Jika pendengar kita merupakan salah satu skala prioritas, maka ada baiknya kita
berusaha untuk meluangkan waktu untuk berbicara. Kita beri perhatian penuh
terhadap lawan bicara. Sedapat mungkin kita menghindari perhatian kita terpecah
karena kita memikirkan hal yang lain.
Ketika kita berhadapan dengan orang yang baru kita kenal, maka kita harus bisa
berbicara dengan menggunakan kata-kata, nada suara, dan infleksi yang tepat.
Meskipun begitu, potensi tidak diterimanya pesan dengan baik oleh orang yang kita
tuju juga sangat besar. Jika kita melihat reaksi yang tidak sesuai, maka kita bisa
dengan segera mengidentifikasi sumber kesalahpahaman dan menyatakan kembali
pesan yang ingin kita sampaikan dengan cara yang dapat diterima oleh orang yang
bersangkutan.
Ketika kita berinteraksi dengan orang lain maka kita harus berbicara dengan pelan,
tidak perlu keras-keras, dan tidak terburu-buru. Hal ini agar orang lain mengerti dan
memahami apa yang menjadi maksud dan tujuan kita berkomunikasi.
5. Mengutarakan apa yang kita maksudkan dalam kata-kata yang berbeda.
Sebuah komponen terpenting dan terkuat dari mendengarkan secara aktif adalah
refleksi atau dikenal sebagai parafrase. Parafrase membiarkan orang lain mengetahui
bahwa kita berusaha untuk mengerti atau memahami. Parafrase juga mengklarifikasi
komunikasi dan memperlambat proses percakapan. Cara melakukan parafrase adalah
dengan mengulangi apa yang dikatakan oleh orang lain dengan menggunakan kata-
kata sendiri tanpa memberikan penambahan apapun.
Pertanyaan dapat diberikan ketika kita memerlukan pertolongan saat merasa tidak
mengerti dengan apa yang dibicarakan. Kita dapat melakukannya melalui uji
penafsiran tentang apa yang dikatakan oleh orang lain. Caranya adalah dengan
memberikan pertanyaan terbuka yang relevan dan biasanya dimulai dengan “apa”,
“bagaimana”, “tolong jelaskan”, atau “gambarkan”.
Kita mengumpulkan semua hal yang telah kita dengar dan memastikan bahwa kita
memahami apa yang dimaksud oleh orang lain. Hal ini menghindari kita dari
persepsi selektif. Ketika kita melakukan persepsi secara selektif, maka kita telah
mengharapkan orang lain untuk bereaksi dalam cara tertentu seperti berdasarkan
pengalaman masa lalu, atau berdasarkan cara kita bereaksi. Kemudian kita
memberikan respon terhadap reaksi yang sebelumnya telah ditentukan bukan yang
sebenarnya. Hal ini tidak membantu dan komunikasi yang terjadi adalah komunikasi
yang tidak jelas. Menjadi jelas dapat membantu orang lain mengklarifikasi berbagai
pilihan yang mungkin.
8. Memberikan pendapat.
Hal ini dilakukan dengan memberikan pertanyaan apakah orang yang bersangkutan
memiliki keinginan untuk mendengar pendapat kita atau tidak. Jika orang yang
bersangkutan tidak menginginkannya, maka kita jangan memberikan pendapat.
Ketika berinteraksi dengan orang lain, maka kita akan menerima berbagai pertanyaan
yang kerapkali menstimulasi pemikiran hingga kita melihat perbedaan apa yang
menjadi tujuan kita dengan persepsi orang lain. Untuk itu, kita harus fokus dengan
berbagai petunjuk yang dibutuhkan guna mendukung penjelasan yang kita
sampaikan.
Terkadang, kita membuat pernyataan yang membuat kita menyadari dengan segera
bahwa terdapat kesalahan dalam pemikiran kita. Yang harus kita lakukan adalah
jangan mengingkari kesalahan yang telah kita buat namun segera mengakui dan
memperbaiki kesalahan sesegera mungkin.
Ketika kita berada dalam diskusi atau bertukar pendapat dengan orang lain, seringkali
kita mengalami kesulitan untuk hanya mendengarkan pendapat orang lain. Seringkali
kita merasa takut pendapat kita tidak akan didengar dan untuk menutupinya kita akan
terus tetap berbicara dan memaksa orang lain untuk mendengarkan. Perilaku seperti
ini bukanlah perilaku yang baik jika merujuk pada etika komunikasi secara umum.
Begitu pula dalam etika komunikasi organisasi, etika komunikasi bisnis, etika
komunikasi antar pribadi, dan etika public relations, perilaku seperti ini harus
dihindari karena membuat orang lain tidak mau mendengarkan apa yang menjadi
pemikiran kita.
12. Paksakan diri kita sendiri untuk mau mendengar apa yang dikatakan orang
lain.
Ketika kita dapat berhenti sejenak namun pemikiran kita masih terus berjalan, maka
hal tersebut dapat membuat kita tidak mampu mendengar apa yang dikatakan oleh
orang lain. Untuk itu, hal yang dapat kita lakukan adalah memaksakan diri kita
sendiri untuk benar-benar mendengar apa yang dikatakan oleh orang lain. Teknik
yang biasa digunakan dalam komunikasi terapeutik dalam keperawatan ini hendaknya
tidak dilakukan dalam setiap saat karena hal itu dapat membuat orang lain merasa
tidak nyaman.
Kita harus sabar mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang lain. Caranya adalah
dengan menghindari melakukan prediksi terhadap apa yang akan dikatakan oleh
orang lain dan tetap fokus pada apa yang sedang dikatakan oleh orang lain.
Melakukan prediksi dapat mengarahkan kita pada kesalahan dalam memberikan
respon. Hal ini dapat menimbulkan keslahapahaman yang tidak perlu.
ads
Ketika kita berinteraksi dengan orang lain untuk pertama kalinya, kemungkinan
untuk terjadinya kegagalan komunikasi sangat besar. Jika kita tidak yakin tentang apa
yang akan terjadi selanjutnya, memberikan pertanyaan adalah jalan terbaik. Jika kita
merasa yakin dengan apa yang kita pikirkan, maka tidak ada salahnya kita
menyatakan kembali apa yang kita pikirkan untuk mengkonfirmasi pemahaman
bersama. Terkait dengan hal ini, dalam teori pengurangan ketidakpastian telah
dijelaskan bahwa kita cenderung menggunakan komunikasi untuk meminimalisir
perasaan ragu-ragu ketika berinteraksi dengan orang lain. Pun dalam teori disonansi
kognitif yang menjelaskan kecenderungan kita untuk mengurangi disonansi atau
ketidaknyaman dalam situasi tertentu.
Mengingat dan memanggil kembali berbagai informasi yang kita simpan sebelumnya
adalah salah satu elemen penting dalam komunikasi intrapersonal. Ketika
berkomunikasi, ada baiknya kita tetap mengingat apa yang telah kita komunikasikan
sebelumnya. Agar komunikasi yang terjalin dapat berjalan berkesinambungan.
Semakin banyak yang dapat kita ingat tentang isi percakapan sebelumnya, maka kita
akan dapat berkomunikasi secara lebih baik dan percakapan selanjutnya.
Tidak semua orang bisa bersikap terbuka kepada orang lain. Beberapa orang bahkan
tidak dapat mengenali diri mereka sendiri, tidak mengerti apa yang ia butuhkan dan
inginkan. Namun, ketika kita berada dalam suatu hubungan, maka bersikap terbuka
adalah hal yang sangat penting. Bersikap terbuka artinya adalah kita dapat
membicarakan banyak hal yang tidak dapat kita bicarakan sebelumnya dengan orang
lain dalam hidup kita. Bersikap terbuka juga berarti kita bersikap jujur kepada orang
lain. Bersikap terbuka juga memiliki arti adanya kesempatan untuk kita mengalami
rasa sakit hati atau kekecewaan. Hal ini dikupas lebih mendalam dalam teori
komunikasi kelompok, teori-teori komunikasi antar pribadi atau teori komunikasi
interpersonal seperti teori penetrasi sosial.
17. Mengekspresikan diri sendiri ketika bersikap terbuka dengan orang lain.
Ketika kita bersikap terbuka dan jujur dengan orang lain maka kita juga terbuka pada
berbagai cara berkomunikasi yang berbeda dan mengetahui bahwa orang lain juga
membutuhkan keterbukaan yang sama. Bersikap terbuka dengan orang lain dapat
memudahkan kita dalam mengekspresikan apa yang kita pikirkan dan apa yang kita
rasakan kepada orang lain.
Sebagian besar komunikasi yang kita lakukan dengan orang lain bukanlah apa yang
kita katakan namun bagaimana kita mengatakannya. Komunikasi nonverbal meliputi
bahasa tubuh, nada suara, kontak mata, dan seberapa jauh jarak ketika kita
berkomunikasi dengan orang lain. Belajar cara berkomunikasi dengan baik berarti
kita belajar bagaimana membaca berbagai petunjuk seperti kita mendengar apa yang
dikatakan oleh orang lain.
Terkadang, suatu diskusi berkembang menjadi debat atau perang opini. Untuk
menghadapi situasi seperti ini, maka ada baiknya masing-masing orang yang terlibat
dalam diskusi atau debat tetap memberikan rasa hormat satu sama lain dan tetap
fokus pada pokok permasalahan. Jika salah satu pihak tidak berusaha untuk mencoba
mengendalikan eskalasi debat, maka debat akan menjadi semakin besar. Untuk itu,
masing-masing pihak perlu mengendalikannya salah satunya dengan keluar dari
situasi debat.
Namun, ketika meninggalkan situasi debat, kita harus melakukannya dengan cara-
cara yang terhormat. Misalnya dengan berkata, “Kita telah menjalani hari yang sangat
melelahkan dan apa yang kita diskusikan saat ini tidak menemukan hasil yang positif.
Ada baiknya kita pulang ke rumah masing-masing untuk istirahat dan
membicarakannya kembali besok pagi.”
21. Menunjukkan rasa hormat terhadap nilai-nilai yang dimiliki lawan bicara.
Melakukan beberapa penelitian dasar dengan cara melihat kembali pernyataan atau
tujuan individu atau organisasi dan lain-lain untuk memperoleh perspektif orang yang
bersangkutan tentang dunia. Kita harus bisa memastikan bahwa berbagai gagasan
yang kita miliki sesuai dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh orang lain.
Maksudnya adalah mempelajari tentang latar belakang professional, hobi, gaya hidup,
keluarga, dan lain-lain dari lawan bicara. Caranya adalah dengan menggunakan
metafora dan bercerita yang menghubungkan berbagai konsep dengan pengalaman
hidup mereka.
23. Berusaha untuk mengendalikan emosi ketika membicarakan sesuatu hal yang
sangat penting.
Tidak seorangpun dapat berbicara tentang hal-hal yang penting atau hal-hal besar jika
mereka merasa rentan secara emosi dan marah. Rasa marah dapat menyuguhkan
informasi dan merangsang energi yang dapat digunakan secara positif. Adalah
penting untuk memahami emosi orang lain seperti rasa sakit, frustrasi, kehilangan,
dan lain-lain. Ketika membicarakan topik tertentu yang mungkin dapat memancing
emosi, maka kita harus berhati-hati dangan penggunaan bahasa, kalimat, serta kata-
kata yang kita gunakan.
24. Memahami kemarahan atau emosi sendiri dan bagaimana mereka berdampak
pada respon yang kita berikan.
Ketika kita dikuasasi oleh emosi, maka pola pikir kita pun agak terganggu. Kita
menjadi tidak terkontrol dalam mengeluarkan kata-kata dan pendapat kita. Bahkan
berdampak pula terhadap perilaku kita. Sebaiknya kita dapat menghidari hal-hal yang
tidak kita inginkan sehingga kita dapat berpikir tenang dan memberikan respon yang
baik dan dapat diterima oleh orang lain tanpa menimbulkan hal-hal yang dapat
merusak hubungan antar manusia atau bahkan hubungan sosial.
Ketika kita menunjukkan minat kita, orang yang sedang marah cenderung untuk
mulai tenang. Ketika situasi mulai kondusif, maka komunikasi dapat kita lanjutkan.
Kita bisa mulai dengan mengakui dan menghormati pemikiran, gagasan, atau
perasaan orang lain. Kemudian kita sampaikan maksud kita tanpa menyinggung
perasaan orang lain.
26. Mengungkapkan kembali apa yang kita dengar dari apa yang dikatakan oleh
orang lain.
Orang yang sedang marah tidak akan mudah menerima respon yang kita berikan
hingga pemikiran, gagasan atau perasaannya tidak dapat dikomunikasikan dan
dipahami dengan baik. Ada baiknya kita mencoba untuk membuatnya tenang,
menarik nafas, agar ia dapat mengkomunikasikan kembali pemikiran, gagasan atau
perasaannya dengan baik. Setelah semua terkendali, kemudian kita coba untuk
mengungkapkan kembali apa yang telah kita dengar dari orang lain dan sekaligus bisa
memberikan respon secara elegan. Dengan demikian, apa yang menjadi maksud kita
dapat tersampaikan dengan baik.
Dalam hubungan dengan kedekatan yang erat seperti pasangan hidup, tentunya kita
sering terus berdebat dalam suatu diskusi karena kita ingin menjadi yang paling
benar. Sejatinya kita memang sering dihadapkan pada situasi seperti ini dimana salah
satu pihak berupaya untuk mempengaruhi pemikiran pihak lain bahwa pihaknyalah
yang benar namun pihak lain tidak ingin mundur alias sama-sama keras kepala.
Ketika dihadapkan pada situasi seperti ini, jalan terbaik adalah kedua belah pihak
harus sama-sama mengalah.
Dengan melakukan hal ini bukan berarti kita menyerah kalah dengan berkompromi
dan tidak bersikeras dengan apa yang dianggap benar. Hal ini adalah sesuatu yang
hanya dapat kita putuskan sendiri, apakah ingin berada dalam hubungan yang sehat
dan saling menghormati satu sama lain atau sebaliknya. Jika kita hanya
mementingkan apa yang kita anggap benar dan mengesampingkan kebahagiaan orang
lain maka kita bukanlah mitra yang baik.
Kita tidak perlu menjadi lucu sekedar untuk menggunakan humor dalam sebuah
percakapan. Yang perlu kita lakukan hanya menggunakan selera humor yang kita
miliki dan mencoba untuk memasukkannya lebih banyak ke dalam percakapan atau
komunikasi dengan orang lain. Humor membantu mencerahkan hati dan pikiran.
Humor juga dapat membantu menempatkan hal-hal kedalam sebuah perspektif atau
sudut pandang yang lebih baik dibandingkan metode lain. Bermain tidak hanya
monopoli anak-anak. Orang dewasa juga butuh bermain sekedar untuk melepaskan
diri dari penatnya kehidupan dan lain-lain.
Dalam konteks komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi, untuk dapat
berkomunikasi dengan baik dan lebih efektif dalam hubungan yang kita jalani, kita
tidak perlu harus selalu berbicara. Kita juga dapat berkomunikasi melalui berbagai
macam cara seperti melalui tindakan dan secara elektronik seperti melalui media
sosial. Hal ini juga berlaku dalam konteks komunikasi dan bidang komunikasi
lainnya misalnya komunikasi organisasi, komunikasi bisnis, dan komunikasi antar
budaya. Hendaknya kita tetap berhubungan sepanjang hari melalui surat elektronik
atau media lainnya karena hal ini mengingatkan kita akan pentingnya orang tersebut
dan bagaimana pentingnya mereka bagi kehidupan kita.
11. Tersenyumlah
Senyum bisa memberikan aura positif pada setiap orang. Senyum adalah pesan.
Saat Anda tersenyum pada lawan bicara secara tidak langsung Anda sedang
memberitahukan pada orang tersebut bahwa Anda tertarik padanya. Orang yang
menerima senyum Anda biasanya juga akan melempar kembali senyumnya
untuk Anda. Hal itu secara tidak langsung akan membentuk suatu hubungan
Anda dengan orang tersebut.
4. Bahasa tubuh yang positif dan ekspresi: Setiap emosi atau bahasa tubuh
yang negatif bisa membuat kesan buruk tentang Anda. Bahkan, jika Anda
merasa gugup atau stres, cobalah untuk tidak menunjukkannya dan
menutupinya dengan kepercayaan diri Anda.
5. Hal yang harus dihindari!: Anda harus berhati-hati ketika berbicara. Jangan
menggunakan jenis bahasa yang kasar dalam diskusi kelompok. Jangan
tidak hormat, mengangkat jari atau mengerutkan dahi pada orang lain di
tengah-tengah diskusi. Ini menunjukkan tanda-tanda pengaruh yang negatif.
Salah satu yang ditakuti dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial &
profesional kita adalah ketika harus berbicara di depan banyak orang, baik untuk
acara sosial, seminar, kuliah, presentasi bisnis, pidato perpisahan, bahkan dalam
acara-acara yang sebagian hadirin telah kita kenal dengan baik. Berbicara di depan
publik bagi sebagian besar kita adalah sesuatu yang menegangkan dan menakutkan,
seluruh mata ditujukan kepada kita seakan-akan menjadi terdakwa yang sedang
diadili oleh para hadirin. Berbicara di depan publik, suka atau tidak suka merupakan
ketrampilan yang harus kita kuasai, karena pada suatu saat dalam kehidupan kita,
pastilah kita akan berbicara di hadapan sejumlah orang, kita harus berkomunikasi
secara efektif, benar dan tepat sasaran.
Berikut adalah kendala-kendala yang sering terjadi dalam public speaking :
Sumber Referensi :
Irwan. 2015. Tips Mengatasi Gugup dalam Public Speaking untuk Pemula. Di unduh dari
lamanhttp://www.irwanteasosial.com/2015/04/tips-mengatasi-gugup-dalam-
public.html
Muljanto, M.A. 2014. Mengatasi Rasa Takut dan Tidak Percaya Diri dalam Public Speaking,
di unduh pada laman http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/168-artikel-
pengembangan-sdm/19844-mengatasi-rasa-takut-dan-tidak-percaya-diri-dalam-
public-speaking
(http://swaragama.com/stc/?p=45).
Duduk persoalannya
Meskipun setiap orang mengalami, baik pembicara pemula maupun kelas wahid, namun
setiap orang mempunyai cara dan sikap yang berbeda-beda untuk mengatasi rasa takut
dan cemas.
Pertanyaannya:
Bagaimana mengatasi (bukan menghilangkan) rasa takut dan cemas sebelum maupun
pada saat kita berbicara di depan umum?
Kita mesti mengetahui terlebih dahulu alasan orang merasa takut dan cemas sebelum
tampil:
Takut ditertawakan
Takut dimarahi jika salah
Takut mengecewakan pendengar
Takut mendapat kritik
Takut terjadi hambatan di tengah proses
Takut dengan bayangan publik yang lebih pintar
Takut kehilangan muka
Takut mengungkapkan pendapat yang hanya diwakili oleh kelompok minoritas
Takut .......... dan lain-lain, setiap orang bisa berbeda-beda alasannya.
Dengan kita mengetahui alasan-alasan tersebut, maka hal yang perlu kita lakukan untuk
mengatasinya:
Pertama:
Yang penting ialah persiapan yang teliti.
Ada pendapat ahli yang mangatakan “jika kita telah melakukan persiapan dan
perencanaan yang serius, maka kita telah meraih keberhasilan 95%.” Selebihnya yang
5% adalah kenyataan yang akan dihadapi.
Kedua:
Kalimat pertama dan terakhir harus dihafal dan sangat kita kuasai.
Oleh karena itu selama kita berpidato/tampil berbicara perlu sekali:
Jadi tidak perlu khawatir lagi dengan perasaan takut dan cemas dalam diri kita.
Ingatlah bahwa segala keberhasilan di dalam hidup ini, selalu didahului oleh rasa
cemas dan takut.
Sekedar berbagi pengalaman:
Kadang kala saya memulai pembicaraan (di depan umum), dengan membawakan cerita
sebagai ilustrasi awal atau cerita anekdot yang lain. Tujuannya: meraih perhatian
pendengar dan mengurangi rasa takut dan cemas saya. Dengan begini saya bisa
melepaskan nafas/udara awal dalam diri saya yang begitu membebani. Lalu saya bisa
bernafas dan bicara dengan leluasa.
Ini hanya salah satu tips dan trick!!!
.