BAB II
PERENCANAAN
1. L AT AR B E L AK AN G .
2. P E R AT U R AN P E R J AL AN AN
Untuk setiap kereta api selalu ditetapkan dalam salah satu peraturan
perjalanan, yang dimaksud dengan kereta api secara umum adalah suatu
bakal pelanting yang memiliki tenaga penggerak baik membawa rangkaian
atau tidak yang dijalankan dalam urusan perjalanan kereta api.
a. Perjalanan kereta api dapat ditetapkan dengan :
1) Grafik Perjalanan Kereta api (GAPEKA).
GAPEKA pada dasarnya tidak ada kurun waktu masa berla-
kunya, selama GAPEKA tersebut masih layak untuk dijadikan se-
bagai peraturan perjalanan, menurut KEPMEN 22 tgl 25 April 2003,
GAPEKA diganti setahun sekali..
2) Maklumat Perjalanan Kereta api (Malka).
Perjalanan kereta api yang ditetapkan dengan maklumat per-
jalanan kereta api (Malka) berlaku paling lama 6 bulan, dan harus
dirubah atau diperpanjang setiap hari kamis pertama bulan Mei dan
Nopember, sesuai Reglemen 19 jilid I pasal 8. Pada situasi dan
kondisi saat ini setiap Malka harus diperpanjang sesuai reglemen
tersebut sudah tidak sesuai lagi, kami berpendapat bahwa Malka
dapat diberlakukan sepanjang GAPEKA yang bersangkutan berlaku
(untuk lebih jelas dan lengkap lihat pada Bab V), namun menurut
KEPMEN 22 tgl 25 April 2003 pasal 28 ayat c MALKA untuk waktu
tidak lebih dari 6 bulan.
3) Jumlah kereta api reguler yang dibatalkan setiap lintas sudah men-
capai lebih dari 25 persen.
Dengan adanya kereta api-kereta api yang dibatalkan cukup ban-
yak, maka akan terjadi beberapa kemungkinan, antara lain :
a) Adanya pembatalan beberapa kereta api reguler yang cukup
banyak, khususnya di jalur tunggal akan sangat berpengaruh
karena suatu kereta api yang harus berhenti bersilang jika
3. F AK T O R PENENTU.
a. INTERN
Intern dimaksudkan adalah perencanaan mengadakan perubahan
GAPEKA yang diakibatkan dari lingkungan dalam atau lingkungan “PT.
KERETA API (Persero)” sendiri, antara lain :
1) Pemasaran.
“PT. KERETA API (Persero)” merupakan perusahaan yang
memproduksi jasa angkutan, hasil produksi jasa angkutan dibagi
menjadi 2 golongan, yaitu pertama produk jasa angkutan
penumpang dan kedua produk jasa angkutan barang, masing-
masing dari produk di atas memiliki tingkatan-tingkatan kwalitas
jasa angkutan yang bersangkutan.
Sesuai dengan situasi dan kondisi Negara kita yang sedang
membangun baik materil maupun spiritual dan masyarakatnya
secara Otomatik mengikuti perkembangannya baik dilihat dari segi
rata-rata kemampuan ekonomi atau dengan istilah umum adanya
Perencanaan Perjalanan Kereta api Dan Pelaksanaannya
Bab II - VI 52
yaitu dari type kereta kelas ekonomi menjadi type kereta kelas
bisnis atau bahkan kelas eksekutif, disesuaikan dengan pening-
katan pendapatan perkapita yang selalu meningkatnya permintaan
peningkatan kwalitas pelayanan akan produk jasa angkutan terma-
suk produk jasa angkutan kereta api, dengan adanya permintaan
peningkatan kwalitas pelayanan ini tentunya harus menyesuaikan
jenis sarana yang diperlukan dan pada akhirnya mengadakan peru-
bahan-perubahan jadwal perjalanan kereta api pada GAPEKA.
Apabila perubahan-perubahan pada GAPEKA sudah
sedemikian banyaknya, sehingga jadwal yang tertulis di dalam
GAPEKA sudah banyak yang tidak berlaku dan sebaliknya banyak
kereta api-kereta api yang dijalankan atau dioperasikan tidak ter-
lukis dalam GAPEKA sehingga GAPEKA sudah tidak dapat lagi di-
jadikan sebagai pedoman dalam pengoperasian perjalanan kereta
api, dalam hal demikian para pengambil keputusan atau pemberi
kebijakan perlu untuk segera merencanakan untuk membuat
GAPEKA baru sebagai pengganti GAPEKA yang ada dengan
mengacu kepada permintaan jasa angkutan yang terakhir dari mas-
ing-masing produk jasa yang dimaksud, hal ini Malka dan atau Tem
dapat dijadikan pedoman untuk diterapkan pada GAPEKA yang
akan dibuat itu, dan bila memungkinkan tentunya merencanakan
untuk menambah jadwal perjalanan kereta api-kereta api baru se-
bagai terobosan baru untuk segera dipasarkan tentunya menurut
prakiraan yang matang tentang kemungkinan adanya permintaan
produk jasa angkutan yang baru tadi (selama ini jarang dilakukan
study kelayakan untuk menjalankan kereta api baru, kenyataannya
lebih sering dilakukan coba-coba dengan memperkirakan akan ada
pemakai jasanya), dengan demikian pembuatan GAPEKA ini lebih
mengarah kepada pengalaman-pengalaman sebelumnya.
2) Sarana.
Apabila ada perubahan di bidang sarana yang dimiliki oleh
“PT. KERETA API (Persero)”, dan perubahan ini akan mengganggu
keadaan GAPEKA yang sedang berlaku, gangguan terhadap
GAPEKA dimaksud antara lain :
a) Perubahan karena adanya penambahan sarana gerak yang
cukup banyak, sehingga diperlukan adanya pemanfaatan
secara optimal terhadap penambahan sarana tersebut,
dengan tidak mengesampingkan faktor pemasaran yang
sudah ada, yaitu dengan menambah perjalanan-perjalanan
kereta api baru, sedangkan apabila perubahan sarana yang
dimaksud adalah terjadi pengurangan yang diakibatkan karena
3) Prasarana.
Prasarana yang dimaksud disini adalah adanya perubahan
pada fasilitas yang sifatnya tetap, antara lain :
a) Perubahanan kwalitas jalan baja/rel dan sistem jalur, yaitu :
(1) Adanya peningkatan kwalitas jalan baja/rel, umumnya
dikarenakan penggantian tipe rel (misalnya dari R.42 men-
jadi R.54), dan penggantian bantalan dari bantalan kayu
menjadi bantalan beton, sehingga misalnya yang semula
puncak kecepatannya hanya 75 km/jam menjadi 100
km/jam atau lebih.
Contoh 1
Penumpang Kommuter
2 WP 2 WT
SF SF
0,85
Contohnya :
WP dari Bogor ke Jakarta dan sebaliknya masing-masing 90
menit, dan headway 3 menit.
WT di Jakarta dan Bogor masing-masing selama 3 menit, prin-
sipnya waktu tunggu terminal di stasiun (stasiun bukan stasiun
kedudukan depo) yang jumlah jalurnya terbatas maksimum ha-
rus sama dengan Headway yang terjadi.
2 90 2 3
SF SF 7,29SF , dibulatkan ke atas.
0,85 3
SF = 73 SF
Contoh :
Headway = 5 menit/ka
WT di Jak = 7 menit
7menit
JLKa 1 = 3 jalur KA
5menit
kereta api yang menuju ke hilir dan 40 kereta api yang menuju ke
hulu.
Di luar jam sibuk 08.00 – 15.00 dan 18.00 – 21.00 di stasiun hilir
(Jakarta) dengan headway 6 menit (pada umumnya besaran head-
way di luar jam sibuk pagi ataupun sore sebesar dua kali headway
pagi) dengan demikian sebagian sarana yang masuk Depo untuk
pemeliharaan harian). Di luar jam sibuk ini Headwaynya di reng-
gangkan atau lebih lama karena umumnya dipergunakan bukan
oleh pekerja, namun dipergunakan oleh penumpang yang akan
bepergian untuk keperluan lain (shopping, keperluan keluarga,
bisnis dan sebagainya, jumlah kereta api di luar jam sibuk lebih ku-
rang 100 kereta api yang menuju ke hulu/hilir).
Jumlah kereta api tiap hari dengan headway seperti dijelaskan di
atas adalah kurang lebih 180 kereta api untuk satu arah atau atau
360 untuk dua arah.
Jasa angkutan penumpang komuter memiliki sifat-sifat khusus
dibandingkan dengan jasa angkutan jarak menengah ataupun jarak jauh
apalagi dengan jasa angkutan barang, yaitu :
* Selalu ada jam sibuk pagi dan jam sibuk sore.
* Waktu perjalanan total dari rumah sampai dengan kantor lebih ku-
rang 120 menit, atau waktu perjalanan untuk kereta apinya lebih ku-
rang 90 menit.
* Okupansi normal antara 150 sampai denga 200 persen.
* Headway lebih kecil dari 10 menit, jika headway lebih besar dari 10
menit, misalnya 30 menit, maka akan sulit untuk dapat digemari
oleh pengguna jasa walaupun ketepatannya dijamin (apalagi jika
ketepatannya tidak dijamin).
Contoh 2
Kereta api Jarak Menengah
Dalam contoh 2 ini kami akan memberikan contoh untuk angkutan
penumpang kereta api CIREBON EKSPRES.
Penumpang jarak menengah ini dimaksudkan adalah penumpang
yang setiap hari pergi dan pulang untuk bekerja atau berbisnis (sekitar
70 persen) dan ada juga penumpang yang berpergian untuk keperluan
lain (30 persen), umunya menghubungkan antara 2 kota besar (Ban-
dung-Jakarta) dan waktu perjalanannya mulai dari rumah sampai
dengan tempat bekerja umumnya maksimum 4 jam.
2 WP 2 WT
SF SF
H 0,85
Contohnya :
WP dari Cirebon ke Jakarta dan sebaliknya masing-masing 160
menit.
WT di Jakarta dan Cirebon selama 20 menit, prinsip waktu ter-
minal di stasiun yang jumlah jalurnya terbatas maksimum harus
sama dengan Headway yang terjadi, kecuali jika jumlah jalurn-
ya cukup untuk menampung rangkaian yang selalu bertambah
secara akumulatif sesuai dengan selisih headway yang akan
menambah satu rangkaian setiap akumulasi selisih tersebut
sudah mencapai besaran headway.
2 180 2 15
SF SF = 16 SF
30 0,85
WPL
SF WPG DPK DPI WTm WTb
H 0,85
WPG
K KA SF HO SF
H 0,85
Lokomotif :
WPL 1,39 1.440
SF = = 18,1
H 0,85 130 0,85
WTT
JLKa 1JLKa
H
Contoh :
Headway = 110 menit/ka
WTT di Thn = 150 menit.
Untuk selama 24 jam, berapa jalur kereta api yang di-
perlukan ?
150KA
SpKa 1 = 3 Jalur Ka
110menit
Pada prinsipnya sama dengan kebutuhan jalur kereta api,
yaitu perlu penambahan atau tidaknya perlengkapan untuk
muat/bongkar, bila Headway lebih kecil daripada waktu
mua/bongkar, maka tidak perlu ada penambahan jalur kereta
api, cukup 2 jalur kereta api, yaitu untuk keperluan seolah-olah
bersilang, dan sebaliknya apabila headway lebih kecil daripada
waktu tunggu terminal.
Namun demikian di stasiun terminal khususnya untuk sta-
siun terminal angkutan Batubara di Sumatera Selatan (Kereta
api BABARANJANG) perlu juga disediakan jalur untuk pemeli-
haraan atau perbaikan gerbong minimal satu jalur.
3) Asumsi; butir 2) masuk semua dan ditambah
10 stasiun long si ding baru.
Jumlah kereta api yang dapat dilaksanakan maksimal hanya 13
kereta api.
K = 330 h x 12 Ka x 70 kkbw x 50 ton = 13,860 juta ton
Berarti dapat melebihi target yang diinginkan dengan
syarat asumsi 2) masuk semua dan penambahan 10 stasiun
long siding serta harus menambah sarana (lokomotif dan
gerbong).
Lokomotif :
WPL 1,39 1.440
SF = = 21,4
H 0,85 110 0,85
Lokomotif :
WPL 0,85 1.440
SF = = 40
H 0,85 30 0,85
WPG
SF Rumus I
H 0,85
Error!
WPG KA
SF Rumus II
0,85
b . E XT E R N
1) Pembangunan.
Setiap ada perkembangan dalam masyarakat yang diakibat-
kan adanya pembangunan di segala bidang, tentunya akan
berdampak terhadap mobilitas orang maupun barang baik secara
kwalitas maupun kwantitas, tentunya juga akan berpengaruh
terhadap permintaan jasa angkutan penumpang maupun jasa
angkutan barang.
Pada umumnya dampak dari pembangunan ini adalah selalu
meningkatkan berbagai tingkat kehidupan baik dari segi kualitasnya
maupun dari tingkat pendapatan perkapitanya.
Pembangunan tidak hanya dibidang pisik, namun juga
dibidang peningkatan mutu atau kualitas sumber daya manusianya,
dimana tingkat pendidikannya menjadi rata-rata lebih tinggi dari
sebelumnya, dengan meningkat kualitas sumber daya manusia ini
permintaan akan jasa angkutan meningkat terhadap jasa angkutan
yang berkualitas lebih tinggi pula sejalan dengan peningkatan rata-
rata kualitasnya.
Dengan meningkatnya pendapatan perkapita tentunya akan
mengalami perubahan terhadap permintaan jasa angkutan,
disamping mobilitas barang maupun penumpang meningkat juga
akan meningkatnya permintaan akan jasa angkutan yang kuali-
tasnya lebih tinggi, sehingga cenderung jasa angkutan kereta api
yang kualitasnya rendah akan menurun dan sebaliknya permintaan
jasa angkutan yang berkualitas tinggi akan semakin meningkat se-
jalan dengan meningkatnya pendapatan perkapitanya.
2) Kebijakan pemerintah
Untuk mendukung kepentingan umum termasuk untuk men-
dukung kelancaran ekonomi, Pemerintah akan menugaskan kepa-
Perencanaan Perjalanan Kereta api Dan Pelaksanaannya
Bab II - VI 74
c. S IS T E M I M F O R M A S I M A N A J E M E N (SIM)
Isi dari SIPOKA ini adalah lebih banyak pada tugas-tugas para
pengendali (dalam buku ini istilah Pengendali diperuntukan kepada
orang yang mengendalikan langsung perjalanan kereta api melalui
perangkat persinyalan) di Daerah Operasi (PKD), Wilayah Usaha Jawa
(PKW) dan pengendali di Kantor Pusat (PKP). Hasil akhir dari SIPOKA
ini adalah sebab-sebab dan andil kelambatan untuk masing-masing Bi-
dang (Operasi, Traksi, Jalan & Jembatan dan Lain-lain) dengan maksud
dan tujuan adalah agar Standar Pengendalian Operasi Kereta Api Wila-
yah (SIPOKAWIL) dan Standar Pengendalian Operasi Kereta Api Dae-
rah (SIPOKADA) dan segera menyusun dan mengeluarkan dari Wila-
yah/Daerah hasil penganalisaan secara kuantitatif dan kualitatif dengan
jelas dan rinci ketidak lancaran perjalanan kereta api yang dapat diper-
tanggung jawabkan, sehingga diharapkan dengan hasil keluaran dari
SIPOKA ini yang minimal diterbitkan sebulan sekali dapat dengan mu-
dah bagi Pimpinan untuk menentukan langkah-langkah lebih lanjut un-
tuk mengurangi kelambatan perjalanan kereta api secara sistematik
sesuai dengan prosentase andil kelambatan dari masing-masing bagian.
Tabel 2-1
Daftar pemberian nomor indek untuk tiap Bagian
1200 EKSTERNALITAS
1201 KUNJUNGAN KENEGARAAN
1202 DEMONSTRASI
1203 TAWURAN
1204 VANDALISME
2000 DINAS JALAN REL DAN JEMBATAN
2001 TABRAKAN KA DENGAN KA
2002 TABRAKAN KA DENGAN JALAN RAYA
2003 KA MENEMPER ORANG/HEWAN
2004 ANJLOGAN
2100 JALAN REL
2110 GANGGUAN JALAN REL
2111 REL PATAH
2112 REL SPATEN
2113 KONTRA REL / GONGSOL
2114 PLAT SAMBUNG
2115 REL AUS
2116 SKILU
2117 PENAMBAT
2118 BANTALAN
2119 TUBUH BAAN / BALLAS / KECROTAN
2120 PERAWATAN RUTIN
2121 GANTI REL
2122 GANTI BANTALAN
2123 PENGGANTIAN WESEL
2124 PEMBONGKARAN TUBUH BAN/PERLINTASAN
2125 PENGELASAN REL
2126 PENAMBAHAN/BONGKAR BALLAS
2127 MUAT / BONGKAR REL
2128 MTT / LORI
2129 BONGKAR / MUAT BANTALAN
2130 GANGGUAN WESEL
2131 LIDAH
2132 KOMPROMISE
2133 JARUM
2134 BANTALAN
2135 BALLAS
2136 REL LANTAK
2137 PENAMBAT
2200 JEMBATAN
2210 GANGGUAN JEMBATAN
2211 PENAMBAT ANGIN
2212 PAKU SUMBAT
2213 PILAR
2214 PANGKAL
2215 PLAT ANDAS
2216 HIDROLOGI SUNGAI
2220 PERAWATAN JEMBATAN
2221 PENAMBAT ANGIN
2222 PAKU SUMBAT
2223 PILAR
2224 PANGKAL
2225 PLAT ANDAS
2226 HIDROLIKA SUNGAI
2227 PENGGANTIAN JEMBATAN
2228 BONGKAR/MUAT MATERIAL JEMBATAN
2300 PEKERJAAN PROYEK
2310 JALAN REL
2311 GANTI REL
2312 GANTI BANTALAN
2313 PENGGANTIAN WESEL
2314 PERBAIKAN TUBUH BAN
3100 OPSAR
3110 TUNGGU LOKOMOTIF STASIUN AWAL
3111 TUNGGU PEMERIKSAAN LOK
3112 TUNGGU AWAK LOK
3120 TUNGGU RANGKAIAN STASIUN AWAL
3121 TUNGGU PEMERIKSAAN RANGKAIAN
3122 TUNGGU PLKA / R. AC
3130 TUNGGU LOK STASIUN ANTARA
3131 TUNGGU PEMERIKSAAN LOK
3132 TUNGGU MAS/ASS
3133 TUNGGU PENGISIAN AIR
3134 GANTI LOK DENGAN LOK CADANGAN
3395 BOGIE
3400 GANGGUAN KRL
3410 BOGIE
3411 FRAME BOGIE
3412 AIR SPRING
3413 SHOCK ABSORBER
3414 RODA
3415 BEARING
3420 PENGEREMAN
3421 KOMPRESOR
3422 DISTRIBUTOR VALVE
3423 BRAKE CYLINDER
3424 PIPA PENGEREMAN
3425 REM BLOK
3426 SEPATU REM
3427 REM PARKIR
3428 REM DARURAT
3430 ALAT TOLAK TARIK
3440 PROPULSI
3441 MASTER CONTROLLER
3442 LINE CHOPER
3443 TRACTION INVERTER
3444 BREAKING CHOPPER
3445 TRAKSI MOTOR
3446 KONTAKTOR, HSCB, SAKLAR
3450 AUXILIARY
3451 DEADMAN PEDAL
3452 BATERE
3453 STATIC INVERTER
3600 PEMBANGKIT
3610 MESIN DIESEL
3611 HUNTING
3612 HOT ENGINE
3613 TURBO
3614 RADIATOR
3615 KIPAS RADIATOR
3616 AIR PENDINGIN
3617 PIPA AIR PENDINGIN
3618 PELUMAS BOCOR
3619 PELUMAS TERCAMPUR AIR
3620 GENERATOR
3621 AVR
3622 GENERATOR TERBAKAR
3623 TEGANGAN TIDAK KELUAR
Lihat tabel 2-3, pada tabel ini (tabel 2) hampir sama, perbedaannya
adalah pada tabel 2-2 merupakan laporan harian untuk per jenis kereta
api, sehingga setiap kereta api memiliki bentuk laporan ini untuk setiap
lintas atau Daop, sedangkan pada tabel 2-3 merupakan laporan harian
untuk per stasiun, sehingga setiap stasiun memiliki bentuk laporan ini
yang berisikan seluruh kereta api yang melewati stasiun tersebut ada
laporannya khusu di stasiun tersebut.
Tabel 2-2
DAFTAR LAPORAN HARIAN
KALAMBATAN TIAP KA
Nomor KA : 10 Tanggal : 15/01/01
Nama KA : ARGO LAWU Lok No. : CC20321
Jml Krt/Grb : 8 Krt Nama Mas : Slamet
Lintas : Cn-Ppk Nama Kp : Sugeng
Tabel 2-3
DAFTAR LAPORAN HARIAN
KALAMBATAN KA TIAP STASIUN
Nomor Sta : 109 Tanggal : 15/01/01
Nama Sta : Prupuk Singk Sta. : Ppk
Tabel 2-4
DAFTAR LAPORAN HARIAN PENYEBAB KALAMBATAN
URUSAN PERKA (KODE 100)
LINTAS ....CN-PPK...
TANGGAL ...15-01-2001
Tabel 2-5
DAFTAR REKAP PENYEBAB KALAMBATAN
URUSAN PERKA (KODE 100)
LINTAS ....CN-PPK...
PERIODE TGL 01-01-01 S/D 15-01-2001
Tabel 2-6
DAFTAR LAPORAN HARIAN PENYEBAB KALAMBATAN
URUSAN OPERASI DAN PEMASARAN (KODE 200)
LINTAS ....CN-PPK...
TANGGAL ...15-01-2001
Tabel 2-7
DAFTAR REKAP PENYEBAB KALAMBATAN (KODE 200)
LINTAS ...CN-PPK...
PERIODE TGL 01-01-01 S/D 15-01-2001
Tabel 2-8
DAFTAR LAPORAN HARIAN PENYEBAB KALAMBATAN
(KODE 300)
LINTAS ....CN-PPK...
TANGGAL ...15-01-2001
Tabel 2-9
Perencanaan Perjalanan Kereta api Dan Pelaksanaannya
Bab II - VI 94
Tabel 2-10
DAFTAR LAPORAN HARIAN PENYEBAB KALAMBATAN
JALAN & JEMBATAN (KODE 400)
LINTAS ....CN-PPK...
TANGGAL ...15-01-2001
Tabel 2-11
DAFTAR REKAP PENYEBAB KALAMBATAN
JALAN & JEMBATAN (KODE 400)
LINTAS ....................
PERIODE TGL 01-01-01 S/D 15-01-2001
Tabel 2-12
DAFTAR LAPORAN HARIAN PENYEBAB KALAMBATAN
SINYAL, TELEKOM & LISTRIK (KODE 500)
LINTAS ....CN-PPK...
TANGGAL ...15-01-2001
Tabel 2-14
DAFTAR LAPORAN HARIAN PENYEBAB KALAMBATAN
TRAKSI (KODE 600)
LINTAS ....CN-PPK...
TANGGAL ...15-01-2001
Tabel 2-15
Perencanaan Perjalanan Kereta api Dan Pelaksanaannya
Bab II - VI 96
Tabel 2-17
DAFTAR REKAP PENYEBAB KALAMBATAN
LAIN-LAIN (KODE 700)
LINTAS ...CN-PPK....
PERIODE TGL 01-01-01 S/D 15-01-2001
Tabel 2-18
DAFTAR ANDIL KALAMBATAN MENURUT BAGIAN
LINTAS ...CN-PPK....
PERIODE TGL 01-01-01 S/D 15-01-2001
d. S AS AR AN .
Setiap jenis dan nama kereta api mempunyai sasaran tertentu,
umumnya sasarannya komersial untuk mencapai pendapatan tertentu
dengan jalan tetap memuaskan pengguna jasa angkutan baik angkutan
penumpang ataupun barang dengan pelaksanaan operasi yang dilan-
dasi efisiensi, efektivitas dan keterpaduan demi pencapaian hasil yang
memuaskan dengan tetap keamanan, kenyamanan dan kelancaran
diutamakan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka untuk pengembangan
pembuatan perencanaan jadwal perjalanan kereta api di “PT. KERETA
API (Persero)”, pokok-pokok pikiran yang dapat diterapkan dan berkai-
tan dengan operasi kereta api adalah sebagai berikut :
1) Pengoperasian kereta api perlu didasari melalui pendekatan utilisasi
maksimal.
2) Selalu memperhatikan kebutuhan pengguna jasa, baik jasa angku-
tan penumpang ataupun barang.
3) Ketepatan keberangkatan/kedatangan kereta api, jam pember-
angkatan dan jam kedatangan yang sesuai dengan keinginan
pasar.
4) Memperhatikan keamanan dan kenyamanan terutama untuk jasa
angkutan penumpang dengan tidak mengabaikan kecepatan kere-
ta api yang maksimal dengan disesuaikan situasi dan kondisi sara-
na maupun prasarana.
5) Pengaturan stamformasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan
pasar terutama untuk kereta api penumpang.
e. K E B IJ AK AN .
Kebijakan yang dimaksud adalah kebijakan dari Pemerintah me-
lalui Menteri Perhubungan dan minimal dari Dirjen Perkeretaapian. Ke-
bijakan ini juga dapat timbul dari Direksi “PT. KERETA API (Persero)”
untuk mengadakan perubahan GAPEKA, yang tentunya atas dasar
kepentingan Perusahaan yang diusulkan kepada Dirjen Perhubungan
Darat. Hal ini sesuai dengan KEPMEN Nomor 22 TH 2003.
4. K E S IM P U L A N