Anda di halaman 1dari 9

NAMA : MUHAMMAD RIZKI

NIM : 031219408

DISKUSI 8.

Setelah Anda mempelajari materi inisiasi 1 sampai dengan materi inisiasi 8, silahkan
untuk membuat resume materi dari pertemuan 1 s.d pertemuan 8 tersebut. Segera post
resume materinya di forum diskusi 8.

INISIASI 1. KONSEP DASAR FILSAFAT BISNIS


Ruang lingkup kajian filsafat meliputi tiga hal, yakni ontologi, epistemologi, dan
aksiologi. Ontologi menyangkut apa yang akan ditelaah atau hakikat atas sesuatu yang
akan ditelaah. Epistemologi menyangkut bagaimana cara menelaah sesuatu atau
menyangkut pemaparan tentang proses. Dan, aksiologi menyangkut untuk apa atau
tujuan dari proses menelaah sesuatu atau manfaat yang akan diperoleh dari hasil
menelaah sesuatu.
Tujuan dari filsafat, menurut Titus (dalam Anshari, 1987: 90) adalah pengertian
(understanding) dan kebijaksanaan (wisdom). Ciri-ciri berpikir filsafat adalah
menyeluruh atau komprehensif, Mendasar, Rasional, dan Sistematis.
Fungsi filsafat bisnis yaitu:
1. Membangun ruh bisnis: Yang dimaksud dengan ruh bisnis adalah nilai-nilai
luhur dalam kehidupan. Seperti kejujuran, keadilan, kebaikan, kebenaran, etika
yang harus harus dikembangkan dalam bisnis. Tanpa nilai-nilai dasar tersebut,
bisnis, akan kehilangan arah dan tujuan yang sebenarnya, serta kemungkinan
bisnis yang digeluti akan hancur sebelum waktunya.
2. Membangun kesadaran dalam bisnis: Kesadaran berkaitan dengan dunia
pengetahuan dan dunia rasa. Peran dan fungsi filsafat ini memberikan kualitas
akan pengetahuan dan olah rasa manusia dalam melakukan bisnis. Seorang
pebisnis yang memiliki nilai-nilai filsafatis dalam kinerjanya tidak akan sekedar
mengejar keuntungan semata.
3. Membangun bisnis berkelanjutan: Membangun bisnis yang berkelanjutan
bukanlah hal yang mudah. Salah satu upayanya adalah dengan membangun
kesadaran dan ruh bisnis seperti paparan sebelumnya. Karenanya, melatih daya
pikir filsafatis merupakan hal yang penting dalam membangun bisnis
berkelanjutan.

INISIASI 2. MANUSIA DAN BISNIS


Dalam kegiatan bisnis, manusia dipandang sebagai pelaku bisnis yang rasional.
Misalnya, ketika hendak berbisnis, seseorang memulainya dengan membuat business
plan atau rencana bisnis yang didalamnya berisi tentang produk apa, analisis kondisi
yang mendukung atau tidak mendukung bisnis yang hendak dilakukannya, strategi
melaksanakan bisnisnya seperti apa, hingga prediksi berapa keuntungan yang mungkin
diraihnya. Membuat business plan menunjukkan rasionalitas seseorang dalam
melakukan kalkulasi atau perhitungan dalam kegiatan bisnis.
Menurut Max Weber (dalam Kalber, 1980), terdapat empat tipe rasional, yakni:
a. Zweckrational atau purposive rationality, yakni ekspektasi terhadap perilaku atau
objek lain dalam lingkungannya yang dianggap memiliki tujuan dan mampu
dikalkulasikan atau diperhitungkan;
b. Wertrational atau value/belief-oriented, yakni rasional atau masuk akal bagi
seseorang untuk memiliki keyakinan atas etika, estetika, agama atau motivasi lain
yang membuatnya bersikap independen dalam mengarahkan tujuannya menuju
keberhasilan hidup.
c. Affectual atau meaningfully oriented, yakni rasionalitas seseorang yang dipengaruhi
oleh perasaan atau emosi dalam memaknai sesuatu
d. Traditional atau conventional, yakni rasionalitas yang dipengaruhi oleh habit atau
kebiasaan yang telah berurat akar.

INISIASI 3. TUJUAN DAN MODAL DASAR DALAM BISNIS


Berikut ini adalah hakikat tujuan dari kegiatan bisnis yaitu:
1. Mempertahankan Hidup
Tujuan bisnis yang paling awal adalah untuk mempertahankan hidup. Bisnis adalah
aktivitas kita dalam hidup, bisnis adalah kesibukan kita dalam memenuhi kebutuhan
dan keinginan hidup. Keberlangsungan hidup manusia akan ditentukan oleh seberapa
banyak kebutuhan dan keinginan manusia terpenuhi. Kebutuhan dan keinginan kita
akan makan dan minum pada dasarnya untuk mempertahankan hidup, kebutuhan kita
akan pakaian juga pada dasarnya untuk mempertahankan hidup, dimana pakaian
diketahui fungsi dasarnya adalah sebagai alat perlindungan untuk mempertahankan
diri dari cuaca dingin, panas atau dari serangan binatang, begitu juga rumah termasuk
berkeluarga, bertetangga dan bermasyarakat tujuan dasarnya adalah untuk
mempertahankan diri.
2. Membangun Kesejahteraan Bersama
Mensejahterakan karyawan atau membangun kesejahteraan bersama adalah tujuan
berikutnya dari sebuah bisnis setelah dengan bisnis itu manusia telah mampu untuk
bertahan hidup. Mensejahterakan orang lain dan bersama-sama hidup sejahtera
adalah cara cerdas dalam mempertahankan hidup dan kehidupan yang aman dan
mulia. Mempertahankan kehidupan diri dengan mengambil kesejahteraan yang
dimiliki orang lain adalah perbuatan tercela yang hanya berujung gagalnya manusia
dalam mencapai tujuan hidup yang lebih hakiki lagi yaitu kebahagiaan.
3. Membangun Kebahagiaan
Kebahagiaan dalam bisnis akan tercapai kalau manusia memahami dengan
sebenarnya akan tujuan-tujuan mulia dalam bisnis, yakin bahwa tujuan mulia itu
dapat dicapai dan bergerak secara nyata untuk mewujudkannya.

INISIASI 4. PASAR DALAM FILSAFAT BISNIS


Manusia menjadi pelaku utama dalam pasar dalam peran yang berbeda-beda, yakni
sebagai produsen, distributor, konsumen, dan regulator
1. Produsen berfungsi sebagai orang yang memproduksi barang-barang yang akan
dijual di dalam pasar. Berikut adalah beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang
produsen agar mampu menjaga kesejahteraan pasar: menjaga kualitas barang yang
dijual, memastikan stok barang stabil dipasaran, menentukan harga sesuai dengan
kualitas barang, dan memberi diskon pada event-event tertentu.
2. Peran distributor, selain bertugas menyalurkan barang dari produsen ke konsumen,
distributor juga harus bisa memastikan barang produsen dapat laku di pasaran.
Karena, barang yang tidak laku akan menghambat produsen dalam memproduksi dan
konsumen dalam membeli. Tentu, konsumen tidak ingin membeli barang-barang
yang kadaluarsa. Dalam hal ini, distributor dituntut profesional dalam melayani
produsen maupun konsumen.
3. Peran sebagai konsumen yang ‘katanya’ pembeli adalah raja. Sehingga, penjual
harus memperlakukan pembeli sebaik mungkin. Namun di sisi lain, konsumen juga
harus berempati dengan kondisi yang berlangsung di pasar. Misalnya, memahami
kalau barang sedang sulit didapat, maka harga mahal. Janganlah ia marah-marah
terhadap penjual dan ingin harga barang tetap padahal ia tahu kalau barang sedang
langka.
Jenis-jenis pasar sebagai berikut:
1. Pasar ‘door to door’: atau mengunjungi rumah konsumen secara langsung merupakan
bentuk bisnis yang paling sederhana. Sistem penjualannya ada yang bersifat langsung
maupun kredit. Berhadapan dengan konsumen secara langsung membutuhkan seni
tersendiri, mulai dari cara menawarkan hingga cara menagih kalau menggunakan
sistem kredit. Untuk sistem kredit, transaksi benar-benar sangat mengandalkan trust
(kepercayaan) karena tidak ada jaminan konsumen yang telah mengambil barang
pindah rumah atau enggan membayar.
2. Pasar Uang dan Pasar Modal
Pasar uang adalah pasar yang memperdagangkan sekuritas jangka pendek (kurang
dari satu tahun), sedangkan pasar modal adalah pasar yang memperdagangkan
sekuritas jangka panjang atau lebih dari satu tahun. Eksistensi pasar-pasar ini
bertujuan untuk memberikan suntikan modal bagi perusahaan dari pihak eksternal.
Umumnya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar yang sudah terdaftar di pasar
tersebut.
3. Pasar jasa; Pasar ini hadir untuk memberikan layanan jasa yang memberikan
berbagai kemudahan atau layanan konsultasi bagi para konsumennya. Misalnya,
konsultan bisnis, konsultan keuangan, jasa layanan pembuatan website, konsultan
bangunan, jasa layanan trasportasi, dan sebagainya.
4. Pasar Elektronik; hadir dalam merespon perkembangan arus globalisasi. Terutama,
bagi mereka yang membutuhkan transaksi praktis. Pelaku biasanya adalah mereka
yang sudah terbiasa menggunakan internet, memiliki sarana komputer yang cocok
untuk melakukan penelusuran internet, serta memiliki fasilitas layanan perbankan
yang memadai seperti rekening, kartu kredit atau ATM.

INISIASI 5. KEPEMIMPINAN DALAM BISNIS


Kepemimpinan merupakan sesuatu yang kompleks. Para akademisi dan praktisi
memiliki cara pandang yang beragam dalam memahami kepemimpinan. Yukl (2005:
13) merangkum beberapa pendekatan atau teori mengenai kepemimpinan yaitu
pendekatan sifat atau ciri, pendekatan prilaku, pendekatan pengaruh kekuatan,
pendekatan situasional, dan pendekatan terpadu.
Ordway Tead mengemukakan 10 sifat seorang pemimpin yaitu: 1) energi jasmaniah dan
mental, 2) kesadaran akan tujuan dan arah, 3) antusiasme, 4) keramahan dan kecintaan,
5) integritas, 6) penguasaan teknis, 7) ketegasan dalam mengambil keputusan, 8)
kecerdasan, 9) keterampilan mengajar, 10) kepercayaan.
Kepemimpinan sangat diperlukan dalam kegiatan bisnis. Hal ini terkait dengan masalah
persaingan pasar yang tidak menentu dalam bisnis. Karenanya terdapat tiga hal yang
penting untuk diketahui dalam menghadapai persaingan pasar yaitu:
a. Memahami pergeseran paradigma;
b. Memahami berbagai rintangan yang muncul dalam melakukan berbagai perubahan
dalam merespon persaingan pasar;
c. Membangun budaya leadpreneurship sebagai perpaduan antara jiwa kepemimpinan
dan jiwa kewirausahaan.

INISIASI 6. BISNIS SEBAGAI PROFESI ETIS.


Umumnya, standar baik atau buruk perilaku seseorang dapat dilihat dari
berbagai sumber, seperti hukum, budaya, dan agama. Standar-standar etika yang
terdapat dalam hukum, budaya dan agama akan disikapi secara berbeda-beda tergantung
dari orang-orang yang melaksanakannya. Misalnya, Indonesia sebagai Negara yang
penduduknya mayoritas muslim, hampir tidak pernah ada kasus pencurian yang
diselesaikan dengan hukuman potong tangan. Umumnya, kasus-kasus pencurian di
Indonesia diselesaikan melalui hakum nasional Negara, baik pidana ataupun perdata.
Oleh karena itu, pelaksanaan standar etika dalam hukum, budaya dan agama akan
sangat tergantung kepada karakteristik orang di dalam entitas yang mengikat mereka,
baik itu entitas masyarakat atau Negara dimana mereka berada.
Menurut Maxwell (2004 dalam Rudito & Fabiola, 2007), ada tiga alasan orang
melakukan tindakan tidak beretika, yakni:
1. orang akan berbuat apa yang paling leluasa bisa diperbuatnya,
2. orang akan berbuat sesuatu demi kemenangan; dan
3. orang selalu mencoba merasionalkan pilihan-pilihannya dengan relativisme.
Resiko apa saja yang mungkin dihadapi seseorang jika ia tidak memegang etika dalam
melakukan bisnis?
1. Hilangnya kepercayaan. Kepercayaan atau trust adalah modal yang sangat berharga
dalam bisnis.
2. Resiko kedua adalah sulitnya mencari modal atau tambahan modal.
Yang harus dilakukan guna menjadikan bisnis sebagai profesi etis yaitu:
1. Memahami Hukum: Pengusaha yang mempekerjakan anak-anak di bawah umur
sebaiknya memahami bagaimana regulasi yang mengatur mengenai pekerja anak.
Dengan begitu, ia dapat memahami meskipun ada anak-anak yang menjadi
karyawannya, namun anak-anak seperti apa yang akan ia pekerjakan. Peraturan
mengenai pekerja anak terdapat dalam pasal 68 Undang-Undang No. 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, yang berbunyi: “Pengusaha dilarang mempekerjakan
anak”. Namun seiring dengan kompleksitas fenomena masalah tenaga kerja anak,
undang-undang tersebut merinci kembali mengenai regulasi pekerja anak dalam
pasal-pasal berikutnya. Yakni dalam pasal 69 hingga 75 undang-undang yang sama.
2. Memahami Budaya: “Diri kita dibentuk dari apa yang kita lakukan berulang kali;
sedangkan kesuksesan bukan merupakan usaha dan tindakan melainkan akibat dari
suatu kebiasaan” (Aristoteles dalam www.id.wikiquote.org). Dalam berbisnis,
seseorang bisa berhasil atau jatuh gagal karena kebiasaannya. Misal, apakah Anda
menyukai seseorang yang terbiasa telat menghadiri rapat dengan berbagai alasan?
Awal-awalnya, kita mungkin mampu memahami kesulitan yang dihadapi seseorang
sehingga ia tidak dapat hadir rapat tepat waktu. Tetapi kalau terlalu sering, kita juga
akan merasa jengah. Dan sebenarnya, orang yang membiasakan diri melakukan hal
yang tidak baik dalam berbisnis maupun aktivitas lainnya; pada hakikatnya, ia
sedang menggali kuburan kegagalannya sendiri.
3. Memahami Agama: Orang yang memahami agamanya, orang yang peduli dengan
larangan Tuhannya, pasti akan berhati-hati dalam menjalani hidup. Ia yakin bahwa
dibalik larangan Tuhan pasti ada kebaikan.

INISIASI 7. SPIRITUALITAS DAN KEADILAN DALAM BISNIS


Makna spiritualitas itu telah berkembang sedemikian rupa. Dari hasil penelitiannya di
lingkungan korporat Amerika, Mitroff dan Denton membuat daftar makna spiritualitas
ini sebagaimana dihayati banyak orang (Hendrawan, 2009). Ada tujuh makna yang
diberikan oleh responden yang diwawancarainya, antara lain:
1. Spiritualitas sangat individual dan personal. Orang tidak harus religious untuk
menjadi spiritual.
2. Spiritualitas adalah kepercayaan dasar adanya kekuatan besar yang mengatur alam
semesta. Ada tujuan bagi segala sesuatu dan setiap orang.
3. Segala sesuatu terkait dengan yang lain, memengaruhi dan dipengaruhi segala
sesuatu yang lain.
4. Spiritualitas adalah perasaan tentang keterkaitan ini, melekat dengan keterkaitan ini.
5. Spiritualitas adalah perasaan tentang betapapun buruknya selalu ada jalan keluar.
Ada rencana agung yang membimbing seluruh kehidupan.
6. Pada dasarnya kita hidup untuk berbuat kebaikan. Orang harus menghasilkan barang
atau jasa yang melayani semua manusia.
7. Spiritualitas terkait denga kepedulian, harapan, kebaikan, cinta, dan optimisme.
Spiritualitas adalah kepercayaan dasar pada eksistensi hal-hal tersebut.

Berikut ini prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) dari Osborne&Plastrik


(2001):
1. Transparansi , yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan
dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai
perusahaan.
2. Kemandirian, yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional,
tanpa benturan kepentingan dan pengaruh / tekanan dari manapun yang tidak sesuai
peraturan perundangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
3. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi , pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ
sehingga pengelolaan perusahaan secara efektif.
4. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap
peraturan perundangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
5. Kewajaran ( fairness) , yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak
stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan perundangan yang berlaku.

Transformasi dari Good Corporate Governance kepada God Corporate Governance:


God Corporate Governance ( Tata kelola perusahaan yang berketuhanan) adalah hasil
dari interaksi antara dinamika spiritual individu dan faktor-faktor kelembagaan.
Terciptanya tanggungjawab peusahaan terhadap para stakeholders adalah tujuan dari
tata kelola ini (Sanerya, 2009:221). Tanggungjawab bisnis dalam arti spiritual yang
sesungguhnya mencakup tidak hanya terhadap konsumen, pegawai, pemasok, dan
pemerintah, tetapi juga terhadap generasi selanjutnya, makhluk lain dan pada akhirnya
kepada Tuhan. Fokus tanggungjawab ini adalah memajukan kesejahteraan manusia di
bumi melalui kegiatan memproduksi barang dan jasa. Kriteria keberhasilan terukur dari
seberapa jauh barang dan jasa tadi meningkatkan; keyakinan, kehidupan, pikiran,
keturunan, dan kekayaan. Kemudian keberlanjutan bumi adalah bagian yang tak
terpisahkan dari kesejahteraan manusia.(Sanerya Hendrawan, 2009)

God Corporate Governance bekerja di atas lima prinsip yang menghubungkan asal-usul
dan tujuan hidup manusia yang bersifat spiritual dengan bumi dan lingkungan alam
semesta yang materiil. Kelima prinsip tersebut bersifat integral. Kelima prinsip tersebut
serta makna globalnya adalah sebagai berikut:
1. Kemenyeluruhan (holism): Ini adalah prinsip yang menempatkan seluruh kegiatan
perusahaan dalam kerangka tujuan universal ilahiah. Perusahaan adalah instrument
atau sarana yang dipakai untuk mewujudkan kehidupan manusia yang utuh
menyeluruh mencakup meteriil dan spiritual, dunia dan akhirat, individual dan
kolektif.
2. Keberlanjutan (sustainability): Prinsip ini mengarahkan perusahaan pada
pemeliharaan kesinambungan pemeliharaan kehidupan manusia dan alam secara
terintegrasi.
3. Keseimbangan (Balance): Prinsip ini menghendaki bahwa perusahaan harus
mempertimbangkan berbagai kepentingan dari para stakeholders secara seimbang.
4. Kemandirian ( Field-Independen): Prinsip ini membimbing perusahaan untuk
senantiasa bertindak semata-mata di atas keyakinan kepada Tuhan dan nilai-nilai
luhur yang diajarkan Tuhan.
5. Keutamaan ( Excellen): Prinsip ini membimbing perusahaan untuk mengambil
tindakan-tindakan yang terbaik dan bermanfaat tidak saja untuk dirinya, tapi juga
bagi masyarakat, kemanusiaan, bumi dan entitas eksternal lainnya.
Sumber-sumber keadilan
1. Sumber dari olah pikir dan olah rasa manusia. Keadilan adalah berkaitan dengan
perasaan yang bisa diindikasikan oleh adanya perasaan yang terganggu, sifatnya
lebih abstrak tetapi dalam tataran yang lebih konkritnya akan menurunkan kualitas
perilaku atau usaha.
2. Sumber dari Ketentuan Tuhan. Keadilan bersumber dari Tuhan YME yang memiliki
nama Yang Maha Adil. Dia menciptakan bumi dan langit dengan ukuran-ukurannya
yang seimbang. Dengan aturan-aturannya yang menjadikan kehidupan tidak kacau.
Inilah penampakan-penampakan keadilan yang diciptakan Tuhan sebagai karunia
bagi umat manusia.

Keadilan diartikan sebagai tidakan memberikan kepada setiap orang yang menjadi
haknya. ( K. Bertens, 2000)
Ada tiga ciri khas yang selalu menandai keadilan ( K. Bertens, 2000), yaitu:
1. Keadilan selalu tertuju pada orang lain
2. Keadilan harus ditegakan atau dilaksanakan
3. Keadilan menuntut Persamaan

Pembangunan Keadilan
Sony A. Keraf (2006) membagi keadilan menjadi tiga jenis keadilan, yaitu:
1. Keadilan Legal, menyangkut hubungan antara individu atau kelompok masyarakat
dengan negara, intinya adalah semua orang atau kelompok masyarakat diperlakukan
secara sama oleh negara dihadapan dan berdasarkan hukum yang berlaku.
2. Keadilan Distributif, juga kini dikenal dengan keadilan ekonomi adalah distribusi
ekonomi yang merata atau yang dianggap adil bagi semua warga negara. Dengan
kata lain, keadilan distributif menyangkut pembagian kekayaan ekonomi atau hasil-
hasil pembangunan.
3. Keadilan Komutatif, mengatur hubungan yang adil antara orang yang satu dengan
yang lain atau warga negara yang satu dengan warga negara yang lainnya atau
dengan kata lain keadilan komutatif menyangkut hubungan horizontal antar warga
negara.

INISIASI 8. BISNIS UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN


Bisnis berkelanjutan merupakan topik yang tak terpisahkan dari pembangunan
berkelanjutan yang pada satu dekade ini sering dibahas dalam berbagai forum. Pada
intinya, pembangunan berkelanjutan mengandung ajakan untuk melaksanakan
pembangunan dengan memperhatikan lingkungan hidup. Ada kesamaan antara bisnis
berkelanjutan dengan pembangunan berkelanjutan terutama dalam visi, perspektif, dan
filosofi. Bisnis berkelanjutan sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan
hendaknya menjadi focus perhatian dari para pelaku bisnis. Keberlangsungan usaha
bisnis hanya akan terjadi jika bisnis yang dijalankan memiliki visi dan misi besar
berkaitan dengan kehidupan manusia.

Tantangan Global Bisnis


Isu-isu lingkungan dan kemanusian adalah dua isu yang mengemuka dalam dinamika
tataran bisnis global. Kesadaran manusia dalam memperlakukan diri dan lingkungannya
secara arif terus mengemuka. Hal ini dikarenakan dampak dari praktik-praktik bisnis
yang tidak memperhatikan kelestarsian lingkungan semakin terasa sangat merugikan
kehidupan manusia. Kerusakan alam, baik yang ada di darat, lautan, daerah aliran
sungai telah secara kasat mata terlihat dan terasa mengancam eksistensi manusia.
Beberapa peristiwa seperti banjir, serangan wabah penyakit, kelaparan, dan kemiskinan
adalah sekian peristiwa yang terjadi dikarenakan adanya aktivitas bisnis yang tidak
memperhatikan nilai-nilai kemanusian dan lingkungan hidup.
Oleh karena itu sudah sewajarnya perilaku bisnis diarahkan kepada bagaimana
memuliakan sumberdaya alam dan memberdayakan sumberdaya manusia. Beberapa isu
lingkungan yang pada dekade sekarang ini terus-menerus diangkat kepermukaan dan
menjadi peluang untuk dikembangkan sebagai bidang bisnis adalah berkaitan dengan
isu ketahanan pangan, ketahanan energi, dan ketahanan pasokan air bersih.

Model Bisnis Masa Depan


Tantangan masa depan yang sangat kompleks bagi dunia bisnis dapat dihadapi dengan
cara membuat terobosan untuk menciptakan model-model bisnis yang sesuai dengan
tuntutan zaman. Bisnis yang ramah lingkungan dan mengedepankan nilai-nilai
kemanusian menjadi sebuah model bisnis yang mau tidak mau harus dijalankan agar
bisnis yang dipilih bisa tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Untuk itu ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam membuat model bisnis yang ideal,
sebagai berikut:
1. Cerdas di dalam memilih filosofi Bisnis: Berbisnis tidak sekedar untuk mendapatkan
penghasilan, berbisnis harus dipahami sebagai pekerjaan mulia di dalam melayani
manusia satu dengan yang lainnya. Berbisnis dengan hati yang ikhlas, berbisnis
dengan rasa pengabdian kepada nilai-nilai luhur kemanusian dapat dijadikan dasar
untuk menjalankan bisnis.
2. Menata Organisasi menuju Visi: Nilai-nilai perlu ditransformasikan kedalam
aktivitas nyata. Nilai-nilai filosofi perlu disosialisasikan dan diinternalisasikan
supaya menjadi karakter dan budaya organisasi. Di sinilah peran pemimpin di dalam
membangun tata nilai yang telah menjadi visi untuk menjadikan jalannya organisasi
menjadi lebih baik lagi
3. Fokus Bertumbuh dengan Pola empat lensa: Berpikir sistem, membuat variasi,
mengembangkan pengetahuan, dan pemberdayaan SDM menjadi focus perhatian
para pelaku bisnis dan para pemimpin organisasi agar pertumbuhan dan
perkembangan usaha dapat terus dipertahankan dan bahkan ditingkatkan lagi.
4. Membangun Budaya Kerja unggul: Nilai-nilai, perilaku-perilaku, hasil kerja atau
prestasi terbaik yang sudah diraih menjadi titik awal dalam membangun budaya
unggul. Pemimpin menjadi pemelihara dan pengembang dari kualitas tiga hal
tersebut sehingga terciptalah budaya unggul dalam organisasi.
Model bisnis yang ditopang oleh kempat hal di atas telah teruji menjadi model bisnis
berkelanjutan. Pada tingkat perusahaan-perusahaan besar; filosofi, visi, fokus
bertumbuh, dan budaya unggul dapat terlihat dengan jelas. Hal ini dikarenakan
perusahaan besar memiliki interaksi dengan lingkungan sekitar lebih besar
dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan kecil.

Anda mungkin juga menyukai