KAJIAN PUSTAKA
2.1 E-Commerce
data, barang, atau jasa melalui internet (Turban et al., 2015: 7). E-commerce
world wide web, dan aplikasi atau browser pada perangkat selular atau mobile
tablet melalui jaringan nirkabel (wifi) atau layanan telepon seluler. Pada awal
namun saat ini media yang lebih banyak digunakan adalah melalui aplikasi mobile
yang paling sering dibahas, di mana bisnis online jenis ini menjangkau
9
10
travel, konten online dan jenis layanan lainnya. Jenis B2C e-commerce ini
bertindak sebagai pembeli atau penjual. Terdapat dua model bisnis utama
yang digunakan dalam B2B e-commerce: (1) net marketplace, yang meliputi
menyediakan media bagi konsumen untuk menjual satu sama lain, dengan
bantuan pembuat pasar online (juga disebut penyedia platform). Dalam C2C
ke internet.
Social e-commerce sering kali dihubungkan dengan jenis m-commerce, hal ini
atau pilar pendukung e-commerce menurut Turban et al. (2015: 9) adalah sebagai
berikut:
2) Kebijakan publik. Masalah hukum dan kebijakan lain dan peraturan, seperti
dalam transaksi online B2C, di mana pembeli dan penjual biasanya tidak
saling mengenal.
pengiriman pesanan.
berbagai jenis umum terjadi di e-commerce. Ini sering terjadi di seluruh rantai
mitra lainnya).
umum yang terdapat di benak konsumen sebagai hasil dari kumpulan perasaan,
ide, sikap dan pengalaman dengan perusahaan yang tersimpan dalam ingatan,
dalamnya, Kotler dan Keller (2016) menyebutkan terdapat empat elemen pada
tanggung jawab.
2) Reputasi, yaitu hal yang telah dilakukan perusahaan dan diyakini publik
3) Nilai, yaitu nilai-nilai yang dimiliki suatu perusahaan atau dengan kata lain
slogan.
dan Hsu (2010) membagi corporate image menjadi tiga komponen utama dengan
perusahaan. Citra institusi ini terdiri dua elemen antara lain: (1) Corporate
image, yaitu kesan yang terbentuk dari persepsi di mana perusahaan dan
dapat dibedakan menjadi tiga elemen antara lain: (1) Citra pelayanan, yaitu
Citra harga, yaitu kesan konsumen mengenai harga dari produk atau jasa,
diskon yang diberikan dan kualitas yang ditawarkan oleh perusahaan, dan (3)
elemen antara lain: (1) Citra produk, yaitu persepsi konsumen mengenai
produk, penerapan dan kualitas produk, (2) Citra merek, yaitu persepsi
konsumen mengenai nama merek perusahaan, dan (3) Citra lini merek, yaitu
perusahaan.
menggunakan indikator:
dilakukan perusahaan.
c) Physical image, yaitu kesan konsumen terhadap segala bentuk fisik dalam
d) Actual experience, yaitu semua kondisi atau aktivitas yang dirasakan oleh
perusahaan.
indikator:
dan berempati.
menggunakan indikator:
yang baik.
secara umum.
yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat
adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang
awal hingga proses konsumen menerima barang atau jasa (Kassim dan Abdullah,
pembayaran, dan pengiriman produk secara efektif dan efisien. Jadi e-servqual
merupakan pengembangan dari service quality yang terjadi sebagai akibat adanya
interaksi antara konsumen dan perusahaan melalui media elektronik (website atau
aplikasi) yang bertujuan untuk memberikan kesan dan pengalaman secara efektif
dan efisien.
Zeithaml et al. (2010) merancang suatu model konseptual e-servqual menjadi dua
terdapat tiga rentang potensial terhadap e-servqual, yaitu: (1) rentang informasi
(information gap), (2) rentang desain (design gap) dan (3) rentang komunikasi
(communication gap), yang terjadi pada proses marketing, desain dan operasional
rentang pemenuhan kebutuhan (fullfilment gap) yang terdapat pada sisi konsumen,
sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat e-servqual dan value yang dirasakan
oleh konsumen, dan juga akan mempengaruhi tingkah laku konsumen dalam
keputusan untuk membeli atau membeli kembali suatu barang atau jasa.
kebutuhan konsumen dalam hal pembuatan struktur dan fungsi dari suatu
marketing tentang fitur, kemampuan dan keterbatasan dari suatu situs. Hal ini
bagian marketing, yang dapat berakibat pada ketepatan janji yang dijanjikan,
(communication gap) yang terjadi karena ketidak sesuaian janji dari bagian
juga dapat terjadi karena adanya design gap dan information gap atau ketidak
suatu situs.
dimengerti, dan hanya sedikit proses input oleh konsumen yang dibutuhkan
diberikan.
10) Astetik Situs (site aesthetics), merupakan dimensi yang berhubungan dengan
desain tampilan suatu situs, seperti: kombinasi warna, grafik, gambar dan jenis
Informasi kualitas baik teks maupun gambar merupakan faktor yang sangat
produk tepat waktu dengan produk yang sesuai dengan deskripsi yang
penjual. Reputasi penjual bisa berasal dari profil penjual, seperti informasi
konsumen.
konsumennya.
bahwa selain kualitas informasi, keandalan, reputasi, jaminan dan responsif, perlu
digunakan, (2) mudah melakukan pencarian produk, (3) proses transaksi yang
2.4 E-Satisfaction
atau jasa dari waktu ke waktu pada sebuah situs online. (Kim et al., 2009).
22
akan terpenuhinya kebutuhan dan harapan yang dirasakan terhadap suatu produk
Lovelock dan Wirtz (2011: 74) mendefinisikan kepuasan adalah suatu sikap
suatu kinerja produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan. Jika
kinerja tidak sesuai harapan, konsumen akan kecewa, jika sesuai dengan harapan,
konsumen merasa puas dan jika melebihi harapan maka konsumen sangat senang.
yang lebih tinggi akan menghasilkan loyalitas konsumen yang lebih besar, dan hal
ini juga akan menghasilkan kinerja perusahaan yang lebih baik. Perusahaan
mereka berikan dan kemudian perusahaan akan memberikan lebih dari yang
mereka janjikan. Dengan demikian konsumen yang merasa puas tidak hanya
bersedia menyebarkan berita tentang pengalaman baik mereka kepada orang lain
emosi konsumsi lainnya. Kajian literatur kepuasan konsumen menurut Giese dan
23
Cote (2000) yang dikutip Tjiptono dan Chandra (2011: 292), mendefinisikan 20
definisi yang diacu dalam riset kepuasan konsumen selama periode waktu 30
saling tidak konsisten satu sama lain), kedua pakar dari Washington State
lainnya.
24
Transaksi yang konsumen lakukan dapat berhasil dengan lancar dan tanpa
adanya hambatan.
menggunakan website/aplikasi.
2.5 E-Loyalty
kelangsungan hidup dunia usaha, model bisnis e-commerce sebaik apapun tidak
akan dapat bertahan tanpa adanya loyalitas (Anderson dan Srinivasan, 2003).
Menurut Kassim dan Abdullah (2010), pelaku usaha online harus berfokus pada
loyalitas agar dapat tetap bertahan dan tetap memperoleh keuntungan. Loyalitas
konsumen terhadap suatu situs online dan konsumen akan melakukan pembelian
ulang pada situs online tersebut (Srinivasan et al., 2002). Menurut Hapsari et al.
sama, merekomendasikan kepada orang lain dan tetap setia kepada suatu brand
keyakinan konsumen terhadap suatu merek. Pengetahuan ini bisa berasal dari
dilakukan secara rutin dan kepuasan tidak diproses sebagai contoh jasa
tahap ini konsumen cukup rentan untuk berganti merek atau mencoba produk
produk atau merek. Pada tahap loyalitas ini konsumen mempunyai komitmen
4) Action Loyalty, merupakan tahap terakhir dari tahap loyaty, di mana cognitive
loyalty fokus kepada aspek kinerja dari merek, affective loyalty fokus
27
untuk aksi atau tindakan membeli kembali sebuah produk atau merek
1) Menurut Janita dan Miranda (2013), loyalitas konsumen dapat diukur dengan
yang positif tentang produk atau jasa perusahaan kepada orang lain.
2) Menurut Kotler dan Keller (2016), loyalitas konsumen dapat diukur dengan
mengenai perusahaan.
indikator berikut:
yang positif tentang produk, atau jasa perusahaan kepada orang lain.