yang tinggi.

b. Perbedaan antara akhlak, etika, moral dan Susila


Berdasarkan paparan di atas, maka secara formal perbedaan keempat
istilah tersebut adalah antara lain sebagai berikut:
1) Etika bertolak ukur pada akal pikiran atau rasio.
2) Moral tolak ukurnya adalah norma-norma yang berlaku pada masyarakat.
3) Etika bersifat pemikiran filosofis yang berada pada tataran konsep atau
teoritis.
4) Pada aplikatif, etika bersifat lokalitas dan temporer sesuai consensus,
dengan demikian dia disebut etiket (etiqqueta), etika praksis, atau dikenal
juga dengan adab/tatakrama/tatasusila.
5) Moral berada pada dataran realitas praktis dan muncul dalam tingkah laku
yang berkembang dalam masyarakat.
6) Etika di pakai untuk pengkajian system nilai yang ada.
7) Moral yang di ungkapkan dengan istilah moralitas di pakai untuk menilai
suatu perbuatan.
8) Akhlaq berada pada tataran aplikatif dari suatu tindakan manusia dan
bersifat umum, namun lebih mengacu pada barometer ajaran agama. Jadi,
etika islam (termasuk salah satu dari berbagai etika relegius yang ada) itu
tidak lain adalah akhlaq itu sendiri.
9) Susila adalah prinsip-prinsip yang menjadi landasan berpijak masyarakat,
baik dalam tindakan maupun dalam tata cara berpikir, berdasarkan
kearifan-kearifan local.
10) Akhlaq juga berada pada level spontanitas-spesifik, karena kebiasaan
individual/ komunitas yang dapat disebut dengan “Adab” , seperti adab
mencari ilmu, adab pergaulan keluarga dan lain-lain

12
Perbedaan antara akhlak dengan etika, moral, kesusilaan dan kesopanan
dapat kita lihat pada sifat dan kawasan pembahasannya, di mana etika lebih
bersifat teoritis dan memandang tingkah laku manusia secara umum,
sedangkan moral dan susila lebih bersifat praktis, yang ukurannya adalah
bentuk perbuatan. Serta sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan
baik dan buruk pun berbeda, di mana akhlak berdasarkan pada al-Qur’an dan
al-Sunnah, etika berdasarkan akal pikiran, sedangkan moral, kesusilaan dan
kesopanan berdasarkan kebiasaan yang berlaku pada masyarakat.

4. Keunggulan Akhlak Islami


1) Rasulullah SAW menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia sebagai
misi pokok risalah Islam. Sebagaimana hadis Nabi yang termuat dalam
(H.R.Ahmad) yang artinya :

”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak, perangai (budi


pekerti yang mulia.”

2) Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam sehingga Rasulullah
SAW pernah mendefinisikan agama itu dengan akhlak yang baik.
Pendefinisian agama Islam dengan akhlak yang baik itu sebanding dengan
pendefinisian ibadah haji dengan wukuf di Arafah. Rasulullah SAW
menyebutkan Haji adalah wukuf di Arafah di nya tidak sah Haji seseorang
tanpa wukuf di Arafah.
3) Akhlak yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang nanti pada
hari kiamat. Rasulullah SAW bersabda yang artinya “tidak ada satu pun yang
akan lebih memberatkan timbangan kebaikan seorang hamba Mukmin nanti
pada hari kiamat selain dari akhlak yang baik”. Dan orang yang paling dicintai
serta paling dekat dengan Rasulullah SAW nanti pada hari kiamat adalah yang
paling baik akhlaknya.
4) Rasulullah SAW menjadikan baik buruknya akhlak seseorang sebagai ukuran
kualitas imannya. Sebagaimana sabdanya yang termuat di dalamhadis riwayat
at-tirmizi yang artinya orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah
yang paling baik akhlaknya. Begitu pun dalam hadis riwayat Hakim dan
Thabrani yang artinya rasa malu dan iman itu sebenarnya berpadu menjadi satu
maka bilamana lenyap salah satunya hilang pula lah yang lain. 10
13
5) Islam menjadikan akhlak yang baik sebagai bukti dan buah dari ibadah kepada
Allah SWT. Misalnya shalat, puasa, zakat dan Haji sebagaimana yang
difirmankan oleh Allah dalam Quran Surah Al- Ankabut (29:45)

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu,yaitu Al- Kitab (AlQur’an)


dan dirikanlah shalat sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan
mungkar” Dan sesunnguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari pada ibadah – ibadah yang lain. Dan Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan.”

Seseorang yang mendirikan shalat tentu tidak akan mengerjakan segala


perbuatan yang tergolong keji dan mungkar sebab apalah arti shalatnya kalau
tetap mengerjakan kekejian dan kemungkaran. Begitu juga dengan Ibadah
zakat dan Haji dikaitkan oleh Allah SWT hikmahnya dengan aspek akhlak.
Sehingga dapat disimpulkan bahawa buah dari ibadah yang baik atau ibadah
yang baik dari terima SWT tentu akan melahirkan akhlak yang baik dan terpuji.

6) Nabi Muhammad s.a.w. selalu berdoa agar Allah SWT membaikkan akhlak
beliau.
7) Di dalam al-quran banyak terdapat ayat-ayat yang berhubungan dengan akhlak,
baik itu berupa perintah untuk berakhlak yang baik serta pujian dan pahala
yang diberikan kepada orang-orang yang Mematuhi perintah tersebut
begitupun sebaliknya.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://yesisanrhadita.wordpress.com/2012/11/08/akhlaktasawuf-persmaan-dan-
perbedaad-sertaketerkaitan-akhlak-etoka-moral-kesusilaan-dan-kesopanan/ (akses 18
oktober 2019)

http://irsalinasanti.blogspot.com/2015/12/makalah-akhlak-tasawuf-tentang-moral.html

https://angomi.wordpress.com/2016/06/12/akhlak-tasawuf/ (akses 20 oktober 2019)

www.academia.edu

https://irsalinasanti.blogspot.com/2015/12/makalah-akhlak-tasawuf-tentang-moral-
html?m=1

http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sls/article/download/9949/6901

15
16

Anda mungkin juga menyukai