Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS ETIKA DAKWAH KH MIFTAH MAULANA

HABIBURRAHMAN (GUS MIFTAH)

Mata Kuliah : Etika Dakwah

Dosen Pengampu: Wahyu Khoiruz Zaman

Disusun Oleh:

Nurul Fitriana 1640210059

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM (KPI)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KUDUS

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan yang penuh ketentraman merupakan harapan bagi setiap umat
manusia di dunia, tak terkecuali masyarakat Indonesia yang memiliki dinamika
kehidupan yang cukup tinggi. Hal ini merupakan sebuah konsekuensi dari globalisasi
yang mengakibatkan besarnya arus informasi yang masuk ke dalam setiap lini
kehidupan sehingga merubah perilaku hidup berbangsa dan bernegara. Bukan hanya
perubahan yang bersifat positif, perubahan negatif pun tidak dapat terelakkan karena
besarnya arus informasi tersebut tidak dapat dikontrol. Oleh sebab itu perlu adanya
upaya penyelamatan moral bagi generasi Indonesia agar menghasilkan suatu kondisi
yang dinamis sesuai dengan pedoman hidup dari Allah SWT. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan adalah melalui dakwah.
Dakwah sendiri adalah seruan atau ajakan keinsyafan atau mengubah situasi
kepada situasi yang lebih baik dan sempura, baik terhadap pribadi maupun
masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman
keagamaan dan tingkah laku saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas.
Dalam melakukan aktivitas dakwah perlu ada aturan yang mengikat agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Aturan tersebut merupakan kode etik yang
seharusnya diperhatikan dalam aktivitas dakwah. Kode etik daam aktivitas dakwah
sebenarnya untuk kepentingan dakwah, sehingga dengan demikian aturan yang
diberlakukan dalam kegiatan dakwah dapat dilaksanakan agar tidak terjadi benturan
atau hal yang tidak diinginkan dalam proses dakwah. Dalm berdakwah etika itu
sangat diperlukan karena memiliki peranan yang besar dalam mempersiapkan kader
da’i yang etis dan profesional.
Sangat banyak sekali pendakwah masa kini yang terkenal bukan hanya di
daerahnya saja, melainkan jagad media sosial maupun media tv pun turut ramai
membicarakannya. Gus Miftah salah satu pendakwah yang namanya cukup terkenal
belakangan ini menjadi sorotan kajian dakwah bagi para peneliti termasuk penulis.
Gus miftah terkenal dengan cara dakwahnya yang nyeleneh dan tidak lazim seperti
menyebarkan dakwah di tempat hiburan malam, dan lokalisasi. Oleh karenanya,
penulis akan meneliti lebih lanjut mengenai etika dakwah Gus Miftah.
B. Rumusan Masalah
1.Seperti apa etika dakwah Gus Miftah?
2.Apakah dakwah Gus Miftah sesuai dengan etika dakwah islam yang diajarkan oleh
nabi Muhammad SAW?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Etika Dakwah
 Etika
Secara etimologi etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Dari pengertian kebahasaan ini
terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku
manusia.
Banyak istilah yang menyangkut etika, dalam bentuk tunggal mempunyai
banyak arti, yaitu tempat tinggal yang biasa, kandang, kebiasaan, adat, watak,
perasaan, sikap, cara pikir. Dalam bentuk jamak kata ta-etha artinya kebiasaan.
Etika termasuk ilmu pengetahuan tentang asas-asas tingkah laku yang berarti juga:
1. Ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk, tentang hak-hak dan kewajiban.
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan tingkah laku manusia.
3. Nilai mengenai benar-salah, halal-haram, baik-buruk dan kebiasaan-
kebiasaan yang dianut suatu golongan masyarakat.

Etika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang segala soal
kebaikan dalam hidup manusia semuanya, mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa
yang dapat merupakan pertimbangan perasaan sampai mengenai tujuannya yang
dapat merupakan perbuatan. Ilmu etika ini dapat membahas kebiasaan semata-
mata yang berdasarkan tata adab, melainkan membahas tata sifat-sifat dasar, atau
adat-istiadat yang terkait tentang baik dan buruk dalam tingkah laku manusia.
Jadi, etika mengunakan refleksi dan metode pada tugas manusia untuk
menemukan nilai-nilai itu sendiri ke dalam etika dan menerapkan pada situasi
kehidupan konkret. Penjelasan dalam kamus mengenai etika sudah cukup
memuaskan, untuk membedakan arti mengenai definisi etika ini, perumusannya
dapat diperjelas lagi, sebagai berikut.

1. Etika dapat dipakai dalam arti nilai-nilai yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Misalnya: etika
suku-suku india, etika budha, etika protestan (max weber, the protestan the
sprit of capitalism), etika Islam. Secara singkat, arti ini dapat dirumuskan
juga sebagai sistem nilai. Boleh dicatat lagi, sistem nilai itu bisa berfungsi
dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf sosial.
2. Etika dapat dipakai dalam arti asa normatingkah laku, tata cara melakukan,
sistem prilaku, tata karma. Lebih tegasnya lagi ialah kode etik. Misalnya,
kode etik jurnalistik, kode etik pegawai negeri,kodek etik guru, kode etik
dan mubaligh”. Di sini tidak dimasukkan ilmu melainka arti tata cara.
Secara singkat, arti ini dapat dirumuskan juga sebagai sistem aturan atau
peraturan-peraturan.
3. Etika dapat dipakai dalam arti perilaku baik-buruk, boleh tidak boleh, suka
tidak suka, senang tidak tidak senang. Etika semacam ini baru di akui apa
apabila perilaku etis asas-asas dan nilai-nilai yang terkandung menjadi
ukuran baik-buruk secara umum, diterima masyarakat disuatu tempat,
menjadi persetujuan bersama dan dilaksanakan bersama.
4. Etika dapat dipakai dalam arti, ilmu tentang perbuatan yang baik atauburuk.
Etika baru menjadi ilmu bila disususn secara metodis dan sistematis yang
terdiri dari asa-asa dan nilai-nilai baik dan buruk. Dalam masyarakat sering
kali tanpa disadari menjadi bahan referensi (rujukan) bagi suatu penelitian
perilaku etika yang disusun secara sistematis dan metodis mengarah pada
filsafat. Etika disini sama artinya dengan filsafat etika.

Ilmu etika ini juga telah disebut-sebut sejak zaman Sokrates, ia berpendapat
bahawa etika membahas baik-buruk, benar-salah dalam tingkah laku, tindakan
manusia, dan menyoroti kewajiban-kewajiban manusia. Etika tidak
mempersoalkan apa atau siapa manusia itu. Tetapi bagaimana manusia
seharusnya berbuat dan bertindak. Pengertian etika juga dapat diartikan dengan
membedakan tiga arti dari penjelasan etika, yaitu:

1. Etika membahas ilmu yang mempersoalkan tentang perbuatan-perbuatan


manusia mulai dari yang terbaik sampai kepada yang terburuk dan
pelanggaran pelanggaranhak dan kewajiban.
2. Etika membahas masalah-masalah nilai tingkah laku manusia mulai dari
tidur, kegiatan siang hari, istirahat, sampai tidur kembali: dimulai dari
bayi hingga dewasa, tua renta dan sampai dari bayi hingga dewasa, tua
renta dan sampai wafat.
3. Etika membahas adat-istiadat suatu tempat, mengenai benar-salah
kebiasaan yang dianut suatu golongan atau masyarakat baik mansyarakat
primitive, pedesaan, perkotaan hingga masyarakat modern.

Menurut istilah (terminology) para ahli berbeda-beda pendapat mengenai


definisi etika yang sesungguhnya. Masing-masing mempunyai pandangan
sebagai berikut.

1. Ahmad Amin mengartikan etika sebagai ilmu yang menjelaskan arti baik
dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan manusia,
menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan
mereka dan menujukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya
diperbuat.
2. Ki Hajar Dewantara mengartikan etika sebagai ilmu yang memperlajari
soal kebaikan dan keburukan dalam hidup manusia semuanya, teristimewa
yang megenai gerak-gerik pikiran, rasa yang dapat merupakan
pertimbangan dan rasa perasaan sampai menguasai tujuanya yang dapat
merupakan perbuatan.
3. Mafri Amir mengartikan etika merupakan pencerminan dari pandangan
masyarakat mengenai yang baik dan yang buruk, serta membedakan
prilaku yang dapat diterima dengan yang ditolak guna mencapai kebaikan
dalam kehidupan bersama.
4. Ahmad Zubair mengartikan etika sebagai cabang filsafat, yaitu filsafat
etika atau pemikiran filsafat tentang moralis, problem moral, dan
pertimbangan moral.
5. Achmad Charis mengartikan filsafat nilai kesusilaan tentang baik dan
buruk, serta berusaha mempelajari nilai-nilai dan sekaligus merupakan
nilai-nilai itu sendiri.
6. Abudin Nata mengartikan pembahasan etika adalah meliputi seluruh
aspek kehidupan manusia baik sebagai individu maupun kelompok.
7. FrensMagnis Suseno mengartikan etika sebagai usaha manusia untuk
memakai akal budi dan daya pikirannya untuk memecahkan masalah
bagaimana ia harus hidup apabila ia menjadi baik.
8. Robert C. Solomon mengartikan etika menunjukkan kepada dua hal:
pertama, disiplin ilmu yang mempelajari nilai-nilai dan pembenarannya,
kedua, sebagai pokok permasalahan disiplin ilmu itu sendiri yaitu nilai-
nilai hidup dan hukum-hukum perilaku.

Jadi, etika ialah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau
tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang buruk dengan
memperlihatkan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat dicerna akal pikiran.
Apa yang berhubungan dengan keutamaan ketika tidak cukup dengan diketahui,
bahkan harus ditambah dengan melatih dan mengerjakannya, mencari jalan lain
untuk menjadikan orang-orang yang utama dan baik.

Etika Islam merupakan ilmu yang mengajarkan dan menuntun manusia kepada
tingkah laku yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku buruk sesuai
dengan ajaran Islam yang tidak bertentangan dengan Al-quran dan Hadis. Etika
Islam Mengatur, mengarahkan Fitrah manusia dan meluruskan perbuatan manusia
di bawah pancaran sinar petunjuk Allah SWT, menuju keridhoanNya. Dengan
melaksanakan etika Islam niscaya selamatlah diri manusia dari pikiran-pikiran
dan perbuatan-perbuatan yang keliru bagi menyesatkan.

Aliran-Aliran Etika

1. Aliran etika Naturalisme, adalah perbuatan yang sesuai dengan fitrah


manusia. Baik fitrah lahir dan batin. Aliran naturalisme menganggap
bahwa kebahagiaan yang menjadi tujuan dari setiap manusia didapat
dengan jalan memenuhi panggilan-panggilan nature atau kejadian manusia
itu sendiri.
2. Aliran etika hedonisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa norma baik
dan buruk adalah kebahagiaan, karena suatu perbuatan yang menimbulkan
hedone (kenikmatan dan kelezatan).baik dan buruknya perbuatan manusia
3. Aliran etika utilitarisme, yaitu aliran yang menilai baik dan buruknya
perbuatan manusia ditinjau dari kecil dan besarnya manfaat bagi manusia
(ulity manfaat).
4. Aliran etika idealisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa perbuatan
manusia janganlah terikat pada sebab-musabab lahir, tetapi haruslah
didasarkan atas prinsip kerohanian (idea) yang lebih tinggi
5. Aliran etika vitalisme, yaitu orang yang kuat, dapat melaksanakan dan
menekanakan kehendaknya agar berlaku dan di taati oleh orang-orang
yang lemah. Manusia hendaknya memiliki daya hindu (vitalis) yang dapat
menguasai dunia dan keselamatan manusia tergantung atas daya hidupnya.
6. Baik buruk Religionsisme, menurut paham ini yang dianggap baik adalah
perbuatan yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Dalam paham ini
keyakinan teologis, yakni keimanan kepada Tuhan sangat memegang
peranan penting karena tidak mungkin orang mau berbuat sesuai dengan
kehendak Tuhan, jika yang bersangkutan tidak beriman kepada-Nya.
7. Baik buruk paham Evalusi (Evalution). Mereka yang mengikuti paham ini
mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini mengalami
evaluasi, yaitu berkembang dari apa adanya menuju kepada
kesempurnaanya. Pendapat seperti ini bukan hanya berlaku pada benda-
benda yang tampak, seperti binatang, manusia, dan tumbuh-tumbuhan,
tetapi juga berlaku pada benda yang tidak dapat dilihat atau diraba oleh
indera.1
 Dakwah

Secara etimologi bahasa perkataan da’wah berasal dari kata kerja ‫دعا يدعو‬
‫وة‬MM‫( دع‬da’a, yad’u, da’watan), yang berarti mengajak, menyeru, memanggil,
mengundang.2 Secara terminologi, banyak ilmuwan yang mengartikan tentang
dakwah yang akan diterangkan sebagai berikut:
Muhammad Natsir seperti yang dikutip dari buku Manajemen Dakwah
Islam karya Rosyad Shaleh, mendefinisikan dakwah sebagai usaha-usaha
menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh
konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, yang
meliputi amar ma’ruf nahi munkar, dengan berbagai macam media dan cara yang
diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam perikehidupan
perseorangan, perikehidupan berumah tangga, perikehidupan bermasyarakat dan
perikehidupan bernegara.3

Istilah dakwah dalam buku Manajemen Dakwah karya Wahyu Ilaihi,


dakwah adalah sebuah aktifitas atau kegiatan yang bersifat menyeru atau
mengajak kepada orang lain untuk mengamalkan ajaran Islam. Dakwah adalah
1
Shalihati, Skripsi: “ Implementasi Etika Dakwah Nabi Muhammad SAW di Kalangan Da.i Perkotaan Banda
Aceh”, (Banda Aceh: , UIN Ar-Raniry, 2016), Hal. 11-17
2

3
suatu aktivitas yang pelaksanaannya bisa dilakukan dengan berbagai cara atau
metode.24
Kemudian definisi dakwah oleh Toha Yahya Oemar, dalam buku Ilmu
Dakwah karya Moh. Ali Aziz, ia mengatakan bahwa dakwah adalah: ”Mengajak
manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah
Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.”25
Sedangkan Moh. Ali Aziz sendiri juga mendefinisikan dalam bukunya Ilmu
Dakwah, dakwah adalah segala bentuk aktivitas penyampaian ajaran Islam
kepada orang lain dengan berbagai cara yang bijaksana untuk terciptanya individu
dan masyarakat yang menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dalam semua
lapangan kehidupan.26
Secara umum, dari definisi dakwah oleh para ilmuwan di atas, dakwah
adalah ajakan atau seruan kepada yang baik yang tentunya dapat menggunakan
wasilah (media) dan thariqah (metode).
Dakwah merupakan aktivitas yang sangat urgen dalam Islam. Dengan
dakwah, Islam dapat tersebar dan diterima oleh manusia. Hukum dakwah telah
disebutkan dalam Al-Qur‟an dan Hadits. Dalam al-Qur‟an surat an-Nahl ayat 125
di samping memerintahkan kaum muslimin untuk berdakwah sekaligus memberi
tuntunan bagaimana cara-cara pelaksanaannya yakni dengan cara yang baik dan
sesuai dengan petunjuk agama.27

Unsur-unsur Dakwah
Dalam kegiatan dakwah perlu diperhatikan unsur-unsur yang terkandung
dalam dakwah atau dalam bahasa lain adalah komponen-komponen yang harus
ada dalam setiap kegiatan dakwah.28 Unsur-unsur tersebut adalah da’i (pelaku
dakwah), mad’u (mitra dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media
dakwah), thariqah (metode dakwah), dan atsar (efek dakwah).29
a. Da’i (Pelaku Dakwah)
Kata da’i ini secara umum sering disebut dengan sebutan mubaligh (orang
yang menyebarkan ajaran Islam) namun sebenarnya sebutan ini konotasinya
sangat sempit karena masyarakat umum cenderung mengartikan sebagai orang
yang menyampaikan ajaran Islam melalui lisan seperti penceramah agama,
khatib (orang yang berkhutbah), dan sebagainya.
b. Mad’u (Penerima Dakwah)
Wahyu Ilaihi dalam bukunya Komunikasi Dakwah mengartikan mad’u
adalah manusia yang menjadi mitra dakwah atau menjadi sasaran dakwah atau
manusia penerima dakwah, baik secara individu, kelompok, baik yang
beragama Islam maupun tidak, dengan kata lain manusia secara
keseluruhan.32 Sedangkan Muhammad Abduh, dalam buku Ilmu Dakwah
karya Moh. Ali Aziz membagi mad’u menjadi tiga golongan, yaitu: 33
1) Golongan cerdik cendekiawan yang cinta kebenaran, yaitu yang dapat
berpikir secara kritis, cepat menangkap persoalan.
2) Golongan awam, yaitu kebanyakan orang yang belum dapat berpikir
secara kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian-
pengertian yang tinggi.
3) Golongan yang berbeda dengan golongan di atas, mereka senang
membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu, tidak sanggup
mendalam benar.
c. Maddah (Materi Dakwah)
Materi dakwah adalah isi pesan yang disampaikan da’i kepada mad’u. Pada
dasarnya pesan dakwah itu adalah ajaran Islam yang secara umum yaitu
pesanaqidah, syari’ah dan akhlak.34 Menurut Moh. Ali Aziz dalam bukunya
Ilmu Dakwah, menjelaskan bahwa Maddah adalah masalah isi pesan atau
materi yang disampaikan da’i pada mad’u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa
yang menjadi maddah adalah ajaran Islam itu sendiri.35
d. Wasilah (Media Dakwah)
Menurut Asmuni Syukir dalam bukunya Dasar-dasar Strategi Dakwah
Islam, mengatakan bahwa Media Dakwah adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan.
Media dakwah ini dapat berupa barang (material), orang, tempat, kondisi
tertentu dan sebagainya.36
Media dakwah adalah alat yang dipergunakan untuk menyampaikan materi
dakwah (ajaran) Islam kepada mad’u.37 Dalam buku Publistik Islam Teknik
Dakwah dan Leadership karya Hamzah Ya‟qub, Abdul Kadir Munsyi
menjelaskan bahwa media dakwah adalah alat yang menjadi saluran
penghubung ide dengan umat,suatu elemen yang vital yang merupakan urat
nadi dalam totalitas dakwah.38
e. Thariqah (Metode Dakwah)
M. Munir dalam bukunya Metode Dakwah yang menyatakan bahwa metode
dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i
(komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah
dan kasih sayang.39
Hal yang sangat erat kaitannya dengan wasilah adalah thariqah (metode
dakwah). Kalau wasilah adalah alat-alat yang dipakai untuk menyampaikan
ajaran Islam maka thariqah atau metode dakwah adalah jalan atau cara yang
dipakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah (Islam).40
Pembahasan metode dakwah akan dijelaskan lebih mendasar pada poin
berikutnya.
f. Atsar (Efek Dakwah)
Efek dalam ilmu komunikasi biasa disebut dengan feed back (umpan balik)
adalah umpan balik dari reaksi proses dakwah. Dalam bahasa sederhananya
adalah reaksi dakwah yang ditimbulkan oleh aksi dakwah.41 Menurut
Jalaluddin Rahmat dalam buku Komunikasi Dakwahkarya Wahyu Ilaihi ini,
efek dapat terjadi pada tataran yaitu:
1) Efek kognitif, yaitu timbul jika ada perubahan pada apa yang diketahui,
dipahami, dan dipersepsi oleh khalayak.
2) Efek afektif, yaitu efek yang timbul jika ada perubahan pada apa yang
dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak.
3) Efek behavioral, yaitu merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati,
yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan tindakan
berperilaku.42
Tujuan dan Fungsi Dakwah Terhadap Masyarakat
Tujuan dakwah itu adalah tujuan diturunkan ajaran Islam bagi umat manusia
itu sendiri, yaitu untuk membuat manusia memiliki kualitas akidah, ibadah, serta
akhlak yang tinggi. Secara umum tujuan dakwah dalam Al-Qur‟an adalah:43
a. Dakwah bertujuan menghidupkan hati yang mati.
b. Agar manusia mendapat ampunan dan menghindarkan azab dari Allah SWT.
c. Untuk menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya.
d. Untuk menegakkan agama dan tidak terpecah-pecah.
e. Mengajak dan menuntun ke jalan yang lurus.
f. Untuk menghilangkan pagar penghalang sampainya ayat-ayat Allah SWT ke
dalam lubuk hati masyarakat.
Sementara itu M. Natsir dalam kutipan Ilmu Dakwah karya Moh. Ali Aziz,
mengemukakan bahwa tujuan dari dakwah itu adalah:44
a. Memangil kita pada syariat, untuk memecahkan persoalan hidup, baik
persoalan hidup perseorangan atau persoalan rumah tangga, masyarakat,
bersuku-bangsa, bernegara, beranatarnegara.
b. Memanggil kita pada fungsi hidup sebagai hamba Allah SWT, di atas dunia
yang terbentang luas yang berisikan manusia secara heterogen, bermacam
karakter dan pendirian dan kepercayaan, yakni fungsi sebagai syuhada’ala
an-nas, menjadi pelopor dan pengawas manusia.
c. Memanggil kita kepada tujuan hidup kita yang hakiki, yakni menyembah
Allah SWT.
Demikian tujuan dari dakwah. Adapun fungsi dari dakwah itu sendiri adalah
sebagai berikut:
a. Dakwah berfungsi untuk menyebarkan Islam kepada manusia sebagai
individu dan masyarakat sehingga mereka merasakan rahmat Islam sebagai
rahmatan lil ’alamin bagi seluruh makhluk Allah SWT.
b. Dakwah berfungsi melestarikan nilai-nilai Islam dari generasi ke generasi
kaum muslimin berikutnya sehingga kelangsungan ajaran Islam beserta
pemeluknya dari generasi ke generasi berikutnya tidak terputus.
c. Dakwah berfungsi korektif artinya meluruskan akhlak yang bengkok,
mencegah kemunkaran dan mengeluarkan manusia dari kegelapan rohani.
Hal yang penting lagi adalah fungsi dakwah bagi masyarakat. Kustadi Suhandang
dalam bukunya Ilmu Dakwah menjelaskan fungsi dakwah bagi masyarakat, yaitu:
a. Sebagai Pembina
Seperti yang dimaklumi, bahwa suatu pembangunan yang kita lakukan
harus pula membangun manusia-manusia yang menggerakkan pembangunan
itu. Di dalam kehidupan ini terdapat begitu banyak kontradiksi. Kontradiksi-
kontradiksi tersebut jelas menunjukkan bahwa tujuan hidup yang paling utama
adalah mencapai keridhaan Allah SWT di akhirat.28
Ajaran akhirat menegaskan bahwa ajaran itu merupakan satu-satunya
dasar bagi berhasilnya proyek-proyek kemasyarakatan dan sekaligus
merupakan satu-satunya tujuan bagi masyarakat dan para anggotanya.
Dengan berdakwah, agama bukan hanya mengajak kepada berbudi
luhur dan mengagungkannya, melainkan juga menanamkan kaidah-kaidahnya,
memberikan rambu-rambu batasannya, serta menetapkan ukuran-ukurannya
secara umum. Agama juga memberi contoh segala perilaku yang harus
diperhatikan manusia, kemudian membuat manusia gemar bersikap lurus
(yang benar dan baik).
b. Sebagai Pengarah
Manusia harus mengenal kebenaran, percaya terhadap keyakinannya
dan mempertahankannya. Mereka harus mengenal kebajikan dan mencintainya
bagi orang lain sebagaimana mereka mencintai diri-sendiri, serta memikul
kewajibannya dalam memperbaiki kerusakan-kerusakan. Demikian pula
manusia harus mengetahui dan wajib mengajak serta menyeru kepada
kebajikan, menyuruh yang ma’ruf dan melarang yang munkar, serta
mengorbankan jiwa dan kekayaannya pada jalan kebenaran.29
c. Pembentuk Manusia Seutuhnya
Secara mendasar, dalam jiwa manusia terdapat suatu kekuatan yang
tidak bisa dilihat mata. Ia merupakan kekuatan maknawi (abstrak), yang
menuntun manusia melakukan kewajibannya dan menangkis segala kejahatan.
Islam juga mengajarkan akidah bahwa segala perbuatan manusia dicatat oleh
pena ketuhanan, sebagai catatan rekaman kehidupan manusia selama di dunia,
secara cermat dan rapi. Semua menjadi jelas bahwa berdakwah merupakan
kegiatan yang memiliki sifat informatif, instruktif, persuasif dan human
relations.46
 Etika Dakwah
Etika dakwah adalah etika islam itu sendiri, dimana seorang da’i
sebagai seorang muslim dituntut untuk memiliki etika-etika yang terpuji dan
4
menjauhkan diri dari perilaku yang tercela. sehingga etika dakwah dapat
dirumuskan sebagai manifestasi dari ethos, yaitu ilmu yang mempelajari
aspek-asoek mendalam dari perbuatan berdakwah, keputusan tindakan dalam

4
dakwah, pertanggung jawaban moral dalam dakwah, sehingga melahirkan
suatu pengetahuan yang bermanfaat dalam membangun akhlak dakwah. 5
Seorang juru dakwah pada hakikatnya mengingatkan dan menyadarkan
serta mengajak untuk mentaati Allah dan Rasul. Sehingga seorang dakwah
hendaknya mampu berkata dengan perkataan-perkataan yang layak digunakan
dalam berdakwah.ada beberapa jenis perktaan yang disebutkan di dalam AL-
Quran:
1. Qaulan ma’rufa (perkataan yang baik)
Qaulan ma’rufa berarti perkataan yang sesuai dengan norma dan nilai
yang berlaku di masyarakat. Seorang da’i , mubaligh, petinggi ormas
hendaknya berbicara dengan perkataan yang ma’ruf atau baik, karena
memang itulah pantasnya. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam
QS a-Nisa:[4] 5.
2. Qaulan sadida (perkataan yang tegas dan benar)
Sadida berarti jelas, jernih, terang. Dalam al-Quran, konteks qaulan
sadida diungkapkan pada pembahasan mengenai wasiat (QS an-Nisa:
[4] 9 dan tentang buhtan (tuduhan tanpa bukti) yang dilakukan kaum
Nabi Musa kepad Nabi Musa AS (QS al-Ahzab [33]: 70).dari kedua
konteks ayatnya, qaulan sadida merupakan perkataan yang jelas,
tidak meninggalkan keraguan, meyakinkanpendengar, dan perkataan
yang benar tidak mengada-ada.
3. Qaulan layyina (perkataan yang lema lembut)
Secara bahasa layyina artinya lemah lembut. Qaulan layyina bisa
bermakna sebagai strategi dakwah. Konteks qaulan layyina (QS
Thaha [20]: 44) berbicara tentang dialog Nabi Musa dengan Firaun.
Allah menuntun dan memotivasi agar Nabi Musa menggunakan
qaulan layyina saat menyampaikan dakwahnya. Ini dimaksudkan
agar Firaun menjadi sadar dan takut, meskipun pada kenyataannya
Firaun marah besar dan berupaya untuk melenypkan Nabi Musa darn
ajarannya.
4. Qaulan maysura (perkataan yang pantas)
Maysura artinya mudah. Qaulan maysura berarti perkataan yang
mudah. Dalam konteks ayatnya (QS al-Isra’ [17]; 28). Imam al-
5
Maraghi mengartikannya sebagai ucapan yang lunak dan baik atau
ucapan janji yang tidak mengecewakan. Sedangkan Imam Ibnu
Katsir menyebutkan makna qaulan maysura dengan perkataan yang
pantas dan ucapan janji yang menyenangkan. Kedua pndapat tersebut
identik, yakni ucapan yang keluar dari mulut kita hendaknya
menyenangkan orang dan tidak mengecewakannya.
5. Qaulan baligha (perkataan yang membekas pada jiwa)
Terhadap kelompok oposisi atau kaum munafiq, kita diminta untuk
menggunakan bahasa yang komunikatif (qaulan baligjha). Baligha
itu sendiri berarti sampai. Dalam konteks ayatnya ( QS. An-Nisa [4]:
63), qaulan baligha dimaknai sebagai perkataan yang sampai dan
meninggalkan bekas di dalam jiwa seseorang. Salah satunya adalah
dakwah dengan lisan (da’wah billisan) sehingga kecakapan dakwah
yang perlu diasah.
6. Qaulan karima (perkataan yang mulia)
Dilihat dari segiu bahasa, karima berasal dari kata karuma-yakrumu-
karman-karimunyang bermakna mulia. Al-Quran mengingatkan kita
untuk menggunakan bahasa yang mulia. Yakni perkataan yang
memuliakan dan memberi penfghormatan kepda orang yang diajak
bicara sebagaimana dijelaskan dalam QS al-Isra’ [17]: 23.

B. Profil KH Miftah Maulana Habiburrahman (Gus Miftah)


Gus Miftah yang bernama lengkap KH Miftah Maulana Habiburrahman yang
lahir di Lampung dan berumur 38 tahun, merupakan seorang ulama, da’i , dan
pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta. Gus Miftah juga
dikenal sebagai ulama muda Nahdlatul Ulama yang fokus berdakwah bagi kaum
marjinal, baik melalui dakwah di dalam maupun luar pesantren. Namanya mulai
diperbincangkan publik ketika video dirinya viral saat memberikan pengajian di
salah satu klub malam di Bali.
Perjalanan dakwah Gus Miftah, kyai asal ponorogo kelahiran Lampung ini
dimulai saat usianya masih 21 tahun. Pada sekitar tahun 2000-an, Gus Miftah
yang sering shalat tahajud di sebuah musholla sekitar sarkem (pasar kembang),
sebuah area lokalisasi di yogyakarta, kemudian berniatan berdakwah. Saat itu ia
ditemani Gunardi atau Gun Jack sosok yang menjadi penguasa pada saat itu.
Bermula dari kegiatan tersebut, kajian agama mulai rutin digelar oleh Gus
Miftah. Meski awalnya banyak tantangan

Anda mungkin juga menyukai