Anda di halaman 1dari 4

NAMA: MOHD.

ALDIRWANSYAH PUTRA
NPM: 192040161 KELAS: D
MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA
DOSEN: TEDY HERIYADI, S.PD., M.PD.
SEMESTER: GENAP
HARI: JUMAT, 27 MARET 2020

JAWABAN:

1. A. Karena bahasa Indonesia adalah salah satu kemampuan berbahasa yang harus
disempurnakan oleh siapa pun terutama masyarakat Indonesia sendiri. Karena
itulah pada jenjang perguruan tinggi juga harus mempelajari bahasa Indonesia.
Sebab, menamatkan ilmu ilmu bahasa dalam bahasa Indonesia bahkan tidak cukup
pada saat perkuliahan saja, apalagi hanya sebatas pendidikan dasar seperti sma.
Maka dari itu bahasa Indonesia menjadi sangat penting untuk dipelajari sampai
kapan pun, dan menjadi indikasi sejauh mana tingkat pendidikan seseorang.
B. Kata arbitrer mengandung arti manasuka. Tetapi istilah arbitrer disini adalah
tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi)
dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut (Chaer
1994:45). Yang dimaksud dengan arbitrer adalah tidak adanya hubungan langsung
yang bersifat wajib antara lambang dengan yang dilambangkannya. Dengan kata
lain, hubungan antara bahasa dan wujud bendanya hanya didasarkan pada
kesepakatan antara penurut bahasa di dalam masyarakat bahasa yang bersangkutan.
Misalnya, lambang bahasa yang berwujud bunyi kuda dengan rujukannya yaitu
seekor binatang berkaki empat yang biasa dikendarai, tidak ada hubungannya sama
sekali, tidak ada ciri alamiahnya sedikit pun.

Konvensional dapat diartikan sebagai satu pandangan atau anggapan bahwa kata-
kata sebagai penanda tidak memiliki hubungan instrinsik atau inhern dengan objek,
tetapi berdasarkan kebiasaan, kesepakatan atau persetujuan masyarakat yang
didahului pembentukan secara arbitrer. Tahapan awal adalah manasuka/ arbitrer,
hasilnya disepakati/ dikonvensikan, sehingga menjadi konsep yang terbagi bersama
(socially shared concept).
Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkannya bersifat
arbiter, tetapi penerimaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu yang
bersifat konfensional. Artinya semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi
konfensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang
diwakilinya. Jadi kalau kearbiteran bahasa pada hubungan antara lambanag-
lamabang bunyi dengan konsep yang dilambangkannya, maka kekonfensionalan
bahasa terletak pada kepatuhan para penutur bahasa untuk menggunakan lambang
itu sesuai dengan konsep yang dilambangkannya.

2. A. Bahasa Nasional

1.Bahasa Indonesia sebagai Identitas Nasional.

2. Bahasa Indonesia sebagai Kebanggaan Bangsa.

3. Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi.

4. Bahasa Indonesia sebagai Alat pemersatu Bangsa yang berbeda Suku, Agama,
ras, adat istiadat dan Budaya.

B. Bahasa Negara

1.Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan.

2.Bahasa Indonesia sebagai alat pengantar dalam dunia pendidikan.

3.Bahasa Indonesia sebagai penghubung pada tingkat Nasional untuk kepentingan


perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah,

4.Bahasa Indonesia Sebagai pengembangan kebudayaan Nasional, Ilmu dan


Teknologi.
3. A. ke pasar – di pasar
Ketarik – ditarik
Ketimbang – ditimbang
Ke lemari – di lemari
Ke tangan – di tangan
B. Makna orangtua belum tentu orang tua , karena makna orangtua berkaitan
dengan status dan bukan dengan usia (lansia) dari orang bersangkutan
adapun orang tua berkaitan dengan usia.
C. Hak dan malang
Hak mereka sudah diambil penguasa
Sepatu tersebut menggunakan hak yang sangat tinggi
Di kota Malang terdapat wisata yang indah
Sangat malang nasib anak itu

4. Beri sakit tulis bor asing jual edar kirim gambar sebar
Memberi, pemberi, diberi, memberikan, pemberian.
Menyakiti, penyakit, menyakitkan, penyakitan, tersakit.
Menulis, penulis, ditulis, menuliskan, penulisan, tertulis.
Member, pembor, dibor, memborkan, pemboran.
Pengasing, diasing, mengasingkan, pengasingan, terasing.
Menjual, penjual, dijual, menjualkan, penjualan, terjual.
Mengedar, pengedar, diedar, mengedarkan, pengedaran, teredar.
Mengirim, pengirim, dikirim, mengirimkan, pengiriman, terkirim.
Menggambar, penggambar, digambar, menggambarkan, penggambaran, digambar.
Menyebar, penyebar, disebar, menyebarkan, penyebaran, disebar.
5. Faisal Oddang lahir di Wajo pada 18 september 1994, adalah penulis asal
Sulawesi Selatan. Ia menulis puisi, cerpen, dan novel. Sebagian besar karya yang
di tulisnya bertema tentang tradisi dan adat istiadat di Sulawesi. Karya-karya dari
alumni jurusan sastra indonesia di Universitas Hasanuddin ini pernah mendapatkan
beberapa penghargaan, di antaranya penghargaan cerpen terbaik Kompas tahun
2014 atas cerpennya berjudul Di Tubuh Tarra Dalam Rahim Pohon. Pada tahun
yang sama, ia juga mendapatkan penghargaan Asean Young Writers Award 2014
dari pemerintah Thailand. Pada tahun 2016, Faisal mengikuti residensi penulis di
Belanda dengan dukungan Komite Buku Nasional. Selain itu, ia juga diundang
menghadiri International Writing Program 2018 di Iowa City (Amerika Serikat),
dan pada tahun yang sama menerima Robert Bosch Stiftung and Literariches
Colloquium Berlin Grants 2018.

Anda mungkin juga menyukai