Anda di halaman 1dari 95

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Untuk memahami apa itu etika sesungguhnya kita perlu membandingkannya dengan
moralitas. Baik etika dan moralitas sering dipakai secara dipertukarkan dengan pengertian yang
sering disamakan begitu saja.Ini sesungguhnya tidak sepenuhnya salah. Hanya saja perlu diingat
bahwa etika bisa saja punya pengertian yang sama sekali berbeda dengan moralitas.

Sehubungan dengan itu,secara teoritis kita dapat membedakan dua pengertian etika—
kendati dalam penggunaan praktis sering tidak mudah dibedakan. Pertama, etika berasal dari
kata Yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya berarti “adat istiadat” atau “kebiasaan”. Dalam
pengertian ini etika berkatian dengan kebiasaan hidup yang baik,baik pada diri seseorang
maupun pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat. Ini berarti etika berkaitan dengan
nilai nilai,tata cara hidup yang baik,aturan hidup yang baik,dan segala kebiasaan yang dianut dan
diwariskan dari satu orang ke orang lain secara turun menurun. Yang menarik disini,dalam
pengertian etika ini justru persis sama dengan pengertian moralitas.

Moralitas berasal dari kata Latin (mos),yang dalam bentuk jamaknya adalah “adat
istiadat” atau “kebiasaan”. Jadi dalam pengertian pertama ini etika dan moralitas sama-sama
berarti sistem nilai tentang bagaimana manusia harus hidup dengan baik yang telah
diinstitusionalisasikan dalam sebuah adat kebiasaan yang berwujud pada pola perilaku dan
terulang dalam kurun waktu yang lama sebagaimana kebiasaan.

Kedua,etika juga dipahami dalam pengertian yang sekaligus berbeda dengan moralitas.
Dalam pengertian kedua ini,etika mempunyai pengertian yang jauh lebih luas dari moralitas dan
etika seperti pengertian yang pertama. Etika dalam pengertian kedua ini dimengerti sebagai
filsafat moral,atau ilmu yang membahas dan mengkaji nilai dan norma yang diberikan oleh
moralitas dan etika dalam pengertian pertama. Dengan demikian sebagaimana halnya
moralitas,berisikan nilai dan norma-norma konkret yang menjadi pedoman dan pegangan hidup
manusia dalam seluruh kehidupannya.

Sebaliknya dalam pengertian kedua ini yaitu sebagai filsafat moral tidak langsung
memberi perintah konkret sebagai pegangan siap pakai dengan demikian dapat disimpulkan etika
sebagai refleksi kritis dan rasional mengenai (a) nilai dan norma yang menyangkut bagaimana
manusia harus hidup baik;dan (b)masalah kehidupan manusia dengan mendasarkan diri pada
nilai dan norma moral yang umum diterima.

Etika sebagai Filsafat Moral, atau ilmu yang membahas dan mengkaji nilai dan norma
yang diberikan oleh moralitas dan etika dalam adat istiadat,seperti yang dikatakan oleh Magnus-
Suseno(keraf,1998)

1
Bahwa etika adalah sebuah ilmu dan bukan ajaran mengenai :

1. Nilai dan norma menyangkut bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia
2. Masalah-masalah kehidupan manusia dengan mendasarkan diri pada norma moral yang
umum.
3.

Pengertian Etika Menurut Para Ahli

1. Menurut Drs.O.P.Simorangkir : Etika atau etik dapat diartikan sebagai pandangan


manusia dalam berperilaku menurut ukuran dan nilai baik.

2. Menurut Maryani dan Ludiggo : Etika adalah seperangkat aturan atau norma atau
pedoman yang mengatur perilaku manusia,baik yang harus dilakukan maupun
yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat
atau profesi.

3. Menurut Drs.H.BurhannudinSalam : Etika merupakan cabang filsafat yang


berbicara mengenai nilai dan norma yang menentukan perilaku manusia dalam
hidupnya.

4. Menurut Brooks : Etika adalah cabang dari filsafat yang menyelidiki penilaian
normatif tentang apakah perilaku ini benar atau apa yang seharusnya dilakukan.
Kebutuhan akan etika muncul dari keinginan untuk menghindari permasalahan di
dunia nyata.

Immanuel Kant(1980) dikutip dalam keraf(1998): Etika berusaha menggugah kesadaran manusia
secara otonom bukan heteronom, +Otonomi: sikap moral manusia bertindak berdasarkan
kesadaran bahwa tindakan yang diambil itu baik +Heteronomy: sikap manusia dalam bertindak
dengan hanya sekedar mengikuti aturan moral yang bersifat eksternal.

Norma dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Norma Khusus, aturan yang berlaku dalam bidang kegiatan-kegiatan khusus.


2. Norma Umum

Ada 3 macam norma umum :

a) Norma sopan santun :Norma yang mengatur pola prilaku dan sikap lahiriah manusia.
b) Norma hukum : Norma wajib,dan diharapkan keberlakuannya demi keselamatan dan
kesejahteraan manusia
c) Norma moral : Aturan mengenai sikap dan prilaku manusia sebagai manusia

2
Etika sebagai disiplin ilmu berhubungan dengan kajian secara kritis tentang adat
kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma perilaku manusia yang dianggap baik ataupun buruk.
Egoisme Etis Tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri(self-interest). Egoisme
psikologis Suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh
kepentingan berkutat diri(selfish). 1. Egoisme

Utilitarianisme “The greatets happiness of the greatest numbers”. Jadi ukuran baik buruknya
suatu tindakan dilihat dari akibat, konsekuensi, atau tujuan dari tindakan itu, apakah memberi
manfaat atau tidak.

Suatu keharusan yang dilakukan tanpa adanya tindakan suatu syarat apapun. Perintah-
perintah khusus yang harus diikuti jika seseorang mempunyai keinginan yang relevan,
Imperative categories 3. Deontologi Etis tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya sama
sekali dengan tujuan, konsekuensi, atau akibat dari tindakan tersebut.

Konsep Imperative hypothesis

Teori hak merupakan tindakan yang merupakan hak bagi orang lain adalah kewajiban
kita dan yang mer4.Teori Hak upakan hak kita adalah kewajiban orang lain. Contoh : 1. Agoes
dan Ardana (2009), yaitu: 2. Piagam PBB 3. UU no 39 tahun 1999 4.prinsip pengelolaan
perusahaan multinasional

Teori Keutamaan (VirtueTheory) “pernyataan mengenai sifat-sifat atau karakter yang harus
dimiliki seseorang agar bisa disebut sebagaimanusia utama, dan sifat-sifat atau karakter yang
mencerminkan manusia hina”

1.2. RUMUSAN MASALAH

Ada beberapa rumusan masalah yang harus di kaji mengenai perilaku seseorang terkait etika
maupun perilaku dan moral manusia, yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan etika?


2. Apa saja jenis-jenis etika baik teori maupun peraturan yang berlaku di masyarakat?
3. Adakah pengaruh etika terhadap kehidupan manusia?
4. Apa sajakah pembagian etika?
5. Apakah pendapat dan aliran dalam etika?
6. Apa sajakah etika dalam pergaulan sosial?

7. Bagaimana kita menyikapi etika atau sikap dan tingkah laku seseorang mengenai etika
yang melanggar beberapa norma yang ada?
8. Bagaimana sistematika etika?
9. Apa yang dimaksud dengan Etika pendidikan?
10. Bagaimana etika pendidikan yang berlangsung pada jenjang Pendidikan Dasar!

3
1.3. TUJUAN
Tujuan daripada makalah ini yaitu untuk lebih memahami definisi etika, jenis-jenis etika
yang ada, juga berbagai sistematika etika dalam kehidupan. Sehingga dalam hal ini kita juga
dapat mengetahui dna menambah wawasan mengenai etika ataupun setiap tingkah laku manusia.

Etika juga dapat berpengaruh terhadap moral dan pandangan orang lain, dengan kita lebih
memahami akan hal-hal yang berkaitan erat dengan etika, maka kita akan lebih menjaga tingkah
laku dihadapan sosial masyarakat.

Mahasiswa dapat mengetahui tentang etika


Mahasiswa dapat membagi beberapa macam etika
 Mahasiswa dapat mengetahui sistematika etika
 Mahasiswa dapat mengajukkan pendapat dan aliran dalam etika
 Mahasiswa dapat menerapkan etika dalam pergaulan social

4
BAB I

PEMBAHASAN

APA YANG DIMAKSUD DENGAN ETIKA?


Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah "Ethos", yang berarti
watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan
perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu "Mos" dan dalam bentuk
jamaknya "Mores", yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan
melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.

Etika adalah sebuah refleksi kritis dan moral yang menentukan dan terwujud dalam sikp
dan dola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun kelompok. Menurut Magnis
Suseno, etika adalah sebuah ilmu dan bukan suatu ajaran.Moralitas adalah sistem nilai tentang
bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia. Sistem nilai ini terkandung dalam
ajaran berbentuk petuah-petuah, nasihat, wejangan peraturan, perintah dan  semacamnya yang
bersifat turun temurun. Jadi moralitas adalah petunjuk konkrit yang siap pakai tentang
bagaimana kita harus hidup sedangkan etika adalah perwujudan secara kritis dan rasional ajaran
moral yang siap pakai itu.

Pada dasarnya keduanya memberi kita orientasi bagaimana dan kemana kita harus
melangkah dalam hidup ini. Tetapi bedanya moralitas langsung mengatakan “inilah caranya
harus melangkah”, Sedangkan  etika justru mempersoalkan “apakah harus melangkah dengan
cara ini dan mengapa harus dengan cara ini”

Dalam bentuk jamak artinya adalah adat kebiasaan. Dalam arti ini, etika berkaitan dengan
kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik, baik pada diri seseorang atau kepada
masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi
lain. Kebiasaan hidup yang baik ini lalu dibekukan dalam bentuk kaidah, aturan atau norma yang
di sebarluaskan, dikenal, dipahami, dan diajarkan secara lisan dalam masyarakat. Kaidah, norma
atau aturan ini pada dasarnya, menyangkut baik-buruk perilaku manusia. Atau, etika dipahami
sebagai ajaran yang berisikan perintah dan larangan tentang baik-buruknya perilaku manusia,
yaitu perintah yang harus dipatuhi dan larangan yang harus dihindari.

Etika sering diidentikkan dengan moral (atau moralitas). Namun, meskipun sama-sama
terkait dengan baik-buruk tindakan manusia, etika dan moral memiliki perbedaan pengertian.
Moralitas lebih condong pada pengertian nilai baik dan buruk dari setiap perbuatan manusia itu
sendiri, sedangkan etika berarti ilmu yang mempelajari tentang baik dan buruk. Jadi bisa
dikatakan, etika berfungsi sebagai teori tentang perbuatan baik dan buruk.

Dalam filsafat terkadang etika disamakan dengan filsafat moral. Etika membatasi dirinya
dari disiplin ilmu lain dengan pertanyaan apa itu moral? Ini merupakan bagian terpenting dari

5
pertanyaanpertanyaan seputar etika. Tetapi di samping itu tugas utamanya ialah menyelidiki apa
yang harus dilakukan manusia. Semua cabang filsafat berbicara tentang yang ada, sedangkan
filsafat etika membahas yang harus dilakukan.6 Secara terminologi etika bisa disebut sebagai
ilmu tentang baik dan buruk atau kata lainnya ialah teori tentang nilai.

Dalam Islam teori nilai mengenal lima kategori baik-buruk, yaitu baik sekali, baik, netral,
buruk dan buruk sekali. Nilai ditentukan oleh Tuhan, karena Tuhan adalah maha suci yang bebas
dari noda apa pun jenisnya. Etika disebut juga ilmu normatif, karena didalamnya mengandung
norma dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan. Sebagian orang menyebut etika
dengan moral atau budi pekerti. ilmu etika adalah ilmu yang mencari keselarasan perbuatan-
perbuatan manusia dengan dasar yang sedalam-dalamnya yang diperoleh dengan akal budi
manusia.

Menurut KBBI, filsafat etika adalah :

1. Ilmu tentang apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap burukdan tentang hak dan
kewajiban moral.
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.

Jadi, filsafat etika adalah cabang ilmu filsafat yang mempelajari


tingkah laku manusia yang baik dan buruk. Dasar filsafat etika yaitu etika
individual sendiri.

Menurut hukum etika, suatu perbuatan itu dinilai dari 3 tingkat, yaitu :
a. Tingkat pertama: semasa belum lahir menjadi perbuatan, yakni berupa
rencana dalam hati atau niat.
b. Tingkat kedua: perbuatan nyata atau pekerti
c. Tingkat ketiga: akibat atau hasil dari perbuatannya itu = baik atau
buruk.

Dengan demikian, pandangan baik dan buruk, dan hakikat nilai


dalam kehidupan manusia sangat tergantung pada tiga hal mendasar yaitu:

1. Cara berpikir yang melandasi manusia dalam berprilaku.


2. Cara berbudaya yang menjadi sendi berlakunya norma sosial.
3. Cara merujuk kepada sumber-sumber nilai yang menjadi tujuan pokok
dalam bertindak.

Selain itu juga pengertian etika adalah cabang ilmu filsafat yang membicarakan nilai dan
moral yang menentukan perilaku seseorang/ manusia dalam hidupnya. Etika merupakan sebuah
refleksi kritis danrasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujuddalam
sikap serta pola perilaku hidup manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai kelompok.Dari
beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa etika adalah suatu ilmu yang membahas
tentang arti baik dan buruk, benar dansalah kemudian manusia menggunakan akal dan hati
nuraninya untukmencapai tujuan hidup yang baik dan benar sesuai dengan tujuan

6
yangdikehendaki. Jadi manusia dapat melakukan apa saja yang dikehendakiyang dianggap baik
dan benar, meskipun hati nuraninya menolak dan yangterpenting tujuannya dapat tercapai.

ARTI MORAL DAN ETIKA


Dalam Webster’s New Collegiate Dictionary dijelaskan bahwa moral berakar dari b
ahasa Latin “mos” atau “mores”, berarti costum, … “relating to principles of right and wrong in
behavior ”. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan “moralitas” ( Ensiklopedi Umum, 1977)
yaitu “tata tertib tingkah laku yang dianggap baik atau luhur dalam suatu lingkungan atau
masyarakat”. Jadi, moralitas kurang lebih berarti dorongan atau semangat batin untuk melakukan
perbuatan baik. Sedangkan etika, berakar dari bahasa Yunani, “ ethos”, juga berarti kebiasaan
atau watak. Menurut Franz Magnis Suseno (1991), “aja ran moral memuat pandangan-
pandangan nilainilai dan norma-norma moral yang terdapat di antara sekelompok manusia.
Norma moral adalah aturan tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai
manusia”.

Sedangkan mengenai etika, ditandaskan b ahwa “etika bukan sumber tambahan moralitas
melainkan merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran -ajaran moral”. Lebih lanjut, ditekankan
bahwa “etika mempersoalkan tentang mengapa kita harus mengikuti moralitas tertentu,
bagaimana kita dapat mengambil si kap yang bertanggung-jawab berhadapan dengan pelbagai
moralitas”. de Vos (1987), mengatakan bahwa “etika adalah ilmu pengetahuan tentang
kesusilaan dan moral. Sedangkan moral adalah hal-hal yang mendorong orang untuk melakukan
tindakan - tindakan yang baik sebagai kewajiban untuk norma”. Dari bentuk hubungan antara
moral dan etika dapat dirumuskan bahwa moral lebih bersifat abstrak universal, sedangkan etika
lebih bersifat konkret khusus (obyektif). Misalnya, “korupsi” adalah perilaku tidak bermoral,
tetapi “ tidak membayar pajak” (karena alasan tertentu) adalah perilaku tidak etis.

Tetapi, keduanya tetap mempersoalkan masalah yang sama, yaitu perilaku. Kemudian,
dari pendekatan filsafat dan moral atau etika dapat disusun sebuah kerangka pikir bahwa jika di
dalam diri setiap individu tertanam kuat dorongan moral untuk berbuat kebaikan, berarti mereka
berada dalam satu ikatan moral di dalam dunia kebersamaan. Di dalam satu keterikatan moral,
mereka bermasyarakat menurut prinsip etika normatif dalam mencapai tujua n bersama. Jadi
tidak perlu terjadi benturan konflik.

Basis Teori Etika

a.   Teori teleologi

Teleologi berasal dari bahasa Yunani yaitu telos. Menurut teori ini kualitas etis suatu perbuatan
atau tindakan diperoleh dengan dicapainya tujuan dari perbuatan itu sendiri. Ada dua macam
aliran dalam teori teleologi ini yaitu: utilitarisme dan egoisme, pengertiannya dibahas
berikutnya.

7
b.   Teori hak

Teori Hak merupakan suatu aspek  dari teori deontologi, karena berkaitan dengan kewajiban.
Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama. Hak didasarkan atas
martabatmanusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu hak sangat cocok dengan
suasana pemikiran demokratis.

c.   Teori Keutamaan (Virtue)

Adalah memandang  sikap atau akhlak seseorang. Tidak ditanyakan apakah suatu


perbuatan tertentu adil, atau jujur, atau murah hati dan sebagainya. Keutamaan bisa
didefinisikan  sebagai berikut : disposisi watak  yang telah diperoleh  seseorang dan
memungkinkan  dia untuk bertingkah laku baik secara moral. Contoh
keutamaan kebijaksanaan, keadilan, suka bekerja keras, dan hidup yang baik.

JENIS-JENIS TEORI ETIKA

1.Egoisme

Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme, yaitu
egoisme psikologis dan egoisme etis.Egoisme psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan
bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri.Egoisme etis adalah
tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri. Yang membedakan tindakan berkutat diri
(egoisme psikologis) dengan tindakan untuk kepentingan diri (egoisme etis) adalah pada
akibatnya terhadap orang lain. Tindakan berkutat diri ditandai dengan ciri mengabaikan atau
merugikan kepentingan orang lain, sedangkan tindakan mementingkan diri tidak selalu
merugikan kepentingan orang lain.

2.Utilitarianisme

Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, kemudian menjadi kata Inggris utility yang


berarti bermanfaat (Bertens, 2000).Menurut teori ini, suatu tindakan dapat dikatan baik jika
membawa manfaat bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat, atau dengan istilah yang sangat
terkenal “the greatest happiness of the greatest numbers”.  Perbedaan paham utilitarianisme
dengan paham egoisme etis terletak pada siapa yang memperoleh manfaat.Egoisme etis melihat
dari sudut pandang kepentingan individu, sedangkan paham utilitarianisme melihat dari sudut
kepentingan orang banyak (kepentingan bersama, kepentingan masyarakat).

Paham utilitarianisme dapat diringkas sebagai berikut :


8
1.Tindakan harus dinilai benar atau salah hanya dari konsekuensinya (akibat, tujuan atau
hasilnya).
2. Dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya parameter yang penting
adalah jumlah kebahagiaan atau jumlah ketidakbahagiaan.
3.Kesejahteraan setiap orang sama pentingnya.

3.Deontologi

Istilah deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban. Paham


deontologi mengatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya sama sekali
dengan tujuan, konsekuensi atau akibat dari tindakan tersebut. Konsekuensi suatu tindakan tidak
boleh menjadi pertimbangan untuk menilai etis atau tidaknya suatu tindakan.Suatu perbuatan
tidak pernah menjadi baik karena hasilnya baik.Hasil baik tidak pernah menjadi alasan untuk
membenarkan suatu tindakan, melainkan hanya kisah terkenal Robinhood yang merampok
kekayaan orang-orang kaya dan hasilnya dibagikan kepada rakyat miskin.

Konsep penting tentang paham deontologi (Kant):

1. Konsep Imperative Hypothesis  adalah perintah yang bersifat khusus yang harus diikuti jika
seseorang punya keinginan yang relevan.
2. Konsep Imperative Categories  adalah kewajiban moral yang mewajibkan kita begitu saja
tanpa syarat apapun.

4.Teori Hak

Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang
paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau
perilaku.Sebetulnya teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena hak berkaitan
dengan kewajiban. Malah bisa dikatakan, hak dan kewajiban bagaikan dua sisi dari uang logam
yang sama. Dalam teori etika dulu diberi tekanan terbesar pada kewajiban, tapi sekarang kita
mengalami keadaan sebaliknya, karena sekarang segi hak paling banyak ditonjolkan. Biarpun
teori hak ini sebetulnya berakar dalam deontologi, namun sekarang ia mendapat suatu identitas
tersendiri dan karena itu pantas dibahas tersendiri pula. Hak didasarkan atas martabat manusia
dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu teori hak sangat cocok dengan suasana
pemikiran demokratis.Teori hak sekarang begitu populer, karena dinilai cocok dengan
penghargaan terhadap individu yang memiliki harkat tersendiri. Karena itu manusia individual
siapapun tidak pernah boleh dikorbankan demi tercapainya suatu tujuan yang lain.

    

 Hak asasi manusia didasarkan atas beberapa sumber otoritas (Weiss,2006):

9
A.Hak legal

Hak legal adalah hak yang didasarkan atas system/ yurisdiksi hokum suatu Negara, dimana
sumber hokum tertinggi suatu negara adalah undang-undang dasar negara yang bersangkutan.

B.Hak moral

Hak moral yaitu hak pribadi manusia secara individu, hak moral berkaitan dengankepentingan
indivisu sepanjang kepentingan individu itu tidak melanggar hak-hak orang lain.

C.Hak kontraktual

Hak kontraktual yaitu hak yang mengikat individu-individu yang membuat


kesepakatan/kontrak bersama dalam wujud hak dan kewajiban masing-masing
pihak.

Menurut perumusan termasyur dari Immanuel Kant : yang sudah kita kenal sebagai orang yang
meletakkan dasar filosofis untuk deontologi, manusiamerupakan suatu tujuan pada dirinya (an
end in itself). Karena itu manusia selalu harus dihormati sebagai suatu tujuan sendiri dan tidak
pernah boleh diperlakukan semata-mata sebagai sarana demi tercapainya suatu tujuan lain.

5.Teori Keutamaan (Virtue Theory)

Dalam teori-teori yang dibahas sebelumnya, baik buruknya perilaku manusia dipastikan
berdasarkan suatu prinsip atau norma. Dalam konteks utilitarisme, suatu perbuatan adalah baik,
jika membawa kesenangan sebesar-besarnya bagi jumlah orang terbanyak.Dalam rangka
deontologi, suatu perbuatan adalah baik, jika sesuai dengan prinsip “jangan mencuri”,
misalnya.Menurut teori hak, perbuatan adalah baik, jika sesuai dengan hak manusia.Teori-teori
ini semua didasarkan atas prinsip (rule-based).

Disamping teori-teori ini, mungkin lagi suatu pendekatan lain yang tidak menyoroti
perbuatan, tetapi memfokuskan pada seluruh manusia sebagai pelaku moral. Teori tipe terakhir
ini adalah teori keutamaan (virtue) yang memandang sikap atau akhlak seseorang. Dalam etika
dewasa ini terdapat minat khusus untuk teori keutamaan sebagai reaksi atas teori-teori etika
sebelumnya yang terlalu berat sebelah dalam mengukur perbuatan dengan prinsip atau norma.
Namun demikian, dalam sejarah etika teori keutamaan tidak merupakan sesuatu yang
baru.Sebaliknya, teori ini mempunyai suatu tradisi lama yang sudah dimulai pada waktu filsafat
Yunani kuno.

Keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang telah diperoleh seseorang
dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral. Kebijaksanaan, misalnya,
merupakan suatu keutamaan yang membuat seseorang mengambil keputusan tepat dalam setiap
situasi. Keadilan adalah keutamaan lain yang membuat seseorang selalu memberikan kepada
sesama apa yang menjadi haknya. Kerendahan hati adalah keutamaan yang membuat seseorang
tidak menonjolkan diri, sekalipun situasi mengizinkan.Suka bekerja keras adalah keutamaan
yang membuat seseorang mengatasi kecenderungan spontan untuk bermalas-malasan.

10
Ada banyak keutamaan semacam ini.Seseorang adalah orang yang baik jika memiliki
keutamaan.Hidup yang baik adalah hidup menurut keutamaan (virtuous life).Menurut pemikir
Yunani (Aristoteles), hidup etis hanya mungkin dalam polis.Manusia adalah “makhluk politik”,
dalam arti tidak bisa dilepaskan dari polis atau komunitasnya.Dalam etika bisnis, teori
keutamaan belum banyak dimanfaatkan.Solomon membedakan keutamaan untuk pelaku
bisnisindividual dan keutamaan pada taraf perusahaan. Di samping itu ia berbicara lagi tentang
keadilan sebagai keutamaan paling mendasar di bidang bisnis.

Diantara keutamaan yang harus menandai pebisnis perorangan bisa disebut : kejujuran,
fairness, kepercayaan dan keuletan. Keempat keutamaan ini berkaitan erat satu sama lain dan
kadang-kadang malah ada tumpang tindih di antaranya. Kejujuran secara umum diakui sebagai
keutamaan pertama dan paling penting yang harus dimiliki pelaku bisnis.Kejujuran menuntut
adanya keterbukaan dan kebenaran.Jika mitra bisnis ingin bertanya, pebisnis yang jujur selalu
bersedia memberi keterangan.Tetapi suasana keterbukaan itu tidak berarti si pebisnis harus
membuka segala kartunya.Sambil berbisnis, sering kita terlibat dalam negosiasi kadang-kadang
malah negosiasi yang cukup keras dan posisi sesungguhnya atau titik tolak kita tidak perlu
ditelanjangi bagi mitra bisnis.Garis perbatasan antara kejujuran dan ketidakjujuran tidak selalu
bisa ditarik dengan tajam.

Ketiga keutamaan lain bisa dibicarakan dengan lebih singkat. Keutamaan kedua
adalah fairness. Fairness adalah kesediaan untuk memberikan apa yang wajar kepada semua
orang dan dengan “wajar” dimaksudkan apa yang bisa disetujui oleh semua pihak yang terlibat
dalam suatu transaksi. Insider trading adalah contoh mengenai cara berbisnis yang tidak fair.
Dengan insider trading dimaksudkan menjual atau membeli saham berdasarkan informasi “dari
dalam” yang tidak tersedia bagi umum. Bursa efek sebagai institusi justru mengandaikan semua
orang yang bergiat disini mempunyai pengetahuan yang sama tentang keadaan perusahaan yang
mereka jualbelikan sahamnya. Orang yang bergerak atas dasar informasi dari sumber tidak
umum (jadi rahasia) tidak berlaku fair.

Kepercayaan (trust) juga merupakan keutamaan yang penting dalan konteks


bisnis.Kepercayaan harus ditempatkan dalam relasi timbal balik. Ada beberapa cara untuk
mengamankan kepercayaan. Salah satu cara adalah memberi garansi atau jaminan. Cara-cara itu
bisa menunjang kepercayaan antara pebisnis, tetapi hal itu hanya ada gunanya bila akhirnya
kepercayaan melekat pada si pebisnis itu sendiri.

6. Teori Etika Teonom

Sebagaimana dianut oleh semua penganut agama di dunia bahwa ada tujuan akhir yang
ingin dicapai umat manusia selain tujuan yang bersifat duniawi, yaitu untuk memperoleh
kebahagiaan surgawi.Teori etika teonom dilandasi oleh filsafat risten, yang mengatakan bahwa
karakter moral manusia ditentukan secara hakiki oleh kesesuaian hubungannya dengan kehendak
Allah.Perilaku manusia secara moral dianggap baik jika sepadan dengan kehendak Allah, dan
perilaku manusia dianggap tidak baik bila tidak mengikuti aturan/perintah Allah sebagaimana
dituangkan dalam kitab suci.

11
Sebagaimana teori etika yang memperkenalkan konsep kewajiban tak bersyarat diperlukan untuk
mencapai tujuan tertinggi yang bersifat mutlak. Kelemahan teori etika Kant teletak pada
pengabaian adanya tujuan mutlak, tujuan tertinggi yang harus dicapai umat manusia, walaupun ia
memperkenalkan etika kewajiban mutlak. Moralitas dikatakan bersifat mutlak hanya bila
moralitas itu dikatakan dengan tujuan tertinggi umat manusia.Segala sesuatu yang bersifat
mutlak tidak dapat diperdebatkan dengan pendekatan rasional karena semua yang bersifat mutlak
melampaui tingkat kecerdasan rasional yang dimiliki manusia.

TEORI ETIKA DAN PARADIGMA HAKIKAT MANUSIA


Konsep tentang hakikat alam semesta dan hakikat manusia serta poko-pokok pikiran dari
berbagai macam teori etika yang berkembang. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

a.       Tampaknya sampai saat ini telah muncul beragam paham atau teori etika dimana masing-
masing teori mempunyai pendukung dan penentang yang cukup berpengaruh.
b.      Munculnya beragam teori etika karena adanya perbedaan paradigma, pola pikir, atau
pemahaman tentang hakikat hidup sebagai manusia.
c.       Hampir semua teori etika yang ada didasarkan atas paradigma tidak utuh tentang hakikat
manusia.
d.      Dilihat dari semua proses evolusi kesadaran diri, semua teori yang ada menjelaskan
tahapan-tahapan moralitas sejalan dengan pertumbuhan tingkat kesadaran diri
seseorang.
e.       Teori-teori yang tampak bagaikan potongan-potongan terpisah dapat dipadukan menjadi
suatu teori tunggal berdasarkan paradigm hakikat manusia secara utuh.
f.       Inti dari etika manusia utuh adalah keseimbangan pada:

 Kepentingan pribadi, kepentingan masyarakat, dan kepentingan tuhan.


  Keseimbangan modal materi (PQ dan IQ), modal social (EQ), dan modal spiritual (SQ).
 Kebahagiaan lahir (duniawi), kesejahteraan masyarakat, dan kebahagiaan batin
(Surgawi).
 Keseimbangan antara hak (Individu), dan kewajiaban kepada masyarakat dan Tuhan.

PENGARUH ETIKA TERHADAP KEHIDUPAN

12
Pentingnya peran etika dalam kehidupan sehari-sehari adalah sebagai sarana untuk
berorientasi atau mengenalkan pada setiap individu pada masyarakat. Karena orientasi
merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam bersosialisasi. Bayangkan saja, jika masyarakat
tidak melakukan orientasi, maka tidak akan terbentuk kehidupan tentram dan teratur.

Lalu bagaimana dengan adanya perubahan zaman? Sebenarnya bukan zamannya yang berubah
akan tetapi, manusia sendiri yang telah melakukan perubahan. Akhir-akhir ini perubahan
manusia yang terjadi ditandai dengan maraknya globalisasi kemudian modernisasi dan
westernisasi. Sehingga etika dari negeri barat berkembang di negeri timur, khususnya Indonesia.

Sebagai pemikiran secara kritis, sistematis tentang moralitas, etika diartikan pula sebagai
ilmu. Yakni etika sebenarnya tidak perlu dimiliki oleh setiap orang, walaupun setiap orang
membutuhkan moralitas. Karena yang dihasilkan etika bukanlah kebaikan, melainkan sebuah
pemahaman yang lebih mendasar serta kritis tentang apa yang dianggap baik dan buruk secara
moral. Untuk apa pemahamann seperti itu bagi manusia? Seperti yang sudah diketahui bahwa
manusia digambarkan sedang melakukan orientasi.

Ada beberapa alasan penting mengapa etika pada zaman kita semakin diperlukan.

A. Adanya pluralisme moral

Bukan fiktif belaka bahwa kita hidup dalam zaman yang semakin pluralistik, tidak
terkecuali dalam hal moralitas. Bukti dari pluralisme yang cukup fenomenal dapat dilihat dari
kejadian penyerangan brutal beberapa ormas keagamaan dengan atribut keagamaan di Silang
Monas pada 1 Juni 2008. Keinginan agar pemerintah membubarkan jemaat Ahmadiyah menjadi
hal yang melatarbelakangi peristiwa ini. Opini yang beredar bahwa para aktivis AKKBB atau
Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan membela Ahmadiyah.

Selain itu, keberagaman ras yang tersebar di indonesia menjadikan manusia saling
berkelompok antar ras masing-masing dan akhirnya terpecah belah menjadi kelompok-kelompok
tertentu yang melakukan diskriminasi dan merendahkan kelompok ras yang lainya.

 Munculnya kepedulian etis yang semakin universal

Gejala paling mencolok tentang kepedulian etis adalah Deklarasi Universal tentang Hak-
hak Azasi Manusia, yang diproklamirkan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB)pada 10
Desember 1984. Proklamasi ini pernah diseebut sebagai kejadian etis paling penting dalam abad
ke-20, dan merupakan pernyataan pertama yang diterima secara global karena diakui oleh semua
anggota PBB.

 Hantaman gelombang modernisasi.

Dewasa ini masyarakat hidup dalam masa transformasi yang tanpa tanding. Perubahan
yang terus terjadi seperti sebuah hantaman yang mengenai semua segi kehidupan, yaitu

13
gelombang modernisasi. Yang dimaksud modernisasi dalam hal ini bukan hanya menyangkut
barang atau alat eletronik yang canggih saja, melainkan juga dalam halcara berpikir yang
berubah secara radikal. Cara berpikir radikal yang semakin berkembang sepertirasionalisme,
individualisme, nasionalisme, sekularisme, materialisme, konsumerisme, pluralismereligius serta
cara berpikir dan pendidikan modern yang telah banyak mengubah lingkungan budaya, sosial
dan rohani masyarakat kita.

 Tawaran berbagi ideologi

Proses perubahan sosial budaya dan moral yang terus menerus terjadi terkadang membuat
bingung bagi banyak orang atau kelompok. Banyak yang merasa kehilangan pegangan. Tidak
tahu harus memilih apa dan berbuat apa. Hal ini menarik beberapa pihak yang tidak
bertanggungjawab memanfaat dengan menawarkan ideologi-ideologi mereka sebagai jawaban
atas kebingungan tadi. Ada banyak orang yang terombang-ambing dan akhirnya mengikuti
tawaran atas daya tarik mereka pribadi.

 Tantangan bagi agamawan

Etika juga diperlukan oleh para agamawan untuk tidak menutup diri terhadap persoalan-
persoalan praktis kehidupan umat manusia. Di satupihak agama menemukan dasar kemantapan
mereka dalam iman kepercayaan mereka, namun sekaligus diharapkan juga mau berpartisipasi
tanpa takut-takut dan menutup diri dalam semua dimensi kehidupan masyarakat yang sedang
mengalami perubahan hampir disegala bidang. Walau etika tidak dapat menggantikan agama,
namunetika tidaklah bertentangan dengan agama, bahkan agama memerlukan etika.

 Hubungan antara etika dan agama

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa etika dan agama adalah dua hal yang
tidak harus dipertentangan. Antara etika dan agama adalah dua hal yang saling
membutuhkan.Hubungan etika dan agama akan membuat keseimbangan, dimana agama bisa
membantu etika untuk tidak bertindakhanya berdasarkan rasio dan melupakan kepekaan rasa
dalam diri manusia, pun etika dapat membantu agama untuk melihat secara kritis dan rasional
tindakan –tindakan moral.

Dalam pandangan Magnis Suseno, etika adalah usaha manusia untuk memakai akal budi
dan daya fikirnya untuk menyelesaikan masalah bagaimana ia harus hidup kalau ia mau menjadi
baik, itulah sebabnya mengapa justru kaum agama diharapkan betul-betul memakai rasio dan
metode-metode etika.Kita dapat mengatakan bahwa etika, secara filosofis menjadi hal yang
sangat penting dalam kehidupan agama-agama, khususnya bagi negara-negara yang majemuk
seperti Indonesia. Etika secara rasional membantu kita mampu untuk memahami dan secara
kritis melihat tindakan moral agama tertentu.

B. Hubungan etika dengan hukum

14
Konsep etika dan hukum adalah suatu ide untuk menggolongkan nilai-nilai dan moral
yang menyangkut masalah dan disiplin pribadi, di sertai aturan guna membatasi tingkah laku
manusia agar dapat terkontrol. Jadi, hukum dan etika memiliki kesamaan sebagai nilai-nilai
moral yang menyangkut masalah pribadi. Bedanya terdapat bahwa etika merupakan pemahaman
mengenai baik buruknya tingkah manusia sedangkan hukum merupakan aturan yang membatasi
tingkah laku manusia.

 Upaya untuk menerapkan etika dalam kehidupan sehari-hari

Adapun upaya yang perlu dilakukan untuk menerapkan etika dalam kehidupan sehari-
hari, yaitu dengan memegang teguh pendirian adat ketimuran yang sudah ada sejak dulu atau
tetap menggunakan kebiasan pendahulu kalaupun ada pengaruh dari kemajuan zaman, maka
manusia hanya perlu mengkajinya, mana yang baik dan sesuai dengan kultur yang ada, bersikap
kritis terhadap perubahan serta tidak mudah terpengaruh ideologi yang tidak sesuai dengan
ideologi pancasila, maksud bersikap kritis disini bukan seenaknya menolak atau menerima ide-
ide baru, melainkan melakukan penilaian kritis serta objektif untuk memahami sejauh mana ide-
ide tersebut dapat diterima dan dengan tegas ditolak, dan memiliki prinsip yang kuat bahwa
dalam beretika tetap menggunakan agama sebagai landasannya karena pada dasarnya etika
sendiri membutuhkan agama agar manusia tidak mengabaikan kepekaan rasa.

MENYIKAPI PELANGGARAN ETIKA TERHADAP MORAL


Etika dan moral tidak terlepas dari tatanan kehidupan sosial bermasyarakat, dalam hal
persahabatan, hubungan orang tua, saudara, serta hubungan berbangsa dan bernegara. Sejatinya
“etika moral” bukan suatu kata yang memiliki satu arti. “Etika Moral” berasal dari
penggabungan dua kata yang berbeda, yaitu etika dan moral. Keduanya pun memiliki arti yang
berbeda. Untuk lebih jelasnya, kita perhatikan pendapat dari Robert Kreitner dan Angelo Kinicki
(2010) bahwa:

Etika tidak terlepas dari pilihan-pilihan dan isu-isu moral yang berkaitan dengan kaidah
benar versus salah, baik versus buruk. Implikasi etika dan moral banyak muncul disetiap kondisi
baik masyarakat dan dunia pekerjaan. Jadi etika merupakan standar moral perilaku benar dan
salah. Etika seseorang tercermin dalam perilaku menyikapi lingkungan sesuai dengan norma
masyarakat yang berlaku.

Moral dan etika selalu menjadi bajan pembicaraan akhir-akhir ini, pendapat dari Colquitt,
Lepine dan Wesson (2011) “ethics reflects the the degree to which the behaviors of an authority
are in accordance with generally accepted moral norms”. Dalam hal ini etika merefleksikan
perilaku dari individu seseorang sesuai dengan moral dan standar norma yang berlaku. Pada
dasarnya seseorang bertanggungjawan atas perilaku sosial di masyarakat yang seharusnya
dilandasi oleh moral yang berlaku di masyarakat. Jadi selalu ada kendali moral terhadap setiap
perilaku dan sikap seseorang di lingkungnan sosial.

15
Etika dapat dipertimbangkan sebagai suatu batasan yang diterima terhadap suatu nilai
moral dan dilandasi dengan kepercayaan, tanggung jawab dan integritas yang menjadi bagian
dari sistem nilai sosial masyarakatl.

Dalam dunia kerja, standar etika berbeda dari nilai dasar dari satu organisasi dengan
organisasi lain. Standar etika dapat menjadi acuan yang benar bagi organisasi yang serius ingin
membangun. Standar etika dapat menjadi nilai dan kepercayaan bagi organisasi lain serta sebagai
pedoman bagi perilaku anggota organisasi. Standar etika merupakan tanggung jawab dari
pimpinan manajemen untuk melihat bahwa standar ini akan menentukan nilai benar atau nilai
salah. Nilai etika ditentukan melakukan sesuatu yang benar. Dalam suatu organisasi perusahaan,
maka perilaku karyawan, pelanggan serta pimpinan akan ditentukan oleh nilai etika sebagai
suatu integritas. Hasil

Dalam organisasi, etika dan moral tidak bisa dilepaskan, seperti dikatakan oleh John W
Newstrom (2007), “ethic is the use of moral principles an values to affect the behavior of
individuals and organizations with regard to choice between what is right and wrong” Jadi
pernyataan tersebut mengandung makna bahwa perilaku individu dalam organisasi
mengutamakan prinsip moral yang berkaitan dengan etika dalam melaksanakan pekerjaan.

Berkaitan dengan etika dan moral dalam bekerja, beberapa pakar berpendapat bahwa etika dalam
bekerja merupakan sikap yang diambil berdasarkan tanggung jawab moralnya yaitu: (1) kerja
keras, (2) efisiensi, (3) kerajinan, (4) tepat waktu, (5) prestasi, (6) energetik, (7) kerja sama, (8)
jujur, (9) loyal. Etika moral seseorang yang jelas menggambarkan hal-hal yang bersifat normatif
sebagaisikap kehendak yang dituntut agar dikembangkan.
Dalam hal ini, tanggungjawab merupakan salah satu komponen dalam etika kerja seseorang
dalam melakukan pekerjaan. Melalui tanggungjawab, seseorang memiliki kesadaran moral untuk
melaksanakan pekerjaan dengan baik dan benar. Salah satu bentuk tanggungjawab seseorang
dalam pelaksanaan etika kerja, selain pada diri sendiri juga pada kelompok atau organisasi
dimana dia bekerja.

Krisis ini terjadi karena sendi-sendi beretika sosial dan menjaga nilai-nilai agama sudah
dilupakan. Jika kita membandingkan beberapa penggalan masa yang berlangsung, ada beberapa
kesenjangan yang terjadi. Khususnya menyangkut etika sosial dan nilai-nilai moral yang dahulu
kala merupakan kebanggaan bangsa ini. Sekarang, baik suka ataupun tidak suka, kita harus
mengakui bahwa telah terjadi pergeseran dalam etika dan moral itu. Keduanya tidak lagi menjadi
kebangaan.

Indikasinya runtuhnya nilai dan moralitas ini gampang saja. Karena perilaku tawuran dari
mulai pelajar, mahasiswa, rakyat jelata sampai para wakil rakyat sudah jadi pemandangan sehari-
hari. Perilaku yang menyedihkan ini sepertinya bahkan telah melampaui hukum adat dan budaya.

16
Tidak ada lagi rasa pengagungan terhadap sikap menghargai orang yang lebih dewasa. Maka
tanda bagi cacat etika itu sesungguhnya benar terjadi.           

Ketika membahas masalah ini, serta merta telunjuk akan mengarah kepada sistem
demokrasi yang telah menjadi idola di negeri ini. Bahkan ada yang percaya bahwa sistem
demokrasi inilah yang menjadi biang matinya sebagian nilai-nilai dan budaya, terutama
menyangkut moralitas di kalangan anak bangsa.

Demokrasi yang dipercaya sebagai sistem yang paling tepat dalam mengatur pola
kehidupan sosial masyarakat modern, di sisi lain memiliki celah yang menganga lebar bagi
penyebab pergeseran budaya dan nilai-nilai itu. Karena meski difahami bahwa tidak semua
budaya yang datang dari belahan dunia Barat bisa diterapkan di negara, tapi kita seolah tak
mampu menghadang deras masuknya aneka budaya asing yang di awalnya terasa tidak cocok,
namun perlahan namun pasti bisa diterima dan bahkan mengakar.     Padahal, sebagai sebuah
negeri, Indonesia memiliki ratusan suku dengan etika sosial dan adat yang sudah berlaku dari
generasi ke generasi. Namun sayangnya negeri ini telah secara umum menunjukkan gejala
kecacatan tersebut. Hal itu dapat kita lihat dari runtuhnya otoritas orang tua dan guru sebagai
pengamat dan penjaga etika sosial dan moral di tengah-tengah masyarakat.

Tidak ada lagi kepedulian kepada generasi muda dalam hal beragama dan berbudaya
sesuai tuntutan budaya setempat. Ini dibuktikan dengan makin maraknya pelanggaran etika sosial
bahkan jatuhnya moralitas para generasi tanpa bisa dicegah oleh guru dan orang tua. Akhirnya
mari kita cegah tindakan perilaku generasi dari kecacatan etika sosial dan moralitas yang tidak
sesuai dengan budaya kita, seingga akan tercipta masyarakat yang saling menjaga dan
menghargai sesamanya.

D.Bagaimana sistematika etika?

Etika secara umum dapat dibagi menjadi 2 kategori:

1. .Etika umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak


secara etis, mengambil keputusan secara etis serta tolak ukur dalam menilai baik
buruknya suatu tindakan.
2. Etika khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan
yang khusus. Penerapan seperti “bagaiman saya mengambil keputusan dan bertindak
dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang lakukan yang didasari olah cara, teori
dan prinsip moral dasar”

Etika individual, menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri

17
Etika sosial, berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota
manusia  

Etika Deskriptif

Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya: adat kebiasaan,
anggapan-anggapan tentang baik dan buruk tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau tidak
diperbolehkan. Etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu-individu
tertentu,dalam kebudayaan atau subkultur tertentu,dalam suatu periode sejarah,dan sebagainya.
Karena etika deskriptif hanya melukiskan,tidak member penilaian. Misalnya ia melukiskan adat
mengayau kepala yang ditemukan dalam masyarakat yang disebut primitif, tapi ia tidak
mengatakan bahwa adat semacam itu dapat diterima atau harus ditolak.

Sekarang ini etika deskriptif dijalankan oleh ilmu-ilmu sosial: antropologi budaya,
psikologi, sosiologi, sejarah dan sebagainya, meskipun mereka tidak pernah akan memakai
istilah etika “deskriptif”. Studi-studi termasyhur tentang perkembangan kesadaran moral dalam
hidup seorang manusia oleh psikolog Swiss Jean Piaget (1896-1980) dan psikolog Amerika
Laurence Kohlberg (1927-1988) merupakan contoh bagus mengenai etika deskriptif ini. Karena
itu dapat dimengerti bahwa etike deskriptif ini sebetulnya termasuk ilmu pengetahuan empiris
dan bukan filsafat.

Etika Normatif

Etika normatif merupakan bagian terpenting dari etika dan bidang dimana berlangsung
diskusi-diskusi yang paling menarik tentang masalah-masalah moral. Disini ahli bersangkutan
tidak bertindak sebagai penonton netral, seperti halnya dalam etika deskriptif, tapi ia melibatkan
diri dengan mengemukakan penilaian tentang perilaku manusia. Ia tidak lagi melukiskan adat
mengayau yang pernah terdapat dalam kebudayaan-kebudayaan di masa lampau, tapi ia menolak
adat itu, karena dinilai bertentangan dengan martabat manusia.

Ia tidak lagi membatasi diri dengan memandang fungsi prostitusi dalam suatu masyarakat, tapi
menolak prostitusi sebagai suatu lembaga yang melanggar martabat, biarpun dalam praktik
belum tentu diberantas sampai tuntas. Tentu saja, etika deskriptif dapat juga berbicara tentang
norma-norma, misalnya bila ia membahas tabu-tabu yang terdapat dalam suatu masyarakat
primitif. Hal yang sama bisa dirumuskan juga dengan mengatakan bahwa etika normatif itu tidak
deskriptif melainkan preskriptif (memerintahkan), tidak melukiskan melainkan menetukan benar
atau tidaknya tingkah laku atau anggapan moral. Secara singkat dapat dikatakan etika normatif
bertujuan merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat dipertanggung jawabkan dengan cara
rasional dan dapat digunakan dalam praktik. Etika normatif dapat dibagi lebih lanjut dalam etika
umum dan etika khusus.

18
1. Etika umum

Etika yang membahas berbagai hal yang berhubungan dengan kondisi manusia untuk
bertindak etis dalam mengambil kebijakan berdasarkan teori-teori dan prinsip-prinsip moral.
Memandang tema-tema umum seperti apa itu norma etis? jika ada banyak norma etis, bagaimana
hubungannya satu sama lain.

2. Etika khusus

Merupakan  penerapan  prinsip-prinsip  moral  dasar  dalam  bidang kehidupan  yang 


khusus.  Penerapan  ini  bisa berwujud : Bagaimana  saya  mengambil keputusan  dan  bertindak 
dalam  bidang  kehidupan  dan  kegiatan  khusus  yang  saya lakukan,  yang  didasari  oleh  cara, 
teori  dan  prinsip-prinsip  moral  dasar.    Namun, penerapan itu dapat juga berwujud:
Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan
khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis: cara
bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau tidanakan, dan teori serta prinsip moral
dasar yang ada dibaliknya. Berusaha menerapkan prinsip-prinsip etis yang umum atas wilayah
perilaku manusia yang khusus. 

Etika Khusus dibagi lagi menjadi dua bagian:

1. Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya
sendiri.
2. Etika  sosial,  yaitu  berbicara  mengenai  kewajiban,  sikap  dan  pola  perilaku 
manusia sebagai anggota umat manusia.

Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat dipisahkan satu
sama lain dengan tajam, karena kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan sebagai anggota
umat manusia saling berkaitan. 

Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara langsung maupun
secara  kelembagaan  (keluarga,  masyarakat,  negara) sikap kritis  terhadap pandangan-
pandangana  dunia  dan  idiologi-idiologi maupun tanggung jawab terhadap lingkungan hidup. 

3. Etika Profesi

Merupakan etika khusus yang dikhususkan pada profesi tertentu, misalnya etika
kedokteran, etika Rumah Sakit, Etika Kebidanan, Etika Keperawatan, dan lain-lain. Kode etik
suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi yang
bersangkutan di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk bagi anggota profesi tentang
bagaimana mereka harus menjalankan profesinya, dan larangan-larangan, termasuk ketentuan-
ketentuan apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak

19
hanya dalam menjalankan tugas profesinya, melainkan berkaitan juga dengan tingkah lakunya
secara umum dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat.  Guna etika adalah memberi arah bagi
perilaku manusia tentang apa yang baik atau buruk, apa yang benar atau salah, hak dan
kewajiban moral(akhlak), apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan.

Metaetika

Metaetika adalah ucapan-ucapan kita dibidang moralitas atau bahasa yang diucapkan
dibidang  moral. Metaetika mengenai status moral ucapan dan bahasa yang digunakan dalam
batasan baik, buruk atau bahagia. Cara lain lagi untuk mempraktikan etika sebagai ilmu adalah
metaetika. Awalan meta (dari bahasa Yunani) mempunyai arti melebihi melampaui. Metaetika
seolah-olah bergerak pada tarap lebih tinggi daripada perilaku etis, yaitu pada tarap “bahasa etis”
atau bahasa yang kita gunakan dibidang moral. Dapat dikatakan juga bahwa metaetika
mempelajari logika khusus dari ucapan-ucapan etis.

Dipandang dari segi tata bahasa rupanya kalimat-kalimat etis tidak berbeda dari kalimat-
kalimat jenis lain (khusunya kalimat-kalimat yang mengungkapkan fakta). Metaetika ini
termasuk “filsafat analitis”, suatu alihan penting dalam filsafat ke 20. Aliran ini mulai
berkembang di Inggris pada wasl abad ke 20 dan George Moore yang disebut adalah salah satu
seorang pelopor. Dari Inggris filsafat analitas meluas ke berbagai Negara lain tapi di Negara-
negara berbahasa Inggris (seperti Amerika Serikat dan Australia) posisinya selalu paling kuat.
Karena terkait dengan filsafat analitis ini,metaetika kadang-kadang juga disebut “etika
analitis”.bbj

PRINSIP-PRINSIP ETIKA
Dalam peradaban sejarah manusia sejak abad keempat sebelum Masehi para pemikir
telah mencoba menjabarkan berbagai corak landasan etika sebagai pedoman hidup
bermasyarakat. Para pemikir itu telah mengidentifikasi sedikitnya terdapat ratusan macam ide
agung (great ideas). Seluruh gagasan atau ide agung tersebut dapat diringkas menjadi enam
prinsip yang merupakan landasan penting etika, yaitu keindahan, persamaan, kebaikan,
keadilan, kebebasan, dan kebenaran.

1) Prinsip Keindahan

Prinsip ini mendasari segala sesuatu yang mencakup penikmatan rasa senang terhadap
keindahan. Berdasarkan prinsip ini, manusia memperhatikan nilai-nilai keindahan dan ingin
menampakkan sesuatu yang indah dalam perilakunya. Misalnya dalam berpakaian, penataan
ruang, dan sebagainya sehingga membuatnya lebih bersemangat untuk bekerja.

2) Prinsip Persamaan

20
Setiap manusia pada hakikatnya memiliki hak dan tanggung jawab yang sama, sehingga muncul
tuntutan terhadap persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, persamaan ras, serta
persamaan dalam berbagai bidang lainnya. Prinsip ini melandasi perilaku yang tidak diskrminatif
atas dasar apapun.

3) Prinsip Kebaikan

Prinsip ini mendasari perilaku individu untuk selalu berupaya berbuat kebaikan dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip ini biasanya berkenaan dengan nilai-nilai
kemanusiaan seperti hormat- menghormati, kasih sayang, membantu orang lain, dan
sebagainya. Manusia pada hakikatnya selalu ingin berbuat baik, karena dengan berbuat baik dia
akan dapat diterima oleh lingkungannya. Penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat sesungguhnya bertujuan untuk menciptakan kebaikan bagi
masyarakat.

4) Prinsip Keadilan

kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan kepada setiap orang apa yang semestinya
mereka peroleh. Oleh karena itu, prinsip ini mendasari seseorang untuk bertindak adil dan
proporsional serta tidak mengambil sesuatu yang menjadi hak orang lain.

5) Prinsip Kebebasan

sebagai keleluasaan individu untuk bertindak atau tidak bertindak sesuai dengan pilihannya
sendiri. Dalam prinsip kehidupan dan hak asasi manusia, setiap manusia mempunyai hak untuk
melakukan sesuatu sesuai dengan kehendaknya sendiri sepanjang tidak merugikan atau
mengganggu hak-hak orang lain. Oleh karena itu, setiap kebebasan harus diikuti dengan
tanggung jawab sehingga manusia tidak melakukan tindakan yang semena-mena kepada orang
lain. Untuk itu kebebasan individu disini diartikan sebagai:kemampuan untuk berbuat sesuatu
atau menentukan pilihan.kemampuan yang memungkinkan manusia untuk melaksana-kan
pilihannya tersebut.kemampuan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

6) Prinsip Kebenaran

Kebenaran biasanya digunakan dalam logika keilmuan yang muncul dari hasil pemikiran yang
logis/rasional. Kebenaran harus dapat dibuktikan dan ditunjukkan agar kebenaran itu dapat

21
diyakini oleh individu dan masyarakat. Tidak setiap kebenaran dapat diterima sebagai suatu
kebenaran apabila belum dapat dibuktikan.

Semua prinsip yang telah diuraikan itu merupakan prasyarat dasar dalam pengembangan nilai-
nilai etika atau kode etik dalam hubungan antarindividu, individu dengan masyarakat, dengan
pemerintah, dan sebagainya. Etika yang disusun sebagai aturan hukum yang akan mengatur
kehidupan manusia, masyarakat, organisasi, instansi pemerintah, dan pegawai harus benar-
benar dapat menjamin terciptanya keindahan, persamaan, kebaikan, keadilan, kebebasan, dan
kebenaran bagi setiap orang.

PELANGGARAN ETIKA
Di dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat
internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia
bergaul.Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan
sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman pergaulan tidak
lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang,
tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang
tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan
hak-hak asasi umumnya. Seperti itulah kira-kira pengertian etika.Menurut para ahli maka etika
tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya
dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.

Berikut ini merupakan contoh-contoh perilaku yang menyimpang dari etika:

Berbicara kasar, Dalam pergaulan etika berbicara itu penting, tidak boleh asal bicara seperti
itulah etikanya.Apalagi berbicara dan berkata-kata kasar.Kasus pelanggaran etika yang seperti
ini sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Ketika seseorang berbicara kasar maka
seseorang pun akan bisa menilai kepribadiannya. Karena orang-orang pasti akan menilai kita
dari segi bicara kita, cara kita bersikap dan lain sebagainya. Dan jika kita membahasa tentang
gaya bicara lebih lanjut lagi , berbicara kasar dan sembarangan dalam mengeluarkan suara
bukan hanya akan melanggar etika juga nantinya akan bertentangan dengan norma, seperti
norma kesopanan dan bahkan norma hukum jika sampai mencemarkan nama baik seseorang.

Bahkan anak anak dibawah umur pun saat ini sudah banyak dan mungkin beberapa dari kita
sering mendengar anak anak dibawah umur berbicara kasar atau kata kata yang tidak layak
untuk diucapkan pada usia mereka kasus ini juga merupaka pelanggaran etika baik dari segi
anak anak tersebut atau pun bisa juga dari lingkungan tempat tinggal mereka bahkan yang lebih
parah nya mungkin orang tua mereka sendiri yang memang sudah biasa bersikap seperti itu
dirumah, menurut saya itu merupakan pelanggaran etika yang sangat berbahaya karena kasus
seperti itu sangat membahayakan eksistensi Etika pada generasi muda di Indonesia, karena
generasi muda seharusnya disiapkan dan dididik dengan baik untuk kemajuan bangsa ini bukan

22
malah dirusak atau tidak dibekali etika dan moral yang bagus, pada siapa lagi bangsa ini
berharap selain kepada generasi generasi muda kita sendiri.

A.PENYIMPANGAN MORAL

Masalah moral adalah suatu masalah yang menjadi perhatian orang dimana saja, baik dalam
masyarakat yang telah maju, maupun dalam masyarakat yang masih terbelakang. Karena
kerusakan moral seseorang mengganggu ketenteraman yang lain. Jika dalam suatu masyarakat
banyak yang rusak moralnya, maka akan goncanglah keadaan masyarakat itu.

Jika kita tinjau keadaan masyarakat di Indonesia terutama di kota-kota besar sekarang ini akan
kita dapati bahwa moral sebagian anggota masyarakat telah rusak atau mulai merosot. Dimana
kita lihat, kepentingan umum tidak lagi menjadi nomor satu, akan tetapi kepentingan dan
keuntungan pribadilah yang menonjol pada banyak orang.

Berikut di bawah ini adalah beberapa contoh dari penyimpangan –peyimpangan moral pada
remaja yang sering terjadi dan muncul dalam media-media pemberitaan.

1. Perkosaan

Saya menuliskan pemerkosaan sebagai poin yang pertama karena saya sangat menyayangkan
para korban-korban yang merupakan para perempuan dan anak-anak dibawah umur.Saya
sebagai seorang perempuan pasti berharap hal tersebut jangan sampai terjadi pada diri saya
dan pada oarang disekitar saya. Karena akibat dari penyimpangan moral yang satu ini akan
merusak masa depan cerah para perempuan.

Dalam sebuah artikel Republika.co.id, sebuah lembaga penelitian Indonesia Police Watch (IPW)
melihat kecenderungan meningkatnya angka perkosaan di Indonesia tahun ini. Menurut Ketua
Presidium IPW, Neta S Pane, meski belum memiliki angka pasti untuk tahun ini, namun
kecenderungan tersebut telah terlihat. Tahun 2013 setiap bulan tiga sampai empat kasus
perkosaan di seluruh indonesia. Tahun 2014, empat hingga enam setiap bulan.Tercatat, hingga
50 persen pelaku perkosaan adalah anak berusia di bawah 20 tahun.Sebagian dari para remaja
memperkosa teman perempuannya.

Menurut saya tindakan pemorkasaan bukan hanya melanggar moral tetapi juga melanggar nilai
dan juga norma. Norma agama terutama, di Indonesia ini walaupun ada beragam agama tetapi
tidak satupun yang membenarkan tindakan pemerkosaan, apalagi agama islam.

2. Tawuran

23
Tawuran juga merupakan perilaku penyimpangan moral.Walaupun saya tidak sering melihatnya
di Aceh, mungkin hal semacam ini sering terjadi dikota-kota besar.Tawuran sering dilakukan
pada sekelompok remaja terutama oleh para pelajar sekolah. Kekerasan dengan cara tawuran
sudah dianggap sebagai pemecah masalah yang sangat efektif yang dilakukan oleh para remaja.
Hal ini seolah menjadi bukti nyata bahwa seorang yang terpelajar pun leluasa melakukan hal-
hal yang bersifat anarkis, premanis, dan rimbanis.

Tentu saja perilaku buruk ini tidak hanya merugikan orang yang terlibat dalam perkelahian atau
tawuran itu sendiri tetapi juga merugikan orang lain yang tidak terlibat secara
langsung.sungguh tidak sesuai dengan moral dan nilai yang diajarkan selama ini. Apalagi anak
sekolahan, yang seharusnya ia menunjukkan dirinya sebagai generasi bangsa berperilaku baik.

3. Pergaulan Bebas

Pergaulan bebas telah menjadi gaya hidup remaja-remaja perkotaan yang sudah lupa dengan
moral. Pergaulan bebas ini sebenarnya tidak cocok dengan Indonesia yang lingkungannya sarat
akan nilai dan norma. Kita di Indonesia juga di ikat dengan agama kita, beda halnya orang barat
yang cocok dengan budaya bebas mereka. Di Indonesia, seperti pacaran dan sex bebas itu
dilarang tegas. Padahal sesuatu yag dilarang itu memang hal yang tidak baik, hal yang
semestinya kita tinggalkan. Karena banyak sekali dampak-dampak yang aan ditimbulkan dari
pergaulan bebas tersebut.

Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dalam melakukan hubungan sesual bebas di


kalangan remaja adalah sebagai berikut :

1) Kehamilan Remaja.
2) HIV/AIDS
4. Penggunaan Narkoba
Globalisasi dan modernisasi tidak dapat dipungkiri lagi telah mendatangkan keuntungan bagi
manusia.Arus informasi yang masuk ke negeri ini semakin sulit dibendung.Dampak negatifnya,
banyak remaja yang terjerumus mengikuti budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya
Indonesia, misalnya seks pranikah dan maraknya penyalahgunaan Narkoba.

4. Menyontek

Menyontek mungkin penyimpangan moral yang tidak akan dipenjara. Namun Perilaku
menyontek harus dihilangkan, karena hal tersebut sama artinya dengan tindakan kriminal
mencuri hak milik orang lain. Namun nyatanya perilaku menyontek semakin mengalami
peningkatan.Perilaku menyontek telah merambah ke berbagai penjuru, mulai dari tingkat dasar
hingga perguruan tinggi.Tak hanya dilakukan oleh siswa maupun mahasiswa yang berprestasi
rendah, tetapi juga siswa serta mahasiswa yang berprestasi tinggi pernah melakukannya.
Sebagaimana survey yang dilakukan oleh Who’s Who Among American High School Student,
menunjukkan bahwa mahasiswa terpandai mengakui pernah menyontek, untuk
mempertahankan prestasinya.

24
Menyontek berarti tidak jujur.Sedangkan kejujuran itu bagian dari etika, maka menyontek
bearti melanggar etika juga. Dan tidak jujur itu dosa jadi melanggar norma agama juga .

B.PENYIMPANGAN NORMA AGAMA

Norma agama adalah salah satu bagian norma yang bersumber dari landasan agama, perintah
dan larangan Tuhan suatu agama yang didapatkan melalui wahyu para nabi-Nya. Bagi orang
yang percaya akan agama, perintah Tuhan adalah hal mutlak yang wajib dipatuhi, dijalankan
dan dilaksanakan, tanpa ada pengecualian. Norma agama tdak hanya mengatur tentang
hubungan antar manusia tersebut dengan Tuhannya, namun juga mengatur tentang hubungan
antara manusia dengan manusia lainnya, manusia tersebut dengan lingkungannya serta
mengatur tentang bagaimana hubungan manusia tersebut dengan makhluk Tuhan lainnya. Bagi
orang yang melanggar norma agama akan mendapat dosa yang harus diterima saat meninggal
nanti.

Berikut ini bebrapa contoh pelanggaran norma agama:

1. Meninggalkan Shalat Wajib bagi yang beragama muslim

Karena saya orang Islam dan akam membahas tentang pelanggaran norma agama maka
sebbelum membahas tentang hal-hal lain seperti penistaan agama, terlebih dahulu saya akan
membahas tentang meninggalkan shalat wajib yang nantinya dosanya akan kita tanggung
secara pribadi dengan Allah subhanahuwataala nanti.

Dalam norma agama seseorang yang tidak melakukan apa yang diatur oleh agamanya maka
melanggar norma agama. Dan di dalam islam shalat merupakan kewajiban, dan jika kita
meninggalkan shalat maka kita melanggar norma agama. Sanksinya apa? Sanksinya
neraka.Begitu juga dengan perintah-perintah atau ibadah lainnya seperti zakat dan puasa.

2. LGBT

LGBT melanggar norma agama dan hukum positif. Apalagi di Indonesia dua hukum ini adalah
pegangan hidup bernegara.Meskipun dalam hal Indonesia bukan negara yang konsen dengan
agama tertentu, tapi tetap nilai ajaran agama dijunjung tinggi bahkan agama mendasari
kehidupan berbangsa dan bernegara.Ini dapat dilihat dengan adanya sila pertama.

Beda halnya dengan negara lain, seperti Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa
melegalkan, tapi identitas dan karakter negara kita beda. Dasar negara kita pancasila dan
ketuhanan yang maha esa.Jadi jelas kita bukan negara liberal.Tidak ada agama yang melegalkan
hubungan sesama jenis karena jelas mudharatnya (kerusakannya).Demikian pula dengan
hukum positif juga melarangnya.Ini yang harus kita sadarkan, jangan sampai identitas dan
karakter kita sebagai bangsa yang berketuhanan dan beradab dirusak oleh budaya liberal yang
sangat permisif.

25
Jadi LGBT dan pernikahan sejenis melanggar tiga norma sekaligus yaitu, norma agama, norma
hukum dan norma kesusilaan.

C.PENYIMPANGAN NORMA HUKUM

Norma Hukum adalah aturan social yang dibuat oleh lembaga-lembaga tertentu, misalnya
pemerintah, sehingga dengan tegas dapat melarang serta memaksa orang untuk dapat
berperilaku sesuai dengan peraturan itu sendiri, Norma Hukum bersifat “memaksa” dan pelaku
pelanggaran terhadap norma tersebut biasanya mendapat sanksi berupa denda bahkan
hukuman fisik seperti dipenjara dan di hukum mati. Adapun contoh pelanggarannya yaitu
seperti merampok, memperkosa, membunuh, mencuri.

Berikut ini merupakan contoh kasus-kasus yang melanggar norma hukum

1. Kasus pembunuhan

Kasus Pembunuhan Bocah SD, Polisi Resort (Polres) Aceh Timur akhirnya berhasil mengungkap
kasus pembantaian sadis yang menimpa bocah kelas IV SD, Khairul Wara (10), Warga
Dusun Tambi Gampong Cot Asan, Kecamatan Nurussalam Aceh Timur, yang sebelumnya
ditemukan telah tidak benyawa lagi di hutan belakang rumahnya dengan kondisi yang
mengenaskan.

Setelah dilakukan penyelidikan mendalam dan mengumpulkan bukti-bukti, kasus


pembunuhan tersebut akhirnya terkuak. Dalam pemeriksaan, seoarang ayah tujuh anak itu
mengaku dirinya membunuh Khairul Wara dengan motif dendam karena anaknya yang
bernama Jurrahmatullah (9) yang sebaya dengan korban sering diganggu oleh korban baik di
sekolah ataupun di luar sekolah.

Atas tindakan pelanggaran norma yang dilakukannya pelaku pun harus mendapatkan hukuman
yang setimpal agar menurunkan angka kejadian yang serupa. Disini dia sebagai seorang ayah
yang seharusnya menjadi contoh yang baik anak bagi anaknya.Ia telah melanggar moral, dan
juga bertentangan dengan moral agama.

2. Penganiyayaan anak

Sindonews.com - Setelah dinyatakan hilang selama empat hari, balita yang diketahui
bernama Fahri Husaini (4) akhirnya ditemukan tewas dengan kondisi yang mengenaskan,
Tragisnya, sekujur tubuh ditemukan dengan kondisi tubuh yang telah dibalut semen. Sadisnya,
pelaku tega menyemen jasad bocah tersebut hingga menyerupai patung.Diduga pembunuhan
tersebut dilatari dendam pelaku terhadap orang tua korban yang kerap mengejeknya.

Sungguh tidak bermoral, tidak beretika, dan melanggar banyak norma dan nilai didalam
masyarakat.

26
3. Kasus korupsi

Jumlah kasus korupsi di Indonesia terus meningkat.Kasus korupsi yang telah diputus oleh
Mahkamah Agung (MA) dari 2014-2015 sebanyak 803 kasus.Jumlah ini meningkat jauh
dibanding tahun sebelumnya.Politikus dan swasta tercatat sebagai pelaku terbesar untuk
korupsi.Totalnya sekitar 1.420 terpidana.Sedangkan jumlah pelaku korupsi pegawai negeri sipil
(PNS) mencapai 1.115 terpidana.Setidaknya ada Daftar 20 Kasus Korupsi Besar Yang Masih
Belum Mampu Diselesaikan Oleh Kepolisian Republik Indonesia.

Salah satu nya adalah Kasus PT Jamsostek (2002).Kerugian mencapai Rp 45 miliar.Mantan Dirut
PT Jamsostek Akmal Husein dan mantan Dirut Keuangan Horas Simatupang telah ditetapkan
sebagai tersangka. Proses hukum selanjutnya tidak jelas.

27
BAB II

TEORI DALAM KAJIAN ETIKA

A.PEMBAGIAN ETIKA

Dalam kaitannya dengan nilai dan norma, kita menemukan 2 macam etika:
1.Etika deskriptif, berbicara mengenai fakta apa adanya, yakni mengenai nilai dan pola prilaku
manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas konkrit yang membudaya
2.Etika normatif, berbicara mengenai norma-norma yang menentukan tingkah laku manusia,
serta memberi penilaian dan himbauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya
berdasarkan norma-norma.
Perbedaannya adalah etika deskriptif memberi fakta sebagai dasar untuk mengambil
keputusan tentang perilaku dan sikap yang   mau diambil sedangkan etika normatif memberi
penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang diputuskan.
Secara umum norma dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

1.Norma khusus, contohnya bermain bola


        2. Norma umum, terdiri dari:

   A.Norma sopan santun, contohnya cara bertemu, makan, duduk dan sebagainya
  B.Norma hukum, lebih tegas dan pasti karena dijamin oleh hukum terhadap para penggarnya
C.Norma moral, yakni aturan mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia. Penilaiannya
bukan berdasarkan profesi tetapi manusia yang menjalankan profesi tertentu.

 B. SISTEMATIKA ETIKA

       Etika secara umum dapat dibagi menjadi 2 kategori:

A.Etika umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara
etis, mengambil keputusan secara etis serta tolak ukur dalam menilai baik buruknya suatu
tindakan.
 B. Etika khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan
yang khusus. Penerapan seperti “bagaiman saya mengambil keputusan dan bertindak dalam
bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang lakukan yang didasari olah cara, teori dan prinsip
moral dasar”

1.Etika individual, menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri
2.Etika sosial, berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai
anggota manusia  

28
C. PENDAPAT DAN ALIRAN DALAM ETIKA

A.Etika Deontology

Deontolgi berarti kewajiban (duty) maksudnya bahwa manusia ditekankan untuk berbuat
baik. Menurut etika ini suatu tindakan dikatakan baik bukan nilai berdasarkan akibat atau tujuan
baik dari tindakan itu, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik pada dirinya
sendiri.

Menurut Immanuel Kant (1764 – 1804), kemauan baik harus dinilai baik pada dirinya
sendiri terlepas dari apa pun juga. Dalam menilai seluruh tindakan kita, kemauan baik harus
selalu dinilai paling pertama dan menjadi kondisi dari segalanya.

Ada 2 pokok yang ditekankan oleh Kant:

   1. Tidak ada di dunia ini yang dianggap baik tanpa kualifikasi kecuali kemauan baik.
2.Tindakan yang baik adalah tindakan yang dijalankan demi kewajiban.

B.Etika Teleologis

Teori ini mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai
atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut.

Ada 2 aliran etika teleologis

1.Egoism

Menurut aliran yang dapat dinilai baik itu adalah sesuatu yang memberi mandaat bagi
kepentingan diri, kepada vakunya. Sebab itu orang seperti ini disebut egoisme. 

       UTILITARIANISME

paham ini menilai baik dan tidaknya, susila atau tidak susilanya sesuatu, ditinjau dari segi
kegunaan atau faedah yang didatangkannya.

Dikenalkan ada 8 jenis yaitu:

A. Utilisme Individual

Paham ini menganggap seseorang boleh bersikap sesuai dengan situasi yang menguntungkan
dirinya. Jadi boleh berpura-pura hormat, bersikap menjilat asalkan perbuatan membwa
keuntungan bagi individu 

29
B.Utilisme Sosial

Paham ini beranggapan demi  untuk kepentingan orang banyak tidak ada berdusta, tidak apa
bermulut manis. Dipakai dalam kelangkaan politis atau diplomatik.

Egoism menilai baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan dan akibat dari tindakan bagi
diri sendiri, sedangkan utilisme menilai baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan dan
akibat dari tindakan bagi banyak orang.

C.Universitas

Berarti umum. Universalisme sebagai ajaran etika berarti sesuatu dapat dinilai baik bila dapat
memberikan kebaikan kepada orang banyak. Universalisem berarti memikirkan kepentingan
umum dimana kepentingan individu tidak terpadat di dalamnya.

D.Intuitionisme

Berasal dari kata intuition: ilham, bisikan kalbu. Paham ini berpendapat bahwa baik buruknya
atau susah tidaknya dapat merupakan suatu pertimbangan rasa yang timbul dari bisikan kalbu.
Bukan merupakan pemikiran secara analisis tapi dengan jalan perenungan dan semadi.

Menurut psikologi dan sosiologi, ada 2 sumber kekuatan yang mempengaruhi perbuatan
dan kelakuan seseorang:

1. Ekstern  : pengaruh pergaulan, ajaran/pendidikan, kebudayaan

2. Intern  : pengaruh cara berpikir, karsa/kemauan, insting, dan kejiwaan.

E.Hedonism

Berasal dari kiat hedone : pleasure : kesenangan. Prinsipnya bahwa sesuatu dianggap baik sesuai
dengan kesenangan yang didatangkan. Jadi semua yang mendatangkan kesusahan dianggap tidak
baik.Pengatnut ajaran ini biasanya boros dan memburu kesenangan tanpa melihat halal-
haramnya   

F.Eudemonisme

Berasal dari kata eudaemonisme : happy : bahagia, dengan menitik beratkan pada rasa. Prinsip
ajaran menilai baik buruk sesuatu berdasarkan ada tidaknya kebahagiaan yang didatangkan.
Walau menempuh jalan yang susah tapi didapatkan perasaan bahagia maka cara ini dianggap
baik oleh aliran ini.

30
G.Altruisem

Berasal dari kata alteri : others : prinsipnya mengutamakan kepentingan orang sebagai lawan
kepentingan diri sendiri.

H.Tradisional

Berasal dari kata tradisional : kebiasaan, adat-istiadat. Menurut paham ini susah tidaknya dinilai
dari sebagai kebiasaan atau adat istiadat yang berlaku. Apa yang memperkukuh tradisi dianggap
baik dan yang menentang dianggap tidak baik.

D.ETIKA PERGAULAN SOSIAL

Etika pergaulan sosial adalah sesuatu yang diperlukan dalam kehidupan karena bagaimana bisa
seseorang hidup tanpa melakukan interaksi yakni melakukan pergaulan dengan orang di
sekelilingnya. Sebab, pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang yang selalu
berhubungan satu sama lain, setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan serta  memerlukan
bantuan orang lain.  Adapun yang menjadi dasar dalam etika adalah:

a)Bersikap sopan dan ramah kepada siapa saja.

b) Memberi perhatian kepada orang lain.

c) Berusaha selalu menjaga perasaan orang lain.

d) Bersikap ingin membantu.

e) Memiliki rasa toleransi yang tinggi.

f) Dapat menguasai diri, mengendalikan emosi dalam situasi apapun.

E.ETIKA PERGAULAN DENGAN ORANG YANG LEBIH TUA

Yang dimaksud lebih tua disini adalah para orang tua kita yaitu nenek, paman, bibi, dan
orang lain yang lebih tua dati kita. Kita wajib menghormati mereka yakni orang tua yang telah
memelihara, membesarkan,mendidik, dan membiayai hidup kita. Karena tidak sedikit
pengorbanan yang mereka lakukan untuk membesarkan anak-anaknya.  Namun, tidak selayaknya
kita mengabaikan apa yang diperintahkannya, serta kewajiban menghormatinya serta menuruti
segala nasehat dan perhatiannya. Oleh karena itu tentulah kita harus memilii etika yang baik
kepada mereka yakni dengan menghormati, serta bersikap sopan dan santun.

Adapun etika berbicara dengan orang yang lebih tua yakni: berbicara bersopan dan
santun, memperhatikan ia ketika sedang berbicara, tidak boleh sombong dalam berbicara
minsalberkedik pinggang hal tersebut dinamakan kurang adat. Contoh lain saat bertanya kepada
orang lain yakni sedang dalam kereta atau mobil, maka jika hendak bertanya maka turunlah dari
31
kereta atau mobil yang dikendarai karena hal tersebut merupakan upaya yang kita lakukan
menghargai orang yang ditanyai dan terlihat lebih sopan.

F.ETIKA PERGAULAN DENGAN ORANG YANG SEBAYA

Orang mukmin terhadap mukmin lainnya, tak ubahnya bagaikan suatu bangunan yang bagian-
bagiannya (satu sama lain kuat) kuat menguatakan.

“ Barang siapa yang berjalan dalam upaya memenuhi kebutuhan saudaranya, dan usaa ini
berhasil adalah lebih baiak dari pada beri’tikaf sepuluh tahun.

Sebaya disini berati sama usianya, maka dari itu pergaulan sebaya sangatlah peting
karena hal tersebut selalu dilakukan hampir setiap hari dilingkungan masyarakat, oleh sebab itu
diperlukan etika yang baik dalam pergaulan sosial antara sebaya ini.

G. ETIKA PERGAULAN DENGAN SESAMA MUSLIM

Hai orang-orang yang beriman jika datang kepadamu orang fasik membawa satu berita, maka
periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpa suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kami menyesal atas perbuatanmu.

H. ETIKA PERGAULAN DENGAN YANG BERBEDA AGAMA

Hai manusia, sesunggunhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, dan menjadikanmu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa supaya kamu saling
mengenal

I.ETIKA MAKAN BERSAMA

Hai manusia makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat dibumi dan janganlah kamu
mengikuti langkah-langkah setan, karena setan itu adalah musuh yang nyata

Adapun yang menjadi etika dalam makan bersama antara lain adalah:

a).Berpakaian sopan. Kebiasaan makan tanpa berbaju, itu hanya berlaku bila anda makan
sendirian dalam kamar sendiri. Tetapi bila anda diundang kedalam suatu tempat untuk makan
bersama maka hendaklah memakai pakaian yang sopan.

b).Bunyi mulut, kebiasaan mengecap makanan atau mengunyah dengan mulut berbunyi (seperti
kuda makan) ini dala salah satu etika yang harus di ubah apabila sedang makan bersama.

32
c).Gerak dan sikap. Etika juga membatasi gerak dan sikap ketika makan bersama.

d).Cungkil gigi. Ini juga merupakan etika yang harus diperhatikan,  banyak masyarakat dalam
makan bersama setelah selesai makan mencungkil gigi yang membuat orang lain jijik.

e).Bangkit bersama. Apabila dalam jamuan makan bersama, bila telah selesai makan hendaklah
menunggu yang lain selesai jangan bangkit terlebih dahulu, karena bila terjadi hal tersebut,
menyebabkan adanya pandangan kurangnya kesopanan pada pada diri kita.

J. ETIKA PERGAULAN DALAM MENERIMA TAMU

Menerima tamu berarti menerima hadirnya orang datang dari luar. Adapun etika yang perlu
diperhatikan dalam hal menerima tamu adalah:

a. Berpakaian yang sopan saat menerima tamu


b.Menghormati tamu
c.Berbicara yang lemah lembut dan sopan terhadap tamu, dan lain sebagainya.

33
BAB III

CONTOH ETIKA

A. MAKNA ETIKA PENDIDIKAN

Etika berasal dari bahasa yunani yaitu kata “ethos” yang berarti suatu kehendak atau
kebiasaan baik yang tetap. Yang pertama kali menggunakan kata-kata itu adalah seorang filosof
Yunani yang bernama Aris Toteles ( 384 – 322 SM ). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Etika / moral adalah ajaran tentang baik dan buruk mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan
sebagainya.
Etika menurut Franz Magnis Suseno (1989) adalah pemikiran sistematis tentang moralitas,
dimana yang dihasilkannya secara langsung bukan kebaikan, melainkan suatu pengertian yang
leih mendasar dan kritis.
Menurut Solomon, Etika ialah studi tentang cara penerapan hal yang baik bagi hidup manusia
yang menurut Solomon, 1984:2, mencakup dua aspek:
1.   Disiplin ilmu yang mempelajari nilai-nilai dan pembenarannya.
2.  Nilai-nilai hidup nyata dan hukum tingkah laku manusia yang menopang nilai-nilai tersebut.

Menurut K. Bertenes, Etika adalah nilai-nilai atau normanorma yang menjadi pegangan bagi
seseorang dalam mengatur tingkah lakunya.

Dari pengertian di atas, disimpulkan bahwa Etika merupakan ajaran baik dan buruk tentang
perbuatan dan tingkah laku (akhlak). Jadi, Etika membicarakan tingkah laku manusia yang
dilakukan dengan sadar di pandang dari sudut baik dan buruk sebagai suatu hasil penilaian.

Etika pada hakikatnya mengamati realitas moral secara kritis, tidak memberikan ajaran,
melainkan memeriksa kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma-norma, dan pandanganpandangan
moral secara kritis. Etika bisa memiliki banyak arti dan tentu saja arti tersebut saling erkaitan,
yaitu :

Etika bisa dijelaskan sebagai cara pandang manusia atau sekelompok manusia terhadap dua hal
yaitu aik dan buruk; etika merupakan ilmu dalam mempertimbangkan perbuatan manusia,
sehingga bisa dinilai baik atau buruknya; etika adalah ilmu untuk mengkaji berbagai norma yang
ada dalam masyarakat; dan etika merupakan pegangan nilai yang universal atau umum bagi
suatu masyarakat.

Pada dasarnya etika dibedakan dalam tiga pengertian pokok, yaitu:


a) ilmu tentang apa yang baik dan kewajiban moral,
b) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak atau perilaku menggambarkan nilai
etis dan moralitas,

34
c) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa tika adalah niilai-nilai atau kelompok dalam mengatur tingkahlakunya.

Etika juga bisa membantu kita untuk mencari orientasi, dengan Tujuan agar kita tidak hidup
dengan cara ikut-ikutan saja terhadap beragai pihak yang menetapkan bagaimana kita harus
hidup, melainkan agar kita dapat mengerti sendiri mengapa kita harus bersikap.

Makna atau arti etika lebih mengarah pada tindakan yang sadar dan disengaja. Istilah etika
ditinjau dari segi makna atau arti, hampir sama dengan moral, tetapi dalam pemakaian ilmiah,
moral biasanya hanya menyangkut kebaikan atau keburukan secara lahiriah atau kelihatan dari
apa yang sebenarnya terjadi.

Jadi etika adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan sengaja sebagai hasil yang tegas
berdasarkan analisa dan akal budi yang menyangkut pemikiran sistematik tentang kelakuan,
motivasi dan keadaan batin yang menyadarinya.
Etika bukan suatu sumber tambahan bagi ajaran moral, melainkan filsafat atau pemikiran kritis
dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral.

Etika adalah sebuah ilmu, bukan sebuah ajaran. Etika dan ajaran moral tidak berada ditingkat
yang sama. Jadi etika kurang dan lebih dari ajaran moral. Kurang karena etika tidak berwenang
untuk menetapkan, apa yang boleh kita lakukan dan apa yang tidak.

Guna etika setiap orang perlu bermoralitas, tetapi tidak setiap orang perlu beretika, karena etika
adalah pemikiran sistematis tentang moralitas. Yang dihasilkannya secara langsung bukan
kebaikan melainkan suatu pengertian yang lebih mendasar dan kritis.

Ada empat alasan mengapa etika pada zaman kita semakin perlu :

•    Pertama, kita hidup dalam masyarakat yang semakin pluralistik juga dalam bidang moralitas.
Setiap hari kita bertemu orang – orang dari suku, daerah, dan agama yang berbeda – beda.
Kesatuan tatanan normatif sudah tidak ada lagi.
•    Kedua, kita hidup dalam masa transformasi masyarakat yang tanpa tanding. Perubahan itu
terjadi di bawah hantaman kekuatan yang mengenai semua segi kehidupan kita, yaitu gelombang
modernisasi.
•    Ketiga, tidak mengherankan bahwa proses perubahan sosial budaya dan moral yang kita
alami ini dipergunakan oleh berbagai pihak untuk menawarkan ideologi – ideologi mereka
sebagai obat penyelamat. Etika dapat membuat kita sanggup untuk menghadapi ideologi –
ideologi itu dengan kritis dan obyektif dan untuk membentuk penilaian sendiri, agar kita tidak
terlalu mudah terpancing emosi.
•    Keempat, etika juga diperlukan oleh kaum agama yang di satu pihak menentukan dasar
kemaantapan mereka dalam iman keercayaan mereka, dilain pihak sekaligus mau berpartisipasi
dengan tidak menutup diri dalam semua dimensi kehidupan masyarakat yang sedang berubah.

35
Metode etika Ada suatu cara pendekatan yang dituntut dalam semua semua aliran yang pantas
disebut etika, ialah pendekatan kritis. Etika paada hakikatnya mengamati realitas moral secara
kritis. Etika menuntut pertanggung jawaban dan mau menyingkapkan kerancuan. Etika tidak
membiarkan pendapat – pendapat moral begitu saja melainkan menuntut agar pendapat –
pendapat moral dikemukakan pertanggungjawaban.Etika berusaha untuk menjernihkan
permasalahan moral.

B.  MAKNA PENDIDIKAN DASAR

Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama
masa sekolah anak-anak. Pendidikan dasar menjadi dasar bagi jenjang pendidikan menengah.

Periode pendidikan dasar ini adalah selama 6 tahun. Di akhir masa pendidikan dasar, para
siswa diharuskan mengikuti dan lulus dari Ujian Nasional (UN). Kelulusan UN menjadi syarat
untuk dapat melanjutkan pendidikannya ke tingkat selanjutnya (SMP/MTs).
Sekolah dasar (disingkat SD; bahasa Inggris: Elementary School) adalah jenjang paling dasar
pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari
kelas 1 sampai kelas 6. Saat ini murid kelas 6

diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (dahulu Ebtanas) yang memengaruhi kelulusan


siswa. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama (atau
sederajat). Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun.
Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar,
yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3
tahun. Sekolah dasar diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Sejak diberlakukannya
otonomi daerah pada tahun 2001, pengelolaan sekolah dasar negeri (SDN) di Indonesia yang
sebelumnya berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional, kini menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah kabupaten/kota. Sedangkan Departemen Pendidikan Nasional hanya berperan
sebagai regulator dalam bidang standar nasional pendidikan. Secara struktural, sekolah dasar
negeri merupakan unit pelaksana teknis dinas pendidikan kabupaten/kota.
Pada masa penjajahan Belanda, sekolah menengah tingkat atas disebut sebagai Europeesche
Lagere School (ELS). Setelahnya, pada masa penjajahan Jepang, disebut dengan Sekolah Rakyat
(SR). Setelah Indonesia merdeka, SR berubah menjadi Sekolah Dasar (SD) pada tanggal 13
Maret 1946.

Budaya pada jenjang Sekolah dasar Sekolah dasar negeri di Indonesia umumnya
menggunakan seragam putih merah untuk hari hari biasa, seragam coklat untuk pramuka/hari
tertentu, dan pada sekolah-sekolah tertentu menggunakan seragam putih-putih untuk upacara
bendera. Upacara bendera dilaksanakan setiap hari Senin pagi sebelum dimulaipelajaran.
Pengelolaan Pendidikan dasar di Indonesia pada dasarnya dibedakan menjadi dua yaitu:

36
oleh pemerintah biasanya disebut Sekolah Dasar Negeri dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sedang
yang kedua dikelola oleh masyarakat biasanya disebut Sekolah Dasar Swasta dan Madrasah
Ibtidaiyah Swasta.SD dibawah lingkup Kemendikbud sedang MI dibawah lingkup Kemenag.
disamping itu ada pula sekolah dasar dibawah lingkup Kemendikbud berciri khas agama dengan
sebutan Sekolah Dasar Islam atau Sekolah Dasar Kristen,dll.

C.  ETIKA PENDIDIKAN PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR

Etika pendidikan menurut Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.

Untuk mencapai cita-cita luhur tersebut, pemerintah dan masyarakat telah melakukan
berbagai usaha dalam peningkatan kualitas pendidikan yang tentu saja sebagian dari peningkatan
kualitas itu sudah kita rasakan bersama namun masih kurang optimal. 
Dalam sejarah pendidikan Indonesia, pola serta metode yang dijalankan umumnya menganut
serta mengadopsi akar budaya bangsa kita yakni mengedepankan output anak didik yang sopan
santun, pintar, berkhlak yang disebut juga etika. Tapi kenyataannya kita dihadapkan pada
pergeseran nilai yang menggamarkan adanya pandangan yang berbeda tentang nilai-nilai yang
dianut oleh generasi sebelumnya dengan generasi penerusnya.

1. Etika Pendidik/Guru
Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas
menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional.
Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan
dan apa yang harus dihindari.

Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau
nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.
Dalam proses pendidikan, banyak unsur-unsur yang terlibat agar proses pendidikan dapat
berjalan dengan baik. Salah satunya adalah guru sebagai tenaga pendidik. Guru sebagai suatu
profesi kependidikan mempunyai tugas utama melayani masyarakat dalam dunia pendidikan.
Dalam hal itu, guru sebagai jantung pendidikan dituntut semakin profesional seiring
perkembangan ilmu dan teknologi. Etika profesional guru dituntut dalam hal ini. Etika yang
harus dimiliki oleh seorang pendidik sesuai kode etik profesi keguruan.

Berikut adalah kode etik profesi keguruan (dikutip Soetjipto dan kosasi, 1994:3435).

37
Etika Dalam Dunia Pendidikan

Etika pendidikan berdasarkan pada sebuah kajian nyata bahwa manusia harusmelakukan
sesuatu dalam tindakan yang beretika, termasuk di dalamnyaproses belajar mengajar dalam dunia
pendidikan. Ada kesenjangan yang terjadisekarang bahwa antara penanaman nilai-nilai yang
baik dan benar di sekolahpada proses pendidikan, namun di masyarakat sebagai lapangan
pendidikantempat mempraktikkan pendidikan tidak memberikan nilai-nilai etika yangbenar
sebagai dasar yang mendidik. Kondisi ini akan terus terjadi dari generasike generasi dan
pengaruhnya terus berlangsung dan menghasilkan kerusakanmoral bagi generasi selanjutnya,
termasuk juga di dalamnya pendidik. Karenaitu, untuk mengatasi krisis moral dalam dunia
pendidikan, maka secara internalharus diterapkan model pendidikan berkarakter yang berbasis

Kode etik guru diartikan sebagai aturan tata susila keguruan. Maksudnya aturan-aturan
tentang keguruan (yang menyangkut pekerjaan-pekerjaan guru) dilihat dari segi susila. Menurut
Westby Gibson, kode etik guru dikatakan sebagai suatu statement formal yang merupakan norma
(aturan tata susila) dalam mengatur tingkah laku guru. Sehubungan dengan itu, maka kode etik
guru merupakan semacam penangkal dari kecenderungan manusiawi seorang guru yang ingin
menyeleweng,agar tidak jadi berbuatmenyeleweng.

Tingkah laku atau moral guru pada umumnya merupakan penampilan lain dari
kepribadiannya. Bagi anak didik yang masih kecil, guru adalah contoh teladan yang sangat
penting dalam pertumbuhannya, guru adalah orang pertama sesudah orang tua yang
mempengaruhi pembinaan kepribadian anak didik. Cara guru berpakaian, berbicara, berjalan dan
bergaul juga merupakan penampilan kepribadian lain, yang juga mempunyai pengaruh terhadap
anak didik.

Etika Pendidikan dalam arti luas memiliki tujuan menciptakan generasi yang


emansipatoris, terbebas dari belenggu keterbelakangan serta berbagai problem-problem sosial
dalam masyarakat yang dapat menyebabkan terhambatnya kesejahteraan bersama. Dikarenakan
hal tersebut maka diperlukan adanya suatu sistem kenegaraan atau sistem poliltik yang mengatur
pendidikan tersebut sesuai dengan tujuan yang telah terjabarkan diatas.

Tujuan pendidikan menciptakan generasi yang cerdas, namun juga memiliki etika (moral)
yang dapat membantunya dalam bersosialisasi dalam masyarakat, karena itulah pendidikan
secara idealnya bersumber atas landasan lokal (lingkungan dan situasi sekarang) berkaitan
dengan kebutuhan masyarakatnya dan memperhitungkan motif-motif sosial ekonomi, kultur dan
politis yang terdapat pada situasi tersebut. Sehingga dapat mempersiapkan individu untuk
menghadapi masa-masa yang akan terus berubah kedepannya.

Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk
membina kepribadiannya sesuai dengan nilai nilai di dalam masyarakat dan kebudayaaan,
dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, didalamnya terjadi
atau berlangsung suatu proses pendidikan. Karena itu sering di nyatakan pendidikan telah ada
sepanjang peradaban umat manusia.Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu usaha
manusia melestarikan hidupnya.

38
Istilah pendidikan ini menurut carter V. Good dalam “Dictionary of Education “ di jelaskan
sebagai berikut:

a. Seni praktek atau profesi sebagai pengajar (pengajaran).


b. Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dan
metode-metode pengajaran pengawasan dan bimbingan murid; dalam istilah luas
digantikan dengan istilah pendidikan.[2]

Menurut Prof. Lodge dalam buku “philosophy of education” menyatakan bahwa


perkataan “pendidikan” dipkai kadang-kadang dalam arti yang lebih sempit. Dalam pengatian
yang lebih luas, semua pengalaman dapat di artikan sebagai pendidikan seorang anak mendidik
orang tuanya seperti halnya pula seorang murid mendidik gurunya, bahkan seekor anjing
mendidik tuannya. Segala sesuatu yang kita katakana, pikiran atau kerjakan mendidik kita tidak
berbeda dengan  apa yang dikatakan  atau dilakukan sesuatu kepada kita, baik dari benda benda
hidup maupun dari benda benda mati. Dalam pengertian yang lebih luas ini hidup adalah
pendidikan dan pendidikan adalah hidup.

Sedangkan pengertian yang lebih sempit pendidikan dibatasi dengan fungsi tertentu
didalam masyarakat  yang terdiri dari penyerahan adat istiadat (tradisi) dgan latar belakang
sosialnya, pandangan hidup masyarakat itu kepada warga masyarakat generasi berikutnya  dan
demikian seterusnya.

Dalam pengertian yang lebih sempit ini, pendidikan berarti, bahwa prakteknya identik
dengan “sekolah” yaitu pengajaran formal dalam kondisi kondisi yang diatur.

Etika pendidikan adalah suatu poses pendidikan berjalan sesuai etika di masyarakat, sebab ketika
suatu pendidikan berbeda dengan sistem yang berlaku di masyarakat, maka pendidikan tersebut
tidak akan bisa berkembang bahkan dijauhi oleh masyarakat dan akhirnya akan kehilangan
eksistensinya.

Antara etika dan pendidikan itu sangatlah erat dikarenakan etika itu mengakaji
bagaimana cara pembelajaran yang benar sedangkan pendidikan adalah usaha manusia untuk
membina kepribadiannya sesuai dengan nilai nilai di dalam masyarakat dan kebudayaaan, disini
jelas disebutkan ketika seseorang ingin memiliki pendidikan maka orang tersebut harus memiliki
etika yang baik agar dapat diterima oleh masyarakat.

Ruang Lingkup Etika Pendidikan

Menurut Mohd.Nasir Ibn Omar, lapangan kajian filsafat moral (etika) pada masa itu
berkisar pada persoalan-persoalan: sifat-sifat bajik dan kebhagiaan jiwa, tiga daya jiwa dan
pengaruhnya pada perilaku, kontrol jiwa atau penyucian jiwa mwlalui ilmu pengetahuan, disiplin
dan hubungannyaa dengan masyarakat sehingga jiwa twrbebas dari segala kejahatan, mencapai
kesempurnaan dan kabahagiaan yang tertinggi.

39
Ruang lingkup etika pendidikan tidak memberikan arahan yang khusus atau pedomaan
yang tegas terhadap pokok-pokok bahasannya, tetapi secara umum ruang lingkup etika adalah
sebagai berikut :

a. Sejarah tentang tingkah laku manusia


b. Cara-cara menghukum, menilai baik dan buruknya suatu pengajaran atau pekerjaan
c. Etika menyelidiki faktor-faktor penting yang mencetak, mempengaruhi dan mendorong
lahirnya tingkah laku manusia, meliputi faktor manusia itu sendiri, fitrahnya atau
nalurinya, adat kebisaanya, lingkungannya, kehendak, cita-citanya, suara hatinya, motif
yang mendorongnya, perbuatan dan masalah pendidikan
d. Etika menerangkan mana yang baik dan mana yang buruk. Menurut ajaran islam etika
yang baik itu harus bersumber pada al Qur’an dan hadits Nabi
e. Etika menegaskan arti dan tujuan hidup yang sebenarnya, sehingga dapatlah manusia
terangsang secara aktif mengerjakan kebaikan dan menjauhkan segala kelakuan yang
buruk dan tercela.

Obyek Etika Pendidikan

Obyek Etika Pendidikan adalah setiap tingkah laku atau perbuatan manusia yang
berkaitan dengan norma yang belaku di masyarakat, sehingga dapat dikatakan bahwasannya
tingkah laku manusia itu, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak, dapat dijadikan
sebagai bahan tinjauan, tempat penilaian terhadap norma yang berlaku di masyarakat. Perbuatan
menjadi obyek ketika etika mencoba atau menerapkan teori nilai.

Perpaduan antara nilai dengan perbuatan sebagai pelaksanaannya menghasilkan sesuatu


yang disebut moral atau kesusilaan. Perbuatan yang dapat dihubungkan dengan nilai etis adalah:

a. Perbuatan oleh diri sendiri baik dalam keadaan sadar maupun tidak.
b. Perbuatan oleh pengaruh orang lain bisa berupa saran, anjuran, nasehat, tekanan, paksaan,
peringatan, ataupun ancaman.

Kode Etik Guru Indonesia


Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap tuhan yang
maha esa, bangsa, dan negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa
Pancasila dan setia kepada Undang-Undang dasar 1945, turut bertanggung jawab atas
terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.

Oleh sebab itu, guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan memedomani
dasar-dasar sbagai berikut:

40
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya
yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan
bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar
mengajar.
5. Guru memelihara hubungan dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk
membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat
profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesinya, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai
sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.

Dari sembilan kode etik tersebut diatas, makalah ini hanya membahas lima kode etik saja.
Berikut secara rinci akan diuraikan satu-persatu.

Pada butir kesembilan Kode Etik Guru Indonesia disebutkan bahwa “Guru melaksanakan segala
kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan”. Dengan jelas bahwa dalam kode etik tersebut
diatur bahwa guru di Indonesia harus taat akan peraturan perundang-undangan yang di buat oleh
pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasonal.
Guru merupakan aparatur negara dan abdi negara dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu,
guru mutlak harus mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan dan melaksanakannya sebagaimana aturan yang berlaku.

Sebagai contoh pemerintah mengeluarkan kebijakan yaitu mengubah kurikulum dari kurikulum
1994 menjadi kurikulum 2004 atau kurikulum berbasis kompetensi dan kemudian diubah lagi
menjadi KTSP dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

Etika guru diantaranya:


1. Etika Guru Profesional Terhadap Peraturan Perundang-Undangan
2. Etika Guru Profesional Terhadap Anak Didik
3. Etika Guru Profesional terhadap pekerjaan
4. Etika Guru Profesional Terhadap Tempat kerja

Dalam kurikulum tersebut, secara eksplisit bahwa hendaknya guru menggunakan pendekatan
kontekstual dalam pembelajarannya. Seorang guru yang profesional taat akan peraturan yang
berlaku dengan cara menerapkan kebijakan pendidikan yang baru tersebut dan akan menerima
tantangan baru tersebut, yang nantinya diharapkan akan dapat memacu produktivitas guru dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional.

41
Dalam Kode Etik Guru Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa guru berbakti membimbing
peserta didik untuk membentuk manusia seutuhnya yang berjiwa pancasila.

Dalam membimbing anak didiknya Ki Hajar Dewantara mengemukakan tiga kalimat padat yang
terkenal yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani. Dari
ketiga kalimat tersebut, etika guru terhadap peserta didik tercermin. Kalimat-kalimat tersebut
mempunyai makna yang sesuai dalam konteks iniPertama, guru hendaknya memberi contoh
yang baik bagi anak didiknya.

Ada pepatah Sunda yang akrab ditelinga kita yaitu “Guru digugu dan Ditiru” (diikuti dan
diteladani). Pepatah ini harus diperhatikan oleh guru sebagai tenaga pendidik.

Guru adalah contoh nyata bagi anak didiknya. Semua tingkah laku guru hendaknya jadi teladan.
Menurut Nurzaman (2005:3), keteladanan seorang guru merupakan perwujudan realisasi
kegiatan belajr mengajar, serta menanamkan sikap kepercayaan terhadap siswa. Seorang guru
berpenampilan baik dan sopan akan sangat mempengaruhi sikap siswa. Sebaliknya, seorang guru
yang bersikap premanisme akan berpengaruh buruk terhadap sikap dan moral siswa. Disamping
itu, dalam memberikan contoh kepada peserta didik guru harus dapat mencontohkan bagaimana
bersifat objektif, terbuka akan kritikan, dan menghargai pendapat orang lain.

Kedua, guru harus dapat mempengaruhi dan mengendalikan anak didiknya. Dalam hal ini,
prilaku dan pribadi guru akan menjadi instrumen ampuh untuk mengubah prilaku peserta didik.
Sekarang, guru bukanlah sebagai orang yang harus ditakuti, tetapi hendaknya menjadi ‘teman’
bagi peserta didik tanpa menghilangkan kewibawaan sebagai seorang guru. Dengan hal itu guru
dapat mempengaruhi dan mampu mengendalikan peserta didik.

Ketiga, hendaknya guru menghargai potensi yang ada dalam keberagaman siswa. Bagi seorang
guru, keberagaman siswa yang dihadapinya adalah sebuah wahana layanan profesional yang
diembannya. Layanan profesional guru akan tampil dalam kemahiran memahami keberagaman
potensi dan perkembangan peserta didik, kemahiran mengintervensi perkembangan peserta didik
dan kemahiran mengakses perkembangan peserta didik (Kartadinata, 2004:4).
Semua kemahiran tersebut perlu dipelajari dengan sungguh-sungguh dan sistematis,

42
BAB VI

KESADARAN MORAL, DASAR ETIKA BERMASYARAKAT

Secara langsung atau tidak langsung, moralitas dan etika hanya bisa berlaku secara
sempurna di dalam kehidupan bermasyarakat. Orang yang hidup dengan mengisolir diri di
tengah hutan, seolah-olah tidak memerlukan moral dan etika. Tetapi ketika mulai memanfaatkan
sumber daya hutan, apalagi jka cara pemanfaatannya cenderung merusak, maka perilakunya
sudah masuk ke dalam lingkup moral dan etika.

Hal itu karena kelangsungan hidup dan kehidupan pada umumnya, termasuk kehidupan
bermasyarakat, mutlak bergantung pada keberadaan hutan. Karena sifatnya universal, maka
pemikiran kritis tentang moral dan etika lebih menyoal pada masalah kesadaran moral, yang
berkedudukan pada awal dari seluruh kegiatan hidup. Sadar akan asal-mula dan tujuan
kehidupan, maka manusia sadar tentang apa yang perlu dilakukan dalam menjalani
kehidupannya. Atas kesadaran moralnya, seseorang terdorong untuk melakukan perbuatan yang
baik dan bernilai guna bagi kelangsungan dan tuj uan hidup. Selanjutnya, agar kehidupan
berlangsung hingga tujuan akhir, maka manusia harus mampu menyediakan segala kebutuhan
hidup. Sadar atas segala kekurangan dan keterbatasannya, seseorang lalu menjalin hubungan
dengan orang lain sesamanya. Adapun tuju annya tidak lain adalah agar mereka bisa saling
menutupi kekurangannya, dengan cara mengikat diri dalam kebersamaan menurut sistem tertentu
yang telah mereka sepakati, sehingga terbentuk suatu kebersamaan di dalam sebuah organisasi
sosial kemasyarakatan.

Atas kesadaran moralnya itu, setiap orang terdorong untuk membangun potensi diri
menjadi lebih otonom dan kreatif, agar kualitas kerja sama menjadi semakin kuat. Jika dorongan
itu berkembang, maka otomatis dinamika kehidupan sosial ke arah kemajuan hidup berkembang
pula. Kemudian, kesadaran moral juga berfungsi sebagai pengendali perilaku, sedemikian rupa
sehingga seseorang mampu berperilaku jujur menurut moralitas bersyukur (ketika memperoleh
sesuatu), bersabar (ketika mendapat ujian hidup) dan berikhlas (k etika harus kehilangan).
Sesungguhnya, kesadaran moral itu selalu ada di dalam diri setiap orang. Hanya saja sering kali
terhalang oleh nafsu negatif yang mendorong suatu perbuatan dilakukan. Nafsu adalah baik,
tetapi ketika tidak terkontrol oleh akal dan tanpa pertimbangan rasa, maka lalu berubah menjadi
kejahatan. Kepada para penjahat, koruptor dan kawan -kawannya sekalipun, jika ditanya
“mengapa melakukan kejahatan korupsi?”.

Maka atas kesadaran moralnya, jawaban mereka pasti juga tidak bisa menyetujui pe
rbuatannya itu. Mereka cenderung menyesali perbuatan, tetapi kesadaran moral hanya bisa
terbentuk melalui kehidupan keluarga yang terdidik, kualitas pembelajaran di sekolah dan
kehidupan masyarakat yang berbudaya.

43
Seluruh proses itu, kemudian membentuk suatu kepribadian bermoral dan beretika di
dalam hidup bermasyarakat. Van Peursen (1990), filsuf Belanda yang sangat tertarik pada
persoalan kebudayaan menunjuk “kualitas pribadi” sebagai kunci dari daya dorong hidup. Antara
lain dianjurkan: “setiap pribadi harus beraksi terhadap realitas, situasi nyata dan terhadap
tantangan -tantangan yang ada. Di samping itu, setiap pribadi harus bersifat kreatif dalam segala
keputusannya, dengan bersikap menyesuaikan diri dalam perubahan kehidupannya maupun
terhadap tuntutan yang berubah-ubah dari suatu periode baru dalam sejarah atau dalam
kebudayaan yang berbeda”.

Dari anjurannya itu, Van Peursen menunjuk potensi kreatif sebagai ciri penting
kepribadian manusia. Dengan daya kreatif, seseorang mampu bersikap arif dalam bere aksi
terhadap realitas kehidupan yang sarat perubahan. Kreativitas rupanya dinilai sebagai daya dalam
memahami sesuatu apa sebenarnya yang menjadi tuntutan perubahan. Oleh karena itu, dengan
kreativitas itu pula seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap s egala perubahan yang sedang
dan bahkan yang akan terjadi. Karena kreativitas adalah sumber daya perubahan itu sendiri,
maka di dalamnya terkandung potensi dialektik -futuristik. Ketika suatu perubahan dicipta,bisa
menangkap apa saja yang bakal berubah di ma sa datang.

Pada dasarnya, sebagai komponen kesadaran moral, daya kreativitas ada secara menginti
di dalam tujuan hidup, dorongan hidup dan kecakapan hidup. Artinya, untuk mencapai tujuan
hidup, maka harus ada kreativitas yaitu suatu kecakapan dan ketrampil an dalam membuat
perubahan. Setiap perubahan berfungsi sebagai dorongan ke arah tujuan hidup. Pada hakikatnya,
kreativitas selalu cenderung mencipta perubahan untuk kemajuan, karena itu pula mengandung
nilai. Secara keseluruhan, sistem nilai adalah suasana moralitas manusia yang harus
dipertanggung - jawabkan secara etis di sepanjang kehidupan.

Di dalam kehidupan bermasyarakat, setiap orang harus berpedoman pada norma -norma
etika, menurut kesadaran moral, karena mereka akan selalu diperhadapkan dengan masalah hak
dan kewajiban. Apakah karena hak, sesuatu itu dilakukan atau sebaliknya karena telah
menjalankan kewajiban lalu mendapatkan hak. Keduanya mengandung nilai kebenaran sederajat.
Pada keadaan mapan ( stability), hak mendahului kewajiban, tetapi pada titik dinamika, bisa jadi
kewajiban mendahului hak. Atas kepemilikan secarik sertifikat tanah, adalah wajib (karena hak)
baginya untuk menjaga dan mengelola sebidang tanah tersebut, tetapi ketika yang berhak tidak
memenuhi kewajiban mengelola sebidang tanah itu, maka berati ia kehilangan hak.

Dalam kondisi seperti ini, hak atas sebidang tanah itu bisa beralih kepada orang lain yang
telah mengelolanya bertahun -tahun. Fakta selalu berpihak pada hukum positif. Tarik-menarik
antara hak dan kewajiban semakin tidak be rimbang ketika korupsi merajalela di dalam
kehidupan sosial. Dalam kondisi sosial seperti itu, moral dan etika terpola menjadi bersifat
egoistik dan altruistik. Ketika tuntutan hak individual berupa perilaku korup, maka moral dan
etika individual berubah menjadi egoistik yang mutlak merusak harmoni tata kehidupan
masyarakat. Sebaliknya, ketika tuntutan hak masyarakat terlalu kuat, maka moral dan etika
berubah menjadi altruisme kolektif (komunistik) yang mutlak mengancam hak dan kebebasan
individual.

44
Oleh sebab itu, hanya ada satu jalan rekonstruksi sosial yaitu “revolusi moral”, tentu
melalui jalan pendidikan bukan melalui jalan pertumpahan darah. Seluruh komponen pendidikan
(formal, informal, dan non-formal) mutlak perlu mengelola proses pembelajaran ke ara h titik
puncak piramida yaitu membangun kesadaran moral. Karena, dengan kesadaran moral, maka
dunia bathin menjadi dinamis bergerak ke arah perilaku jujur, penuh kesyukuran, kesabaran dan
keikhlasan.

Jika kesadaran moral tumbuh, maka norma -norma etika dan aturan hukum positif akan
mudah ditaati oleh siapapun (terutama para pemimpin). Berarti pintu gerbang kesejahteraan
umum terbuka lebar. Jadi, kesadaran moral memiliki kekuatan memposisikan dan memfungsikan
segala potensi individual untuk “social eforcement”, sedangkan masyarakat difungsikan sebagai
sistem proses mencapai kesejahteraan umum. Oleh karena itu tidak perlu lagi terjadi saling
menyudutkan antara paham individualisme dan kolektivisme. Justru dengan kesadaran moral,
kebebasan dan kreativitas individual mendapat saluran yang tepat, dan sebaliknya kolektivisme
bisa mendapatkan jati dirinya di dalam kehidupan bermasyarakat.

B.MORAL DAN ETIKA BERMASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN

Sejak lahir, manusia menyandang sifat labil. Meski di dalam sifat labil terkandu ng
potensi dinamis, tetapi jika tidak mendapat binaan secara tepat justru bisa merusak kehidupan. Di
balik ke-labil-an itu terlihat jelas bahwa pendidikan menjadi tuntutan kodrat manusia. Manusia
siapapun, di manapun berada, sampai kapanpun wajib berpendid ikan di dalam menghadapi
setiap peri-kehidupannya.

Dari sisi pendidikan, dalam kehidupan bermasyarakat terkandung sistem interaksi


menyatukan dalam bentuk saling didik -mendidik antara pihak yang satu dengan yang lain untuk
mencapai tujuan bersama. Di balik fakta itu, ada keberagaman potensi individual. Seseorang
yang lebih menguasai bidang tertentu, wajib mendidik yang lain dan sebaliknya ia harus siap
untuk mendapat didikan orang lain yang lebih menguasi bidang yang berbeda. Fakta ikatan sosial
saling mendidik, menunjukkan bahwa di dalam pendidikan terkandung benih moral, berupa
dorongan sosial setiap orang untuk saling berbuat baik.

Dengan sistem hubungan ko-eksistensial saling mendidik, berarti nilai kebenaran


menyebar dan berkembang sehingga kehidupan bermasyarakat menjadi dinamis ke arah
kemajuan. Hal itu berarti di balik dorongan moral saling mendidik juga menunjukkan adanya
keadilan sosial. Kemudian, nilai keadilan sosial itu di dalam pendidikan dikembang -kan menjadi
suatu sistem filsafat perilaku yaitu etika. Seorang tokoh pendidikan Indonesia Ki Hajar
Dewantara (Hasbullah, 2001) mengartikan pendidikan yaitu: “menuntun segala kekuatan kodrat
yang ada pada anak -anak, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya”.

45
Adapun kekuatan kodrat dimaksud, tampaknya lebih berada pada tiga potensi kejiwaan
rasa, cipta dan karsa. Pembinaan ketiga potensi kejiwaan, diyakini bisa menumbuhkan nilai
keadilan, sehingga bisa mencapai baik keba hagiaan individual maupun sosial di dalam
kehidupan bermasyarakat. Sehubungan dengan pendapat tersebut, Suhartono (2006), secara
filosofis menjelaskan bahwa pendidikan adalah persoalan tentang sistem proses perubahan
menuju pendewasaan, pematangan atau pen cer-dasan tiga potensi kejiwaan manusia yaitu rasa,
cipta dan karsa.

Karena itu, ruang lingkup pendidikan mencakup tiga hal yaitu: 1) pencerdasan spiritual,
menumbuhkan kesadaran tentang asal-mula, tujuan, dan eksistensi kehidupan, 2) pencerdasan
intelektual, membina kemampuan akal agar mampu memecahkan setiap persoalan yang muncul
di sepanjang kehidupan, 3) pencerdasan moral, membimbing setiap perilaku agar selalu bernilai
bagi tujuan kehidupan. Jika pendidikan berhasil membina ketiga kecerdasan tersebut, maka
seorang individu menjadi terdidik. Orang yang terdidik memiliki kesadaran tentang dari mana
asal mula dan tujuan kehidupan.

Berdasar kesadaran itu, manusia harus kreatif dan produktif dalam menjalani kehidupan
dan mau bersikap dan berperilaku adil di sepanjang hidupnya. Jadi nilai-nilai moral dan etika
perlu ditanamkan di dunia pendidikan dan dikembangkan di dalam kehidupan sosial pada
umumnya. Sebagai sistem, masyarakat seharusnya berkharakteristik mendidik agar dinamika
sosial berkembang menurut doro ngan moral (hati nurani individual) dan nilai -nilai etika.
Karena, dengan jiwa mendidik berarti setiap pihak bermoral belajar, dan hanya dengan belajar
suatu kemajuan dapat diraih. Sedemikian rupa sehingga setiap individu sadar atas kewajiban
sosial apa yang harus dilakukan demi keutuhan masyarakatnya, dan masyarakat secara etis
bertanggung-jawab atas kewajiban setiap individu itu. Itulah landasan dasar pendidikan untuk
mendirikan sebuah masyarakat terdidik, masyarakat berbudaya yang berkeadilan.

C.ETIKA LINGKUNGAN

Etika dapat dipandang sebagai kebiasaan hidup yang baik yang diwariskan dari satu
generasi ke generasi lain. Etika berisikan aturan tentang bagaimana manusia harus hidup yang
baik sebagai manusia, perintah dan larangan tentang baik buruknya perilaku manusia untuk
mengungkapkan, menjaga, dan melestarikan nilai tertentu, yaitu apa yang dianggap baik dan
penting. Dengan demikian etika berisi prinsip-prinsip moral yang harus dijadikan pegangan
dalam menuntun perilaku.

Etika lingkungan hidup berbicara mengenai perilaku manusia terhadap alam serta
hubungan antara semua kehidupan alam semesta. Etika lingkungan (etika ekologi) adalah
pendekatan terhadap lingkungan yang melihat pentingnya memahami lingkungan sebagai
keseluruhan kehidupan yang saling menopang, sehingga semua unsur mempunyai arti dan makna
yang sama. Prinsip etika ekologi adalah: semua bentuk kehidupan memiliki nilai bawaan dan
karena itu memiliki hak untuk menuntut penghargaan karena harga diri, hak untuk hidup dan
hak untuk berkembang.

46
Etika lingkungan dapat dibedakan menjadi etika pelestarian dan etika pemeliharaan. 
Etika pelestarian adalah etika yang menekankan pada mengusahakan pelestarian alam untuk
kepentingan manusia, sedangkan etika pemeliharaan dimaksudkan untuk mendukung usaha
pemeliharaan lingkungan untuk kepentingan semua mahluk. Etika ekologi dapat dibedakan
menjadi etika ekologi mendalam dan etika ekologi dangkal.

D.ETIKA EKOLOGI DANGKAL

Etika ekologi dangkal merupakan pendekatan terhadap lingkungan yang menekankan


fungsi lingkungan sebagai sarana penyelenggaraan kepentingan manusia dan bersifat
antroposentris. Etika ekologi dangkal biasa diterapkan pada filsafat rasionalisme dan humanisme
serta ilmu pengetahuan mekanistik. Dalam hal ini, alam hanya dipandang sebagai alat
pemenuhan kebutuhan hidup manusia.

Poin-poin penekanan dalam etika antroposentris adalah sebagai berikut.

 Manusia terpisah dari alam.

 Mengutamakan hak-hak manusia atas alam tetapi tidak menekankan tanggung jawab
manusia.

 Mengutamakan perasaan manusia sebagai pusat keprihatinannya.

 Kebijakan dan manajemen sunber daya alam untuk kepentingan manusia.

 Norma utama adalah untung rugi.

 Mengutamakan rencana jangka pendek.

 Pemecahan krisis ekologis melalui pengaturan jumlah penduduk khususnya di negara


miskin.

 Menerima secara positif pertumbuhan ekonomi.

Jenis etika antroposentris.

1. Etika antroposentris yang menekankan segi estetika alam (etika lingkungan harus dicari
pada kepentingan manusia, secara khusus kepentingan estetika).

2. Etika antroposentris yang mengutamakan kepentingan generasi penerus (mendasarkan


etika lingkungan pada perlindungan atau konservasi alam yang ditujukan untuk generasi
penerus manusia). 

47
E.ETIKA EKOLOGI MENDALAM

Dalam hal ini, alam dipandang memiliki fungsi kehidupan, patut dihargai dan 
diperlakukan dengan cara yang baik (etika lingkungan ekstensionisme atau preservasi). Karena
alam disadari sebagai penopang kehidupan manusia dan seluruh ciptaan. Untuk itu manusia
dipanggil untuk memelihara alam demi kepentingan bersama, kepentingan manusia dan
kepentingan alam itu sendiri.

Berikut adalah poin-poin yang ditekankan dalam etika ekologi.

 Manusia adalah bagian dari alam

 Menekankan hak hidup mahluk lain, walaupun dapat dimanfaatkan oleh manusia, tidak
boleh diperlakukan sewenang-wenang

 Prihatin akan perasaan semua mahluk dan sedih kalau alam diperlakukan sewenang-
wenang

 Kebijakan manajemen lingkungan bagi semua mahluk

 Alam harus dilestarikan dan tidak dikuasai

 Pentingnya melindungi keanekaragaman hayati

 Menghargai dan memelihara tata alam

 Mengutamakan tujuan jangka panjang sesuai ekosistem

 Mengkritik sistem ekonomi dan politik dan menyodorkan sistem alternatif yaitu sistem
mengambil sambil memelihara.

BeriKut adalah jenis-jenis etika ekologi mendalam.

1. Etika Neo-Utilitarisme. 

Etika ini merupakan pengembangan etika utilitarisme Jeremy Bentham yang dipelopori
Pete Singer yang menekankan kebaikan untuk semua sehingga kebaikan etika lingkungan
ditujukan untuk seluruh mahluk.

2. Etika Zoosentrisme.

Etika ini menekankan perjuangan hak-hak binatang (pembebasan binatang) dengan tokoh
Charles Brich. Menurut etika ini, binatang memiliki hak menikmati kesenangan karena
mereka dapat merasa senang dan harus dicegah dari penderitaan dan menjadikan rasa
senang/penderitaan binatang sebagai salah satu standar moral.

48
3. Etika Biosentrisme. 

Etika ini  menekankan kehidupan sebagai standar moral dengan salah satu tokohnya
adalah Kenneth Goodpaster. Hal yang dijadikan tujuan bukanlah rasa senang atau menderita
tetapi kemampuan atau kepentingan untuk hidup. Dengan menjadikan kepentingan untuk
hidup sebagai standar moral, maka yang dihargai secara moral bukan hanya manusia dan
hewan, melainkan seluruh makhluk hidup yang ada.

4. Etika Ekosentrisme.

Etika ekosentrisme menekankan keterkaitan seluruh organisme dan anorganisme dalam


ekosistem. Setiap individu mamiliki keterkaitan satu sama lain secara mutual dan
memandang bumi sebagai suatu pabrik terintegrasi berisi organsime yang saling
membutuhkan, saling menopang dan saling memerlukan. Kematian dan kehidupan haruslah
diterima secara seimbang. Hukum alam memungkinkan mahluk saling memangsa diantara
semua spesies. Ini menjadi alasan mengapa manusia boleh memakan unsur-unsur  yang ada
di alam, seperti binatang maupun tumbuhan. Menurut salah satu.

Untuk pelaksanaannya, berikut terdapat beberapa prinsip yang dapat menjadi pegangan dan
tuntunan bagi perilaku manusia dalam berhadapan dengan alam.

1. Sikap Hormat terhadap Alam (Respect For Nature). Hormat terhadap alam merupakan
prinsip dasar bagi manusia sebagai bagian dari alam semesta seluruhnya. Setiap anggota
komunitas ekologis, termasuk manusia, berkewajiban menghargai dan menghormati setiap
kehidupan dan spesies serta menjaga keterkaitan dan kesatuan komunitas ekologis.

2. Prinsip Tanggung Jawab (Moral Responsibility For Nature). Manusia mempunyai


tanggung jawab terhadap alam semesta (isi, kesatuan, keberadaan dan kelestariannya).

3. Solidaritas Kosmis (Cosmic Solidarity). Prinsip solidaritas muncul dari kenyataan bahwa


manusia adalah bagian yang menyatu dari alam semesta dimana manusia sebagai makhluk
hidup memiliki perasaan sepenanggungan dengan alam dan dengan sesama makhluk hidup
lain.

4. Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian terhadap Alam (Caring For Nature). Manusia
digugah untuk mencintai, menyayangi, dan melestarikan alam semesta dan seluruh isinya,
tanpa diskriminasi dan tanpa dominasi yang muncul dari kenyataan bahwa sebagai sesama
anggota komunitas ekologis, semua makhluk hidup mempunyai hak untuk dilindungi,
dipelihara, tidak disakiti, dan dirawat.

49
Hal-hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan penerapan etika lingkungan sebagai berikut:

a.    Manusia merupakan bagian dari lingkungan yang tidak terpisahkan sehngga perlu
menyayangi semua kehidupan dan lingkungannya selain dirinya sendiri.

b.   Manusia sebagai bagian dari lingkungan, hendaknya selalu berupaya untuk emnjaga terhadap
pelestarian , keseimbangan dan keindahan alam.

c.    Kebijaksanaan penggunaan sumber daya alam yang terbatas termasuk bahan energy.

d.   Lingkungan disediakan bukan untuk manusia saja, melainkan juga untuk makhluk hidup
yang lain.

F.PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL

Beberapa konsep yang memerlukan penjelasan, antara lain: perilaku moral (moral
behavior), perilaku tidak bermoral (immoral behavior), perilaku di luar kesadaran moral
(unmoral behavior), dan perkembangan moral (moral development) itu sendiri. Perilaku moral
adalah perilaku yang mengikuti kode moral kelompok masyarakat tertentu. Moral dalam hal ini
berarti adat kebiasaan atau tradisi. Perilaku tidak bermoral berarti perilaku yang gagal mematuhi
harapan kelompok sosial tersebut. Ketidakpatuhan ini bukan karena ketidakmampuan memahami
harapan kelompok tersebut, tetapi lebih disebabkan oleh ketidaksetujuan terhadap harapan
kelompok sosial tersebut, atau karena kurang merasa wajib untuk mematuhinya. Perilaku di luar
kesadaran moral adalah perilaku yang menyimpang dari harapan kelompok sosial yang lebih
disebabkan oleh ketidakmampuan yang bersangkutan dalam memahami harapan kelompok
sosial. Perkembangan moral bergantung pada perkembangan intelektual seseorang.

G.PEMIKIRAN FILOSOFIS TENTANG MANUSIA DAN MASYARAKAT

Berdasar pada kerangka pikir di atas, sistematika pembahasan tentang manusia dan
masyarakatnya, diawali dengan pemikiran filosofis, dilanjutkan denga n pemikiran etika dalam
kehidupan bermasyarakat dan etika pendidikan dalam kehidupan bermasyarakat. Khusus
mengenai pemikiran terakhir, dipandang perlu karena pendidikan adalah satu -satunya cara
penanaman nilai-nilai moral dan etika. Mengenai pemikiran filosofis tentang manusia, pada
umumnya pandangan “Timur” menitikberatkan sifat hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Ki
Ageng Suryomentaram (1974) misalnya, berpendapat bahwa: “manusia termasuk jenis yang cara
hidupnya berkelompok, jadi serupa dengan jenis lebah. Dalam kelompok, orang saling memberi
dan mengambil kefaedahan masing-masing. Tindakan tersebut dinamakan gotong -royong atau
kemasyarakatan.

50
Adapun cara bertindak untuk saling memberi dan mengambil faedah masing -masing
adalah sebagai berikut. Misalnya tukang besi, pekerjaannya tidak lain hanya memukuli besi,
namun ia makan nasi, walaupun tidak menanam padi. Ini hanya mungkin karena adanya saling
memberi dan mengambil faedah masing-masing, antara pak tani dan tukang besi”. Selanjutnya,
dipertegas lagi bahwa “agar hidup manusia itu dapat berlangsung, caranya adalah dengan jalan
bermasyarakat. Bila hidup menyendiri, yakni tanpa berhubungan dengan orang lain, maka orang
tentu mati, karena tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya”.

Penekanan pada aspek sifat hakikat sosial tersebut, terkesan mengandung maksud agar
dengan demikian bahaya individualisme dapat dihindarkan. Karena, pandangan individualisme
dinilai cenderung “merugikan” kehidupan bersama. Kalau alasan itu dikemukakan, rupanya tidak
realistis, karena sama dengan kolektivisme, di dalam konteks sosial individualisme juga
memiliki posisi dan fungsi yang mutlak menentukan terhadap kelangsungan kehidupan
bermasyarakat. Tanpa individu dengan segala potensinya, kehidupan masyarakat tidak mungkin
ada dan apalagi berkembang. Sebaliknya tanpa masyarakat, individu tidak mungkin ada dan bisa
mengembang -kan diri. Individu lahir dari masyarakat dan masyarakat terbentuk dari individu.
Jadi, individualisme menjadi berbahaya bagi kehidupan masyarakat ketika potens inya tidak
terserap bagi kepentingan sosial. Huijbers (1986), rupanya juga tidak bisa menyetujui jika
individualisme dinilai berbahaya bagi kehidupan bersama. Menurut dia: “bila manusia dipandang
sebagai pertama -tama bersifat sosial, dirintis pandangan bahwa manusia terutama merupakan
bagian suatu kelompok, seperti seekor domba dalam kawanan. Dan ini memang tidak benar.
Manusia adalah pertama -tama suatu pribadi individual”.

Atas pendapatnya itu Huijbers mengajukan seperangkat bukti bahwa: “peristiwa-


peristiwa besar menimpa manusia sebagai pribadi individual, yakni terjadi pada dia sendiri saja.
Ia lahir sebagai pribadi individual. Sehat atau tidak dikatakan tentang dia sebagai pribadi juga.
Bahkan manakah hubungan dengan sesama manusia tergantung pada manusi a sebagai pribadi
individual. Akhirnya ketika manusia menjadi sakit keras dan mau mati, ia sendiri yang
menghadapinya, dan bantuan sesama manusia kurang berguna”. Dari sikap pandangnya, terlihat
jelas bahwa Huijbers menitikberatkan manusia sebagai pribadi individual. Keberadaan
masyarakat tergantung pada hubungan ko -eksistensial antar pribadi individual. Dari pemikiran
kedua ahli tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa unsur -unsur hakiki kehidupan
bermasyarakat adalah manusia sebagai makhluk individu dan so sial. Dari kedua sifat hakikat
itulah berkembang paham individualisme dan kolektivisme. Jika dinilai secara obyektif, kedua
paham itu sama -sama mengandung kebenaran.

Di dalam kebersamaan, setiap individu berkomunikasi secara ko-eksistensial. Menurut


posisi dan peran masing-masing mereka saling mempengaruhi, sehingga secara bersama bisa
menghayati kehidupan dengan tanpa kehilangan jati dirinya. Justru di dalam sistem komunikasi
ko -eksistensial itulah setiap individu berkesempatan untuk mengembangkan kepribad iannya.
Dalam waktu bersamaan, ketika setiap individu mencapai titik kepribadian, maka dunia
kebersamaan menjadi berkembang pula kharakteristik sosialnya.

51
Oleh sebab itu menurut keberadaan -nya, sifat hakikat manusia adalah sebagai makhluk
individu yang memasyarakat dan makhluk sosial yang mengindividu. Perbedaan setiap potensi
individual mengendap di dalam keutuhan masyarakat; dan sebaliknya keutuhan masyarakat
tergantung pada sistem harmonisasi hubungan antar individu dengan keragaman potensi masing -
masing. Jadi dapat dipahami bahwa pada satu sisi, kesempurnaan dunia hidup bersama
tergantung pada optimalisasi pengembangan kepribadian individu. Pada sisi berlawanan,
kesempurnaan kepribadian setiap individu tergantung pada kualitas sistem komunikasi yang berl
aku di dalam dunia kebersamaan. Tetapi, seperti telah diungkap di atas, fakta menunjukkan
bahwa di dalam kehidupan bermasyarakat selalu diwarnai suatu kekaburan yaitu mana yang
benar, apakah masyarakat diberi prioritas di atas individu atau individu yang d iberi prioritas di
atas masyarakat.

Terhadap kekaburan itu, Veeger (1986) mengidentifikasi masalah bahwa: “dunia Timur
menyalahi dan menggugat individualisme Barat, sedang dunia Barat menyalahi kolektivisme
Timur, di mana individu tenggelam dalam masyaraka t dan tidak punya wajah sendiri”.

Terhadap dikotomi paham kemasyara -katan itu, secara cerdas Veeger menunjuk -kan
fakta bahwa: “dari satu pihak kita melihat bahwa masyarakat terdiri dari individu -individu yang
masing-masing berpikir sendiri, berkemauan send iri, berperasaan sendiri, berbadan sendiri dan
beralamat sendiri. Keanekaan dan kepelbagaian adalah ciri masyarakat yang menyolok. Dari lain
pihak kehidupan bersama adalah pengalaman asli dari tiap -tiap orang dan sering dirasa sebagai
kekangan atas kebebasannya. Sejak lahir ia ditampung ke dalam kelompok dan tanpa atau di luar
kelompok itu ia tidak dapat berkembang menjadi seorang pribadi. Ikatan dengan kelompoknya
adalah urat nadi hidupnya”. Pemikiran cerdas Veeger dapat diartikan bahwa secara eksistensial
keterikatan individu dengan masyarakat-nya bukan berarti secara sepihak yang satu mutlak
bergantung kepada yang lain.

Tetapi keterikatan relatif, saling bergantung antara satu dengan yang lain. Setiap petani
bergantung kepada seluruh masyarakat dan begitu sebaliknya seluruh masyarakat bergantung
kepada petani. Relativitas keterikatan sosial itu berakar dari kesadaran bersama bahwa a) di
dalam kehidupan ini ada tujuan bersama yang harus diraih, b) untuk mencapainya, harus dengan
mengorganisir kemampuan bers ama dan c) karena itu diperlukan sebuah organisasi sosial
sebagai sarana manajerial untuk mensenyawakan setiap kemampuan individual menjadi
kemampuan sosial yang lebih besar dan energik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kehidupan
bermasyarakat adalah suatu si stem manajemen untuk mengorganisir kemampuan individual
menjadi sebuah kekuatan sosial, agar kemudian tujuan bersama seluruh individu anggotanya
dapat terwujud. Masyarakat bukan hanya tempat berkumpul, melainkan suatu proses sosial di
dalam mana setiap ind ividu mendapat ruang gerak untuk melakukan berbagai aksi sosial (social
action).

52
Masyarakat memproses seluruh jenis pengertian, perasaan dan perilaku individual dalam
jumlah tak terbatas. Maka, muncullah suatu pemikiran bahwa seharusnya kehidupan bermasyar
akat itu “berkeadilan”.

Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah "Ethos", yang berarti


watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan
perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu "Mos" dan dalam bentuk
jamaknya "Mores", yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan
melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.

Etika adalah sebuah refleksi kritis dan moral yang menentukan dan terwujud dalam sikp
dan dola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun kelompok. Menurut Magnis
Suseno, etika adalah sebuah ilmu dan bukan suatu ajaran. Moralitas adalah sistem nilai tentang
bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia. Sistem nilai ini terkandung dalam
ajaran berbentuk petuah-petuah, nasihat, wejangan peraturan, perintah dan  semacamnya yang
bersifat turun temurun. Jadi moralitas adalah petunjuk konkrit yang siap pakai tentang
bagaimana kita harus hidup sedangkan etika adalah perwujudan secara kritis dan rasional ajaran
moral yang siap pakai itu.

Pada dasarnya keduanya memberi kita orientasi bagaimana dan kemana kita harus
melangkah dalam hidup ini. Tetapi bedanya moralitas langsung mengatakan “inilah caranya
harus melangkah”, Sedangkan  etika justru mempersoalkan “apakah harus melangkah dengan
cara ini dan mengapa harus dengan cara ini”

Dalam bentuk jamak artinya adalah adat kebiasaan. Dalam arti ini, etika berkaitan dengan
kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik, baik pada diri seseorang atau kepada
masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi
lain. Kebiasaan hidup yang baik ini lalu dibekukan dalam bentuk kaidah, aturan atau norma yang
di sebarluaskan, dikenal, dipahami, dan diajarkan secara lisan dalam masyarakat. Kaidah, norma
atau aturan ini pada dasarnya, menyangkut baik-buruk perilaku manusia. Atau, etika dipahami
sebagai ajaran yang berisikan perintah dan larangan tentang baik-buruknya perilaku manusia,
yaitu perintah yang harus dipatuhi dan larangan yang harus dihindari.

Etika sering diidentikkan dengan moral (atau moralitas). Namun, meskipun sama-sama
terkait dengan baik-buruk tindakan manusia, etika dan moral memiliki perbedaan pengertian.
Moralitas lebih condong pada pengertian nilai baik dan buruk dari setiap perbuatan manusia itu
sendiri, sedangkan etika berarti ilmu yang mempelajari tentang baik dan buruk. Jadi bisa
dikatakan, etika berfungsi sebagai teori tentang perbuatan baik dan buruk.

Dalam filsafat terkadang etika disamakan dengan filsafat moral. Etika membatasi dirinya
dari disiplin ilmu lain dengan pertanyaan apa itu moral? Ini merupakan bagian terpenting dari
pertanyaanpertanyaan seputar etika. Tetapi di samping itu tugas utamanya ialah menyelidiki apa
yang harus dilakukan manusia. Semua cabang filsafat berbicara tentang yang ada, sedangkan
filsafat etika membahas yang harus dilakukan.6 Secara terminologi etika bisa disebut sebagai
ilmu tentang baik dan buruk atau kata lainnya ialah teori tentang nilai.

53
Dalam Islam teori nilai mengenal lima kategori baik-buruk, yaitu baik sekali, baik, netral,
buruk dan buruk sekali. Nilai ditentukan oleh Tuhan, karena Tuhan adalah maha suci yang bebas
dari noda apa pun jenisnya. Etika disebut juga ilmu normatif, karena didalamnya mengandung
norma dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan. Sebagian orang menyebut etika
dengan moral atau budi pekerti. ilmu etika adalah ilmu yang mencari keselarasan perbuatan-
perbuatan manusia dengan dasar yang sedalam-dalamnya yang diperoleh dengan akal budi
manusia.
Menurut KBBI, filsafat etika adalah :

4. Ilmu tentang apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap burukdan tentang hak dan
kewajiban moral.
5. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
6. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.

Jadi, filsafat etika adalah cabang ilmu filsafat yang mempelajari


tingkah laku manusia yang baik dan buruk. Dasar filsafat etika yaitu etika
individual sendiri.

Menurut hukum etika, suatu perbuatan itu dinilai dari 3 tingkat, yaitu :
d. Tingkat pertama: semasa belum lahir menjadi perbuatan, yakni berupa
rencana dalam hati atau niat.
e. Tingkat kedua: perbuatan nyata atau pekerti
f. Tingkat ketiga: akibat atau hasil dari perbuatannya itu = baik atau
buruk.

Dengan demikian, pandangan baik dan buruk, dan hakikat nilai


dalam kehidupan manusia sangat tergantung pada tiga hal mendasar yaitu:

4. Cara berpikir yang melandasi manusia dalam berprilaku.


5. Cara berbudaya yang menjadi sendi berlakunya norma sosial.
6. Cara merujuk kepada sumber-sumber nilai yang menjadi tujuan pokok
dalam bertindak.

Selain itu juga pengertian etika adalah cabang ilmu filsafat yang membicarakan nilai dan
moral yang menentukan perilaku seseorang/ manusia dalam hidupnya. Etika merupakan sebuah
refleksi kritis danrasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujuddalam
sikap serta pola perilaku hidup manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai kelompok. Dari
beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa etika adalah suatu ilmu yang membahas
tentang arti baik dan buruk, benar dansalah kemudian manusia menggunakan akal dan hati
nuraninya untukmencapai tujuan hidup yang baik dan benar sesuai dengan tujuan
yangdikehendaki. Jadi manusia dapat melakukan apa saja yang dikehendakiyang dianggap baik
dan benar, meskipun hati nuraninya menolak dan yangterpenting tujuannya dapat tercapai.

1. Jenis-Jenis Teori Etika


  

54
1. Egoisme

Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme, yaitu
egoisme psikologis dan egoisme etis.Egoisme psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan
bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri.Egoisme etis adalah
tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri. Yang membedakan tindakan berkutat diri
(egoisme psikologis) dengan tindakan untuk kepentingan diri (egoisme etis) adalah pada
akibatnya terhadap orang lain. Tindakan berkutat diri ditandai dengan ciri mengabaikan atau
merugikan kepentingan orang lain, sedangkan tindakan mementingkan diri tidak selalu
merugikan kepentingan orang lain.

2.      Utilitarianisme

Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, kemudian menjadi kata Inggris utility yang


berarti bermanfaat (Bertens, 2000).Menurut teori ini, suatu tindakan dapat dikatan baik jika
membawa manfaat bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat, atau dengan istilah yang sangat
terkenal “the greatest happiness of the greatest numbers”.  Perbedaan paham utilitarianisme
dengan paham egoisme etis terletak pada siapa yang memperoleh manfaat.Egoisme etis melihat
dari sudut pandang kepentingan individu, sedangkan paham utilitarianisme melihat dari sudut
kepentingan orang banyak (kepentingan bersama, kepentingan masyarakat).
Paham utilitarianisme dapat diringkas sebagai berikut :
1. Tindakan harus dinilai benar atau salah hanya dari konsekuensinya (akibat, tujuan
atau hasilnya).
2. Dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya parameter yang penting adalah
jumlah kebahagiaan atau jumlah ketidakbahagiaan.
3. Kesejahteraan setiap orang sama pentingnya.

3.    Deontologi

Istilah deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban. Paham


deontologi mengatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya sama sekali
dengan tujuan, konsekuensi atau akibat dari tindakan tersebut. Konsekuensi suatu tindakan tidak
boleh menjadi pertimbangan untuk menilai etis atau tidaknya suatu tindakan.Suatu perbuatan
tidak pernah menjadi baik karena hasilnya baik.Hasil baik tidak pernah menjadi alasan untuk
membenarkan suatu tindakan, melainkan hanya kisah terkenal Robinhood yang merampok
kekayaan orang-orang kaya dan hasilnya dibagikan kepada rakyat miskin.

Konsep penting tentang paham deontologi (Kant):


1.      Konsep Imperative Hypothesis adalah perintah yang bersifat khusus yang harus diikuti jika
seseorang punya keinginan yang relevan.
2.      Konsep Imperative Categories adalah kewajiban moral yang mewajibkan kita begitu saja tanpa
syarat apapun

55
4.    Teori Hak

Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang
paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau
perilaku.Sebetulnya teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena hak berkaitan
dengan kewajiban. Malah bisa dikatakan, hak dan kewajiban bagaikan dua sisi dari uang logam
yang sama. Dalam teori etika dulu diberi tekanan terbesar pada kewajiban, tapi sekarang kita
mengalami keadaan sebaliknya, karena sekarang segi hak paling banyak ditonjolkan. Biarpun
teori hak ini sebetulnya berakar dalam deontologi, namun sekarang ia mendapat suatu identitas
tersendiri dan karena itu pantas dibahas tersendiri pula. Hak didasarkan atas martabat manusia
dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu teori hak sangat cocok dengan suasana
pemikiran demokratis.Teori hak sekarang begitu populer, karena dinilai cocok dengan
penghargaan terhadap individu yang memiliki harkat tersendiri. Karena itu manusia individual
siapapun tidak pernah boleh dikorbankan demi tercapainya suatu tujuan yang lain.

Hak asasi manusia didasarkan atas beberapa sumber otoritas (Weiss,2006):


     
1. Hak legal
Hak legal adalah hak yang didasarkan atas system/ yurisdiksi hokum suatu
Negara, dimana sumber hokum tertinggi suatu negara adalah undang-undang dasar
negara yang bersangkutan.
2. Hak moral
Hak moral yaitu hak pribadi manusia secara individu, hak moral berkaitan
dengan kepentingan indivisu sepanjang kepentingan individu itu tidak
melanggar hak-hak orang lain.
3. Hak kontraktual
Hak kontraktual yaitu hak yang mengikat individu-individu yang membuat
kesepakatan/kontrak bersama dalam wujud hak dan kewajiban masing-masing
pihak.
Menurut perumusan termasyur dari Immanuel Kant : yang sudah kita kenal sebagai
orang yang meletakkan dasar filosofis untuk deontologi, manusia merupakan
suatu tujuan pada dirinya (an end in itself). Karena itu manusia selalu harus dihormati
sebagai suatu tujuan sendiri dan tidak pernah boleh diperlakukan semata-mata
sebagai sarana demi tercapainya suatu tujuan lain.

5.      Teori Keutamaan (Virtue Theory)

Dalam teori-teori yang dibahas sebelumnya, baik buruknya perilaku manusia dipastikan
berdasarkan suatu prinsip atau norma. Dalam konteks utilitarisme, suatu perbuatan adalah baik,
jika membawa kesenangan sebesar-besarnya bagi jumlah orang terbanyak.Dalam rangka
deontologi, suatu perbuatan adalah baik, jika sesuai dengan prinsip “jangan mencuri”,
misalnya.Menurut teori hak, perbuatan adalah baik, jika sesuai dengan hak manusia.Teori-teori
ini semua didasarkan atas prinsip (rule-based).

56
Disamping teori-teori ini, mungkin lagi suatu pendekatan lain yang tidak menyoroti
perbuatan, tetapi memfokuskan pada seluruh manusia sebagai pelaku moral. Teori tipe terakhir
ini adalah teori keutamaan (virtue) yang memandang sikap atau akhlak seseorang. Dalam etika
dewasa ini terdapat minat khusus untuk teori keutamaan sebagai reaksi atas teori-teori etika
sebelumnya yang terlalu berat sebelah dalam mengukur perbuatan dengan prinsip atau norma.
Namun demikian, dalam sejarah etika teori keutamaan tidak merupakan sesuatu yang
baru.Sebaliknya, teori ini mempunyai suatu tradisi lama yang sudah dimulai pada waktu filsafat
Yunani kuno.
Keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang telah diperoleh seseorang
dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral. Kebijaksanaan, misalnya,
merupakan suatu keutamaan yang membuat seseorang mengambil keputusan tepat dalam setiap
situasi. Keadilan adalah keutamaan lain yang membuat seseorang selalu memberikan kepada
sesama apa yang menjadi haknya. Kerendahan hati adalah keutamaan yang membuat seseorang
tidak menonjolkan diri, sekalipun situasi mengizinkan.Suka bekerja keras adalah keutamaan
yang membuat seseorang mengatasi kecenderungan spontan untuk bermalas-malasan.

Ada banyak keutamaan semacam ini.Seseorang adalah orang yang baik jika memiliki
keutamaan. Hidup yang baik adalah hidup menurut keutamaan (virtuous life).
Menurut pemikir Yunani (Aristoteles), hidup etis hanya mungkin dalam polis.Manusia adalah
“makhluk politik”, dalam arti tidak bisa dilepaskan dari polis atau komunitasnya.Dalam etika
bisnis, teori keutamaan belum banyak dimanfaatkan.Solomon membedakan keutamaan untuk
pelaku bisnis individual dan keutamaan pada taraf perusahaan. Di samping itu ia berbicara lagi
tentang keadilan sebagai keutamaan paling mendasar di bidang bisnis.

Diantara keutamaan yang harus menandai pebisnis perorangan bisa disebut : kejujuran,
fairness, kepercayaan dan keuletan. Keempat keutamaan ini berkaitan erat satu sama lain dan
kadang-kadang malah ada tumpang tindih di antaranya. Kejujuran secara umum diakui sebagai
keutamaan pertama dan paling penting yang harus dimiliki pelaku bisnis.Kejujuran menuntut
adanya keterbukaan dan kebenaran.Jika mitra bisnis ingin bertanya, pebisnis yang jujur selalu
bersedia memberi keterangan. Tetapi suasana keterbukaan itu tidak berarti si pebisnis harus
membuka segala kartunya.Sambil berbisnis, sering kita terlibat dalam negosiasi kadang-kadang
malah negosiasi yang cukup keras dan posisi sesungguhnya atau titik tolak kita tidak perlu
ditelanjangi bagi mitra bisnis.Garis perbatasan antara kejujuran dan ketidakjujuran tidak selalu
bisa ditarik dengan tajam.

Ketiga keutamaan lain bisa dibicarakan dengan lebih singkat. Keutamaan kedua
adalah fairness. Fairness adalah kesediaan untuk memberikan apa yang wajar kepada semua
orang dan dengan “wajar” dimaksudkan apa yang bisa disetujui oleh semua pihak yang terlibat
dalam suatu transaksi. Insider trading adalah contoh mengenai cara berbisnis yang tidak fair.
Dengan insider trading dimaksudkan menjual atau membeli saham berdasarkan informasi “dari
dalam” yang tidak tersedia bagi umum. Bursa efek sebagai institusi justru mengandaikan semua
orang yang bergiat disini mempunyai pengetahuan yang sama tentang keadaan perusahaan yang
mereka jualbelikan sahamnya. Orang yang bergerak atas dasar informasi dari sumber tidak
umum (jadi rahasia) tidak berlaku fair.

Kepercayaan (trust) juga merupakan keutamaan yang penting dalan konteks


bisnis.Kepercayaan harus ditempatkan dalam relasi timbal balik. Ada beberapa cara untuk

57
mengamankan kepercayaan. Salah satu cara adalah memberi garansi atau jaminan. Cara-cara itu
bisa menunjang kepercayaan antara pebisnis, tetapi hal itu hanya ada gunanya bila akhirnya
kepercayaan melekat pada si pebisnis itu sendiri.

6.      Teori Etika Teonom

Sebagaimana dianut oleh semua penganut agama di dunia bahwa ada tujuan akhir yang
ingin dicapai umat manusia selain tujuan yang bersifat duniawi, yaitu untuk memperoleh
kebahagiaan surgawi.Teori etika teonom dilandasi oleh filsafat risten, yang mengatakan bahwa
karakter moral manusia ditentukan secara hakiki oleh kesesuaian hubungannya dengan kehendak
Allah.Perilaku manusia secara moral dianggap baik jika sepadan dengan kehendak Allah, dan
perilaku manusia dianggap tidak baik bila tidak mengikuti aturan/perintah Allah sebagaimana
dituangkan dalam kitab suci.
Sebagaimana teori etika yang memperkenalkan konsep kewajiban tak bersyarat diperlukan untuk
mencapai tujuan tertinggi yang bersifat mutlak. Kelemahan teori etika Kant teletak pada
pengabaian adanya tujuan mutlak, tujuan tertinggi yang harus dicapai umat manusia, walaupun ia
memperkenalkan etika kewajiban mutlak. Moralitas dikatakan bersifat mutlak hanya bila
moralitas itu dikatakan dengan tujuan tertinggi umat manusia.Segala sesuatu yang bersifat
mutlak tidak dapat diperdebatkan dengan pendekatan rasional karena semua yang bersifat mutlak
melampaui tingkat kecerdasan rasional yang dimiliki manusia.

TEORI ETIKA DAN PARADIGMA HAKIKAT MANUSIA

Konsep tentang hakikat alam semesta dan hakikat manusia serta poko-pokok pikiran dari
berbagai macam teori etika yang berkembang. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.       Tampaknya sampai saat ini telah muncul beragam paham atau teori etika dimana masing-
masing teori mempunyai pendukung dan penentang yang cukup berpengaruh.
b.      Munculnya beragam teori etika karena adanya perbedaan paradigma, pola pikir, atau
pemahaman tentang hakikat hidup sebagai manusia.
c.       Hampir semua teori etika yang ada didasarkan atas paradigma tidak utuh tentang hakikat
manusia.
d.      Dilihat dari semua proses evolusi kesadaran diri, semua teori yang ada menjelaskan
tahapan-tahapan moralitas sejalan dengan pertumbuhan tingkat kesadaran diri
seseorang.
e.       Teori-teori yang tampak bagaikan potongan-potongan terpisah dapat dipadukan menjadi
suatu teori tunggal berdasarkan paradigm hakikat manusia secara utuh.
f.       Inti dari etika manusia utuh adalah keseimbangan pada:
         Kepentingan pribadi, kepentingan masyarakat, dan kepentingan tuhan.
         Keseimbangan modal materi (PQ dan IQ), modal social (EQ), dan modal spiritual (SQ).
         Kebahagiaan lahir (duniawi), kesejahteraan masyarakat, dan kebahagiaan batin (Surgawi).
         Keseimbangan antara hak (Individu), dan kewajiaban kepada masyarakat dan Tuhan.

58
3. Pengaruh Etika Terhadap Kehidupan

Pentingnya peran etika dalam kehidupan sehari-sehari adalah sebagai sarana untuk
berorientasi atau mengenalkan pada setiap individu pada masyarakat. Karena orientasi
merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam bersosialisasi. Bayangkan saja, jika masyarakat
tidak melakukan orientasi, maka tidak akan terbentuk kehidupan tentram dan teratur.

Lalu bagaimana dengan adanya perubahan zaman? Sebenarnya bukan zamannya yang berubah
akan tetapi, manusia sendiri yang telah melakukan perubahan. Akhir-akhir ini perubahan
manusia yang terjadi ditandai dengan maraknya globalisasi kemudian modernisasi dan
westernisasi. Sehingga etika dari negeri barat berkembang di negeri timur, khususnya Indonesia.

Sebagai pemikiran secara kritis, sistematis tentang moralitas, etika diartikan pula sebagai
ilmu. Yakni etika sebenarnya tidak perlu dimiliki oleh setiap orang, walaupun setiap orang
membutuhkan moralitas. Karena yang dihasilkan etika bukanlah kebaikan, melainkan sebuah
pemahaman yang lebih mendasar serta kritis tentang apa yang dianggap baik dan buruk secara
moral. Untuk apa pemahamann seperti itu bagi manusia? Seperti yang sudah diketahui bahwa
manusia digambarkan sedang melakukan orientasi.Ada beberapa alasan penting mengapa etika
pada zaman kita semakin diperlukan.

Adanya pluralisme moral

Bukan fiktif belaka bahwa kita hidup dalam zaman yang semakin pluralistik, tidak
terkecuali dalam hal moralitas. Bukti dari pluralisme yang cukup fenomenal dapat dilihat dari
kejadian penyerangan brutal beberapa ormas keagamaan dengan atribut keagamaan di Silang
Monas pada 1 Juni 2008. Keinginan agar pemerintah membubarkan jemaat Ahmadiyah menjadi
hal yang melatarbelakangi peristiwa ini. Opini yang beredar bahwa para aktivis AKKBB atau
Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan membela Ahmadiyah.

Selain itu, keberagaman ras yang tersebar di indonesia menjadikan manusia saling
berkelompok antar ras masing-masing dan akhirnya terpecah belah menjadi kelompok-kelompok
tertentu yang melakukan diskriminasi dan merendahkan kelompok ras yang lainya.

 Munculnya kepedulian etis yang semakin universal


Gejala paling mencolok tentang kepedulian etis adalah Deklarasi Universal tentang Hak-
hak Azasi Manusia, yang diproklamirkan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB)pada 10
Desember 1984. Proklamasi ini pernah diseebut sebagai kejadian etis paling penting dalam abad
ke-20, dan merupakan pernyataan pertama yang diterima secara global karena diakui oleh semua
anggota PBB.

 Hantaman gelombang modernisasi.


Dewasa ini masyarakat hidup dalam masa transformasi yang tanpa tanding. Perubahan
yang terus terjadi seperti sebuah hantaman yang mengenai semua segi kehidupan, yaitu
gelombang modernisasi. Yang dimaksud modernisasi dalam hal ini bukan hanya menyangkut
barang atau alat eletronik yang canggih saja, melainkan juga dalam halcara berpikir yang
berubah secara radikal. Cara berpikir radikal yang semakin berkembang sepertirasionalisme,
individualisme, nasionalisme, sekularisme, materialisme, konsumerisme, pluralismereligius serta

59
cara berpikir dan pendidikan modern yang telah banyak mengubah lingkungan budaya, sosial
dan rohani masyarakat kita.

 Tawaran berbagi ideologi


Proses perubahan sosial budaya dan moral yang terus menerus terjadi terkadang membuat
bingung bagi banyak orang atau kelompok. Banyak yang merasa kehilangan pegangan. Tidak
tahu harus memilih apa dan berbuat apa. Hal ini menarik beberapa pihak yang tidak
bertanggungjawab memanfaat dengan menawarkan ideologi-ideologi mereka sebagai jawaban
atas kebingungan tadi. Ada banyak orang yang terombang-ambing dan akhirnya mengikuti
tawaran atas daya tarik mereka pribadi.

 Tantangan bagi agamawan


Etika juga diperlukan oleh para agamawan untuk tidak menutup diri terhadap persoalan-
persoalan praktis kehidupan umat manusia. Di satupihak agama menemukan dasar kemantapan
mereka dalam iman kepercayaan mereka, namun sekaligus diharapkan juga mau berpartisipasi
tanpa takut-takut dan menutup diri dalam semua dimensi kehidupan masyarakat yang sedang
mengalami perubahan hampir disegala bidang. Walau etika tidak dapat menggantikan agama,
namunetika tidaklah bertentangan dengan agama, bahkan agama memerlukan etika.

 Hubungan antara etika dan agama


Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa etika dan agama adalah dua hal yang
tidak harus dipertentangan. Antara etika dan agama adalah dua hal yang saling
membutuhkan.Hubungan etika dan agama akan membuat keseimbangan, dimana agama bisa
membantu etika untuk tidak bertindakhanya berdasarkan rasio dan melupakan kepekaan rasa
dalam diri manusia, pun etika dapat membantu agama untuk melihat secara kritis dan rasional
tindakan –tindakan moral.

Dalam pandangan Magnis Suseno, etika adalah usaha manusia untuk memakai akal budi
dan daya fikirnya untuk menyelesaikan masalah bagaimana ia harus hidup kalau ia mau menjadi
baik, itulah sebabnya mengapa justru kaum agama diharapkan betul-betul memakai rasio dan
metode-metode etika. Kita dapat mengatakan bahwa etika, secara filosofis menjadi hal yang
sangat penting dalam kehidupan agama-agama, khususnya bagi negara-negara yang majemuk
seperti Indonesia. Etika secara rasional membantu kita mampu untuk memahami dan secara
kritis melihat tindakan moral agama tertentu.

Hubungan etika dengan hukum

Konsep etika dan hukum adalah suatu ide untuk menggolongkan nilai-nilai dan moral
yang menyangkut masalah dan disiplin pribadi, di sertai aturan guna membatasi tingkah laku
manusia agar dapat terkontrol. Jadi, hukum dan etika memiliki kesamaan sebagai nilai-nilai
moral yang menyangkut masalah pribadi. Bedanya terdapat bahwa etika merupakan pemahaman
mengenai baik buruknya tingkah manusia sedangkan hukum merupakan aturan yang membatasi
tingkah laku manusia.

 Upaya untuk menerapkan etika dalam kehidupan sehari-hari


Adapun upaya yang perlu dilakukan untuk menerapkan etika dalam kehidupan sehari-
hari, yaitu dengan memegang teguh pendirian adat ketimuran yang sudah ada sejak dulu atau

60
tetap menggunakan kebiasan pendahulu kalaupun ada pengaruh dari kemajuan zaman, maka
manusia hanya perlu mengkajinya, mana yang baik dan sesuai dengan kultur yang ada, bersikap
kritis terhadap perubahan serta tidak mudah terpengaruh ideologi yang tidak sesuai dengan
ideologi pancasila, maksud bersikap kritis disini bukan seenaknya menolak atau menerima ide-
ide baru, melainkan melakukan penilaian kritis serta objektif untuk memahami sejauh mana ide-
ide tersebut dapat diterima dan dengan tegas ditolak, dan memiliki prinsip yang kuat bahwa
dalam beretika tetap menggunakan agama sebagai landasannya karena pada dasarnya etika
sendiri membutuhkan agama agar manusia tidak mengabaikan kepekaan rasa.

4. Menyikapi pelanggaran etika terhadap moral

Etika dan moral tidak terlepas dari tatanan kehidupan sosial bermasyarakat, dalam hal
persahabatan, hubungan orang tua, saudara, serta hubungan berbangsa dan bernegara. Sejatinya
“etika moral” bukan suatu kata yang memiliki satu arti. “Etika Moral” berasal dari
penggabungan dua kata yang berbeda, yaitu etika dan moral. Keduanya pun memiliki arti yang
berbeda. Untuk lebih jelasnya, kita perhatikan pendapat dari Robert Kreitner dan Angelo Kinicki
(2010) bahwa:
Etika tidak terlepas dari pilihan-pilihan dan isu-isu moral yang berkaitan dengan kaidah
benar versus salah, baik versus buruk. Implikasi etika dan moral banyak muncul disetiap kondisi
baik masyarakat dan dunia pekerjaan. Jadi etika merupakan standar moral perilaku benar dan
salah. Etika seseorang tercermin dalam perilaku menyikapi lingkungan sesuai dengan norma
masyarakat yang berlaku.
Moral dan etika selalu menjadi bajan pembicaraan akhir-akhir ini, pendapat dari Colquitt,
Lepine dan Wesson (2011) “ethics reflects the the degree to which the behaviors of an authority
are in accordance with generally accepted moral norms”. Dalam hal ini etika merefleksikan
perilaku dari individu seseorang sesuai dengan moral dan standar norma yang berlaku. Pada
dasarnya seseorang bertanggungjawan atas perilaku sosial di masyarakat yang seharusnya
dilandasi oleh moral yang berlaku di masyarakat. Jadi selalu ada kendali moral terhadap setiap
perilaku dan sikap seseorang di lingkungnan sosial.
Etika dapat dipertimbangkan sebagai suatu batasan yang diterima terhadap suatu nilai
moral dan dilandasi dengan kepercayaan, tanggung jawab dan integritas yang menjadi bagian
dari sistem nilai sosial masyarakatl.
Dalam dunia kerja, standar etika berbeda dari nilai dasar dari satu organisasi dengan
organisasi lain. Standar etika dapat menjadi acuan yang benar bagi organisasi yang serius ingin
membangun. Standar etika dapat menjadi nilai dan kepercayaan bagi organisasi lain serta sebagai
pedoman bagi perilaku anggota organisasi. Standar etika merupakan tanggung jawab dari
pimpinan manajemen untuk melihat bahwa standar ini akan menentukan nilai benar atau nilai
salah. Nilai etika ditentukan melakukan sesuatu yang benar. Dalam suatu organisasi perusahaan,
maka perilaku karyawan, pelanggan serta pimpinan akan ditentukan oleh nilai etika sebagai
suatu integritas. Hasil

61
Dalam organisasi, etika dan moral tidak bisa dilepaskan, seperti dikatakan oleh John W
Newstrom (2007), “ethic is the use of moral principles an values to affect the behavior of
individuals and organizations with regard to choice between what is right and wrong” Jadi
pernyataan tersebut mengandung makna bahwa perilaku individu dalam organisasi
mengutamakan prinsip moral yang berkaitan dengan etika dalam melaksanakan pekerjaan.
Berkaitan dengan etika dan moral dalam bekerja, beberapa pakar berpendapat bahwa etika dalam
bekerja merupakan sikap yang diambil berdasarkan tanggung jawab moralnya yaitu: (1) kerja
keras, (2) efisiensi, (3) kerajinan, (4) tepat waktu, (5) prestasi, (6) energetik, (7) kerja sama, (8)
jujur, (9) loyal. Etika moral seseorang yang jelas menggambarkan hal-hal yang bersifat normatif
sebagai sikap kehendak yang dituntut agar dikembangkan.
Dalam hal ini, tanggungjawab merupakan salah satu komponen dalam etika kerja seseorang
dalam melakukan pekerjaan. Melalui tanggungjawab, seseorang memiliki kesadaran moral untuk
melaksanakan pekerjaan dengan baik dan benar. Salah satu bentuk tanggungjawab seseorang
dalam pelaksanaan etika kerja, selain pada diri sendiri juga pada kelompok atau organisasi
dimana dia bekerja.
Krisis ini terjadi karena sendi-sendi beretika sosial dan menjaga nilai-nilai agama sudah
dilupakan. Jika kita membandingkan beberapa penggalan masa yang berlangsung, ada beberapa
kesenjangan yang terjadi. Khususnya menyangkut etika sosial dan nilai-nilai moral yang dahulu
kala merupakan kebanggaan bangsa ini. Sekarang, baik suka ataupun tidak suka, kita harus
mengakui bahwa telah terjadi pergeseran dalam etika dan moral itu. Keduanya tidak lagi menjadi
kebangaan.

Indikasinya runtuhnya nilai dan moralitas ini gampang saja. Karena perilaku tawuran dari
mulai pelajar, mahasiswa, rakyat jelata sampai para wakil rakyat sudah jadi pemandangan sehari-
hari. Perilaku yang menyedihkan ini sepertinya bahkan telah melampaui hukum adat dan budaya.
Tidak ada lagi rasa pengagungan terhadap sikap menghargai orang yang lebih dewasa. Maka
tanda bagi cacat etika itu sesungguhnya benar terjadi.           

Ketika membahas masalah ini, serta merta telunjuk akan mengarah kepada sistem
demokrasi yang telah menjadi idola di negeri ini. Bahkan ada yang percaya bahwa sistem
demokrasi inilah yang menjadi biang matinya sebagian nilai-nilai dan budaya, terutama
menyangkut moralitas di kalangan anak bangsa.

Demokrasi yang dipercaya sebagai sistem yang paling tepat dalam mengatur pola
kehidupan sosial masyarakat modern, di sisi lain memiliki celah yang menganga lebar bagi
penyebab pergeseran budaya dan nilai-nilai itu. Karena meski difahami bahwa tidak semua
budaya yang datang dari belahan dunia Barat bisa diterapkan di negara, tapi kita seolah tak
mampu menghadang deras masuknya aneka budaya asing yang di awalnya terasa tidak cocok,
namun perlahan namun pasti bisa diterima dan bahkan mengakar.     Padahal, sebagai sebuah
negeri, Indonesia memiliki ratusan suku dengan etika sosial dan adat yang sudah berlaku dari
generasi ke generasi. Namun sayangnya negeri ini telah secara umum menunjukkan gejala
kecacatan tersebut. Hal itu dapat kita lihat dari runtuhnya otoritas orang tua dan guru sebagai
pengamat dan penjaga etika sosial dan moral di tengah-tengah masyarakat.

62
Tidak ada lagi kepedulian kepada generasi muda dalam hal beragama dan berbudaya
sesuai tuntutan budaya setempat. Ini dibuktikan dengan makin maraknya pelanggaran etika sosial
bahkan jatuhnya moralitas para generasi tanpa bisa dicegah oleh guru dan orang tua. Akhirnya
mari kita cegah tindakan perilaku generasi dari kecacatan etika sosial dan moralitas yang tidak
sesuai dengan budaya kita, seingga akan tercipta masyarakat yang saling menjaga dan
menghargai sesamanya.

5. Bagaimana sistematika etika?

Etika secara umum dapat dibagi menjadi 2 kategori:

1) Etika umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak

secara etis, mengambil keputusan secara etis serta tolak ukur dalam menilai baik

buruknya suatu tindakan.

2) Etika khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang

kehidupan yang khusus. Penerapan seperti “bagaiman saya mengambil keputusan dan

bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang lakukan yang didasari olah

cara, teori dan prinsip moral dasar”

Etika individual, menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri

Etika sosial, berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota

manusia  

Etika Deskriptif

Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya: adat kebiasaan,
anggapan-anggapan tentang baik dan buruk tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau tidak
diperbolehkan. Etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu-individu
tertentu,dalam kebudayaan atau subkultur tertentu,dalam suatu periode sejarah,dan sebagainya.
Karena etika deskriptif hanya melukiskan,tidak member penilaian. Misalnya ia melukiskan adat
mengayau kepala yang ditemukan dalam masyarakat yang disebut primitif, tapi ia tidak
mengatakan bahwa adat semacam itu dapat diterima atau harus ditolak.

Sekarang ini etika deskriptif dijalankan oleh ilmu-ilmu sosial: antropologi budaya,
psikologi, sosiologi, sejarah dan sebagainya, meskipun mereka tidak pernah akan memakai
istilah etika “deskriptif”. Studi-studi termasyhur tentang perkembangan kesadaran moral dalam

63
hidup seorang manusia oleh psikolog Swiss Jean Piaget (1896-1980) dan psikolog Amerika
Laurence Kohlberg (1927-1988) merupakan contoh bagus mengenai etika deskriptif ini. Karena
itu dapat dimengerti bahwa etike deskriptif ini sebetulnya termasuk ilmu pengetahuan empiris
dan bukan filsafat.

Etika Normatif

Etika normatif merupakan bagian terpenting dari etika dan bidang dimana berlangsung
diskusi-diskusi yang paling menarik tentang masalah-masalah moral. Disini ahli bersangkutan
tidak bertindak sebagai penonton netral, seperti halnya dalam etika deskriptif, tapi ia melibatkan
diri dengan mengemukakan penilaian tentang perilaku manusia. Ia tidak lagi melukiskan adat
mengayau yang pernah terdapat dalam kebudayaan-kebudayaan di masa lampau, tapi ia menolak
adat itu, karena dinilai bertentangan dengan martabat manusia.
Ia tidak lagi membatasi diri dengan memandang fungsi prostitusi dalam suatu masyarakat, tapi
menolak prostitusi sebagai suatu lembaga yang melanggar martabat, biarpun dalam praktik
belum tentu diberantas sampai tuntas. Tentu saja, etika deskriptif dapat juga berbicara tentang
norma-norma, misalnya bila ia membahas tabu-tabu yang terdapat dalam suatu masyarakat
primitif. Hal yang sama bisa dirumuskan juga dengan mengatakan bahwa etika normatif itu tidak
deskriptif melainkan preskriptif (memerintahkan), tidak melukiskan melainkan menetukan benar
atau tidaknya tingkah laku atau anggapan moral. Secara singkat dapat dikatakan etika normatif
bertujuan merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat dipertanggung jawabkan dengan cara
rasional dan dapat digunakan dalam praktik. Etika normatif dapat dibagi lebih lanjut dalam etika
umum dan etika khusus.

1. Etika umum
Etika yang membahas berbagai hal yang berhubungan dengan kondisi manusia untuk
bertindak etis dalam mengambil kebijakan berdasarkan teori-teori dan prinsip-prinsip moral.
Memandang tema-tema umum seperti apa itu norma etis? jika ada banyak norma etis, bagaimana
hubungannya satu sama lain.

2. Etika khusus
Merupakan  penerapan  prinsip-prinsip  moral  dasar  dalam  bidang kehidupan  yang 
khusus.  Penerapan  ini  bisa berwujud : Bagaimana  saya  mengambil keputusan  dan  bertindak 
dalam  bidang  kehidupan  dan  kegiatan  khusus  yang  saya lakukan,  yang  didasari  oleh  cara, 
teori  dan  prinsip-prinsip  moral  dasar.    Namun, penerapan itu dapat juga berwujud:
Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan
khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis: cara
bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau tidanakan, dan teori serta prinsip moral
dasar yang ada dibaliknya. Berusaha menerapkan prinsip-prinsip etis yang umum atas wilayah
perilaku manusia yang khusus. 

64
Etika Khusus dibagi lagi menjadi dua bagian:
3. Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya
sendiri.
4. Etika  sosial,  yaitu  berbicara  mengenai  kewajiban,  sikap  dan  pola  perilaku 
manusia sebagai anggota umat manusia.

Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat dipisahkan satu
sama lain dengan tajam, karena kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan sebagai anggota
umat manusia saling berkaitan. 
Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara langsung maupun
secara  kelembagaan  (keluarga,  masyarakat,  negara) sikap kritis  terhadap pandangan-
pandangana  dunia  dan  idiologi-idiologi maupun tanggung jawab terhadap lingkungan hidup. 

3. Etika Profesi

Merupakan etika khusus yang dikhususkan pada profesi tertentu, misalnya etika
kedokteran, etika Rumah Sakit, Etika Kebidanan, Etika Keperawatan, dan lain-lain. Kode etik
suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi yang
bersangkutan di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk bagi anggota profesi tentang
bagaimana mereka harus menjalankan profesinya, dan larangan-larangan, termasuk ketentuan-
ketentuan apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak
hanya dalam menjalankan tugas profesinya, melainkan berkaitan juga dengan tingkah lakunya
secara umum dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat.  Guna etika adalah memberi arah bagi
perilaku manusia tentang apa yang baik atau buruk, apa yang benar atau salah, hak dan
kewajiban moral(akhlak), apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan.

Metaetika

Metaetika adalah ucapan-ucapan kita dibidang moralitas atau bahasa yang diucapkan
dibidang  moral. Metaetika mengenai status moral ucapan dan bahasa yang digunakan dalam
batasan baik, buruk atau bahagia. Cara lain lagi untuk mempraktikan etika sebagai ilmu adalah
metaetika. Awalan meta (dari bahasa Yunani) mempunyai arti melebihi melampaui. Metaetika
seolah-olah bergerak pada tarap lebih tinggi daripada perilaku etis, yaitu pada tarap “bahasa etis”
atau bahasa yang kita gunakan dibidang moral. Dapat dikatakan juga bahwa metaetika
mempelajari logika khusus dari ucapan-ucapan etis.

Dipandang dari segi tata bahasa rupanya kalimat-kalimat etis tidak berbeda dari kalimat-
kalimat jenis lain (khusunya kalimat-kalimat yang mengungkapkan fakta). Metaetika ini
termasuk “filsafat analitis”, suatu alihan penting dalam filsafat ke 20. Aliran ini mulai
berkembang di Inggris pada wasl abad ke 20 dan George Moore yang disebut adalah salah satu
seorang pelopor. Dari Inggris filsafat analitas meluas ke berbagai Negara lain tapi di Negara-
negara berbahasa Inggris (seperti Amerika Serikat dan Australia) posisinya selalu paling kuat.

65
Karena terkait dengan filsafat analitis ini,metaetika kadang-kadang juga disebut “etika
analitis”.bbj
Untuk memahami apa itu etika sesungguhnya kita perlu membandingkannya dengan moralitas.
Baik etika dan moralitas sering dipakai secara dipertukarkan dengan pengertian yang sering
disamakan begitu saja.Ini sesungguhnya tidak sepenuhnya salah. Hanya saja perlu diingat bahwa
etika bisa saja punya pengertian yang sama sekali berbeda dengan moralitas.

Sehubungan dengan itu,secara teoritis kita dapat membedakan dua pengertian etika—
kendati dalam penggunaan praktis sering tidak mudah dibedakan. Pertama, etika berasal dari
kata Yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya berarti “adat istiadat” atau “kebiasaan”. Dalam
pengertian ini etika berkatian dengan kebiasaan hidup yang baik,baik pada diri seseorang
maupun pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat. Ini berarti etika berkaitan dengan
nilai nilai,tata cara hidup yang baik,aturan hidup yang baik,dan segala kebiasaan yang dianut dan
diwariskan dari satu orang ke orang lain secara turun menurun.
Yang menarik disini,dalam pengertian etika ini justru persis sama dengan pengertian moralitas.

Moralitas berasal dari kata Latin (mos),yang dalam bentuk jamaknya adalah “adat
istiadat” atau “kebiasaan”. Jadi dalam pengertian pertama ini etika dan moralitas sama-sama
berarti sistem nilai tentang bagaimana manusia harus hidup dengan baik yang telah
diinstitusionalisasikan dalam sebuah adat kebiasaan yang berwujud pada pola perilaku dan
terulang dalam kurun waktu yang lama sebagaimana kebiasaan.
Kedua,etika juga dipahami dalam pengertian yang sekaligus berbeda dengan moralitas. Dalam
pengertian kedua ini,etika mempunyai pengertian yang jauh lebih luas dari moralitas dan etika
seperti pengertian yang pertama. Etika dalam pengertian kedua ini dimengerti sebagai filsafat
moral,atau ilmu yang membahas dan mengkaji nilai dan norma yang diberikan oleh moralitas
dan etika dalam pengertian pertama. Dengan demikian sebagaimana halnya moralitas,berisikan
nilai dan norma-norma konkret yang menjadi pedoman dan pegangan hidup manusia dalam
seluruh kehidupannya.

Sebaliknya dalam pengertian kedua ini yaitu sebagai filsafat moral tidak langsung
memberi perintah konkret sebagai pegangan siap pakai dengan demikian dapat disimpulkan etika
sebagai refleksi kritis dan rasional mengenai (a) nilai dan norma yang menyangkut bagaimana
manusia harus hidup baik;dan (b)masalah kehidupan manusia dengan mendasarkan diri pada
nilai dan norma moral yang umum diterima.

Etika sebagai Filsafat Moral, atau ilmu yang membahas dan mengkaji nilai dan norma
yang diberikan oleh moralitas dan etika dalam adat istiadat,seperti yang dikatakan oleh Magnus-
Suseno(keraf,1998)

Untuk memahami apa itu etika sesungguhnya kita perlu membandingkannya dengan moralitas.
Baik etika dan moralitas sering dipakai secara dipertukarkan dengan pengertian yang sering
disamakan begitu saja.Ini sesungguhnya tidak sepenuhnya salah. Hanya saja perlu diingat bahwa
etika bisa saja punya pengertian yang sama sekali berbeda dengan moralitas.

Sehubungan dengan itu,secara teoritis kita dapat membedakan dua pengertian etika—
kendati dalam penggunaan praktis sering tidak mudah dibedakan. Pertama, etika berasal dari

66
kata Yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya berarti “adat istiadat” atau “kebiasaan”. Dalam
pengertian ini etika berkatian dengan kebiasaan hidup yang baik,baik pada diri seseorang
maupun pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat. Ini berarti etika berkaitan dengan
nilai nilai,tata cara hidup yang baik,aturan hidup yang baik,dan segala kebiasaan yang dianut dan
diwariskan dari satu orang ke orang lain secara turun menurun.
Yang menarik disini,dalam pengertian etika ini justru persis sama dengan pengertian moralitas.

Moralitas berasal dari kata Latin (mos),yang dalam bentuk jamaknya adalah “adat
istiadat” atau “kebiasaan”. Jadi dalam pengertian pertama ini etika dan moralitas sama-sama
berarti sistem nilai tentang bagaimana manusia harus hidup dengan baik yang telah
diinstitusionalisasikan dalam sebuah adat kebiasaan yang berwujud pada pola perilaku dan
terulang dalam kurun waktu yang lama sebagaimana kebiasaan.
Kedua,etika juga dipahami dalam pengertian yang sekaligus berbeda dengan moralitas. Dalam
pengertian kedua ini,etika mempunyai pengertian yang jauh lebih luas dari moralitas dan etika
seperti pengertian yang pertama. Etika dalam pengertian kedua ini dimengerti sebagai filsafat
moral,atau ilmu yang membahas dan mengkaji nilai dan norma yang diberikan oleh moralitas
dan etika dalam pengertian pertama. Dengan demikian sebagaimana halnya moralitas,berisikan
nilai dan norma-norma konkret yang menjadi pedoman dan pegangan hidup manusia dalam
seluruh kehidupannya.

Sebaliknya dalam pengertian kedua ini yaitu sebagai filsafat moral tidak langsung
memberi perintah konkret sebagai pegangan siap pakai dengan demikian dapat disimpulkan etika
sebagai refleksi kritis dan rasional mengenai (a) nilai dan norma yang menyangkut bagaimana
manusia harus hidup baik;dan (b)masalah kehidupan manusia dengan mendasarkan diri pada
nilai dan norma moral yang umum diterima.

Etika sebagai Filsafat Moral, atau ilmu yang membahas dan mengkaji nilai dan norma
yang diberikan oleh moralitas dan etika dalam adat istiadat,seperti yang dikatakan oleh Magnus-
Suseno(keraf,1998)

Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah "Ethos", yang berarti


watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan
perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu "Mos" dan dalam bentuk
jamaknya "Mores", yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan
melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.

Etika adalah sebuah refleksi kritis dan moral yang menentukan dan terwujud dalam sikp
dan dola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun kelompok. Menurut Magnis
Suseno, etika adalah sebuah ilmu dan bukan suatu ajaran. Moralitas adalah sistem nilai tentang
bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia. Sistem nilai ini terkandung dalam
ajaran berbentuk petuah-petuah, nasihat, wejangan peraturan, perintah dan  semacamnya yang
bersifat turun temurun. Jadi moralitas adalah petunjuk konkrit yang siap pakai tentang
bagaimana kita harus hidup sedangkan etika adalah perwujudan secara kritis dan rasional ajaran
moral yang siap pakai itu.

67
Pada dasarnya keduanya memberi kita orientasi bagaimana dan kemana kita harus
melangkah dalam hidup ini. Tetapi bedanya moralitas langsung mengatakan “inilah caranya
harus melangkah”, Sedangkan  etika justru mempersoalkan “apakah harus melangkah dengan
cara ini dan mengapa harus dengan cara ini”

Dalam bentuk jamak artinya adalah adat kebiasaan. Dalam arti ini, etika berkaitan dengan
kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik, baik pada diri seseorang atau kepada
masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi
lain. Kebiasaan hidup yang baik ini lalu dibekukan dalam bentuk kaidah, aturan atau norma yang
di sebarluaskan, dikenal, dipahami, dan diajarkan secara lisan dalam masyarakat. Kaidah, norma
atau aturan ini pada dasarnya, menyangkut baik-buruk perilaku manusia. Atau, etika dipahami
sebagai ajaran yang berisikan perintah dan larangan tentang baik-buruknya perilaku manusia,
yaitu perintah yang harus dipatuhi dan larangan yang harus dihindari.

Etika sering diidentikkan dengan moral (atau moralitas). Namun, meskipun sama-sama
terkait dengan baik-buruk tindakan manusia, etika dan moral memiliki perbedaan pengertian.
Moralitas lebih condong pada pengertian nilai baik dan buruk dari setiap perbuatan manusia itu
sendiri, sedangkan etika berarti ilmu yang mempelajari tentang baik dan buruk. Jadi bisa
dikatakan, etika berfungsi sebagai teori tentang perbuatan baik dan buruk.

Dalam filsafat terkadang etika disamakan dengan filsafat moral. Etika membatasi dirinya
dari disiplin ilmu lain dengan pertanyaan apa itu moral? Ini merupakan bagian terpenting dari
pertanyaanpertanyaan seputar etika. Tetapi di samping itu tugas utamanya ialah menyelidiki apa
yang harus dilakukan manusia. Semua cabang filsafat berbicara tentang yang ada, sedangkan
filsafat etika membahas yang harus dilakukan.6 Secara terminologi etika bisa disebut sebagai
ilmu tentang baik dan buruk atau kata lainnya ialah teori tentang nilai.

Dalam Islam teori nilai mengenal lima kategori baik-buruk, yaitu baik sekali, baik, netral,
buruk dan buruk sekali. Nilai ditentukan oleh Tuhan, karena Tuhan adalah maha suci yang bebas
dari noda apa pun jenisnya. Etika disebut juga ilmu normatif, karena didalamnya mengandung
norma dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan. Sebagian orang menyebut etika
dengan moral atau budi pekerti. ilmu etika adalah ilmu yang mencari keselarasan perbuatan-
perbuatan manusia dengan dasar yang sedalam-dalamnya yang diperoleh dengan akal budi
manusia.
Menurut KBBI, filsafat etika adalah :

7. Ilmu tentang apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap burukdan tentang hak dan
kewajiban moral.
8. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
9. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.

Jadi, filsafat etika adalah cabang ilmu filsafat yang mempelajari


tingkah laku manusia yang baik dan buruk. Dasar filsafat etika yaitu etika
individual sendiri.

68
Menurut hukum etika, suatu perbuatan itu dinilai dari 3 tingkat, yaitu :
g. Tingkat pertama: semasa belum lahir menjadi perbuatan, yakni berupa
rencana dalam hati atau niat.
h. Tingkat kedua: perbuatan nyata atau pekerti
i. Tingkat ketiga: akibat atau hasil dari perbuatannya itu = baik atau
buruk.

Dengan demikian, pandangan baik dan buruk, dan hakikat nilai


dalam kehidupan manusia sangat tergantung pada tiga hal mendasar yaitu:

7. Cara berpikir yang melandasi manusia dalam berprilaku.


8. Cara berbudaya yang menjadi sendi berlakunya norma sosial.
9. Cara merujuk kepada sumber-sumber nilai yang menjadi tujuan pokok
dalam bertindak.

Selain itu juga pengertian etika adalah cabang ilmu filsafat yang membicarakan nilai dan
moral yang menentukan perilaku seseorang/ manusia dalam hidupnya. Etika merupakan sebuah
refleksi kritis danrasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujuddalam
sikap serta pola perilaku hidup manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai kelompok. Dari
beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa etika adalah suatu ilmu yang membahas
tentang arti baik dan buruk, benar dansalah kemudian manusia menggunakan akal dan hati
nuraninya untukmencapai tujuan hidup yang baik dan benar sesuai dengan tujuan
yangdikehendaki. Jadi manusia dapat melakukan apa saja yang dikehendakiyang dianggap baik
dan benar, meskipun hati nuraninya menolak dan yangterpenting tujuannya dapat tercapai.

2. Jenis-Jenis Teori Etika


  

2. Egoisme

Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme, yaitu
egoisme psikologis dan egoisme etis.Egoisme psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan
bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri.Egoisme etis adalah
tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri. Yang membedakan tindakan berkutat diri
(egoisme psikologis) dengan tindakan untuk kepentingan diri (egoisme etis) adalah pada
akibatnya terhadap orang lain. Tindakan berkutat diri ditandai dengan ciri mengabaikan atau
merugikan kepentingan orang lain, sedangkan tindakan mementingkan diri tidak selalu
merugikan kepentingan orang lain.

2.      Utilitarianisme

Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, kemudian menjadi kata Inggris utility yang


berarti bermanfaat (Bertens, 2000).Menurut teori ini, suatu tindakan dapat dikatan baik jika
membawa manfaat bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat, atau dengan istilah yang sangat
terkenal “the greatest happiness of the greatest numbers”.  Perbedaan paham utilitarianisme

69
dengan paham egoisme etis terletak pada siapa yang memperoleh manfaat.Egoisme etis melihat
dari sudut pandang kepentingan individu, sedangkan paham utilitarianisme melihat dari sudut
kepentingan orang banyak (kepentingan bersama, kepentingan masyarakat).
Paham utilitarianisme dapat diringkas sebagai berikut :
4. Tindakan harus dinilai benar atau salah hanya dari konsekuensinya (akibat, tujuan
atau hasilnya).
5. Dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya parameter yang penting adalah
jumlah kebahagiaan atau jumlah ketidakbahagiaan.
6. Kesejahteraan setiap orang sama pentingnya.

3.    Deontologi

Istilah deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban. Paham


deontologi mengatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya sama sekali
dengan tujuan, konsekuensi atau akibat dari tindakan tersebut. Konsekuensi suatu tindakan tidak
boleh menjadi pertimbangan untuk menilai etis atau tidaknya suatu tindakan.Suatu perbuatan
tidak pernah menjadi baik karena hasilnya baik.Hasil baik tidak pernah menjadi alasan untuk
membenarkan suatu tindakan, melainkan hanya kisah terkenal Robinhood yang merampok
kekayaan orang-orang kaya dan hasilnya dibagikan kepada rakyat miskin.

Konsep penting tentang paham deontologi (Kant):


1.      Konsep Imperative Hypothesis adalah perintah yang bersifat khusus yang harus diikuti jika
seseorang punya keinginan yang relevan.
2.      Konsep Imperative Categories adalah kewajiban moral yang mewajibkan kita begitu saja tanpa
syarat apapun

4.    Teori Hak

Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang
paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau
perilaku.Sebetulnya teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena hak berkaitan
dengan kewajiban. Malah bisa dikatakan, hak dan kewajiban bagaikan dua sisi dari uang logam
yang sama. Dalam teori etika dulu diberi tekanan terbesar pada kewajiban, tapi sekarang kita
mengalami keadaan sebaliknya, karena sekarang segi hak paling banyak ditonjolkan. Biarpun
teori hak ini sebetulnya berakar dalam deontologi, namun sekarang ia mendapat suatu identitas
tersendiri dan karena itu pantas dibahas tersendiri pula. Hak didasarkan atas martabat manusia
dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu teori hak sangat cocok dengan suasana
pemikiran demokratis.Teori hak sekarang begitu populer, karena dinilai cocok dengan
penghargaan terhadap individu yang memiliki harkat tersendiri. Karena itu manusia individual
siapapun tidak pernah boleh dikorbankan demi tercapainya suatu tujuan yang lain.

      Hak asasi manusia didasarkan atas beberapa sumber otoritas (Weiss,2006):

70
2. Hak legal
Hak legal adalah hak yang didasarkan atas system/ yurisdiksi hokum suatu
Negara, dimana sumber hokum tertinggi suatu negara adalah undang-undang dasar
negara yang bersangkutan.
3. Hak moral
Hak moral yaitu hak pribadi manusia secara individu, hak moral berkaitan
dengan kepentingan indivisu sepanjang kepentingan individu itu tidak
melanggar hak-hak orang lain.
4. Hak kontraktual
Hak kontraktual yaitu hak yang mengikat individu-individu yang membuat
kesepakatan/kontrak bersama dalam wujud hak dan kewajiban masing-masing
pihak.
Menurut perumusan termasyur dari Immanuel Kant : yang sudah kita kenal sebagai
orang yang meletakkan dasar filosofis untuk deontologi, manusia merupakan
suatu tujuan pada dirinya (an end in itself). Karena itu manusia selalu harus dihormati
sebagai suatu tujuan sendiri dan tidak pernah boleh diperlakukan semata-mata
sebagai sarana demi tercapainya suatu tujuan lain.

5.      Teori Keutamaan (Virtue Theory)

Dalam teori-teori yang dibahas sebelumnya, baik buruknya perilaku manusia dipastikan
berdasarkan suatu prinsip atau norma. Dalam konteks utilitarisme, suatu perbuatan adalah baik,
jika membawa kesenangan sebesar-besarnya bagi jumlah orang terbanyak.Dalam rangka
deontologi, suatu perbuatan adalah baik, jika sesuai dengan prinsip “jangan mencuri”,
misalnya.Menurut teori hak, perbuatan adalah baik, jika sesuai dengan hak manusia.Teori-teori
ini semua didasarkan atas prinsip (rule-based).

Disamping teori-teori ini, mungkin lagi suatu pendekatan lain yang tidak menyoroti
perbuatan, tetapi memfokuskan pada seluruh manusia sebagai pelaku moral. Teori tipe terakhir
ini adalah teori keutamaan (virtue) yang memandang sikap atau akhlak seseorang. Dalam etika
dewasa ini terdapat minat khusus untuk teori keutamaan sebagai reaksi atas teori-teori etika
sebelumnya yang terlalu berat sebelah dalam mengukur perbuatan dengan prinsip atau norma.
Namun demikian, dalam sejarah etika teori keutamaan tidak merupakan sesuatu yang
baru.Sebaliknya, teori ini mempunyai suatu tradisi lama yang sudah dimulai pada waktu filsafat
Yunani kuno.
Keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang telah diperoleh seseorang
dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral. Kebijaksanaan, misalnya,
merupakan suatu keutamaan yang membuat seseorang mengambil keputusan tepat dalam setiap
situasi. Keadilan adalah keutamaan lain yang membuat seseorang selalu memberikan kepada
sesama apa yang menjadi haknya. Kerendahan hati adalah keutamaan yang membuat seseorang
tidak menonjolkan diri, sekalipun situasi mengizinkan.Suka bekerja keras adalah keutamaan
yang membuat seseorang mengatasi kecenderungan spontan untuk bermalas-malasan.

Ada banyak keutamaan semacam ini.Seseorang adalah orang yang baik jika memiliki
keutamaan. Hidup yang baik adalah hidup menurut keutamaan (virtuous life).

71
Menurut pemikir Yunani (Aristoteles), hidup etis hanya mungkin dalam polis.Manusia adalah
“makhluk politik”, dalam arti tidak bisa dilepaskan dari polis atau komunitasnya.Dalam etika
bisnis, teori keutamaan belum banyak dimanfaatkan.Solomon membedakan keutamaan untuk
pelaku bisnis individual dan keutamaan pada taraf perusahaan. Di samping itu ia berbicara lagi
tentang keadilan sebagai keutamaan paling mendasar di bidang bisnis.

Diantara keutamaan yang harus menandai pebisnis perorangan bisa disebut : kejujuran,
fairness, kepercayaan dan keuletan. Keempat keutamaan ini berkaitan erat satu sama lain dan
kadang-kadang malah ada tumpang tindih di antaranya. Kejujuran secara umum diakui sebagai
keutamaan pertama dan paling penting yang harus dimiliki pelaku bisnis.Kejujuran menuntut
adanya keterbukaan dan kebenaran.Jika mitra bisnis ingin bertanya, pebisnis yang jujur selalu
bersedia memberi keterangan. Tetapi suasana keterbukaan itu tidak berarti si pebisnis harus
membuka segala kartunya.Sambil berbisnis, sering kita terlibat dalam negosiasi kadang-kadang
malah negosiasi yang cukup keras dan posisi sesungguhnya atau titik tolak kita tidak perlu
ditelanjangi bagi mitra bisnis.Garis perbatasan antara kejujuran dan ketidakjujuran tidak selalu
bisa ditarik dengan tajam.

Ketiga keutamaan lain bisa dibicarakan dengan lebih singkat. Keutamaan kedua
adalah fairness. Fairness adalah kesediaan untuk memberikan apa yang wajar kepada semua
orang dan dengan “wajar” dimaksudkan apa yang bisa disetujui oleh semua pihak yang terlibat
dalam suatu transaksi. Insider trading adalah contoh mengenai cara berbisnis yang tidak fair.
Dengan insider trading dimaksudkan menjual atau membeli saham berdasarkan informasi “dari
dalam” yang tidak tersedia bagi umum. Bursa efek sebagai institusi justru mengandaikan semua
orang yang bergiat disini mempunyai pengetahuan yang sama tentang keadaan perusahaan yang
mereka jualbelikan sahamnya. Orang yang bergerak atas dasar informasi dari sumber tidak
umum (jadi rahasia) tidak berlaku fair.

Kepercayaan (trust) juga merupakan keutamaan yang penting dalan konteks


bisnis.Kepercayaan harus ditempatkan dalam relasi timbal balik. Ada beberapa cara untuk
mengamankan kepercayaan. Salah satu cara adalah memberi garansi atau jaminan. Cara-cara itu
bisa menunjang kepercayaan antara pebisnis, tetapi hal itu hanya ada gunanya bila akhirnya
kepercayaan melekat pada si pebisnis itu sendiri.

6.      Teori Etika Teonom

Sebagaimana dianut oleh semua penganut agama di dunia bahwa ada tujuan akhir yang
ingin dicapai umat manusia selain tujuan yang bersifat duniawi, yaitu untuk memperoleh
kebahagiaan surgawi.Teori etika teonom dilandasi oleh filsafat risten, yang mengatakan bahwa
karakter moral manusia ditentukan secara hakiki oleh kesesuaian hubungannya dengan kehendak
Allah.Perilaku manusia secara moral dianggap baik jika sepadan dengan kehendak Allah, dan
perilaku manusia dianggap tidak baik bila tidak mengikuti aturan/perintah Allah sebagaimana
dituangkan dalam kitab suci.

72
Sebagaimana teori etika yang memperkenalkan konsep kewajiban tak bersyarat diperlukan untuk
mencapai tujuan tertinggi yang bersifat mutlak. Kelemahan teori etika Kant teletak pada
pengabaian adanya tujuan mutlak, tujuan tertinggi yang harus dicapai umat manusia, walaupun ia
memperkenalkan etika kewajiban mutlak. Moralitas dikatakan bersifat mutlak hanya bila
moralitas itu dikatakan dengan tujuan tertinggi umat manusia.Segala sesuatu yang bersifat
mutlak tidak dapat diperdebatkan dengan pendekatan rasional karena semua yang bersifat mutlak
melampaui tingkat kecerdasan rasional yang dimiliki manusia.

TEORI ETIKA DAN PARADIGMA HAKIKAT MANUSIA

Konsep tentang hakikat alam semesta dan hakikat manusia serta poko-pokok pikiran dari
berbagai macam teori etika yang berkembang. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.       Tampaknya sampai saat ini telah muncul beragam paham atau teori etika dimana masing-
masing teori mempunyai pendukung dan penentang yang cukup berpengaruh.
b.      Munculnya beragam teori etika karena adanya perbedaan paradigma, pola pikir, atau
pemahaman tentang hakikat hidup sebagai manusia.
c.       Hampir semua teori etika yang ada didasarkan atas paradigma tidak utuh tentang hakikat
manusia.
d.      Dilihat dari semua proses evolusi kesadaran diri, semua teori yang ada menjelaskan
tahapan-tahapan moralitas sejalan dengan pertumbuhan tingkat kesadaran diri
seseorang.
e.       Teori-teori yang tampak bagaikan potongan-potongan terpisah dapat dipadukan menjadi
suatu teori tunggal berdasarkan paradigm hakikat manusia secara utuh.
f.       Inti dari etika manusia utuh adalah keseimbangan pada:
         Kepentingan pribadi, kepentingan masyarakat, dan kepentingan tuhan.
         Keseimbangan modal materi (PQ dan IQ), modal social (EQ), dan modal spiritual (SQ).
         Kebahagiaan lahir (duniawi), kesejahteraan masyarakat, dan kebahagiaan batin (Surgawi).
         Keseimbangan antara hak (Individu), dan kewajiaban kepada masyarakat dan Tuhan.

5. Pengaruh Etika Terhadap Kehidupan

Pentingnya peran etika dalam kehidupan sehari-sehari adalah sebagai sarana untuk
berorientasi atau mengenalkan pada setiap individu pada masyarakat. Karena orientasi
merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam bersosialisasi. Bayangkan saja, jika masyarakat
tidak melakukan orientasi, maka tidak akan terbentuk kehidupan tentram dan teratur.

Lalu bagaimana dengan adanya perubahan zaman? Sebenarnya bukan zamannya yang berubah
akan tetapi, manusia sendiri yang telah melakukan perubahan. Akhir-akhir ini perubahan
manusia yang terjadi ditandai dengan maraknya globalisasi kemudian modernisasi dan
westernisasi. Sehingga etika dari negeri barat berkembang di negeri timur, khususnya Indonesia.

Sebagai pemikiran secara kritis, sistematis tentang moralitas, etika diartikan pula sebagai
ilmu. Yakni etika sebenarnya tidak perlu dimiliki oleh setiap orang, walaupun setiap orang
membutuhkan moralitas. Karena yang dihasilkan etika bukanlah kebaikan, melainkan sebuah

73
pemahaman yang lebih mendasar serta kritis tentang apa yang dianggap baik dan buruk secara
moral. Untuk apa pemahamann seperti itu bagi manusia? Seperti yang sudah diketahui bahwa
manusia digambarkan sedang melakukan orientasi.Ada beberapa alasan penting mengapa etika
pada zaman kita semakin diperlukan.

Adanya pluralisme moral

Bukan fiktif belaka bahwa kita hidup dalam zaman yang semakin pluralistik, tidak
terkecuali dalam hal moralitas. Bukti dari pluralisme yang cukup fenomenal dapat dilihat dari
kejadian penyerangan brutal beberapa ormas keagamaan dengan atribut keagamaan di Silang
Monas pada 1 Juni 2008. Keinginan agar pemerintah membubarkan jemaat Ahmadiyah menjadi
hal yang melatarbelakangi peristiwa ini. Opini yang beredar bahwa para aktivis AKKBB atau
Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan membela Ahmadiyah.

Selain itu, keberagaman ras yang tersebar di indonesia menjadikan manusia saling
berkelompok antar ras masing-masing dan akhirnya terpecah belah menjadi kelompok-kelompok
tertentu yang melakukan diskriminasi dan merendahkan kelompok ras yang lainya.

 Munculnya kepedulian etis yang semakin universal


Gejala paling mencolok tentang kepedulian etis adalah Deklarasi Universal tentang Hak-
hak Azasi Manusia, yang diproklamirkan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB)pada 10
Desember 1984. Proklamasi ini pernah diseebut sebagai kejadian etis paling penting dalam abad
ke-20, dan merupakan pernyataan pertama yang diterima secara global karena diakui oleh semua
anggota PBB.

 Hantaman gelombang modernisasi.


Dewasa ini masyarakat hidup dalam masa transformasi yang tanpa tanding. Perubahan
yang terus terjadi seperti sebuah hantaman yang mengenai semua segi kehidupan, yaitu
gelombang modernisasi. Yang dimaksud modernisasi dalam hal ini bukan hanya menyangkut
barang atau alat eletronik yang canggih saja, melainkan juga dalam halcara berpikir yang
berubah secara radikal. Cara berpikir radikal yang semakin berkembang sepertirasionalisme,
individualisme, nasionalisme, sekularisme, materialisme, konsumerisme, pluralismereligius serta
cara berpikir dan pendidikan modern yang telah banyak mengubah lingkungan budaya, sosial
dan rohani masyarakat kita.

 Tawaran berbagi ideologi


Proses perubahan sosial budaya dan moral yang terus menerus terjadi terkadang membuat
bingung bagi banyak orang atau kelompok. Banyak yang merasa kehilangan pegangan. Tidak
tahu harus memilih apa dan berbuat apa. Hal ini menarik beberapa pihak yang tidak
bertanggungjawab memanfaat dengan menawarkan ideologi-ideologi mereka sebagai jawaban
atas kebingungan tadi. Ada banyak orang yang terombang-ambing dan akhirnya mengikuti
tawaran atas daya tarik mereka pribadi.

 Tantangan bagi agamawan


Etika juga diperlukan oleh para agamawan untuk tidak menutup diri terhadap persoalan-
persoalan praktis kehidupan umat manusia. Di satupihak agama menemukan dasar kemantapan
mereka dalam iman kepercayaan mereka, namun sekaligus diharapkan juga mau berpartisipasi

74
tanpa takut-takut dan menutup diri dalam semua dimensi kehidupan masyarakat yang sedang
mengalami perubahan hampir disegala bidang. Walau etika tidak dapat menggantikan agama,
namunetika tidaklah bertentangan dengan agama, bahkan agama memerlukan etika.

 Hubungan antara etika dan agama


Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa etika dan agama adalah dua hal yang
tidak harus dipertentangan. Antara etika dan agama adalah dua hal yang saling
membutuhkan.Hubungan etika dan agama akan membuat keseimbangan, dimana agama bisa
membantu etika untuk tidak bertindakhanya berdasarkan rasio dan melupakan kepekaan rasa
dalam diri manusia, pun etika dapat membantu agama untuk melihat secara kritis dan rasional
tindakan –tindakan moral.

Dalam pandangan Magnis Suseno, etika adalah usaha manusia untuk memakai akal budi
dan daya fikirnya untuk menyelesaikan masalah bagaimana ia harus hidup kalau ia mau menjadi
baik, itulah sebabnya mengapa justru kaum agama diharapkan betul-betul memakai rasio dan
metode-metode etika. Kita dapat mengatakan bahwa etika, secara filosofis menjadi hal yang
sangat penting dalam kehidupan agama-agama, khususnya bagi negara-negara yang majemuk
seperti Indonesia. Etika secara rasional membantu kita mampu untuk memahami dan secara
kritis melihat tindakan moral agama tertentu.

Hubungan etika dengan hukum

Konsep etika dan hukum adalah suatu ide untuk menggolongkan nilai-nilai dan moral
yang menyangkut masalah dan disiplin pribadi, di sertai aturan guna membatasi tingkah laku
manusia agar dapat terkontrol. Jadi, hukum dan etika memiliki kesamaan sebagai nilai-nilai
moral yang menyangkut masalah pribadi. Bedanya terdapat bahwa etika merupakan pemahaman
mengenai baik buruknya tingkah manusia sedangkan hukum merupakan aturan yang membatasi
tingkah laku manusia.

 Upaya untuk menerapkan etika dalam kehidupan sehari-hari


Adapun upaya yang perlu dilakukan untuk menerapkan etika dalam kehidupan sehari-
hari, yaitu dengan memegang teguh pendirian adat ketimuran yang sudah ada sejak dulu atau
tetap menggunakan kebiasan pendahulu kalaupun ada pengaruh dari kemajuan zaman, maka
manusia hanya perlu mengkajinya, mana yang baik dan sesuai dengan kultur yang ada, bersikap
kritis terhadap perubahan serta tidak mudah terpengaruh ideologi yang tidak sesuai dengan
ideologi pancasila, maksud bersikap kritis disini bukan seenaknya menolak atau menerima ide-
ide baru, melainkan melakukan penilaian kritis serta objektif untuk memahami sejauh mana ide-
ide tersebut dapat diterima dan dengan tegas ditolak, dan memiliki prinsip yang kuat bahwa
dalam beretika tetap menggunakan agama sebagai landasannya karena pada dasarnya etika
sendiri membutuhkan agama agar manusia tidak mengabaikan kepekaan rasa.

6. Menyikapi pelanggaran etika terhadap moral

Etika dan moral tidak terlepas dari tatanan kehidupan sosial bermasyarakat, dalam hal
persahabatan, hubungan orang tua, saudara, serta hubungan berbangsa dan bernegara. Sejatinya

75
“etika moral” bukan suatu kata yang memiliki satu arti. “Etika Moral” berasal dari
penggabungan dua kata yang berbeda, yaitu etika dan moral. Keduanya pun memiliki arti yang
berbeda. Untuk lebih jelasnya, kita perhatikan pendapat dari Robert Kreitner dan Angelo Kinicki
(2010) bahwa:
Etika tidak terlepas dari pilihan-pilihan dan isu-isu moral yang berkaitan dengan kaidah
benar versus salah, baik versus buruk. Implikasi etika dan moral banyak muncul disetiap kondisi
baik masyarakat dan dunia pekerjaan. Jadi etika merupakan standar moral perilaku benar dan
salah. Etika seseorang tercermin dalam perilaku menyikapi lingkungan sesuai dengan norma
masyarakat yang berlaku.
Moral dan etika selalu menjadi bajan pembicaraan akhir-akhir ini, pendapat dari Colquitt,
Lepine dan Wesson (2011) “ethics reflects the the degree to which the behaviors of an authority
are in accordance with generally accepted moral norms”. Dalam hal ini etika merefleksikan
perilaku dari individu seseorang sesuai dengan moral dan standar norma yang berlaku. Pada
dasarnya seseorang bertanggungjawan atas perilaku sosial di masyarakat yang seharusnya
dilandasi oleh moral yang berlaku di masyarakat. Jadi selalu ada kendali moral terhadap setiap
perilaku dan sikap seseorang di lingkungnan sosial.
Etika dapat dipertimbangkan sebagai suatu batasan yang diterima terhadap suatu nilai
moral dan dilandasi dengan kepercayaan, tanggung jawab dan integritas yang menjadi bagian
dari sistem nilai sosial masyarakatl.
Dalam dunia kerja, standar etika berbeda dari nilai dasar dari satu organisasi dengan
organisasi lain. Standar etika dapat menjadi acuan yang benar bagi organisasi yang serius ingin
membangun. Standar etika dapat menjadi nilai dan kepercayaan bagi organisasi lain serta sebagai
pedoman bagi perilaku anggota organisasi. Standar etika merupakan tanggung jawab dari
pimpinan manajemen untuk melihat bahwa standar ini akan menentukan nilai benar atau nilai
salah. Nilai etika ditentukan melakukan sesuatu yang benar. Dalam suatu organisasi perusahaan,
maka perilaku karyawan, pelanggan serta pimpinan akan ditentukan oleh nilai etika sebagai
suatu integritas. Hasil

Dalam organisasi, etika dan moral tidak bisa dilepaskan, seperti dikatakan oleh John W
Newstrom (2007), “ethic is the use of moral principles an values to affect the behavior of
individuals and organizations with regard to choice between what is right and wrong” Jadi
pernyataan tersebut mengandung makna bahwa perilaku individu dalam organisasi
mengutamakan prinsip moral yang berkaitan dengan etika dalam melaksanakan pekerjaan.
Berkaitan dengan etika dan moral dalam bekerja, beberapa pakar berpendapat bahwa etika dalam
bekerja merupakan sikap yang diambil berdasarkan tanggung jawab moralnya yaitu: (1) kerja
keras, (2) efisiensi, (3) kerajinan, (4) tepat waktu, (5) prestasi, (6) energetik, (7) kerja sama, (8)
jujur, (9) loyal. Etika moral seseorang yang jelas menggambarkan hal-hal yang bersifat normatif
sebagai sikap kehendak yang dituntut agar dikembangkan.
Dalam hal ini, tanggungjawab merupakan salah satu komponen dalam etika kerja seseorang
dalam melakukan pekerjaan. Melalui tanggungjawab, seseorang memiliki kesadaran moral untuk
melaksanakan pekerjaan dengan baik dan benar. Salah satu bentuk tanggungjawab seseorang
dalam pelaksanaan etika kerja, selain pada diri sendiri juga pada kelompok atau organisasi
dimana dia bekerja.

76
Krisis ini terjadi karena sendi-sendi beretika sosial dan menjaga nilai-nilai agama sudah
dilupakan. Jika kita membandingkan beberapa penggalan masa yang berlangsung, ada beberapa
kesenjangan yang terjadi. Khususnya menyangkut etika sosial dan nilai-nilai moral yang dahulu
kala merupakan kebanggaan bangsa ini. Sekarang, baik suka ataupun tidak suka, kita harus
mengakui bahwa telah terjadi pergeseran dalam etika dan moral itu. Keduanya tidak lagi menjadi
kebangaan.

Indikasinya runtuhnya nilai dan moralitas ini gampang saja. Karena perilaku tawuran dari
mulai pelajar, mahasiswa, rakyat jelata sampai para wakil rakyat sudah jadi pemandangan sehari-
hari. Perilaku yang menyedihkan ini sepertinya bahkan telah melampaui hukum adat dan budaya.
Tidak ada lagi rasa pengagungan terhadap sikap menghargai orang yang lebih dewasa. Maka
tanda bagi cacat etika itu sesungguhnya benar terjadi.           

Ketika membahas masalah ini, serta merta telunjuk akan mengarah kepada sistem
demokrasi yang telah menjadi idola di negeri ini. Bahkan ada yang percaya bahwa sistem
demokrasi inilah yang menjadi biang matinya sebagian nilai-nilai dan budaya, terutama
menyangkut moralitas di kalangan anak bangsa.

Demokrasi yang dipercaya sebagai sistem yang paling tepat dalam mengatur pola
kehidupan sosial masyarakat modern, di sisi lain memiliki celah yang menganga lebar bagi
penyebab pergeseran budaya dan nilai-nilai itu. Karena meski difahami bahwa tidak semua
budaya yang datang dari belahan dunia Barat bisa diterapkan di negara, tapi kita seolah tak
mampu menghadang deras masuknya aneka budaya asing yang di awalnya terasa tidak cocok,
namun perlahan namun pasti bisa diterima dan bahkan mengakar.     Padahal, sebagai sebuah
negeri, Indonesia memiliki ratusan suku dengan etika sosial dan adat yang sudah berlaku dari
generasi ke generasi. Namun sayangnya negeri ini telah secara umum menunjukkan gejala
kecacatan tersebut. Hal itu dapat kita lihat dari runtuhnya otoritas orang tua dan guru sebagai
pengamat dan penjaga etika sosial dan moral di tengah-tengah masyarakat.
Tidak ada lagi kepedulian kepada generasi muda dalam hal beragama dan berbudaya
sesuai tuntutan budaya setempat. Ini dibuktikan dengan makin maraknya pelanggaran etika sosial
bahkan jatuhnya moralitas para generasi tanpa bisa dicegah oleh guru dan orang tua. Akhirnya
mari kita cegah tindakan perilaku generasi dari kecacatan etika sosial dan moralitas yang tidak
sesuai dengan budaya kita, seingga akan tercipta masyarakat yang saling menjaga dan
menghargai sesamanya.

77
6. Bagaimana sistematika etika?

Etika secara umum dapat dibagi menjadi 2 kategori:

3) Etika umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak

secara etis, mengambil keputusan secara etis serta tolak ukur dalam menilai baik

buruknya suatu tindakan.

4) Etika khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang

kehidupan yang khusus. Penerapan seperti “bagaiman saya mengambil keputusan dan

bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang lakukan yang didasari olah

cara, teori dan prinsip moral dasar”

Etika individual, menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri

Etika sosial, berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota

manusia  

Etika Deskriptif

Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya: adat kebiasaan,
anggapan-anggapan tentang baik dan buruk tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau tidak
diperbolehkan. Etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu-individu
tertentu,dalam kebudayaan atau subkultur tertentu,dalam suatu periode sejarah,dan sebagainya.
Karena etika deskriptif hanya melukiskan,tidak member penilaian. Misalnya ia melukiskan adat
mengayau kepala yang ditemukan dalam masyarakat yang disebut primitif, tapi ia tidak
mengatakan bahwa adat semacam itu dapat diterima atau harus ditolak.

Sekarang ini etika deskriptif dijalankan oleh ilmu-ilmu sosial: antropologi budaya,
psikologi, sosiologi, sejarah dan sebagainya, meskipun mereka tidak pernah akan memakai
istilah etika “deskriptif”. Studi-studi termasyhur tentang perkembangan kesadaran moral dalam
hidup seorang manusia oleh psikolog Swiss Jean Piaget (1896-1980) dan psikolog Amerika
Laurence Kohlberg (1927-1988) merupakan contoh bagus mengenai etika deskriptif ini. Karena
itu dapat dimengerti bahwa etike deskriptif ini sebetulnya termasuk ilmu pengetahuan empiris
dan bukan filsafat.

Etika Normatif

78
Etika normatif merupakan bagian terpenting dari etika dan bidang dimana berlangsung
diskusi-diskusi yang paling menarik tentang masalah-masalah moral. Disini ahli bersangkutan
tidak bertindak sebagai penonton netral, seperti halnya dalam etika deskriptif, tapi ia melibatkan
diri dengan mengemukakan penilaian tentang perilaku manusia. Ia tidak lagi melukiskan adat
mengayau yang pernah terdapat dalam kebudayaan-kebudayaan di masa lampau, tapi ia menolak
adat itu, karena dinilai bertentangan dengan martabat manusia.
Ia tidak lagi membatasi diri dengan memandang fungsi prostitusi dalam suatu masyarakat, tapi
menolak prostitusi sebagai suatu lembaga yang melanggar martabat, biarpun dalam praktik
belum tentu diberantas sampai tuntas. Tentu saja, etika deskriptif dapat juga berbicara tentang
norma-norma, misalnya bila ia membahas tabu-tabu yang terdapat dalam suatu masyarakat
primitif. Hal yang sama bisa dirumuskan juga dengan mengatakan bahwa etika normatif itu tidak
deskriptif melainkan preskriptif (memerintahkan), tidak melukiskan melainkan menetukan benar
atau tidaknya tingkah laku atau anggapan moral. Secara singkat dapat dikatakan etika normatif
bertujuan merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat dipertanggung jawabkan dengan cara
rasional dan dapat digunakan dalam praktik. Etika normatif dapat dibagi lebih lanjut dalam etika
umum dan etika khusus.

1. Etika umum
Etika yang membahas berbagai hal yang berhubungan dengan kondisi manusia untuk
bertindak etis dalam mengambil kebijakan berdasarkan teori-teori dan prinsip-prinsip moral.
Memandang tema-tema umum seperti apa itu norma etis? jika ada banyak norma etis, bagaimana
hubungannya satu sama lain.

2. Etika khusus
Merupakan  penerapan  prinsip-prinsip  moral  dasar  dalam  bidang kehidupan  yang 
khusus.  Penerapan  ini  bisa berwujud : Bagaimana  saya  mengambil keputusan  dan  bertindak 
dalam  bidang  kehidupan  dan  kegiatan  khusus  yang  saya lakukan,  yang  didasari  oleh  cara, 
teori  dan  prinsip-prinsip  moral  dasar.    Namun, penerapan itu dapat juga berwujud:
Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan
khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis: cara
bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau tidanakan, dan teori serta prinsip moral
dasar yang ada dibaliknya. Berusaha menerapkan prinsip-prinsip etis yang umum atas wilayah
perilaku manusia yang khusus. 

Etika Khusus dibagi lagi menjadi dua bagian:


5. Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya
sendiri.
6. Etika  sosial,  yaitu  berbicara  mengenai  kewajiban,  sikap  dan  pola  perilaku 
manusia sebagai anggota umat manusia.

Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat dipisahkan satu
sama lain dengan tajam, karena kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan sebagai anggota
umat manusia saling berkaitan. 

79
Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara langsung maupun
secara  kelembagaan  (keluarga,  masyarakat,  negara) sikap kritis  terhadap pandangan-
pandangana  dunia  dan  idiologi-idiologi maupun tanggung jawab terhadap lingkungan hidup. 

3. Etika Profesi
Merupakan etika khusus yang dikhususkan pada profesi tertentu, misalnya etika
kedokteran, etika Rumah Sakit, Etika Kebidanan, Etika Keperawatan, dan lain-lain. Kode etik
suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi yang
bersangkutan di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk bagi anggota profesi tentang
bagaimana mereka harus menjalankan profesinya, dan larangan-larangan, termasuk ketentuan-
ketentuan apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak
hanya dalam menjalankan tugas profesinya, melainkan berkaitan juga dengan tingkah lakunya
secara umum dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat.  Guna etika adalah memberi arah bagi
perilaku manusia tentang apa yang baik atau buruk, apa yang benar atau salah, hak dan
kewajiban moral(akhlak), apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan.

Metaetika
Metaetika adalah ucapan-ucapan kita dibidang moralitas atau bahasa yang diucapkan
dibidang  moral. Metaetika mengenai status moral ucapan dan bahasa yang digunakan dalam
batasan baik, buruk atau bahagia. Cara lain lagi untuk mempraktikan etika sebagai ilmu adalah
metaetika. Awalan meta (dari bahasa Yunani) mempunyai arti melebihi melampaui. Metaetika
seolah-olah bergerak pada tarap lebih tinggi daripada perilaku etis, yaitu pada tarap “bahasa etis”
atau bahasa yang kita gunakan dibidang moral. Dapat dikatakan juga bahwa metaetika
mempelajari logika khusus dari ucapan-ucapan etis.

Dipandang dari segi tata bahasa rupanya kalimat-kalimat etis tidak berbeda dari kalimat-
kalimat jenis lain (khusunya kalimat-kalimat yang mengungkapkan fakta). Metaetika ini
termasuk “filsafat analitis”, suatu alihan penting dalam filsafat ke 20. Aliran ini mulai
berkembang di Inggris pada wasl abad ke 20 dan George Moore yang disebut adalah salah satu
seorang pelopor. Dari Inggris filsafat analitas meluas ke berbagai Negara lain tapi di Negara-
negara berbahasa Inggris (seperti Amerika Serikat dan Australia) posisinya selalu paling kuat.
Karena terkait dengan filsafat analitis ini,metaetika kadang-kadang juga disebut “etika
analitis”.bbj

80
BAB V

A. ETIKA DALAM LINGKUNGAN MASYARAKAT

 ETIKA KETIKA BERADA DI WARNET


Seperti pada gambar diatas kita melihat beberapa siswa SMA yang mempunyai etika
yang buruk yang berada ditempat tersebut,mereka tidak pulang kerumah masing masing
terlebih dahulu tetapi mereka pergi ke warnet dengan menggunakan seragam mereka
tanpa menggantinya dengan pakaian biasa dirumah mereka masing masing.

 TIDAK MENGENAL WAKTU


Mereka ketika bermain internet ataupun game selalu tidak mengenal waktu,sehingga
mereka lupa akan kewajiban mereka sebagai siswa SMA yang mempunyai tugas dirumah
maupun PR di sekolah,dan hal ini merupakan etika yang buruk untuk seorang siswa
SMA.

81
 ETIKA KETIKA BERMAIN DENGAN TEMAN
Ketika bermain haruslah memiliki aturan terlebih lagi etika, dalam hal ini dapat kita lihat
pada gambar diatas mereka bermain dengan tertib dan menggunakan etika dengan baik.

 TEMPAT KETIKA BERMAIN


Hal ini dapat disimpulkan bahwa siswi SD tersebut tidak bermain ditempat yang
semestinya, seharusnya mereka bermain ditempat yang biasa digunakan untuk bermain
sehingga mereka tidak memperhatikan bahwa tempat yang mereka pilih untuk bermain
itu adalah salah yang mana mereka bermain didepan pintu kelas yang mengakibatkan
siswa yang lain kesulitan untuk keluar masuk kelas bahkan permainan mereka juga
terganggu dengan aktivitas tersebut.

Dari gambar terlihat beberapa anak-anak sekolah dasar sedang duduk di teras depan
kelasnya di jam istirahat, dan anak anak tersebut sedang bermain bersama-sama dengan
temannya ,di gambar tersebut terdapat beberapa sepatu di teras kelas tidak tersusun dengan rapi
dan ada juga murid yang menggunakan sepatu ada yang tidak, seharusnya seorang murid harus
menggunakan sepatu dan tidak boleh melepasnya karena bagaimana ketika kita pergi dengan
keadaan rapi maka begitu juga pada keadaan pulang, tetapi itu mungkin hal demikian merupakan
kebijakan masing-masing sekolah,jika ada peraturannya untuk melepas sepatu ketika berada
dikelas maka harus di ikuti oleh seluruh murid. Selain daripada itu hubungan sesama murid
terjalin baik dan tidak adanya pertengkaran, kompak dan tidak saling menghindari.

82
 ETIKA KETIKA MEMASUKI AREAL POSYANDU
Etika yang harus dilakukan iyalah berpakaian yang sopan tidak memakai pakaian yang
tidak semestinya di area tersebut,ketika hendak bertanya kepada petugas posyandu
dengan menggunakan bahasa yang sopan dan lebih baik untuk tidak mengeluarkan suara
yang terlalu keras sehingga dapat mengganggu orang disekitar terlebih lagi pada anak
kecil atau bayi yang berada di area posyandu.

 ETIKA KETIKA BERKUMPUL


Berkumpul merupakan suatu aktivitas yang sering dilakukan oleh masyarakat dengan
tujuan yang berbeda beda,ada yang hanya sekedar mengobrol, berkumpul dengan teman,
atau sedang membicarakan hal hal tertentu. Seperti pada gambar diatas kita dapat melihat
terdapat beberapa ibu yang berkumpun di posyandu,hal ini tak terlepas dari etika pada
saat berkumpul hal ini sangatlah wajib diterapkan sebagai cerminan pada diri seseorang
bahwa dia merupakan orang yang sopan,menggunakan bahasa yang sopan,pembicaraan
yang baik dan tidak menyinggung perasaan satu dengan yang lain.

83
Perlu diketahui bahwa kegiatan seperti mengadakan kegiatan rutin kesehatan posyandu
(pos pelayanan terpadu) merupakan kegiatan pelayanan para pasien dengan kosep bermasyarakat
dan terjun langsung kelapangan dengan tindakan yang baik dan terprosedur. Dengan adanya
pelayanan seperti ini maka akan meringankan beban bagi para masyarakat untuk memberikan
layanan kesehatan untuk para anak-anaknya yang masih bayi dan sangat memerlukan asupan
yang baik. Adapun sikap/etika yang didapati dari kegiatan seperti ini adalah memberikan
dampak bahagia bagi para masyarakat khususnya bagi para ibu. Dan satu hal lagi yang penting
diterapkan yaitu, ketika memberikan pelayanan kesehatan hendaknya memberikan sikap yang
ramah dan santun. Mengenai obat-obatan hendaknya dicek atau diperiksa dahulu kelayakan
pakainya ketika hendak akan menyutik atau memberi obat kepada pasien.

ETIKA KETIKA BERKUMPUL DENGAN TEMAN DILINGKUNGAN SEKOLAH

 ETIKA KETIKA BERADA DIRUANG LINGKUP PERGAULAN


Berkumpul dengan teman sering dilakukan oleh siswa sekolah,dan dilingkungan
masyarakat seperti pada gambar siswa SD berikut yang sedang berkumpu dengan teman
sebaya, etika yang harus dilakukan ialah tidak berkelahi, berbicara kotor, saling ejek
mengejek yang terlebih lagi selalu mengutamakan sopan santu terhadap teman
sepermainan.

84
ETIKA SAAT BERPAMITAN DENGA ORANG TUA

 MENGUCAPKAN SALAM KEPADA ORANG TUA


Sebelum pergi kesekolah sepatutnya mangucapkan salam ataupun berpamitan dengan
orang tua seperti gambar diatas siswi SD yang berpamitan dengan orang tuanya ketika ia
hendak memasuki ruang kelas hal ini patut dicontoh kepada anak yang lain karena anak
terebut memiliki etika yang baik kepada orang tuanya.

 MENCIUM TANGAN ORANG TUA


Mencium tangan orang tua ketika hendak masuk kelas merupakan suatu etika yang baik
hal ini salah satu etika yang wajib diterapkan oleh setiap anak ketika hendak pergi
kemanapun.

85
ETIKA PADA SAAT MENAIKI KENDARAAN BERMOTOR

 MENGGUNAKAN HELM
Seperti gambar diatas para orang tua tidak menggunakan perlengkapan berkendara
terutama helm,hal ini dapat kita lihat bahwa orang tua mempunyai etika berkendara yang
buruk yang dapat membahayakan diri dan anak mereka.

 MENAATI PERATURAN YANG ADA DI LINGKUNGAN SEKOLAH


Menaati peraturan yang ada disekolah misalnya parkir ditempat yang disediakan, tidak
berisik, tempat tunggu khusus yang diperentukan untuk orang tua yang menunggu
anaknya yang pulang sekolah.

86
ETIKA BERPAKAIAN SERAGAM SEKOLAH

 BERPAKAIAN RAPI
Seperti gambar yang diatas kita dapat melihat bahwa seorang siswi SD yang berpakaian
rapi dan bersih hal ini dapat kita simpulkan anak tersebut memiliki etika yang baik dari
segi cara berpakaian seragam sekolah

 BERPAKAIAN LENGKAP
Sisiwi tersebut kita dapat melihat gambar diatas berpakaian yang rapid an bersih tetapi
memiliki kekurangan yaitu ketidaklengkapan atribut yang ia kenakan seperti tali
pinggang anak tersebut tidak memakainya ntah sengaja ataupun tidak tetap kurang sedap
dipandang mata.

87
ETIKA KETIKA BERADA DIJALAN RAYA

 MEMAKAI PERLENGKAPAN KESELAMATAN


Pada gambar diatas terlihat seorang pemuda yang sedang duduk dikendaraannya ia
terlihat tidak memakai helm pada saat berkendara hal ini kita ketahui sendiri dapat
berakibat sangat fatar terhadap keselamatannya dan merugikan orang lain

 PARKIR DITEMPAT YANG SEMESTINYA


Seorang pemuda yang ada pada gambar diatas memarkirkan kendaraannya dibahu jalan,
hal ini tidak dapat dibenarkan karena bahu jalan diperentukan bukan untuk lahan parkir
tindakan tersebut dapat menimbulkan kemacetan serta penyempitan ruas jalan.

88
Pelanggaran selalu sering dijumpai di sekitar jalanan yang kita biasa lewati. Misalnya
saja yang terlihat pada gambar diatas, terdapat beberapa mobil pribadi memarkirkan
kendaraannya disembarang termpat. Terlebih lagi kawasan tersebut merupakan kawasan yang
dilarang parkir. Itu terlihat jelas oleh plang rambu-rambu lalu lintas yang terpasang sangat jelas
di tepian jalan.
Meskipun begitu masih sangat banyak para pengguna jalan yang tak jarang selalu berusaha
melanggar peraturan lalu lintas. Ini dikarenakan masih minimnya kesadaran bagi pengemudi atau
pemilik kendaraan akan pentingnya arti dari rambu-rambu lalu lintas yang memang sengaja
dibuat oleh polisi satuan lalu lintas ataupun dinas perhubungan. Agar tidak terjadinya kemacetan
dan meminimalisir terjadinya kecelakaan bagi sesama pengendara baik mobil ataupun motor dan
transportasi publik lainnya.

Dari gambar tersebut didapati bahwa etika yang berkaitan dengan pengguna jalanan
yaitu, masih tidak ada keinginan untuk mematuhi peraturan yang ada, serta menganggap bahwa
apabila ia memarkirkan sembarangan kendaraannya tidak akan diketahui oleh satlantas atau
pihak gabungan lainnya yang biasa berjaga di jalan baik razia gabungan atau lainnya yang
berkaitan dengan bentuk pelanggaran lalu lintas oleh banyak pengguna jalan dengan berbagai
jenis kendaraan.

Selain daripada itu, terkait peraturan lalu lintas juga telah diatur dalam undang-undang,
jadi setiap pelanggar akan mendapatkan dan dikenai sanksi berupa pinada dan perdata atau denda
maksimal dan minimal, tergantug tingkat langgarannya.

89
Hal yang terlihat pada gambar diatas juga merupakan salah satu momok utama
terciptanya angka kecelakaan lalu lintas yang semakin meningkat. Terlihat jelas ketika banyak
ditemui para pengendara sepeda motor dengan tanpa memerdulikan keselamatannya sendiri
sedang menggunakan handphone untuk menerima telfon ataupun sering sekali kita jumpai juga
seorang pengendara membawa kendaraan sambil bermain handphone ataupun itu juga berlaku
bagi penumpang yang dia bawa, juga duduk sambil memainkan handphonenya tanpa
memerdulika keselamatan nyawanya.

Hal ini juga merupakan pelaggaran etika di jalanan, karena hal yang demikian dapat
mengganggu pengendara lain juga dapat mengancam keselamatan bagi pelaku itu sendiri.
Pasalnya hal yang sesederhana itu terus dilakukan tanpa adanya pemberhentian terhadap budaya
yang kian mengakar tanpa henti.
Hal ini juga dapat terlihat dari masa sekarang ini yaitu manusia cenderung sangat sulit untuk
dapat melepas handphone dari genggaman dan pandangannya. Dan inilah yang menjadi masalah
baru bagi kita semua terutama bagi seorang yang sudah sangat sulit untuk mengurangi yang yang
demikian.

90
ETIKA KETIKA DI PASAR

 Ketika di pasar,etika pembeli kepada pedagang,pembeli menawar dengan harga


yang sewajarnya
 Para pembeli tidak saling dorong mendorong saat membeli dan saling menghargai
satu sama lain
 Pedagang mendagangkan dagangannya dengan ramah menawarkan kepada
pembeli

91
ETIKA KETIKA BERADA DI SEKOLAH

92
 Di sekolah SMPN 22 Medan,anak-anaknya kurang beretika,ngomong
kotor.marah marah gak jelas ketika saya mengambil gambar
 Tidak mematuhi peraturan dengan memakai atribut lengkap,padahal
masih di area sekolah tapi atributnya udah di lepas
 Saat tidak ada guru,malah recok tidak tertib

93
BAB VI

PENUTUP

6.1 KESIMPULAN

Etika merupakan sesuatu yang mempelajari perilaku manusia yang bersifat baik dan
buruk. Etika juga berbicara mangenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia
dalam hidupnya, system nilai ini dapat berupa ajaran, nasehat, perintah, dan sesuatu yang
diwariskan secara turun temurun melalui agama, kebudayaan, dan bagaimana manusia harus
hidup secara baik agar menjadi manusia yang baik, yakni dalam pergaulan dan lain sebagainya.

Karena dalam etika mengajarkan agar saling menghormati dalam bergaul yakni kepada
orang tua sendiri, orang tua yang lain. Etika juga mengajarkan sikap sopan santun dalam bergaul
sesama manusia karena hal tersebut akan membuat hidup tentram dan nyaman.

Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang
menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi
maupun kelompok.

Dalam kaitannya dengan nilai dan norma, kita menemukan 2 macam etika, yaitu etika
deskriptif dan etika normatif. Adapun sistematika etika juga di bagi menjadi 2 kategori, yaitu
etika umum dan etika khusus.

6.2. SARAN

Etika adalah sesuatu yang diperlukan dalam kehidupan di samping agama. Oleh karena itu
diharapkan setelah mempelajari etika dapat membentuk etika yang baik dalam diri seseorang
baik itu selaku mahasiswa dan masyarakat.

Dalam pergaulan sehari-hari di kita dituntut memiliki etika yang baik agar dapat hidup
berdampingan secara damai dan harmonis dengan orang lain yang memiliki adat, budaya, suku,
ras, agama dan keyakinan yang berbeda dengan kita.

94
DAFTAR PUSTAKA

Salam Baharuddin, 1997 ETIKA SOSIAL Asas Moral Dalam Kehidupan Manusia. PT RINEKA
CIPTA, Jakarta

Robert C. Solomon, 1984. Etika: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga

http://jenjitpuriningtias.wordpress.com/2013/09/10/dunia-pergaulan-dan-etika-dalam-pergaulan/ 
(diambil Rabu,26-03-2014 jam 13:55)

www.bimbingan.org/pentingnya-etika-dalam-kehidupan-masyarakat.html (diambil, Rabu, 26-


03-2014. jam 14:02 )

affand.abatasa.co.id/post/detail/254.html (diambil Sabtu, 30-03-2014)

http://sibage.blogspot.co.id/2013/04/makalah-tentang-etika.html

95

Anda mungkin juga menyukai