Anda di halaman 1dari 16

KELOMPOK 6

Irfan Putra Darmawan (141170271)


Arizal Muchlisin (141170293)
Yusuf Waskitho Setyawan (141170302)
 Kata resonansi (resonance) berasal dari bahasa
latin resonare yang artinya “menggemakan”, sedangkan
menurut Oxford English Dictionary arti resonance adalah
“penguatan atau pemanjangan suara melalui pemantulan”
atau “melalui getaran yang selaras”.
 Resonansi yang dimaksud disini adalah bagaimana
pemimpin mampu merasakan juga apa yang dirasakan
oleh pengikutnya/bawahnnya. Pemimpin resonansi
mampu memahami dan berempati terhadap apa yang
dirasakan oleh bawahannya.
 Menurut David Coleman, ketika berbicara tentang manajer
puncak, kecerdasan emosional (EQ) dua kali lebih penting
daripada keterampilan + IQ.
 Resonant leadership mempengaruhi diri dan berhubungan
dengan orang lain melalui kesadaran, harapan, dan
kepedulian.
 Pemimpin resonan menggunakan keterampilan kecerdasan
emosional dan sosial untuk memperbarui diri,
menciptakan hubungan yang positif, dan menumbuhkan,
lingkungan hidup yang sehat untuk melibatkan orang lain
untuk mencapai tujuan bersama. Mereka melakukan hal ini
melalui kesadaran, harapan dan kasih sayang, yaitu:
◦ Kesadaran: Kesadaran tentang apa yang sebenarnya terjadi di
dalam tubuh, pikiran, hati, dan jiwa, dengan memperhatikan apa
yang terjadi di sekitar Anda.
◦ Harapan: Memetakan suatu tindakan pada tujuan yang
diartikulasikan secara jelas, percaya tujuan dapat dipenuhi dan
akhirnya mencapai mereka dengan rasa kesejahteraan .
◦ Compassion: Belas kasihan adalah empati dalam tindakan, bukan
hanya peduli, tetapi membantu orang lain untuk menemukan
mimpi mereka dan membantu untuk mencapainya.
 Pemimpin yang resonan adalah seseorang yang mampu
membujuk karyawan bahwa tujuan organisasi juga merupakan
tujuan mereka dan bahwa kesuksesan perusahaan adalah
cerminan dari perasaan mereka terhadap sesuatu yang lebih
besar dan lebih ekspansif daripada apa pun yang dapat mereka
capai pada mereka sendiri.
 Memiliki visi yang jelas, maka pertanyaan selanjutnya adalah
bagaimana pemimpin mengkomunikasikannya kepada karyawan
dan klien. Maka perlu bertanya pada diri sendiri pertanyaan-
pertanyaan ini:
◦ Apa yang mengilhami saya tentang apa yang saya lakukan? Bagaimana
cara berbagi inspirasi dengan karyawan dan klien saya?
◦ Seberapa jujur ​dan terbuka saya tentang kelemahan dan kekuatan saya
saat berbicara dengan klien dan karyawan saya?
◦ Apakah saya mendengarkan?
 Jika jawaban untuk ketiganya adalah "Saya tidak tahu" maka
Anda memiliki kesempatan bagus untuk menjadi pemimpin yang
lebih resonan dan berpengaruh.
 Analisis kepemimpinan resonan bekerja dalam jangka panjang, dan mengapa gaya
kepemimpinan ini lebih efisien:
 Pemimpin resonan mencegah kelelahan
◦ Pemimpin yang resonan akan mencegah kelelahan dengan membangun lingkungan
kerja yang positif.
◦ Konsep-konsep ini mempengaruhi gaya kepemimpinan:
 Perhatian
 Weelas asih
 Harapan
 Tim lebih termotivasi
◦ Motivasi nomor satu, yang bertahan sepanjang tahun, adalah berbagi visi organisasi.
◦ Pemimpin yang efektif menggunakan konteks ini untuk meningkatkan motivasi dan
membuat karyawan berkembang di dalamnya.
Tim lebih berkomitmen
 Tim lebih berkomitmen
◦ Pemimpin resonan bersifat empati, pengertian, dan mereka sangat peduli terhadap
orang lain.
 Pemimpin yang resonan mendapat respon yang lebih baik selama masa-masa sulit
◦ Berlawanan dengan apa yang mungkin diyakini beberapa orang, ketika ada PHK dan
perubahan dalam sebuah organisasi, tim dengan pemimpin resonan merespons
dengan lebih baik dan kurang ditekankan oleh perubahan tersebut. Seorang
pemimpin berempati, tulus, asli, dan bertindak dengan integritas, anggota tim akan
menyadari transparansi dan nilai itu.
 Pemimpin resonan membangun tim yang berkelanjutan
◦ Pemimpin resonan cenderung menginspirasi orang lain dengan menciptakan dan
mempertahankan resonansi.
 Ada unsur genetik pada kecerdasan emosi, tetapi
pembelajaran dan penumbuhan juga mempunyai
peran besar.
 Kemampuan menjadi pemimpin resonan bukanlah
sesuatu yang dilahirkan. Ini adalah sesuatu yang
harus kita pelajari dan praktikkan selama bertahun-
tahun; Ini adalah gaya kepemimpinan yang bisa
dilatih dan diperoleh melalui kesadaran
 EQ diukur dengan berbagai faktor termasuk
kesadaran diri, kemampuan untuk mengelola emosi,
inovasi, empati, dan keterampilan sosial Anda, dan
sejauh ini, penelitian menunjukkan bahwa pria dan
wanita berada dalam rentang EQ yang sangat mirip.
 Kepemimpinan yang resonan tidak hanya
mempromosikan hubungan positif, tapi juga
mendorong produktivitas dan meningkatkan
keterlibatan karyawan. 5 sifat :
◦ Kesadaran diri
◦ Keaslian
◦ Empati
 empati kognitif'
 empati emosional
 Perhatian empati
◦ Manajemen hubungan
◦ Kesadaran sosial
 Seberapa baik pemimpin ◦ Pengendalian Diri
mengelola dan  Transparansi
mengarahkan perasaan-  Kemampuan Menyesuaikan
Diri
perasaan bawahannya,  Prestasi
tergantung kepada  Inisiatif
tingkat kecerdasan  Optimisme
emosinya. Bagi pemimpin ◦ Kesadaran Sosial
yang cerdas secara  Empati
emosi, resonansi akan  Kesadaran Berorganisasi
terjadi secara alamiah. 4  Pelayanan
indikator ◦ Pengelolaan Relasi
◦ Kesadaran Diri  Inspirasi
 Kecerdasan diri emosi  Pengaruh
 Penilaian Diri Yang Akurat  Mengembangkan Orang Lain
 Kepercayaan Diri  Katalisator Perubahan
 Pengelolaan Diri  Pengelolaan Konflik
 Kerja Tim Dan Kolaborasi
 Kebijakan/ langkah unik yang sudah dilakukan
Jokowi:
◦ Tidak Memakai Vorijder
◦ Walikota di Kampung Kumuh
◦ Menaikkan UMP Jakarta Menjadi 2,2 Juta Rupiah
◦ Keluar Masuk Pasar, Berkeliling Kampung, Sidak Kantor
Kecamatan Dan Kelurahan
 Jokowi merupakan sebuah simbol harapan dan
perjuangan kaum yang selama ini merindukan sosok
pemimpin yang merakyat, mengayomi dan
melindungi rakyatnya.
 Kepemimpinan Jokowi adalah kepemimpinan dari
“bawah ke atas”. Artinya kepemimpinan Jokowi lebih
banyak mendengarkan aspirasi dari bawah ketimbang
“memaksakan gagasan dari atas ke bawah”.
 Kecerdasan emosional dua kali lebih penting dari pada
kecerdasan intelektual. Hal ini juga berlaku bagi
kepemimpinan dalam manajemen. Seorang pemimpin
yang memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi,
mempunyai perencanaan yang bagus, visioner, namun
tidak cakap dalam mengelola emosi, tidak ada artinya.
 Seorang pemimpin yang mampu mengembangkan
perasaan positif maka pemimpin tersebut akan menjadi
resonansi (resonance), yaitu pemimpin yang mampu
menyelaraskan diri dengan perasaan orang-orang yang
dipimpinnya dan menggerakkan perasaan mereka ke arah
emosi positif. Kepemimpinan yang resonan dapat
dikatakan sebagai salah satu bentuk kepemimpinan yang
mampu memantulkan bunyi untuk menggerakkan nada
emosi positif orang yang dipimpinnya
 Instansi Kepolisian selalu melakukan pergantian
pemimpin yang berlangsung setiap periode
kepemimpinan.
 Salah satu tipe gaya kepemimpinan yang
diterapkan adalah gaya kepemimpinan resonan
dimana pemimpin mampu menggerakan orang-
orang dikelompoknya dengan penuh gairah,
kekuatan, ketegasan, dan empati
 Persepsi negatif anggota akan gaya
kepemimpinan resonan menjadikan stresor di
lingkungan kerja yang menjurus terjadinya
burnout
 Kepala Divisi Humas Mabes Polri menyampaikan bahwa ada
penelitian menunjukan bahwa institusi Kepolisian menunjukan
kecenderungan burnout sebesar 80% karena beban tugas.
 Burnout adalah jenis stres kerja di mana seseorang mengalami
kelelahan fisik, mental, dan emosional.
 Penelitian mengenai burnout pada polisi menyatakan bahwa
enam dari delapan orang anggota polisi pengendali massa
(Dalmas) mengalami burnout ketika melaksanakan tugas
mengendalikan situasi yang tidak kondusif
 Indikasi burnout anggota tidak lepas dari peran serta pemimpin
organisasi
 Pada institusi kepolisian peran pemimpin sangat penting dalam
memberikan arahan, instruksi, serta motivasi pada anggota
 Gaya kepemimpinan otoriter sulit terlepas dari intitusi kepolisian
karena sudah puluhan tahun menjadi budaya
 Kepemimpinan pada Detasemen A Pelopor Subden 2 mendekati ciri-ciri dari gaya
kepemimpinan resonan, dimana pemimpin memimpin dengan penuh inspirasi
demi perkembangan institusi, pemimpin memimpin dengan penuh semangat demi
meningkatkan gairah anggotanya agar bekerja semaksimal mungkin sehingga visi
dan misi institusi tercapai serta pemimpin menunjukan empati yang tinggi baik
kepada anggota maupun orang yang berada disekitarnya.
 Anggota yang mempersepsikan penerapan gaya kepemimpinan resonan dengan
positif akan mendukung pimpinan dalam hal meningkatkan produktivitas kerja
serta keterlibatan aktif dalam organisasi, serta tidak menjadikan pekerjaan
menjadi sumber stressor. Anggota yang kurang bisa mengikuti perubahan yang
diterapkan pemimpin akan mempersepsikan negatif gaya kepemimpinan tersebut.
 Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan yang
diterapkan Kepada Detasemen (Kaden) Detasemen A Pelopor Subden 2 Semarang
merujuk pada gaya kepemimpinan resonan. Gaya kepemimpinan resonan dapat
menjadi stressor kerja yang berdampak munculnya burnout apabila dinilai secara
negative oleh anggota.
 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi gaya
kepemimpinan resonan dengan burnout pada anggota yang bertugas pada
anggota Kepolisian Brimob Detasemen A Pelopor Subden 2 Semarang.
 Jumlah populasi penelitian sebanyak 136
orang dengan jumlah subjek untuk tryout
sebanyak 36 anggota dan subjek untuk
penelitian sebanyak 100 anggota.
 Hasil menunjukan bahwa arah hubungan kedua
variabel adalah negatif, artinya semakin positif
penerapan persepsi gaya kepemimpinan resonan di
instansi tersebut maka akan semakin rendah burnout
anggota kepolisian. Begitu pula sebaliknya semakin
negatif persepsi penerapan kepemimpinan resonan di
instansi tersebut maka akan semakin tinggi burnout
anggota kepolisian.
 Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa mayoritas Anggota berada pada
kategori kecenderungan burnout yang sangat rendah
(65%) dan Mayoritas anggota memiliki persepsi
penerapan kepemimpinan resonan sangat positif
(62%)
 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif
antara persepsi kepemimpinan resonan dengan
burnout pada anggota kepolisian Brigadir Mobil
(Brimob) Detasemen A Pelopor Subden 2 Semarang.
Hal tersebut sesuai dengan data yang diperoleh
dengan koefisien korelasi rxy sebesar -0,715 dengan
p = 0,000 (p<0,05). Hubungan ini menunjukan
semakin positif persepsi penerapan kepemimpinan
resonan di instansi tersebut maka akan semakin
rendah burnout pada anggota kepolisian. Begitu pula
sebaliknya semakin negatif persepsi penerapan
kepemimpinan resonan di instansi tersebut maka
akan semakin tinggi burnout pada anggota
kepolisian.

Anda mungkin juga menyukai