1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
OJK, Panduan Penyelenggaraan Digital Branch oleh Bank Umum, 2016, hal. 2.
2
Disamping memberikan banyak kemudahan dalam hal transaksi, masuknya
digital banking ke dalam dunia perbankan juga dapat memberikan dampak negatif
dalam hal bank solvency, risks in the banking system and protection of customers.2
Di sisi lain, konsep digital banking dapat memberikan dampak positif seperti
increased competition dan expanding potential market which can ultimately boost
bank’s efficiency and productivity in the financial industry.3 Bank for International
Settlements, memprediksi lima skenario yang akan dihadapi perbankan terkait
penerapan teknologi digital banking. Skenario pertama adalah munculnya bank
yang lebih baik. Bank akan melakukan modernisasi dan digitalisasi. Dalam skenario
ini, bank mendigitalkan dan memodernisasi diri untuk memelihara hubungan dengan
pelanggan dan layanan perbankan inti, memanfaatkan teknologi yang
memungkinkan untuk mengubah model bisnis mereka saat ini. Skenario kedua
adalah munculnya bank baru. Skenario ketiga adalah industri keuangan yang
terfragmentasi antara bank dan perusahaan jasa keuangan yang memanfaatkan
teknologi keuangan. Skenario keempat, peran bank menjadi tidak relevan karena
peran bank sebagai lembaga intermediasi telah sepenuhnya digantikan oleh
teknologi. Skenario terakhir, bank berperan sebagai penyedia layanan komoditas dan
mengirimkan hubungan pelanggan langsung ke penyedia layanan keuangan lainnya,
seperti teknologi keuangan dan perusahaan teknologi besar.4
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, salah satu dampak negatif yang mungkin
muncul dari kemunculan perbankan digital (digital banking) berkaitan dengan risiko
dalam sistem perbankan dan perlindungan konsumen (nasabah). Pesatnya
penggunaan te
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagiamana praktik usaha perbankan dari Jenius BTPN sebagai salah satu
produk digital banking di Indonesia?
2. Bagaimana hubungan hukum antara Bank BTPN dengan nasabah dikaitkan
dengan kasus penyalahgunaan data pada aplikasi Jenius?
2
Rosnita Wirdiyanti, OJK Working Paper: Digital Banking Technology Adoption and Bank Efficiency:
The Indonesian Case, 2018, hal. 2.
3
Ibid.
4
Ibid. hal. 2-3
3
C. Metode Penelitian
Metode penelitian hukum yang digunakan dalam makalah ini adalah metode
penelitian normatif. Metode penelitian hukum normatif menggunakan bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier (yang juga dinamakan
bahan hukum penunjang)5 sebagai bahan hukum yang digunakan dalam mengkaji
rumusan permasalahan. Dalam melakukan analisis terhadap data-data yang penulis
gunakan dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pendekatan peraturan
perundang-undangan (statutory approach) dengan mengkaji berbagai peraturan
perundang-undangan terkait perbankan dan perlindungan konsumen. Proses
perolehan data didapat dari hasil studi pustaka berupa teori, konsep dan pendapat
para ahli mengenai digitalisasi perbankan, hubungan hukum antara bank dan
nasabah, juga terkait perlindungan data nasabah.
DI INDONESIA
dalam dunia perbankan dimulai sejak lama. Ada beberapa era yang telah dilalui oleh
termasuk perbankan. Pada tahun 1987, Anjungan Tunai Mandiri (ATM) mulai
digunakan di Indonesia.6 Fase ini disebut fase pertama atau era bank 1.0. Hal l
5
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006. halaman 33.
6
Ni Luh Wiwik Sri Rahayu Ginantra, Janner Simarmata, Ramen A. Purba, Moch Yusuf Tojiri, Amin Ama
Duwila, Muhammad Noor Hasan Siregar, Lora Ekana Nainggolan, Elisabeth Lenny Marit, Acai Sudirman, Indra
Siswanti, Teknologi Finansial: Sistem Finansial Berbasis Teknologi di Era Digital hal 46, (Medan: Yayasan Kita
Menulis, 2020), hal. 46.
4
pengambilan uang yang disimpan di Bank. Pada fase ini juga terjadi perkembangan
Pada tahun 1990, sering disebut juga era bank 2.0, jaringan internet mulai
tersedia. Pada tahun 1998, internet banking mulai digunakan oleh bank di Indonesia
dan pada tahun 2000 juga mulai digunakan electronic banking (e-banking)8.
Selanjutnya, masuk pada era uubank 3.0 pada tahun 2008, e-banking makin gencar
digunakan. Selain itu, berkembang pula electronic money pada tahun 2009.9
Perkembangan dunia ekonomi termasuk perbankan terus berjalan. Mulai dari tahun
2019, Indonesia mulai memasuki era bank 4.0, dimana perbankan digital (digital
elektronik. Perbankan digital (digital banking) secara prinsip tidak berbeda dengan
e-banking, namun karakteristik perbankan digital (digital banking) lebih luas, karena
banking di satu tempat (digital branch) dan atau melalui satu jenis e-banking pada
berkomunikasi dan transaksi melalui media elektronik seperti ATM, phone banking,
sms banking, electronic fund transfer, internet banking, dan mobile banking, secara
ditandai pada tahun 2016 dengan hadirnya salah satu produk perbankan dari Bank
7
Ibid.hal. 46.
8
Ibid. hal. 47.
9
Ibid. hal. 49.
10
Artikel “Digital Banking: Perbankan Harus Senantiasa Sempurnakan Penggunaan IT”, Lintasarta
(2016): 10, diakses pada 24 oktober 2020, https://www.lintasarta.net/wp-content/uploads/2018/10/Majalah-PC-
Edisi-37.pdf.
5
Jenius BTPN adalah sebuah aplikasi berbasis teknologi aplikasi perangkat
seluler, produk ini meminimalkan kebutuhan nasabah untuk pergi ke kantor Bank
Jenius tersebut, tidak perlu lagi ke kantor bank untuk membuka rekening,
mentransfer uang atau kegiatan transaksi perbankan lainnya. Jenius BTPN dianggap
berbeda dengan layanan e-banking yang ada selama ini, karena Jenius BTPN
nasabah.12 Dokumen fisik yang diperlukan untuk menjadi nasabah Jenius BTPN,
diubah menjadi dokumen digital. Begitu pula dengan bukti fisik nasabah pada bank,
tahun 2016 silam, belum terdapat peraturan yang secara khusus yang mengatur
mengenai layanan perbankan digital. Peraturan yang berlaku saat itu adalah terkait
dengan layanan perbankan elektronik yang diatur dalam POJK 38/2016. Dalam
POJK tersebut diatur mengenai Layanan Pebrankan Elektronik, yaitu layanan bagi
Elektronik antara lain Automated Teller Machine (ATM), Cash Deposit Machine
(CDM), phone banking, Short Message Services (SMS) banking, Electronic Data
Capture (EDC), Point of Sales (POS), internet banking, dan mobile banking.
11
“BTPN Annual report 2016 banking reinvented”, BTPN (2016): 260, diakses pada 23 Oktober 2020,
https://www.btpn.com/btpn-annual-report-2016-en-.pdf.
12
Artikel “Digital Banking: Perbankan Harus Senantiasa Sempurnakan Penggunaan IT”, Lintasarta
(2016): 10, diakses pada 24 oktober 2020, https://www.lintasarta.net/wp-content/uploads/2018/10/Majalah-PC-
Edisi-37.pdf.
13
Republik Indonesia, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 38 Tahun 2016 tentang Penerapan
Manajemen Risiko Dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum, LN Tahun 2016 Nomor 267, TLN
Nomor 5963, Pasal 1 angka 3.
6
lanjutan dari Layanan Perbankan Elektronik dan diatur dalam POJK tersendiri. 14
Dalam penjelasan Pasal 28 POJK 38/2016, diatur pula bahwa produk Layanan
dengan produk yang telah ada di Bank dan/atau menambah atau meningkatkan
eksposur risiko tertentu pada Bank.15 Mengingat belum ada pengaturan lain oleh
Jenius dari BTPN dibuat berdasarkan POJK 38/2016 tersebut, dan dikategorikan
menerbitkan POJK 12/2018. Peraturan ini diterbitkan agar Bank dapat memberikan
layanan kepada nasabah secara personal pada era perbankan digital sejak hubungan
usaha antara nasabah dengan Bank dimulai sampai dengan berakhir. Proses
Dengan adanya POJK 12/2018 ini, Jenius BTPN perlu menyesuaikan hal-hal yang
baru dari pengaturan Layanan perbankan digital (digital banking) tersebut, dan lebih
dalam rangka melayani nasabah secara lebih cepat, mudah, dan sesuai dengan
14
Ibid. Pasal 27.
15
Ibid.
16
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 12/POJK.03/2018 tentang Penyelenggaraan Layanan
Perbankan Digital Oleh Bank Umum, LN Tahun 208 Nomor 217, TLN Nomor 6235, Bagian Umum Penjelasan.
17
Ibid. Pasal 1 angka 4.
7
dapat dilihat bahwa Layanan Perbankan Digital adalah pengembangan dari Layanan
Perbankan Elektronik.
Dalam rangka menjaga kelangsungan suatu bank, POJK 12/2018 mengatur agar
memperhatikan faktor keaslian dari calon nasabah.18 Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah sistem teknologi informasi dari bank harus selalu siap dan
bersangkutan.
Dana yang dihimpun oleh bank dalam bentuk simpanan. Simpanan adalah dana
dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Adapun definisi dari bentuk
18
Ibid. Pasal 11.
8
1. Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan
pemindahbukuan.
3. Sertifikat deposito adalah simpanan dalam bentuk deposito yang sertifikat bukti
syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro,
Pada Penjelasan Pasal 29 ayat (3) dan (4) UU 10/1998, disebutkan bahwa
berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib
menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang
ia mempunyai misi dan visi yang sangat mulia yaitu sebagai lembaga yang diberi
nasabah dilandasi oleh asas kepercayaan atau fiduciary relation ialah bahwa bank
9
harus memperhatikan kepentingan nasabah, baik nasabah penyimpan dana maupun
pengguna dana. Kewajiban fiducia dapat timbul karena adanya kontrak dan juga
timbul karena adanya suatu hubungan di antara dua pihak.21 Suatu bank memiliki
melakukan unsafe and unsound practice, bank dapat digugat karena melanggar
fiduciary duty yang diembannya. Nindyo Pramono juga berpendapat bahwa bank di
dalam menghimpun dan mengelola dana masyarakat itu didasarkan atas prinsip
portofolio dan diminta kembali oleh nasabah, bank mampu menyediakannya. Sifat
hubungan hukum demikian bukan sekadar hubungan debitur dan kreditur semata.
Oleh sebab itu, sifat hubungan hukum antara bank dan nasabah lebih tepat jika
perbankan. Hal ini juga ditekankan oleh Edward L. Symons dan James J. White
sebagaimana, dikutip oleh Sutan Remy Sjahdeini bahwa hubungan antara bank dan
nasabah bukanlah hanya sekadar hubungan debitur semata, tetapi lebih dari itu.
Dilihat dari transaksi loan dan deposit adalah memang hubungan debitur-kreditur.
Namun mengingat status bank yang unik di dalam masyarakat kita di mana bank
adalah a place of special safety and probity, maka hubungan tersebut adalah suatu
fiduciary.22
Dari hubungan hukum yang terbentuk antara bank dan nasabah ada empat
di samping itu keempat prinsip dasar tersebut juga menjelaskan sifat hubungan
10
Bank di dalam menghimpun dan mengelola dana masyarakat itu
disimpan di bank dalam suatu portofolio dan dikelola dengan aman dan jujur,
debitur dan Kreditur semata. Oleh sebab itu, sifat hubungan hukum antara bank
dan nasabah lebih tepat jika dikatakan sebagai hubungan kepercayaan (fiduciary
masyarakat yang disimpan pada bank atas dasar kepercayaan, oleh karenanya
masyarakat padanya. Pada hubungan antara bank dan nasabah simpanan tidak
perjanjian kredit antara bank dan nasabah debitur. Nasabah penyimpan dana
Stabilitas sistem keuangan akan dapat goyah jika bank tidak menganut prinsip
kerahasiaan ini. Jika identitas atau keberadaan nasabah dan simpanannya atau
rekeningnya, misalnya rekening giro seorang nasabah bank tanpa alasan hukum
yang kuat begitu mudah diterobos oleh pihak yang tidak berkepentingan dengan
rekening giro tersebut atau dibocorkan kepada pihak yang tidak berkepentingan.
11
privasinya terganggu dan dapat dipastikan jika nasabah tersebut tidak merasa
aman lagi berkaitan dengan harta milik yang disimpan di suatu bank tertentu,
prinsip kehati-hatian. Hal ini dihubungkan dengan kewajiban bank untuk tidak
sekalipun uang yang disimpan oleh nasabah telah menjadi milik bank sejak
disetorkan dan selama dalam penyimpanan bank, tetapi bank tidak dapat
keamanan dana tersebut. Bank mampu membayar kembali dana kepada nasabah
Prinsip Know Your Customer (KYC) adalah prinsip yang diterapkan bank
bank dan dapat mengakibatkan kerugian keuangan yang signifikan bagi bank
12
Mengingat hal tersebut dan dengan memperhatikan rekomendasi dari Basel
yang penting dalam melindungi kesehatan bank, maka bank perlu menerapkan
perbankan hadir melalui perkembangan digital dimana dunia digital sudah hadir di
segala aspek kehidupan masyarakat, salah satu produk digital perbankan yaitu Jenius
BTPN yang dalam memberikan layanannya tidak lepas dari asas dan prinsip dari
Jenius dari BTPN yang merupakan bank berbentuk digital yang memanfaatkan
sistem informasi teknologi memiliki risiko yang dapat merugikan nasabah. Risiko
tersebut timbul dari penyalahgunaan data atau akun yang dimiliki nasabah. Terdapat
beberapa serangan dari sisi penggunaan sistem teknologi dan informasi, yaitu:
dan server DNS. Kemudian penyerang dapat mengambil informasi dari klien
dan mengirimkan kembali informasi yang palsu ke klien sebelum informasi asli
sampai ke server DNS. Tipe serangan ini bergantung dari kondisi siapa yang
lebih cepat. Jika penyerang ingin serangannya berhasil, maka pernyerang harus
a. Phishing, yaitu serangan jarak jauh yang paling sering terjadi terhadap
24
Ibid. Hal. 21
13
sama dengan website aslinya dan menggunakan alamat website mirip
link yang merupakan website palsu yang tersembunyi, untuk diklik oleh
calon korban dan diyakinkan oleh penyerang untuk mengisi data karena
ada perbaikan dengan alassan tertentu, sehingga -data pribadi dari nasabah
b. Typo Site, yaitu pelaku membuat nama situs palsu yang sama persis
dengan situs asli dan membuat alamat yang mirip dengan situs asli agar
c. Interception, yaitu pihak yang tidak berhak berhasil mengakses aset atau
dapat digunakan untuk masuk ke dalam akun nasabah dan uang yang tersimpan
dapat diambil. Bank sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku, akan
mempercayai segala transaksi yang dilakukan oleh akun nasabah tersebut sesuai
Risiko-risiko tersebut pada umumnya dapat tetap terjadi walaupun bank sudah
menjaga dengan ketat keamanan sistem teknologi dan informasinya. Hal ini karena
kewaspadaan dari nasabah terhadap keamanan akses akun digital, baik untuk
password yang mudah ditebak atau sama dengan keseluruhan onlie access, jaringan
25
Maynina Norshela Hastuti, Rialda Annisya, “Security System Layanan Internet Banking PT BANK
MANDIRI (Persero) Tbk.“, Jurnal Sistem Komputer Volume 2 Number 2, (2012): 57, diakses pada tanggal 25
Oktober 2020, http://jsiskom.undip.ac.id/index.php/jsk/article/view/38/28.
26
BTPN, Syarat dan Ketentuan Pengguna Jenius, diakse 24 Oktober 2020,
https://www.jenius.com/terms-and-condition.
14
internet yang tidak aman, antivirus yang kadaluarsa, jarang memeriksa akun seperti
Risiko yang paling mungkin terjadi pada nasabah Jenius BTPN adalah metode
phising.28 Seperti pada kasus yang terjadi pada seorang nasabah Jenius pada bulan
Juni tahun 2020. Seorang nasabah pada pagi hari tanggal 8 Juni 2020 mendapati
notifikasi transaksi sebesar 3,2 (tiga koma dua) juta rupiah dalam semalam. Nasabah
mengakui handphone dalam keadaan aeroplane saat dibawa tidur pada malam
harinya, dan tidak melakukan transaksi apapun hingga pada pagi hari menemukan
Jenius sudah cukup aman dengan adanya system fingerprint dan bahwa semua
trtansaksi di atas 500 (lima ratus) ribu rupiah wajib memakai password. Saat
permanen dan kartu baru akan segera dikirimkan. kemudian meminta untuk
menambahkan keterangan bahwa saldo yang terkuras adalah yang disimpan di saldo
aktif, sedangkan saldo yang disimpan di fitur Dream dan Flexi Saver masih aman. 29
Pada 9 Juni 2020, pihak Jenius BTPMN mengatakan kasusnya bisa terjadi akibat
kartu Jenius nasabah terkoneksi dengan e-commerce, nasabah mengaku aneh dengan
pernyataan tersebut karena selama ini dia juga melakukan dengan bank lain dan
belum pernah terjadi kasus. Selanjutnya, pada tanggal 10 Juni 2020, sejumlah dana
27
Ibid.
28
Adi Briantika, “Ruby Alamsyah Founder, CEO & Chief Digital Forensic dari PT Digital Forensic
Indonesia: Transaksi Siluman di Rekening Jenius Bermodus Phishing?", Tirto.id, 13 Juni 2020, diakses 25
Oktober 2020, https://tirto.id/fG4jhttps://tirto.id/transaksi-siluman-di-rekening-jenius-bermodus-phishing-fG4j
29
Kumparan, “Kronologi Lengkap Nasabah Jenius Kena Bobol Rp 3,2 Juta”, Kumparan.com (11 Juni
2020), diakses 25 Oktober 2020, https://kumparan.com/kumparanbisnis/kronologi-lengkap-nasabah-jenius-kena-
bobol-rp-3-2-juta-1tam3RwCmEH/full.
15
keterangan bahwa dana tersebut sebagai refund dari transaksi e-commerce pada
tanggal 7 Juni 2020, yang diakui nasabah bahwa ia tidak pernah melakukan transaksi
apapun pada tanggal tersebut. Namun dana tersebut tidak ada di saldo aktif, dan baru
akan masuk ke M-card pada tanggal 12 Juni 2020. Hari yang sama, tanggal 10 Juni
2020, pada sore hari, Jenius BTPN mengirimkan sejumlah dana yang diakui sebagai
immediate refund, namun dana belum sah menjadi milik nasabah karena kasus masih
dalam investigasi dan harus dibuktikan bahwa nasabah benar tidak melakukan
trasaksi. Kemudian pada tanggal 11 Juni 2020, Jenius BTPN melakukan refund dana
sejumlah yang terpangkas dan menjadi milik nasabah, namun investigasi terus
berlanjut.
Menanggapi kasus tersebut, Founder, CEO & Chief Digital Forensic dari PT
Attacks, Jason Hong mengatakan bahwa phishing bekerja dalam tiga tahap. Pertama,
dalam pesan umpan itu, biasanya pergi ke situs palsu atau memasang malware
secara tak sadar atau membalas pesan dengan menyertakan informasi sensitif; dan
yang terakhir adalah pelaku memonetisasi informasi yang dicuri. Modus sejenis ini
terjadi berselang satu hingga dua hari sebelum nasabah menjadi korban. Karena
yang dibutuhkan hanya nomor kartu dan CVV (tiga atau empat digit terakhir yang
tertera di balik kartu kredit), maka pelaku tidak perlu mengakses aplikasi Jenius
korban atau tidak memerlukan autentikasi apapun seperti yang dibutuhkan saat
30
Adi Briantika, “Ruby Alamsyah Founder, CEO & Chief Digital Forensic dari PT Digital Forensic
Indonesia: Transaksi Siluman di Rekening Jenius Bermodus Phishing?", Tirto.id, 13 Juni 2020, diakses 25
Oktober 2020, https://tirto.id/fG4jhttps://tirto.id/transaksi-siluman-di-rekening-jenius-bermodus-phishing-fG4j.
31
Ibid.
16
Selain contoh kasus di atas, risiko yang mungkin timbul dari pemanfaatan
Layanan Perbankan Digital Jenius BTPN adalah penipuan dengan modus berpura-
pura sebagai call center, sehingga nasabah percaya untuk memberikan informasi
terkait akun perbankannya. Seperti pada kasus yang terjadi pada seorang nasabah
hingga lebih dari 50 (lima puluh) juta rupiah. 32 Kasus ini berawal dari adanya
panggilan telepon dari pihak penipu yang seolah-olah bertindak sebagai call center
megabarkan tentang adanya pembaruan system dan penggantikan kartu ATM. Pada
saat itu, korban memberitahukan data diri sehingga pelaku dapat mengakses aplikasi
Jenius BTPN yang lain yang tinggal di Lampung yang mengaku rekeningnya sedang
di-hack orang tidak dikenal. Nasabah mengadukan hal ini pada pihak Jenius BTPN,
Otoritas Jasa Keuangan, dan kepolisian, namun pelaku tetap tidak dapat diciduk.
Nasabah menyesalkan jenis tabungan deposito yang dapat dengan mudah ditarik.
Penipuan pada nasabah dengan Layanan Perbankan Digital dapat terjadi dengan
kemungkinan yang lebih besar, mengingat proses kegiatan perbankan dari Layanan
Perbankan Digital dilakukan tanpa bertemu fisik, maka nasabah akan lebih mudah
percaya apabila ada orang yang mengaku sebagai petugas jenius dari BTPN.
Terkait dengan kasus tersebut di atas, dapat dicermati bahwa serangan tersebut
Namun hal ini perlu pula menjadi perhatian bagi sistem keamanan perbankan agar
lebih hati-hati kembali dalam menjaga sistem keamanan dalam transfer dana milik
nasabah. Selain itu, bank perlu aktif memberikan sosialisasi terhadap cara
32
M. Richard, “Ada Pembobolan Rekening Digital, Ini Kata BTPN Soal Keamanan Akun Jenius”,
Bisnis.com (21 September 2020), diakses 25 Oktober 2020,
https://finansial.bisnis.com/read/20200921/90/1294614/ada-pembobolan-rekening-digital-ini-kata-btpn-soal-
keamanan-akun-jenius.
17
komunikasi dengan nasabah, dan nomor telepon nasabah pun perlu untuk
dipertanggungjawabkan kerahasiaannya.
PERBANKAN DIGITAL
merupakan salah satu hal penting yang perlu diperhatikan oleh bank. Nasabah
bagi konsumen Layanan Pebrankan Digital tersebut, dapat diuraikan menurut jenis
perlindungan hukum ada 2 (dua) bentuk yaitu perlindungan hukum preventif dan
represif.33
Digital
Perlindungan hukum yang diberikan oleh bank atas Layanan Perbankan Digital
33
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: Percetakan M2 Print,
2007), hal. 3
34
Tami Rusli, “Perlindungan Hukum Konsumen (Nasabah) Electronic BankingMelalui Anjungan Tunai
Mandiri (ATM)”, Jurnal Pranata Hukum Vol 5 No 2, (2010): 69-70, diakses pada 25 Oktober 2020,
http://jurnal.ubl.ac.id/index.php/PH/article/view/143/142
18
menjadi lebih terbuka yang sekaligus menjamin adanya transparansi dalam
dunia perbankan;
apabila dari bank ada jaminan bahwa pengetahuan bank tentang data
Simpanan.
perbankan digital;
diskriminatif;
oleh bank secara benar, jelas dan jujur. Bank selaku pelaku usaha wajib
e. Dalam hal menguji atau mencoba barang maupun jasa bank diwajibakan
19
f. Bank wajib memberi konpensasi, ganti rugi maupun penggantian atas
dan ayat (2) UU 10/1998 mengenai rahasia bank, Pasal 37B ayat (1) dan (2) UU
10/1998 mengenai jaminan atas simpanan nasabah melalui LPS dan Pasal 18
Bank penyelenggara Layanan Perbankan Digital juga wajib memiliki fungsi dan
nasabah yang disebabkan oleh adanya potensi kerugian finansial pada nasabah
yang diduga karena kesalahan atau kelalaian bank. Sementara itu, PBI 10/2008
20
Pengaturan penyelesaian pengaduan nasabah lainnya diatur dalam Surat
pengaduan wajib disertai dengan pernyataan maaf serta menawarkan ganti rugi
a. Regulasi
b. Pembinaan
aspek manajemen resiko. dalam SEOJK 2/ 2014 telah diatur bahwa pelaku
usaha jasa keuangan, termasuk bank, wajib untuk melakukan pelatihan bagi
c. Pengaduan Layanan
35
Rati Maryani Palilati, “Perlindungan Hukum Konsumen Perbankan Oleh Otoritas Jasa Keuangan”,
Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadilan Vol 5 No 1, (2017): 55, diakses 25 Oktober 2020,
https://jurnalius.ac.id/ojs/index.php/jurnalIUS/article/view/414/pdf_34
21
Dalam SEOJK 2/2014 diiatur pula mengenai ketentuan mengenai pelayanan
d. Sanksi
Digital.
Keuangan, diatur bahwa apabila konsumen dan pelaku usaha jasa keuangan
perlindungan represif untuk sengketa yang mungkin terjadi antara bank dan
1/2014). Dalam POJK 1/2014 diatur agar setiap permasalahan antara konsumen
dan Lembaga jasa keuangan. Dalam hal ini nasabah dan bank, harus
36
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1987)
hal. 5
22
diselesaikan oleh bank terlebih dahulu. Dalam hal tidak dapat diselesaikan oleh
bank, maka dapat dipilih mekanisme pengadilan atau melalui luar pengadilan
Otoritas Jasa Keuangan sesuai dnegan ketentuan yang diatur dalam POJK
1/2014.
kasus yang terjadi pada Layanan Perbankan Digital Jenius, terdapat perlindungan
konsumen preventif yang dilakukan oleh Jenius dari BTPN sesuai dengan SEOJK
2/2014, yaitu call center 24 jam bagi kepentingan nasabah, pengajuan keluhan
melalui website dan standar operasional prosedur yang telah diterapkan oleh Jenius
dalam jangka waktu 2 (dua) hari untuk pengaduan lisan dan 20 (dua puluh) hari
untuk pengaduan tulisan. Selanjutnya, akan terus dipantau ddan diberikan solusi.
Prosedur tersebut layanan Jenius BTPN tersebut telah sesuai dengan ketentuan
dalam POJK 12/2018 dan PBI 10/2008, dimana bank harus memiliki layanan
37
Pengaduan dan pelayanan dapat dilihat pada situs: https://www.jenius.com/en/pengajuan-keluhan
38
Jenius BTPN, Informasi Tatacara Pelayanan dan Penyelesaian Pengaduan Konsumen, diakses pada
25 Oktober 2020, https://www.btpn.com/pdf/bank-mediation/informasi-tata-cara-pelayanan-dan-penyelesaian-
pengaduan-konsumen---032018.pdf
23
Terkait dengan telah kasus hilangnya dana dari rekening dana nasabah
dilakukan oleh BTPN Jenius tersebut telah memperhatikan ketentuan POJK 12/2018,
yaitu memberikan ganti kerugian materiil kepada nasabah. Pada kasus hilangnya dana
nasabah tersebut, Jenius dari BTPN memberikan penyelesaian secara cepat melalui
immediate refund berupa penggantian rugi dana yang hilang setelah nasabah
memberikan bukti bahwa itu bukan transaksi yang dilakukan oleh nasabah, dan
ditindaklanjuti oleh Jenius BTPN, maka dapat menjadi sengketa yang dapat
luar pengadilan, sebagaimana diatur dalam POJK 1/2013 dan POJK 1/2014.
E. PENUTUP
10/1998, POJK 12/2018, POJK 38/2016, POJK 1/2013 dan peraturan pelaksana lain
Pada Jenius dari BTPN juga sudah menerapkan ketentuan yang diatur oleh
keuangan harus terus melakukan inovasi untuk menghadapi celah dari teknologi
tersebut.
Pemenuhan perlindungan hak nasabah sudah dilakukan dengan baik oleh Jenius
24
hilangnya dana nasabah terus terjadi dan mengakibatkan bank harus mengganti
kerugian materil tersebut, maka hal ini akan menyebabkan kerugian pada bank yang
DAFTAR PUSTAKA
25
BUKU
Ginantra , Ni Luh Wiwik Sri Rahayu, Janner Simarmata, Ramen A. Purba, Moch Yusuf
Tojiri, Amin Ama Duwila, Muhammad Noor Hasan Siregar, Lora Ekana Nainggolan,
Elisabeth Lenny Marit, Acai Sudirman, Indra Siswanti, Teknologi Finansial: Sistem
Finansial Berbasis Teknologi di Era Digital. Medan: Yayasan Kita Menulis. 2020.
Soemitro, Roni Hanitijo. Metode Penelitian Hukum dan Jarimetri Jakarta: Ghalia Indonesia.
1990.
Usanti, Trisadi P., Abd. Shomad. Hukum Perbankan. Jakarta: Kencana. 2017.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Lembaran Negara Tahun 1998
Nomor 182. Tambahan Lembaran Negara Nomor 3790.
Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 42. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3821.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 38 Tahun 2016 tentang Penerapan Manajemen
Risiko Dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 12/POJK.03/2018 tentang Penyelenggaraan
Layanan Perbankan Digital Oleh Bank Umum.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 tentang Lembaga Alternatif
Penyelesaian Sengketa di Sektor Jasa Keuangan
JURNAL
Hastuti, Maynina Norshela, Rialda Annisya, “Security System Layanan Internet Banking PT
BANK MANDIRI (Persero) Tbk“. Jurnal Sistem Komputer Volume 2 No. 2. 2012.
Palilati, Rati Maryani. “Perlindungan Hukum Konsumen Perbankan Oleh Otoritas Jasa
Keuangan”, Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadilan Volume 5 No 1. 2017.
Wirdiyanti, Rosnita. Digital Banking Technology Adoption and Bank Efficiency: The
Indonesian Case. OJK Working Paper. 2018.
26
ARTIKEL
“Kronologi Lengkap Nasabah Jenius Kena Bobol Rp 3,2 Juta”, Kumparan.com (11 Juni
2020), diakses pada 25 Oktober 2020, https://kumparan.com/kumparanbisnis/kronologi-
lengkap-nasabah-jenius-kena-bobol-rp-3-2-juta-1tam3RwCmEH/full.
“Ada Pembobolan Rekening Digital, Ini Kata BTPN Soal Keamanan Akun Jenius”,
Bisnis.com (21 September 2020), diakses pada 25 Oktober 2020,
https://finansial.bisnis.com/read/20200921/90/1294614/ada-pembobolan-rekening-digital-ini-
kata-btpn-soal-keamanan-akun-jenius.
27