Anda di halaman 1dari 11

Obat-obat Diabetes Oral

INSULIN SECRETA GOGUE: SULFONILUREA

Mekanisme Kerja :

Efek utama sulfonilurea adalah meningkatkan pelepasan insulin dari pankreas . Dua
mekanisme tambahan kerja obat ini telah dikemukakan penurunan kadar glukagon serum dan
penutupan kanal kalium di jaringan selain pankreas.

 PELEPASAN INSULIN DARI SEL B PANKREAS

Sulfonilurea berikatan dengan reseptor sulfonilurea dengan berat molekul 140 kDa dan
afinitas tinggi yang berhubungan dengan kanal kalium satu-arah yang sensitifATP di sel B bagian
dalam. Pengikatan sulfonilurea menghambat efluks ion kalium melalui kanal tersebut dan
menimbulkan depolarisasi. Depolarisasi membuka suatu kanal kalsium begerbang-tegangan
dan menimbulkan kalsium dan pelepasan insulin

 PENURUNAN KONSENTRASI GLUKAGON SERUM

Pemberian sulfonilurea dalam jangka panjang pada penderita diabetes tipe 2 mengurangi
kadar glukagon serum, yang dapat ikut berperan menimbulkan efek hipoglikemik obat ini.
Mekanisme penekanan sulfonilurea terhadap kadar glukagon ini masih belum jelas namun
agaknya melibatkan inhibisi tidak langsung akibat peningkatan pelepasan insulin dan
somatostatin, yang menghambat sekresi sel-A.

 PENUTUPAN KANAL KALlUM DI JARINGAN SELAIN PANKREAS

Insulin secretagogue berikatan dengan reseptor sulfonilurea di kanal kalium di jaringan


selain pankreas, namun afinitas pengikatannya bervariasi di antara golongan obat dan jauh
kurang kuat ketimbang di kotannya reseptor sel B. Makna klinis pengikatan di luar jaringan
pankreas ini belum dketahui dengan pasti.

Interaksi :

Pengikatan sulfonilurea menghambat efluks ion kalium melalui kanal tersebut dan
menimbulkan depolarisasi. Depolarisasi membuka suatu kanal kalsium begerbang-tegangan
dan menimbulkan kalsium dan pelepasan insulin

INSULIN SECRETA GOGUE: MEGLITINID


Meglitinid merupakan suatu kelas insulin secretagogue yang relatif baru. Repaglinid,
yaitu anggota pertama kelas obat tersebut, disetujui untuk digunakan secara klinis pada tahun.

Mekanisme Kerja :

Obat ini memodulasi pelepasan insulin dari sel B dengan mengatur efluks kalium melalui
kanal kalium yang dibahas sebelumnya. Terdapat tumpang tindih tempat kerja molekularnya
dengan sulfonilurea karena meglitinid memiliki dua tempat pengikatan yang sama dengan
sulfonilurea dan satu tempat pengikatan yang berbeda.

Repaglinid memiliki onset. kerja yang sangat cepat dengan konsentrasi puncak dan efek
puncak dalam waktu sekitar 1 jam setelah ditelan, namun lama kerjanya 5-8 jam. Obat ini
dimetabolisme oleh CYP3A4 di hati dengan waktu paruh dalam plasma selama 1 jam. Karena
onsetnya yang cepat, penggunaan repaglinid diindikasikan untuk mengendalikan lonjakan kadar
glukosa setelah makan.

Dosis :

Obat ini seharusnya ditelan sesaaat sebelum makan dengan dosis sebesar 0,25-4 mg
(maksimum, 16 mg/hari); hipoglikemia berisiko timbul jika pasien terlambat makan atau
melewatkan makan atau terdapat sedikit karbohidrat dalam makanan tersebut. Obat ini harus
digunakan secara hati-hati pada indvidu dengan gangguan ginjal dan hati. Repaglinid dapat
digunakan sebagai monoterapi atau dikombinasikan dengan biguanid. Tidak terdapat sulfur
obat ini sehingga digunakan pada pasien diabetes tipe 2 yang alergi terhadap sulfonilurea atau
sulfur

Interaksi :

Obat ini memodulasi pelepasan insulin dari sel B dengan mengatur efluks kalium melalui kanal
kalium

INSULIN SECRETA GOGUE: DERIVAT D-FENILALANIN

Nateglinid, suatu derivat D-fenilalanin, adalah insulin secretagogue terbaru yang tersedia secara
klinis.

Mekanisme Kerja :

Nateglinid, merangsang pelepasan insulin secara sangat cepat dan berlangsung


sementara dari sel B melalui penutupan kanal K+ yang sensitif-ATP. Obat ini juga memulihkan
sebagian pelepasan awal insulin sebagai respons terhadap uji toleransi glukosa intravena. Hal
tersebut dapat menjadi keuntungan obat ini karena diabetes tipe 2 berkaitan dengan hilangnya
repons awal terhadap insulin. Restorasi sekresi insulin yang lebih normal dapat menekan
pelepasan glukagon di awal waktu makan dan menimbulkan penurunan produksi glukosa
endogen atau glukosa di hati. Nateglinid dapat berperan penting pada penanganan individu
dengan hiperglikemia postprandial saja tetapi efeknya minimal terhadap kadar glukosa
semalaman (overnight) atau selama puasa.

Interaksi :

Nateglinid memperkuat respons sekretorik insulin ter-hadap beban glukosa namun


efeknya sangat berkurang pada keadaan normoglikemia. Insidens hipoglikemia akibat
nateglinid mungkin paling rendah dari golongan insulin secretagogue dan memiliki keuntungan
dalam hal keamanan penggunaannya pada pasien dengan penurunan berat pada fungsi ginjal.

Dosis :

Nateglinid ditelan sesaat sebelum makan. Obat ini diabsorpsi dalam waktu 20 menit
setelah pemberian oral dan waktu kadar puncaknya kurang dari 1 jam serta dimetabolisme di
hati oleh CY P2C9 dan CYP3A4 dengan waktu paruh selama 1,5 jam. Lama kerja keseluruhan
obat ini kurang dari 4 jam.

BIGUANIDA

Mekanisme Kerja :

Penjelasan lengkap mengenai mekanisme kerja biguanid tetap sukar diketahui. Kerjanya
dalam menurunkan kadar gula darah tidak bergantung pada sel B pankreas yang berfungsi.
Pasien dengan diabetes tipe 2 sangat jarang mengalami hiperglikemia selama puasa maupun
hiperglikemia postprandial setelah pemberian biguanid; akan tetapi, hipoglikemia yang terjadi
selama terapi dengan biguanid pada hakikatnya belum pernah ditemukan. Oleh sebab itu,
preparat ini mungkin lebih tepat disebut sebagai preparat ”euglikemik". Hipotesis terkini
tentang mekanisme kerja biguanid meliputi (1) penurunan glukoneogenesis di hati dan ginjal;
(2) perlambatan absorpsi glukosa dari saluran cerna dengan peningkatan konversi glukosa
menjadi laktat oleh enterosit; (3) stimulasi langsung glikolisis di jaringan dengan peningkatan
bersihan glukosa dari darah; dan (4) penurunan kadar glukagon plasma.

Dosis :
Metformin memiliki waktu paruh 1,5-3 jam

Interaksi :

tidak berikatan dengan protein plasma, tidak dimetabolisme dan diekskresikan oleh ginjal
sebagai senyawa aktif. Akibat blokade glukoneogenesis oleh metformin, obat ini dapat
mengganggu metabolisme asam laktat di hati. Pada pasien ( dengan insufisiensi ginjal, biguanid
menumpuk sehingga meningkatkan risiko terjadinya asidosis laktat, yang agaknya menjadi
suatu komplikasi yang bergantung pada dosis biguanid tersebut.

TIAZOLIDINEDION

Mekanisme Kerja :

Bekerja dengan menurunkan resistensi insulin. Kerja utama obat ini adalah mengatur
gen yang terlibat dalam metabolisme lipid dan glukosa dan difersiansi adiposit. Pada orang
dengan diabetes, tempat kerja utama Tzd adalah jaringan adipose tempat obat ini
meningkatkan ambilandan pemakaian glukosa dan memodulasi sintesis hormone lipid atau
sitokin dan protein lain yang terlibat dalam pengaturan energy.Tzd juga mengatur diferesiansi
dan apitosis adiposit.

Dosis :

Obat ini diserap dalam waktu 2 jam setelah ditelan, meskipun keberadaan makanan
dapat menghambat penyerapan, bioavaibilitasnya tidak terpengaruh
Obat – obat Kortikosteroid

GLUKOKORTIKOID
Mekanisme Kerja :

Glukokortikoid mempunyai efek penting yang berhubungan dengan dosis terhadap


metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Efek yang serupa juga bertanggung jawab
terhadap beberapa efek simpang serius yang berhubungan dengan penggunaannya dalam dosis
terapi. Glukokortikoid merangsang dan diperlukan untuk glukoneogenesis dan sintesis glikogen
pada keadaan puasa. Glukokortikoid juga merangsang fosfoenolpiruvat karboksikinase, glukosa-
6-fosfatase, dan glikogen sintase serta pelepasan asam amino di jalur katabolisme otot.

Interaksi :

Glukokortikoid meningkatkan kadar glukosa dalam serum sehingga merangsang pelepasan


insulin dan menghambat ambilan glukosa oleh sel otot, sambil merangsang lipase yang sensitif-
hormon dan, oleh sebab itu, lipolisis. Peningkatan sekresi insulin merangsang lipogenesis dan,
pada tingkat yang lebih rendah, menghambat lipolisis, hasil akhirnya adalah peningkatan bersih
timbunan lemak beserta peningkatan pelepasan asam lemak dan gliserol ke dalam peredaran.
Hasil bersih kerja ini paling terlihat pada waktu puasa, ketika penyediaan glukosa dari
glukoneogenesis, pelepasan asam amino dari katabolisme otot, penghambatan ambilan glukosa
perifer, dan perangsangan lipolisis berperan dalam menjaga pasokan glukosa yang adekuat bagi
otak.

MINERALOKORTIKOID : ALDOSTERON

Mekanisme Kerja :

Aldosteron dan steroid lain dengan sifat mineralokortikoid meningkatkan reabsorpsi natrium
dari pars distalis tubulus contortus distalis dan dari tubulus koligentes di korteks, yang dikoping
secara longgar dengan sekresi ion kalium dan hidrogen. Reabsorpsi natrium dalam kelenjar
keringat dan kelenjar liur, mukosa saluran cerna, dan di sepanjang membran sel pada umumnya
juga meningkat. Kadar aldosteron yang berlebihan yang dihasilkan oleh tumor atau akibat
overdosis mineralokortikoid sintetik menyebabkan hipokalemia, alkalosis metabolik,
peningkatan volume plasma dan hipertensi

Interaksi :

Aldosteron disekresikan pada kecepatan 100-200 mcg/ hari pada individu normal dengan diet
asupan garamsedang. Kadar plasma pada laki-laki (istirahat terlentang) adalah sekitar 0,007
mcg/ dL.Waktu-paruh aldosteron yang disuntikkan dalam jumlah sangat sedikit adalah 15-20
menit, dan tampaknya tidak terikat kuat pada protein serum. Metabolisme aldosteron serupa
dengan kortisol, sekitar 50 mcg/ 24 jam dijumpai di urine sebagai tetrahidroaldosteron
terkonjugasi; Sekitar 5-15 mcg/ 24 jam diekskresikan dalam bentuk bebas atau sebagai 3-okso
glukuronida.

Obat Analgetik

ASETAMINOFEN

Mekanisme Kerja :

Inhibitor lemah sintesis prostaglandin

Interaksi :

Pada dosis tinggi dapat memperkuat antikoagulan

Dosis :

Dosis dewasa 1-2 tablet 500 mg dalam setiap4-6 jam sekali sehari

ASPIRIN

Mekanisme Kerja :

Menghambat siklooksigenase, menurunkan inflamasi dan demam yang diinduksi pirogen,


menurunkan nyeri akibat cedera atau inflamasi, mencegah agregasi trombosit

Interaksi :

Peningkatan risiko perdarahan dengan antikoagulan, penurunan efek obat anti gout, peningkatan
resiko toksisitas metotreksat

Dosis :

Dosis 75-325 mg satu kali sehari, dapat diberikan bersama makanan

DIFLUNISOL

Mekanisme Kerja :

Menghambat siklooksigenase, menurunkan inflamasi dan demam yang diinduksi pirogen,


menurunkan nyeri akibat cedera atau inflamasi, mencegah agregasi trombosit

Interaksi :
Berinteraksi dengan antasida, beta bloker, sefamandol, siklosporin

Dosis :

Dosis awal 1000 mg diminum satu waktu

IBUPROFEN

Mekanisme Kerja :

Menghambat siklooksigenase, menurunkan inflamasi dan demam yang diinduksi pirogen,


menurunkan nyeri akibat cedera atau inflamasi, mencegah agregasi trombosit

Interaksi :

Dapat menurunkan kandungan natrium pada urine jika dikonsumsi dengan obat diuretik, risiko
perdarahan saluran cerna jika bersamaan dengan warfarin, kortikosteroid

Dosis :

Konsumsi sesudah makan, dosis 400-800 mg tiap 6 jam

Obat Antibiotik

PENISILIN

Mekanisme Kerja :

Menghambat ikatan silang komponen-komponen dinding sel

Interaksi :

Penisilin dapat berinteraksi dengan alcohol

Dosis :

Konsumsi ketika perut kosong

VANKOMISIN

Mekanisme Kerja :

Mencegah pemindahan prekursor dinding sel dari membran plasma ke dinding sel
Interaksi :

Tidak ada data

Dosis :

Dosis lazim 2-3 gr/hari

KLORAMFENIKOL

Mekanisme Kerja :

Menghambat sintesis protein, mencegah ujung aminoasil tRNA bergabung dengan peptidil
transferase

Interaksi :

Mengendapkan obat lain dari larutannya, merupakan antagonis kerja bakterisidal penisilin dan
aminoglikosida

Dosis :

50 mg/kgBB/hari

KLINDAMISIN

Mekanisme Kerja :

Berikatan dengan sub unit ribosom 50s. mencegah sintesis protein

Interaksi :

Tidak dianjurkan pemakaian bersama dengan kaolin yang dikandung dalam obat antidiare

Dosis :

Oral : 150-300 mg setiap 6 jam

TETRASIKLIN

Mekanisme Kerja :
Menghambat sintesis protein. Berikatan dengan subunit 30s yang memblok tRNA yang terikat
asam amino dari ikatan dengan tempat “A” ribosom

Interaksi :

Absorpsi dihambat oleh antasida, susu, koloidal bismuth, fenobarbital, fenitoin sehingga
mengurangi kadar dalam darah

Dosis :

Konsumsi dalam perut kosong, 250-500 mg sekali sehari

Obat Jantung

DIGOKSIN

Mekanisme Kerja :

Menghambat Na+/K+-ATPase(pompa natrium) dan aliran Ca++ ke dalam. Kontraksi ditingkatkan


dengan Ca++ intrasel. curah jantung dan ukuran jantung, aliran balik vena dan volume darah.
Menyebabkan diuresis dengan perfusi ginjal. Memperlambat kecepatan ventrikel pada fibrilasi
atau flutter atrium dengan sensitivitas nodus AV terhadap penghambatan vagal. Resistensi
vaskuler perifer

Interaksi :

Peningkatan resiko toksisitas dengan obat yang mengubah elektrolit serum (diuretik boros
kalium, kortikosteroid, tiazid, diuretik loop, amiodaron). Bloker reseptor adrenergik β, saluran
kalsium, atau asetilkolinesterase meningkatkan risiko blok AV lengkap. Obat yang mengubah
absorpsi saluran cerna dapat mengubah bioavailabilitas.

Dosis :

Digoksin diberi sesudah makan untuk mengurangi iritasi lambung. Pemberian digoksin harus
pada waktu yang sama (pagi/siang/malam) agar kadar serumnya tetap.

AMRINON

Mekanisme Kerja :
Menghambat fosfodiesterase (enzim yang memecahkan cAMP).cAMP meningkatkan ambilan
kalsium. Meningkatkan kontraktilitas, isi sekuncup, fraksi ejeksi dan kecepatan sinus.
Menurunkan resistensi perifer

Interaksi :

Amrinon meningkatkan diuresis pada pasien yang diberi diuretik. Inotropi digitalis dan risiko
toksisitas meningkat (amrinon menyebabkan hipokalemia) hipotensi hebat dengan disopiramid.

Dosis :

Pemberian dosis sebanyak 1,5 dapat meningkatkan cardiac output dalam 5 menit. Maksimal
dosis setiap hari dianjurkan sebanyak 10 mg

DOBUTAMIN

Mekanisme Kerja :

Agonis adrenergik yang memilih reseptor β1. Dengan dosis sedang meningkatkan frekuensi
jantung atau tekanan darah, efek minimal pada pembuluh darah

Interaksi :

Tidak ada yang diketahui

Dosis :

Secara infus intravena sebanyak 2,5-40µg/kg/menit. Dosis lazimnya 2,5-10 µg/kg/menit

PRAZOSIN

Mekanisme Kerja :

Antagonis selektif pada reseptor adrenergik α1. Mendilatasi vena dan arteri

Interaksi :

Peningkatan resiko hipotensi dengan bloker beta

Dosis :
Konsumsi obat dengan mulut atau dengan makanan, 2-3 kali sehari. Dapat bersama makanan
atau susu.

Daftar Pustaka

Katzung, Bertram G. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi sepuluh. EGC.Jakarta.2010

Olson, James. Belajar Mudah Farmakologi. EGC. Jakarta.2003

Anda mungkin juga menyukai