Anda di halaman 1dari 9

PERCEPTION and DECISION MAKING

Persepsi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang dimulai


dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh
individu sehingga individu dapat mengenali dirinya sendiri dan keadaan di
sekitarnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi:


1. Faktor Fungsional
Dihasilkan dari kebutuhan,kegembiraan(suasana hati), pelayanan dan pengalaman
masa lalu seorang individu.
2. Faktor Struktural
Berarti bahwa faktor-faktor tersebut timbul atau dihasilkan dari sistem syaraf
individu.
3. Faktor Situasional 
Banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal.
4. Faktor Personal
Terdiri atas pengalaman,motivasi,dan kepribadian.

Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang


terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :
· Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang
diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti
terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap
orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.
· Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk
memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada
pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang
terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap
suatu obyek.
· Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa
banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi.
Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan
tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.
· Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya
seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan
jawaban sesuai dengan dirinya.
· Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan
dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau
untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.
· Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini
menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat
mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.

Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik


dari linkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen
tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan
mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya.
Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :
· Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa
semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami.
Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk
ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya
membentuk persepsi.
· Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak,
akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.
· Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan
latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang
lain akan banyak menarik perhatian.
· Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna
lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat.
Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi
persepsi.
· Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek
yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang
diam.

TEORI YANG MENDASARI PERSEPSI INDIVIDU


Teori Atribusi adalah teori yang mengamati suatu perilaku individu dan menentukan
perilaku tersebut apakah berasal dari faktor internal atau eksternal .
Contoh: seorang teman sekolah yang dulu akrab dan baik sama kita. 10 tahun
kemudian saat bertemu dengannya, dia menjadi preman. Tentunya kita berpikir
karena faktor lingkungan dan teman-temannya yang mempengaruhi dia menjadi
seorang preman.

Menurut teori atribusi, keberhasilan atau kegagalan seseorang dapat dianalisis


dalam tiga karakteristik, yakni:
·     · Penyebab keberhasilan atau kegagalan mungkin internal atau eksternal. Artinya,
kita mungkin berhasil atau gagal karena faktor-faktor yang kita percaya memiliki
asal usul mereka di dalam diri kita atau karena faktor yang berasal di lingkungan
kita.
·     · Penyebab keberhasilan atau kegagalan seseorang dapat berupa stabil atau tidak
stabil. Maksudnya, jika kita percaya penyebab stabil maka hasilnya mungkin akan
sama jika melakukan perilaku yang sama pada kesempatan lain.
·     · Penyebab keberhasilan atau kegagalan dapat berupa dikontrol atau tidak
terkendali. Faktor terkendali adalah salah satu yang kami yakin kami dapat
mengubah diri kita sendiri jika kita ingin melakukannya. Adapun factor tak
terkendali adalah salah satu yang kita tidak percaya kita dengan mudah dapat
mengubahnya.

Faktor yang mempengaruhi Teori Atribusi


·     · Kekhususan : individu yang memperlihatkan perilaku yang berbeda dalam situasi
yang berbeda. Contoh : perilaku si A yang bertemu dengan pacarnya berbeda
dengan perilaku A yang bertemu dengan teman-temannya
·     · Konsensus : yaitu jika setiap orang yang menghadapi situasi serupa bereaksi
dengan cara yang sama. Contoh : Si A adalah polisi dan si B adalah seorang anak
muda yang baik dan suka menolong. Suatu hari ada pencurian terhadap si C ,
ketika si C berteriak reaksi yang dikeluarkan Si A dan B sama yaitu menolong si C
·     · Konsistensi : apakah seseorang memberikan reaksi yang sama dari waktu ke
waktu. Contoh : orang tua akan mendidik anaknya yang 1 sama dengan anaknya
yang ke 2 agar semakin bertambah dewasa semakin lebih baik perilaku mereka

    Faktor-faktor yang biasa digunakan dalam menilai orang lain :


1. Selective Perception: proses dimana individu merasakan apa yang mereka
inginkan dalam pesan media dan mengabaikan sudut pandang yang berlawanan
Contoh : Manusia pada dasarnya mempersepsi dunia secara selektif, dan itu sangat
tergantung pada sikap yang kita bangun mengenai dunia. Sebagai contoh, kalau
kita memang sudah percaya bahwa Si A itu jahat, maka setiap kali kita bertemu
dengan Si A, kita akan cenderung memberi perhatian terhadap hal-hal dalam diri
orang itu yang akan mengukuhkan ketidaksukaan kita. Kita mengabaikan hal-hal
baik mengenai dirinya, bahkan ketika ada orang lain yang menyatakan pendapat
lain tentangnya.

2. Halo effect: penilaian seseorang berdasarkan pendapat pribadi yang dilakukan


secara sepintas/singkat dipengaruhi oleh penampilan pertama atau kesan pertama
yang melekat pada orang yang dinilai. Halo effect ini dapat mempengaruhi evaluasi
dan estimasi penilaian seseorang kepada orang yang dinilai.

Halo effect seorang pewawancara/intervier calon pekerja


  Pewawancara dalam mewawancarai calon pekerja tidak mempunyai cukup
informasi mengenai diri pelamar
  Pewawancara tidak fokus kepada materi yang dibutuhkan untuk mendapat
informasi banyak tentang diri pelamar
  Pewawancara mengkedepankan pendapat pribadi dalam menilai pelamar
sehingga terpengaruh oleh kesan pertama dan atau melihat apa yang melekat pada
diri pelamar

Contoh : pewawancara terkesan pada pandangan pertama yaitu cara


berbicara/berdiplomasi, cara berpakaian, dan atau penampilan fisik cantik atau
ganteng. Pendapat pribadi ini terkesan terburu-buru sehingga tidak fokus pada
estimasi yang dibutuhkan, yang dapat mempengaruhi penilaian seorang
pewawancara/intervier dalam menentukan pilihannya.

Halo effect seorang atasan/user kepada bawahannya


  Atasan dalam menilai bawahannya/staffnya berdasarkan pendapat pribadi yaitu
melihat sumber rekomendasi pekerja, hal ini dapat berakibat penilaian menjadi
positif atau negatif pada diri pekerja
  Penilaian atasan dipengaruhi oleh kedekatan pribadi dengan atasan/penilai
  Penilaian atasan berpengaruh pada kebaikan masa lalu atau kesalahan masa lalu
  Penilaian atasan dipengaruhi oleh penampilan pertama yaitu sikap ramah yang
terkesan penurut, cara berbicara/diplomasi dan cara berpakaian.

Contoh : atasan menilai bawahannya yang dipengaruhi oleh perasaan senang atau
tidak senang terhadap bawahannya sehingga penilaian mempengaruhi pengukuran
prestasi kerja pekerja yang berakibat penilaian tidak objektif, yang berarti dapat
lebih baik atau lebih buruk
Pewawancara calon pekerja dapat menghindarkan halo effect
  Pewawancara harus mengkedepankan niat baik yaitu menilai secara jujur, tegas,
sesuai kebutuhan dan standar yang sudah ditentukan.
  Pewawancara menyadari bahwa dia bertugas menggali dan mengumpulkan
informasi sebanyak mungkin dari diri pelamar
  Sebelum terjadi wawancara, pewawancara mempersiapkan dan mempunyai
informasi yang cukup tentang diri pelamar
  Dalam wawancara, apabila ada informasi yang kurang jelas, maka seorang
pewawancara dapat meminta penjelasan mengenai hal-hal yang dianggap tidak
jelas.

Seorang atasan/user dapat terhindar dari halo effect


  Apabila perusahaan mempunyai standar penilaian prestasi kerja lengkap, dapat
dipertanggung jawabkan secara jelas dan terukur.
  Atasan mematuhi standar ukuran disiplin kerja
  Atasan mematuhi standar ukuran penilaian kemampuan dan ketrampilan kerja
 Atasan mematuhi standar sikap pekerja baik terhadap atasan, pekerjaan dan
perusahaan/lingkungannya.

3. Contrast effect: Evaluasi atas karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh


perbandingan dengan orang lain yang baru saja dijumpai yang berperingkat lebih
rendah pada karakteristik yang sama
Contoh: beberapa departemen SDM telah memperhatikan penyelia pria boleh jadi
memberikan penilaian rendah yang tidak semestinya diberikan pada perempuan
yang memegang pekerjaan atau jabatan yang secara tradisi dipegang kaum laki-
laki. Kadang-kadang para penilai tidak sadar akan prasangkanya, dan hal ini
membuat bias lebih sulit untuk dibatasi. Meskipun demikian, para ahli hendaknya
memberi perhatian dalam membuat pola penilaian tanpa adanya unsur prasangka.
Prasangka akan mengabaikan penilaian efektif dan dapat melanggar hukum
antidiskriminasi. Hal ini akan melanggar persamaan hak dalam pekerjaan.

4. Projection: mengarahkan emosi kepada orang lain.


Contoh : Seringkali saat kita merasa jengkel atau marah ketika menjumpai orang
lain yang sedang stress dalam pekerjaannya yang tidak mengacuhkan kita,
kemudian kita pun langsung memberikan tuduhan bahwa orang itu marah terhadap
kita karena saat diajak berbicara tidak merespon.

5. Stereotyping: Menilai seseorang atas dasar persepsi seorang terhadap


kelompok seseorang itu
Contoh : ada seseorang yang sering terlihat bergabung dalam perkumpulan geng
mobil yang cukup terkenal di kotanya, maka anak itu akan dianggap selevel
ataupun memiliki jenis mobil pribadi yang sama dengan kumpulannya, padahal
belum tentu orang tersebut memiliki mobil yang sama.

Aplikasi yang specific dari organisasi dalam menilai calon pekerjanya


  Interview pekerja (wawancara) : pada bagian ini wawancara sering membuat
penilaian perseptual yang tidak akurat
  Eksepktasi performa ( pengharapan kinerja) : ada banyak bukti menunjukan
bahwa individu akan berusaha untuk mengesahkan persepsi mereka tentang
kenyataan, bahkan ketika persepsi tersebut salah
  Pembentukan Profil (suku and etnis) : pembentukan stereotip dimana satu
kelompok individu dipilih biasanya berdasarkan rasa tau etnis untuk penyelidikan
intensif, inspeksi ketat atau investigasi
  Penilaian kinerja : penilaian kinerja sangatt bergantung pada proses
pengiterpretasian. Masa depan seorang karyawan berhubungan erat dengan
penilaian promosi, kenaikan bayaran dan kelanjutan pekerjaan merupakan
beberapa hasil yang paling nyata
  Employee Effort : penilaian terhadap upaya ini sering merupakan suatu
pertimbangan subjektif yang rawan terhadap distosi – distorsi dan prasangka
perseptual.
  

Pengambilan keputusan manajerial secara rasional itu mengasumsikan bahwa


keputusan itu dibuat demi kepentingan ekonomi terbaik organisasi tersebut.
Artinya, si pengambil keputusan itu diasumsikan memaksimalkan kepentingan
organisasi tersebut, bukan kepentingannya sendiri.

Pengambilan keputusan manajerial dapat mengikuti pengasumsian rasional jika


syarat-syarat berikut ini dipenuhi: manajer itu dihadapkan pada masalah sederhana
yang sasarannya jelas dan alternative-alternatifnya terbatas, dimana tekanan
waktu sangat sedikit dan biaya untuk mencari dan mengevaluasi alternative itu
rendah, yang mana budaya organisasinya mendukung inovasi dan pengembalian
resiko, dan dimana hasil-hasilnya relative konkrit dan dapat di ukur. Tetapi
keputusan-keputusan yang dihadapi para manajer di dunia nyata tidak memenuhi
semua uji itu.

Contoh : 
jika seseorang dihadapkan dengan 2 pilihan produk, produk A menawarkan harga
yang tidak terlalu mahal dengan kualitas barang yang tinggi sedangkan produk B
menawarkan harga yang sangat murah dengan kulaitas barang yang rendah pula,
konsumen yang dihadapkan pada 2 pilihan ini cenderung akan memilih produk A
dengan harga yang relative murah dengan kualitas yang tinggi dibanding produk B
yang kualitasnya produknya rendah walaupun dengan harga murah.

Pengambilan keputusan yang berdasarkan logika ialah suatu studi yang rasional
terhadap semuan unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan.
Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasional, keputusan yang
dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk
memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat
dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Pada
pengambilan keputusan secara logika terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
·  kejelasan masalah
·  orientasi tujuan : kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai
·  pengetahuan alternatif : seluruh alternatif diketahui jenisnya dan konsekuensinya
·  preferensi yang jelas : alternatif bisa diurutkan sesuai criteria
·  hasil maksimal : pemilihan alternatif terbaik didasarkan atas hasil ekonomis yang
maksimal 

RASIONAL TERBATAS
Perilaku yang rasional berdasarkan parameter proses pengambilan keputusan yang
disederhanakan, yang dibatasi (dipagari) oleh kemampuan seseorang untuk
memproses informasi. Para manajer mengetahui bahwa pengambilan keputusan
yang “baik” diandaikan melakukan hal-hal tertentu: mengidentifikasi masalah,
mempertimbangkan, berbagai alternative, mengumpulkan informasi, dan bertindak
secara tegas, namun berhati-hati. Para manajer, dengan demikian, diharapkan
menampilkan perilaku pengambilan keputusan yang benar. Dengan berbuat begitu,
para manajer memberi isyarat kepada atasan, rekan sejawat, dan bawahan mereka
bahwa mereka itu kompeten dan bahwa keputusan mereka merupakan hasil
pertimbangan yang cerdas dan rasional.

Proses Pengambilan Keputusan Rasional


Ada enam langkah dalam model pengambilan keputusan yang rasional, yaitu :
1. Menetapkan masalah,
2. Mengidentifikasi kriteria keputusan,
3. Mengalokasikan bobot pada kriteria,
4. Mengembangkan alternatif,
5. Mengevaluasi alternatif, dan
6. Memilih alternatif terbaik.

Model pengambilan keputusan yang rasional diatas mengandung sejumlah


asumsi, yaitu :
· Kejelasan masalah : pengambil keputusan memiliki informasi lengkap sehubungan
dengan situasi keputusan.
· Pilihan-pilihan diketahui : pengambil keputusan dapat mengidentifikasi semua
kriteria yang relevan dan dapat mendaftarkan semua alternatif yang dilihat.
· Pilihan yang jelas : kriteria dan alternatif dapat diperingkatkan sesuai pentingnya.
· Pilihan yang konstan : kriteria keputusan konstan dan beban yang ditugaskan
pada mereka stabil sepanjang waktu.
· Tidak ada batasan waktu dan biaya : sehingga informasi lengkap dapat diperoleh
tentang kriteria dan alternatif.
· Pelunasan maksimum: alternatif yang dirasakan paling tinggi akan dipilih.

STUDI KASUS
Kasus yang menimpa Bibit dan Chandra pada saat ini sedang menjadi sorotan
public. Semua lapisan masyarakat mulai dari masyarakat sipil, kalangan akademis
hingga kalangan elit politik membicarakan kasus tersebut. Kasus ini melibatkan
pihak-pihak yang berada pada posisi-posisi strategis dalam ranah hukum di
Indonesia yakni Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), POLRI, dan Kejaksaan Agung.
Semakin hari kasus ini terus berkembang hingga menyebabkan masyarakat
memiliki persepsi bahwa kasus tersebut melibatkan institusi bukan pihak-pihak
yang terlibat di dalamnya. Kisruh ini dapat diibaratkan seperti benang kusut. Antara
Polri dan KPK pun terus saling menjatuhkan dan merasa berada di pihak yang
benar. Kasus ini menuai banyak menuai pro dan kontra, banyak orang yang
menaruh simpati pada Bibit-Chandra. Mereka menganggap bahwa kasus ini adalah
sebuah konspirasi untuk menjatuhkan atau upaya untuk melemahkan KPK yang
selama ini aktif memburu para koruptor di negeri ini.

Karena kasus tersebut tak kunjung selesai dan semakin berlarut-larut, membuat
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai kepala Negara ikut mencoba
menyelesaikan masalah ini dengan menggunaakan wewenangnya untuk
membentuk Tim Pencari Fakta (TPF). KEPUTUSAN Presiden untuk membentuk tim
independen tersebut merupakan hasil pertemuan antara presiden dengan tokoh
masyarakat pada hari Minggu (1/11) malam di wisma Negara.

Selain karena wewenang yang dimilikinya, presiden membentuk TPF pun


berdasarkan fakta yang ada. Situasi seperti ini tidak baik bagi keberlangsungan KPK
sebagai tonggak pemberantasan korupsi dan tidak baik pula untuk kehidupan
bangsa dan Negara  karena adanya mistrust dan distrust bukan hanya terhadap
hukum di Indonesia tetapi juga kredibilitas Polri, Jaksa, dan KPK. Kemudian selain
dua alasan yang melatarbelakangi presiden membentuk TPF, terdapat alasan
lainnya yakni berdasarkan rasional yang ada, dimana presiden berharap dengan
dibentuknya TPF dapat segera menyelesaikan kasus ini dengan transparan dan
public dapat mengetahui fakta yang sesungguhnya.

contoh kasus  yang menimpa Bibit-Chandra, yang pada intinya Presiden Republik
Indonesia mengambil keputusan untuk membentuk Tim Pencari  Fakta (TPF).
Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Presiden berdasarkan pada wewenang
yang dimiliki, rasional , dan fakta yang terjadi. Hal tersebut sesuai dengan dasar
teori pengambilan keputusan.

PENYIMPANGAN DAN KESALAHAN UMUM PADA PERSEPSI KOGNITIF


·    · Overconfidence Bias
Kepercayaan yang berlebihan pada pilihan dan keputusan pribadi.
Contoh: remaja yang baru 2-3x berlatih mengendarai motor, telah yakin dengan
kemampuannya membawa sepeda motor dengan cepat, justru berakibat terhadap
keselamatannya di jalan.
·    · Anchoring Bias
Kecenderungan untuk terlalu bergantung pada referensi masa lalu atau pada salah
satu sifat atau sepotong informasi ketika membuat keputusan.
Contoh: seorang interviewer yang mempunyai ekspektasi tinggi terhadap pelamar,
maka pelamar tersebut cenderung mendapatkan wawancara yang lebih positif,
sebaliknya jika interviewer tidak merasa sreg dengan seorang kandidat sejak awal,
ia akan mewawancara dengan asal-asalan.
·    · Confirmation Bias
Kecenderungan untuk mencari atau menafsirkan informasi dengan cara
memastikan prasangka seseorang. Contoh: seseorang interviewer yang melakukan
wawancara terhadap pelamar, namun telah memiliki penilaian/asumsi sendiri
terhadap kandidat sehingga interviewer menjadi kurang terbuka untuk melihat
kemampuan lain yang dimiliki oleh kandidat.
·    · Availability Bias
Kecenderungan untuk memutuskan/memilih sesuatu berdasarkan pada informasi
yang sudah tersedia.
Contoh: seorang investor yang membuat keputusan berdasarkan apa yang
diingatnya sehingga tidak menyeluruh dalam melakukan analisis untuk membuat
keputusan keuangan. Misalkan begini: para karyawan akan lebih mempercayai dan
membeli saham-saham dari perusahaan tempat mereka bekerja karena
berkeyakinan bahwa mereka lebih tahu dan sudah familiar dengan perusahaan
tersebut.
·     · Escalation of Commitment
Sikap mempertahankan sebuah keputusan meskipun terdapat bukti nyata bahwa
keputusan tersebut salah.

Contoh: seorang yang gila judi dan pernah sekali mengalami keuntungan besar
dari judi. Kemudian melakukan judi seterusnya, meskipun berkali-kali gagal dan
rugi, namun tetap melanjutkan perjudian tersebut dengan keyakinan bahwa akan
mendapat uang besar lagi.
·     

     · Hindsight Bias
Kecenderungan seseorang untuk berpura-pura yakin bahwa ia telah memprediksi
hasil dari sebuah peristiwa secara akurat, setelah hasil tersebut benar-benar
diketahui. Contoh: penduduk yang tinggal didaerah dekat gunung berapi segera
mengungsi begitu mendapatkan informasi adanya prediksi gunung yang akan
meletus di daerah mereka tinggal. 

PEMBATAS ORGANISASI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN


·     · Evaluasi Kinerja
Contoh: seorang guru yang ingin mendapatkan evaluasi yang bagus akan
meluluskan banyak murid dan tidak menggagalkan lebih banyak murid.
·     · Sistem Reward
Contoh: perusahaan yang menerapkan sistem penghargaan bagi karyawan yang
berprestasi akan meningkatkan kemampuan karyawan tersebut dalam mengambil
keputusan yang baik dan cenderung memperhatikan resiko dari keputusan yang
diambil.
·     · Peraturan Formal
Contoh: beberapa restoran yang memberikan peraturan formal mengenai prosedur
pembuatan beberapa jenis makanan menyebabkan para koki tidak bisa
berkreasi/melakukan variasi yang lain saat memasak masakan tersebut karena ada
peraturan yang membatasi
·     · Kendala Waktu
Contoh: pekerjaan yang diberikan deadline/tenggat waktu untuk diselesaikan
menyebabkan seseorang akan memutuskan untuk menyelesaikan dengan cepat
tanpa menunda.
·     · Preseden Sejarah (keputusan yang telah dibuat pada kejadian di masa lalu
menjadi bayang-bayang dalam pengambilan keputusan ke depan)
Contoh: seorang yang telah menikah dan bercerai lebih berhati-hati dalam
memutuskan pasangan hidup berikutnya yang akan dinikahi.

KERANGKA ETIS UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN


·     · Utilitarian
Mengambil keputusan berdasarkan manfaat untuk kelompok mayoritas.
Contoh: program siaran televisi seperti Indonesian Idol yang menggunakan sistem
vote melalui sms merupakan bentuk pengambilan keputusan untuk mengeliminasi
peseta yang memiliki rate terendah dalam vote. Hal ini bisa menjadi hal yang
positif/negatif tergantung dari tiap individu.
·     · Rights
Mengambil keputusan didasarkan kepada hak yang dimiliki oleh tiap individu
Contoh: seorang saksi pembunuhan memiliki hak untuk dilindungi sebagai saksi
dalam pengadilan terhadap tersangka pembunuhan.
·     · Justice
Melakukan pengambilan keputusan berdasarkan peraturan yang baik dan adil.
Contoh: pekerja lokasi memiliki penghasilan yang lebih rendah dibanding CEO.
Meskipun terlihat bahwa orang yang bekerja di lokasi lebih menguras tenaga dan
bekerja lebih keras secara fisik dibanding CEO, namun hal tersebut merupakan
pembagian yang adil. Karena seorang CEO mampu menghasilkan keputusan yang
berdampak besar terhadap keseluruhan perusahaan dan seorang CEO memiliki
tanggung jawab yang lebih tinggi terhadap perusahaan dibandingkan dengan
pekerja lokasi.

Anda mungkin juga menyukai