Menurut Peter dan Olson (2010, p21) Affect dan Cognition mengacu kepada
dua tipe tanggapan internal yang dimiliki konsumen terhadap sesuatu yang
konsumen terima dan keadaan lingkungannya. Secara sederhana dijelaskan bahwa
afeksi (affect) melibatkan perasaan, sedangkan kognisi (cognition) melibatkan
pemikiran.
Afeksi
- Sistem afektif menanggapi dengan segera dan otomatis aspek nyata pada
lingkungan.
Contoh : tanggapan atau reaksi otomatis dari seseorang ketika melihat
sebuah benda dengan warna kesukaan mereka.
- Masyarakat memiliki kontrol yang kecil terhadap sistem afektif mereka
Contoh : ketika seseorang berbelanja di suatu tempat yang penuh sesak,
secara otomatis mereka akan merasa tidak nyaman dan berpindah ke
tempat lain yang menurut mereka lebih nyaman, konsumen tidak dapat
mengontrol reaksi afeksi negatifnya, akan tetapi mengakibatkan
munculnya kontrol tidak langsung atas pengaruh dan mengakibatkan
mereka pindah ke tempat lain.
Tanggapan afektif dapat terlihat secara fisik dari gerak tubuh manusia
Tanggapan afektif dari seseorang dapat diamati langsung secara fisik, gerakan tubuh
seseorang sering mencerminkan status afektif mereka, misalnya seseorang akan
tersenyum ketika senang, mengerutkan dahi ketika bingung atau berpikir, menguap
ketika bosan atau mengantuk
Proses yang paling penting dalam perilaku konsumen bagi para pemasar
adalah memahami bagaimana konsumen mengambil keputusan. Dari sudut pandang
konsumen, sebagian besar aspek lingkungan adalah informasi yang potensial. Sistem
kognitif biasanya memproses informasi yang akan mempengaruhi konsumen dalam
pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan konsumen melibatkan tiga proses
kognitif yang penting :
Afeksi dianggap atau diartikan lebih ke perasaan manusia (sedih dan senang),
sedangkan kognisi lebih mengarah kepada pemikiran manusia. Beberapa pihak
menyebutkan bahwa afektif dan kognisi adalah (paling tidak) independen,
tetapi ada juga yang beranggapan bahwa kognisi sangat mempengaruhi afeksi
dan adapula yang menganggap bahwa afeksi adalah yang paling dominan.
Sebagai contohnya, ketika kondisi hati seseorang sedang senang atau gembira
dan ia pergi berbelanja di supermarket, barang yang ia beli akan lebih banyak
dibandingkan dengan saat suasana hatinya sedang buruk. Contoh lainnya
adalah ketika suasana hati seseorang sedang baik, ia akan cenderung lebih
positive thinking daripada ketika suasana hatinya sedang tidak baik. Dari
contoh di atas terlihat bahwa sedikit banyak afeksi mempengaruhi kognisi.
Contoh di atas merupakan contoh reaksi afektif terhadap lingkungan akan
mempengaruhi pengambilan keputusan.
Lingkungan
Ruang (spatial)
- Desain toko
- Waktu
- Cuaca
- Penerangan
1. Budaya
Dalam lingkungan keluarga biasanya antara satu dengan yang lain saling
mempengaruhi ketika membuat suatu pilihan pembelian.
Perilaku
Informasi adalah data yang telah diolah agar menjadi akurat dan
tepat waktu, spesifik dan terorganisir untuk suatu tujuan. Tahapan awal
yang umumnya terjadi adalah kontak informasi atau konsumen mencari
dan mendapat informasi mengenai suatu produk melalui kerabat,
salesman, ataupun iklan.
Menurut Belch dan Belch (2001, p132)Ada 2 tipe pencarian informasi :
6. Consumption (konsumsi)
Diagram dibawah ini lebih ditekankan bahwa setiap sistem dapat tanggap
terhadap hasil dari system yang lain. Misalnya, tanggapan afektif (emosi,
perasaan, atau suasana hati) yang dihasilkan oleh system afektif setelah
menanggapi ransangan lingkungan dapat diinterpretasi oleh system
kognitif. .
Lingkungan
Secara umum hubungan antar elemen ada dua bentuk, yaitu hubungan satu arah
sebab-akibat dan hubungan timbal- balik (Peter dan Olson, 1999). Hubungan sebab-
akibat berfokus pada dampak kausal; misalnya hubungan antara kognitif dan perilaku,
dampak kausal lingkungan pada perilaku. Bentuk interaksi yang berkesinambungan
atau penetapan timbal-balik (reciprocal determinism) menjelaskan hubungan secara
simultan dari keseluruhan elemen (efeksi dan kognisi, perilaku, lingkungan serta
strategi pemasaran). Istilah timbal-balik mengindikasi-kan aksi saling menguntungkan
diantara elemen, dan penetapan mencer-minkan dampak yang diakibatkan oleh elemen
tersebut. Untuk member-kan contoh hubungan sebab-akibat (Gambar 1) dan bentuk
timbal-balik (Gambar 2) pada kesempatan ini disajikan model perilaku yang diadaptasi
dari Mangkunegara (2002). Penjelasan skema Gambar 2 diuraikan pada Paparan 1.2
yang menjelaskan analisis pada tingkat konsumen individu.
https://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00492-MNSI%20Bab%202.pdf
dinanovia.lecture.ub.ac.id/files/2013/09/modul-PK-2.docx
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. Saran
Diharapkan agar konsumen mencari, memilih, membeli, menggunakan ,
mengevaluasi, dan membuang atau tidak menggunakan lagi suatu produk dan jasa
1. Budi sedang mempelajari hubungan hubungan antara elemen model yang sering dipandang
sebagai suatu reaksi yang berkesinambungan. Hubungan ini biasa disebut juga dengan
a. Hubungan timbal balik
b. Hubungan kognitif
c. Hubungan afektif
d. Hubungan kognitif-afektif
e. Hubungan perilaku konsumen
2. Dosen budi menjelaskan mengenai penetapan timbal-balik (reciprocal determinism) di
mana setiap elemen pada model menyebabkan dan disebabkan oleh elemen lain yang
biasanya dalam suatu urutan yang berkesinambungan. Yang dimaksud elemen oleh dosen
budi adalah, kecuali
a. Kognitif
b. Afektif
c. Lingkungan
d. Perilaku knsumen
e. Ekonomi konsumen
3. Andi menanyakan apa pandangan budi terhadap mobil Toyota kijang, budi pun menjawab Toyota
kijang merupakan mobil nasional,irit bahan bakar mesin, harga kompetitif. Tanggapan budi
merupakan contoh dari
a. Kognisi
b. Afektif
c. Perilaku
d. Lingkungan
e. Sikap